You are on page 1of 190

Oleh: Caritas Woro Murdiati

SILABUS
I.

PENDAHULUAN A. Beberapa Pengertian Pancasila B. Landasan Pendidikan Pancasila 1. Landasan Historis Pendidikan Pancasila 2. Landasan Kultural Pendidikan Pancasila 3. Landasan Filosofis Pendidikan Pancasila 4. Landasan Yuridis Pendidikan Pancasila C. Tujuan & Kompetensi Pendidikan Pancasila di PT 1. Tujuan Pendidikan Pancasila di PT 2. Kompetensi yang Diharapkan Pendidikan Pancasila di PT D. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah

II. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA A. Zaman Kerajaan B. Zaman Penjajahan C. Kebangkitan Nasional D. Zaman Penjajahan Jepang E. Sidang BPUPKI (I & II) F. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI G. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

III. PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI A. Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa & Dasar Negara RI B. Hakekat Pembukaan UUD 1945 C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945 D. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 E. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945

IV. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. Pengertian Filsafat dan Sistem B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem filsafat D. Transformasi Pancasila secara Filosofis 1. Notonagoro 2. Driyarkara

V. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI A. Istilah & Pengertian Ideologi B. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara RI C. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya di Dunia 1. Ideologi Pancasila 2. Ideologi Liberal 3. Ideologi Sosialisme Komunis

VI. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. Pengertian Paradigma B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi D. Aktualisasi Pancasila

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Edisi Reformasi), Paradigma,

Yogyakarta, 2001. ______, Filsafat Pancasila, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta, 1991. Miftahuddin Zuhri, Pancasila, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta, 1982. Noor MS. Bakri, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta, 1987. Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, CV. Pantjuran Tudjuh, Jakarta, 1980. Parmono R. & Kartini, Pancasila Dasar Negara Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta, 1984. Suwarno P.J., Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (Penelitian Pancasila dengan Pendekatan Historis, Filosofis & Sosio Yuridis Kenegaraan), Kanisius, Yogyakarta. Thaib Dahlan, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta, 1994. Listiyono, Heri S., dkk., Dekonstruksi Ideologi Negara (Suatu Upaya Membaca Ulang Pancasila), Penerbit Ning-Rat, Yogyakarta, 2003.

EVALUASI
No.
1. 2. 3.

Jenis Evaluasi
Presensi/Keaktifan di Kelas Tugas Ujian Tengah Semester

Bobot
12,5 % 12,5 % 37,5 %

4.

Ujian Akhir Semester

37,5 %

BAB I. PENDAHULUAN
A. Beberapa Pengertian Pancasila 1. Pengertian Pancasila secara Etimologis 2. Pengertian Pancasila secara Historis 3. Pengertian Pancasila secara Terminologis

A. Beberapa Pengertian Pancasila


Istilah Pancasila adalah: Ideologi negara Dasar filsafat negara Way of life Kepribadian bangsa Indonesia Pedoman hidup bangsa Indonesia Lima pandangan hidup Lima dasar aturan susila dll.

Pengertian Pancasila secara Etimologis


Pancasila berasal dari bahasa India yakni bahasa Sanskerta (bahasa Kasta Brahmana) Panca = lima Pancasila Syila = batu-sendi, alas, dasar (dengan huruf i pendek) Syiila = peraturan tingkat laku yang penting/baik (dengan huruf i panjang) Dengan demikian: Panca-Syila =- berbatu sendi yang lima - berdasar yang lima - lima dasar Panca-Syiila = lima aturan tingkah laku yang penting/baik

Pengertian Pancasila secara Historis


Istilah Pancasila mula-mula dipergunakan oleh masyarakat India yang memeluk agama Budha. Pancasila berarti = lima aturan/five moral principle yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa (awam) agama Budha (bersumber pada Kitab Suci Tripitaka). Berisi lima larangan/pantangan: Janganlah mencabut nyawa setiap yang hidup (dilarang membunuh) Janganlah mengambil barang yang tidak diberikan (dilarang mencuri) Janganlah berhubungan kelamin yang tidak sah (dilarang berzina) Janganlah berkata palsu (dilarang berdusta) Janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran (dilarang minum-minuman keras)

Perkembangan selanjutnya: Pancasila masuk dalam khazanah kesusastraan Jawa-Kuno pada zaman Majapahit (di bawah Raja Hayam Wuruk dan Patih Gadjah Mada) terdapat dalam buku: Negarakertagama (oleh Empu Prapanca) dalam Sarga 53 bait ke-2: Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan (Pancasyila) Sutasoma (karangan Empu Tantular) Istilah Pancasila mempunyai arti:

Berbatu sendi yang lima Pelaksanaan kesusilaan yang lima

Sesudah Majapahit runtuh dan Islam tersebar ke seluruh Nusantara sisa-sisa dari pengaruh ajaran Moral Budha terdapat dan dikenal dalam masyarakat Jawa sebagai Lima larangan/pantangan yang disebut dengan singkatan Ma-Lima, yaitu Larangan: mateni = membunuh maling = mencuri madon = berzina madat = menghisap candu main = berjudi sebagai pedoman moral.

Pengertian Pancasila secara Terminologis


Dimulai sejak Sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945.

Istilah Pancasila dipergunakan oleh Soekarno untuk memberi nama pada 5 dasar/ 5 prinsip negara Indonesia Merdeka yang diusulkannya (berdasarkan bisikan temannya seorang ahli bahasa). Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 disahkan PPKI pembukaannya memuat rumusan Lima Dasar Negara RI sebagai Dasar Filsafat Negara RI, isinya sebagaimana tertera dalam alinea ke-IV bagian akhir Pembukaan UUD 1945.

Rumusan Pancasila yang tertera dalam alinea IV

pembukaan UUD 1945

1) Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan tersebut di atas yang secara konstitusional sah

dan benar sebagai dasar negara RI. Hal ini diperkuat dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966 dan Inpres Nomor 12 Tanggal 13 April 1968 yang menegaskan: pengucapan, penulisan dan rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Pembedaan Pengertian Pancasila Formal & Material

1. Pancasila formal Berupa pengertian yang abstrak berupa ide tokoh-tokoh perumus Pancasila, yang kemudian dituangkan dalam rumusan tertulis dalam dokumen-dokmen penting. Pancasila yang telah dirumuskan dalam bentuk formal 5 sila yang terdapat dalam beberapa dokumen penting, antara lain: a. Dalam Notulen BPUPKI (Rumusan Sukarno; Rumusan Moh. Yamin; Rumusan Supomo) diusulkan dalam sidang BPUPKI I b. Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta c. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 d. Rumusan Pancasila dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949 e. Rumusan Pancasila dalam Mukadimah UUDS 1950

2) Pancasila Material: Pancasila yang hidup dan berkembang dalam sejarah, peradaban, hidup ketatanegaraan, lembaga sosial (gotong royong) bangsa Indonesia. Pancasila yang masih berupa bahan2 atau konsep2 yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia atau dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai2 esensial yang terkandung dalam Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan), dalam kenyataananya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Nilai2 tersebut berupa nilai2 adat-istiadat, kebudayaan serta nilai2 religius ada dan melekat dalam kehidupan sehari2 sebagai pandangan hidup.

Perbedaan Sifat Pancasila Material dan Formal 1) Pancasila Material = Belum jelas batas2nya antara sila yang satu dengan sila lainnya. Mungkin orang belum memahami sebagai sila2 atau prinsip2 yang abstrak, tetapi menjalaninya secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bidang sosial, politik pemerintahan, ekonomi, budaya, dan agama. 2) Pancasila Formal = Sudah dirumuskan sebagai prinsip2 yang abstrak dan tegas batas2nya, sehingga dapat dipahami oleh setiap orang sebagai sesuatu yang universal. Dimaksudkan oleh perumusnya sebagai pedoman hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

Muh Yamin (29 Mei 1945) 1. 2. 3. 4. 5. Peri Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ke-Tuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat 1. 2. 3. 4. 5.

Soepomo (31 Mei 1945) Persatuan Kekeluargaan Keseimbangan lahir dan bathin Musyawarah Keadilan Rakyat 1. 2.

Soekarno (1 Juni 1945) Kebangsaan Internasionalisme/Perikemanusiaan Mufakat/Demokrasi Kesejahteraan Sosial Ketuhanan yang Maha Esa

3. 4. 5.

Pancasila Sebelum Menjadi Rumusan Resmi


Rumusan 5 Asas Individual: I. Sukarno (1 Juni 1945): Kebangsaan Indonesia Sosio Internasionalisme atau Perikemanusiaan Nasional Mufakat atau Demokrasi Sosio Kesejahteraan Sosial Demokrasi Ketuhanan yang berkebudayaan (Ketuhanan Yang Maha Esa) Kelima sila ini berasal dari prinsip gotong royong.

II. Supomo (31 Mei 1945) Tidak merumuskan Pancasila secara tegas, tetapi dalam pidatonya (31 Mei 1945) dia menyebutkan = 1. Negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya (Persatuan) 2. Budi pekerti kemanusiaan yang luhur 3. Takluk kepada Tuhan 4. Sistem Badan Musyawarah 5. Sistem Sosialisme Negara Kelima asas ini bertitik tolak dari = 1. Lembaga sosial masyarakat Indonesia 2. Aliran pikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia

III. Moh. Yamin (29 Mei 1945) Peri Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial) Kelima prinsip ini berakar pada = Sejarah Peradaban Agama Ketatanegaraan yang telah berkembang di Indonesia

Rumusan (Formulasi) Pancasila (Pancasila Formal) mempunyai akar yang dalam pada: Kegotongroyongan masyarakat Indonesia (Sukarno) Lembaga Sosial dari masyarakat asli yang diciptakan oleh kebudayaan Indonesia, dan aliran pikiran dan semangat kebatinan bangsa Indonesia (Supomo) Sejarah, peradaban, agama dan hidup ketatanegaraan di Indonesia (Yamin) Akar-akar Pancasila tersebut disebut Pancasila Material (Notonegoro).

Rumusan Pancasila oleh BPUPKI & PPKI


I. Piagam Jakarta (22 Juni 1945): 1. Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk2nya. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Diterima secara aklamasi dalam Sidang BPUPKI ke-2 (Tanggal 10 16 Juli 1945)

II. Pembukaan UUD 1945 (18 Agustus 1945): 1. Ketuhanan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Diterima secara aklamasi dalam Sidang PPKI (Tgl 18 Agustus 1945)

Ketuhanan Yang Maha Esa Peri Kemanusiaan Kebangsaan Kerakyatan Keadilan Sosial (Konstitusi RIS 1945 berlaku: 29 Desember 1949 17 Agustus 1950 sedangkan UUDS 1950 berlaku: 17 Agustus 1950 5 Juli 1959).

B. Landasan Pendidikan Pancasila 1. Landasan Historis Pendidikan Pancasila 2. Landasan Kultural Pendidikan Pancasila 3. Landasan Filosofis Pendidikan Pancasila 4. Landasan Yuridis Pendidikan Pancasila

Landasan Historis
Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam

perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri dan memiliki suatu prinsip sebagai pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati diri dan mempunyai pandangan hidup sebagai bangsa yang merdeka, yang sebenarnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri dan kemudian oleh para pendiri negara diberi nama Pancasila. Secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai2 Pancasila. Sangat penting bagi generasi penerus bangsa untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan Pancasila berdasarkan pendekatan ilmiah.

Landasan Kultural
Setiap bangsa dalam hidup bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan internasional. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diangkat dari kultur bangsa Indonesia melalui proses refleksi filosofis oleh pendiri negara. Para generasi penerus bangsa, terutama kalangan intelektual kampus seharusnya mengkaji Pancasila dalam upaya mengembangkannya sesuai dengan tuntutan jaman.

Landasan Filosofis
Sebelum mendirikan negara Indonesia bangsa Indonesia sudah merupakan bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan Dasar Falsafah Negara. Konsekuensinya dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila, termasuk dalam proses reformasi dewasa ini.

Landasan Yuridis
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistim

Pendidikan Tinggi Keputusan Dirjen Dikti Nomor 38 Tahun 2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di PT. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

C. Tujuan Pendidikan Pancasila


Mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan

terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Y.M.E. dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan, sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan Pancasila
(Berdasarkan Kep. DIRJEN DIKTI No. 38/DIKTI/2002)
Visi

Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga negara yang Pancasilais. Misi Membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila serta kesadaran dalam berbangsa, bernegara, dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan.

Kompetensi

Menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual serta mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk: 1. Mengambil sikap bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya. 2. Mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya. 3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan IPTEK. 4. Memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan Indonesia.

D. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah


Pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, harus

memenuhi syarat-syarat ilmiah: 1. Berobjek 2. Bermetode 3. Bersistem 4. Bersifat Universal

1. Berobjek
a. Objek Formal sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila Misal: * moral Moral Pancasila * ekonomi ekonomi Pancasila * hukum dan kenegaraan Pancasila Yuridis Kenegaraan * filsafat filsafat Pancasila

b. Objek Material sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila: Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dibedakan:* empiris (lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, lembaran negara, naskah-naskah kenegaraan, adat-istiadat) * non empiris (nilai-nilai budaya, nilai moral, nilai-nilai religious yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya)

2. Bermetode
Seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat obyektif. Misal: * metode analitico syntetic metode analisis dan sintesis * metode hermeneutika metode untuk menemukan makna dibalik objek * metode koherensi historis keruntutan dari sejarah * metode pemahaman, penafsiran dan interpretasi

3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh. Bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan, antara bagian-bagian saling berhubungan (inter relasi) maupun saling ketergantungan (interdependensi). Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan dan keutuhan. Pancasila sendiri merupakan keutuhan majemuk tunggal.

4. Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat

universal (tidak terbatas pada waktu, ruang dan keadaan, situasi kondisi tertentu) Esensi/makna Sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat universal.

Tingkatan Pengetahuan Ilmiah:


Pengetahuan Deskriptif pertanyaan bagaimana Pengetahuan Kausal pertanyaan mengapa Pengetahuan Normatif pertanyaan kemana Pengetahuan Esensial pertanyaan apa

1.

Pengetahuan Deskriptif (hasil dari pertanyaan bagaimana) Jenis pengetahuan yang memberikan suatu keterangan, penjelasan secara objektif, tanpa ada unsur subjektivitas. Misal: * Kajian sejarah perumusan Pancasila * Kajian nilai-nilai Pancasila * Kajian kedudukan dan fungsi Pancasila (sebagai pandangan hidup, ideologi bangsa dan negara; kepribadian bangsa; dasar negara)

2.Pengetahuan Kausal (hasil dari pertanyaan mengapa) Suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat. Proses kausalitas terjadinya Pancasila meliputi 4 kausa: Kausa materialis (sebab berupa bahan) Kausa formalis (sebab berupa bentuk/bangun) Kausa efisien (sebab yang menimbulkan akibat) Kausa finalis (sebab berupa tujuan) Pancasila sebagai sumber dari segala norma dalam negara konsekuensinya dalam segala realisasi dan penjabarannya berkaitan dengan hukum kausalitas

3. Pengetahuan Normatif (hasil dari pertanyaan kemana) Berkaitan dengan suatu ukuran, parameter serta norma-norma kajian normatif Pancasila, dibedakan: Normatif realisasi/pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) Normatif realisasi Pancasila dalam kenyataan faktual (das sein)

4. Pengetahuan Esensial (hasil dari pertanyaan apa) Tingkatan pengetahuan untuk menjawab pertanyaan terdalam tentang hakekat segala sesuatu. Kajian Pancasila secara esensial untuk mendapatkan makna terdalam dari sila-sila Pancasila (mengkaji hakekat sila-sila Pancasila)

BAB II. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


A. Zaman Kerajaan B. Zaman Penjajahan C. Kebangkitan Nasional D. Zaman Penjajahan Jepang E. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI F. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

A. Zaman Kerajaan
Zaman Kutai Indonesia memasuki zaman sejarah pada Th 400 M, dengan ditemukannya prasasti yg berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tsb: Raja Mulawarman mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana. Menampilkan nilai2 sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri dan sedekah kepada para Brahmana.

Zaman Sriwijaya Pada abad VII muncul kerajaan Sriwijaya di Sumatera di bawah kekuasaan wangsa Syailendra (Prasasti Kedukan Bukit di kaki bukit Siguntang dalam bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa/683 M) Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan universitas agama Budha. Cita2 tentang kesejahteraan bersama dalam satu negara tercermin dalam ungkapan: marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa (suatu cita2 negara yang adil dan makmur).

Zaman Kerajaan2 Sebelum Majapahit Di Jawa Tengah: Kerajaan Kalingga (abad VII); Sanjaya (abad VIII) yg ikut membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah vihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah. Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode kerajaan tersebut: dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX) dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad X).

Di Jawa Timur: Kerajaan Isana (abad IX); Darmawangsa (abad X); Airlangga (abad XI) Kerajaan Airlangga mengakui agama Budha; agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai. Prasasti Kelagen: raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dengan Bengala, Chola dan Champa; pada tahun 1019 para pengikut Airlangga, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memohon Airlangga bersedia menjadi raja; pada tahun 1037 raja Airlangga memerintahkan membangun tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat.

Kerajaan Majapahit Berdiri tahun 1293 yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada, dibantu Laksamana Nala. Wilayah kekuasaan Majapahit membentang dari semenanjung Melayu sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.

Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) di

dalamnya terdapat istilah Pancasyila Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, di dalamnya terdapat seloka persatuan nasional Bhinneka Tunggal Ika, yang bunyi lengkapnya: Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda namun satu jua, sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Sumpah Palapa diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1331, yang berisi cita2 mempersatukan seluruh nusantara. Awal abad XV mulai memudar dan akhirnya runtuh.

B. Zaman Penjajahan
Setalah Majapahit runtuh, berkembang agama Islam,

berkembang pula kerajaan2 Islam. Mulai berdatangan orang2 Eropa di nusantara (Portugis, Spanyol) mencari pusat tanaman rempah2 dan berdagang. Bangsa Belanda datang ke nusantara (akhir abad XVI). Mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Banyak perlawanan dilakukan terhadap VOC karena memeras rakyat: Sultan Agung (Mataram); Hasanudin (Makasar); Sultan Ageng Tirtoyoso (Banten); Trunojoyo dan Untung Suropati (Jawa Timur); Ibnu Iskandar (Minangkabau).

Belanda semakin memperkuat kedudukannya dengan

didukung kekuatan militer, menjajah rakyat di nusantara, maka meledaklah perlawanan rakyat: Patimura (Maluku); Baharudin (Palembang); Imam Bonjol (Minangkabau); Pangeran Diponegoro (Jawa Tengah); Teuku Tjik di Tiro dan Teuku Umar (Aceh); anak Agung Made (Lombok); Sisingamangaraja (Batak); dll. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda. Tidak ada kesatuan dan persatuan dalam melawan penjajah, perlawanan kandas. Penderitaan rakyat semakin menjadi ketika diterapkan sistem tanam paksa (1830-1870).

C. Kebangkitan Nasional
Pada abad XX terjadi pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri, seperti: Republik Philipina (1898); Kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905); gerakan Sun Yat Sen dengan Republik Cina (1911); Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi. Di Indonesia bergolak kebangkitan akan kesadaran berbangsa, yaitu: Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908) yang dipelopori dr Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo.

a.

Organisasi pergerakan nasional lain yang muncul: Sarekat Dagang Islam (SDI)(1909) menjadi Sarekat Islam (SI)(1911) di bawah HOS Cokroaminoto. b. Indische Partij (1913) yang dipimpin Tiga Serangkai (Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat/Ki Hajar Dewantoro) c. Partai Nasional Indinesia (PNI)(1927) yang dipelopori Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dll. Perjuangan nasional dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan: Indonesia Merdeka.

Diikuti dengan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928,

yang isinya: satu Bahasa, satu Bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat itu pertama kali dikumandangkan. PNI dibubarkan diganti Partai Indonesia (Pertindo) 1931. Golongan Demokrat (Moh Hatta, St Syahrir) mendirikan PNI baru (Pendidikan Nasional Indonesia) 1933, dengan semboyan: kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

D. Zaman Penjajahan Jepang


Setalah Nederland diserbu tentara Nazi Jerman (5 Mei 1940) dan jatuh pada 10 Mei 1940, Ratu Wihelmina dan segenap aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris. Pemerintahan Belanda masih dapat berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di nusantara. Janji Belanda tentang Indonesia merdeka di kelak kemudian hari, hanya kebohongan belaka.

Tanggal 8 Desember 1941 =

Jepang menyerang Pearl Harbour (Hawaii) Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Lautan Teduh Perang Pasifik/Perang Asia Timur Raya Belanda (yang bersekutu dengan AS) menyatakan perang terhadap Jepang Dalam waktu yang relatif singkat Jepang dapat menguasai: Indocina, Muangthai, Birma, Malaya, Filipina & Indonesia Penyerbuan tentara Jepang ke Indonesia = Tarakan, Menado, Balikpapan, Pontianak, Palembang, Bali

Tanggal 28 Februari 1942 =

Jepang mendarat di Pulau Jawa (Banten, Indramayu & Rembang) Tanggal 9 Maret 1942 = Sekutu menyerah kepada Jepang Sejak saat itu HIndia Belanda secara resmi berada di bawah kekuasaan Tentara Jepang Propaganda semboyan dengan semangat Tiga A. Nippon Cahaya Asia Nippon Pelindung Asia Nippon Pemimpin Asia

Pertengahan 1944 =

Jepang mulai terdesak oleh Sekutu Tanggal 7 September 1944 = Perdana Menteri Jepang a/n. Pemimpin Jepang mengeluarkan Janji Kemerdekaan Indonesia. Janji Politik Rencana Jepang akan memberi Kemerdekaan 24 Agustus 1945 Tanggal 29 April 1945= Dibentuk BPUPKI/Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai

Tanggal 8 Mei 1945 =

BPUPKI dilantik oleh Jepang (Gunseikan) Susunan BPUPKI Ketua = Dr. Radjiman Widyodiningrat Ketua Muda = Ichibangase dan RP Suroso Anggota = 60 orang + 7 orang Jepang Pasal 6 UUD 1945
Tujuan/Maksud Pembentukan BPUPKI

a. Untuk menyelidiki hal-hal penting tentang dan sekitar kemerdekaan Indonesia. b. Menyusun berbagai rencana yang berhubungan dengan kemerdekaan. atau: Mempersiapkan hal-hal yang berkenaan dengan kemerdekaan Indonesia, antara lain: Menyusun Rancangan Dasar Negara Menyusun Rancangan UUD Negara

NB: BPUPKI Setelah selesainya tugas maka BPUPKI menyerahkan hasilnya kepada PPKI (Dokuritsu Zyunbi Iinkai) PPKI Sebagai badan yang secara hukum berwenang mengambil keputusan tentang bahanbahan yang berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia.

Persidangan BPUPKI = Masa Sidang I = 29 Mei s/d 1 Juni 1945 Masa Sidang II = 10 Juli s/d 27 Juli 1945 Masa Sidang I

Bicara soal Dasar Negara" 3 tokoh Perumus Pancasila (Yamin, Supomo, Sukarno) Untuk menampung rumusan Pancasila yang bersifat perorangan/individu dibentuk Panitia Kecil atau Panitia Sembilan. Ketua = Ir. Sukarno.

Tujuan dibentuknya Panitia 9: Untuk mencari Modus antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan mengenai soal Agama dan Negara. a. Golongan agama: - Dasar Negara Islam - Urusan agama disatukan dengan urusan Negara b. Golongan kebangsaan: - Dasar Negara faham kebangsaan - Urusan agama dipisahkan dengan urusan Negara Panitia 9 berhasil mencapai Modus yang diberi bentuk Rancangan Pembukaan Hukum Dasar atau Piagam Jakarta Inti Modusnya= Rumusan Sila Pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Masa Sidang II (10 Juli s/d 17 Juli 1945) Tanggal 11 Juli 1945 anggota Panitia 9 dijadikan Panitia Perancang UUD - Panitia ini kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD - Ketua : Soepomo Tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI secara bulat menerima hasil karya Panitia 9 menjadi Rancangan Mukadimah Hukum Dasar Negara RI. 16 Juli 1945 = BPUPKI menyetujui suatu Rancangan Hukum Dasar Negara RI yang terdiri dari 3 bagian: Bagian I - Pernyataan Indonesia Merdeka Bagian II - Pembukaan, yang memuat rumusan Pancasila Bagian III - UUD pasal-pasal

17 Juli 1945 = Sidang Penutupan Resmi BPUPKI Waktu Persidangan = 49 hari dengan hasil = 1. Naskah Dasar Negara 2. Naskah UUD Negara Tinggal menunggu waktu kemerdekaan.

9 Agustus 1945=

BPUPKI dibubarkan Dibentuk badan baru PPKI > Ketua = Sukarno > Wakil ketua = Moh. Hatta Sukarno, Hatta, Dr. Radjiman W. diundang Panglima tertinggi Angkatan Perang Jepang untuk menerima petunjuk tentang penyelenggaraan Kemerdekaan Indonesia di Saigon Vietnam. 6 Agustus 1945 Hirosima dibom oleh AS 9 Agustus 1945 Nagasaki dibom oleh AS

14 Agustus 1945 =

Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Akibat penyerahan: Menurut Hukum Internasional, pihak yang kalah (Jepang) harus mempertahankan keadaan Status Quo pada saat ia menyerah setiap perubahan keadaan politik maupun militer dilarang. Hal ini berarti = janji Jepang kepada bangsa Indonesia untuk memberi kemerdekaan tidak ada arti lagi. Rencana Jepang memberi kemerdekaan gagal. Ada korelasi antara kegagalan Jepang untuk memberi kemerdekaan dengan jiwa rancangan Pembentukan Hukum Dasar yang telah disetujui PPKI yang menyatakan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa (Alinea I) atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa (Alinea III).

E. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI


Tanggal 17 Agustus 1945

(Jam 10.00 pagi, hari Jumat) - Bung Karno dan Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia (atas nama Bangsa Indonesia) - Beberapa hal penting berhubungan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945: * Adanya kekosongan kekuasaan pemerintahan antara tanggal 14 Agustus 1945 17 Agustus 1945 * Saat kapan Negara Indonesia berdiri, syarat-syarat berdirinya dan lahirnya tata hukum Indonesia arti Proklamasi. * Peristiwa/kejadian penting tanggal 17 Agustus 1945 sore.

Tanggal 18 Agustus 1945

Sidang I PPKI, dihadiri 27 orang mengasilkan: 1) Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi: (a) Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945 (b) Menetapkan rancangan Hukum Dasar (yang telah diterima dari BPUPKI tanggal 17 Juli 1945) setelah mengalami beberapa perubahan kemudian berfungsi sebaga UUD 1945.

2)Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama. 3)Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai badan musyawarah darurat anggotanya: PPKI (sebagai intinya) + pemimpin-pemimpin rakyat dari semua golongan, aliran dan lapisan masyarakat. KNIP dilantik tanggal 29 Agustus 1945 dan diketuai oleh Kasman Singodimedjo.

PIAGAM JAKARTA PEMBUKAAN UUD45 Kata MukadimahPembukaan dalam suatu Hukum Dasardalam suatu UUD Negara dengan berdasarkan kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknyadengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradabKemanusiaan yang adil dan beradab

RANCANGAN HUKUM DASAR UUD 1945 Istilah Hukum DasarUndang-undang Dasar (atas usul Soepomo) dalam rancangan: 2 orang Wakil PresidenSeorang Wakil Presiden Presiden harus orang Indonesia asli yang beragama Islam Presiden harus orang Indonesia asli Selama perang pimpinan perang dipegang oleh Jepang dengan persetujuan Pemerintah Indonesia dihapuskan

Tanggal 19 Agustus 1945 - Sidang ke II PPKI menentukan: 1) Tentang daerah propinsi dengan pembagian: (a) Jawa Barat, (b) Jawa Tengah, (c) Jawa Timur, (d) Sumatera, (e) Borneo, (f) Sulawesi, (g) Maluku, (h) Sunda Kecil. 2) Dibentuknya Kementerian/Departemen meliputi 12 Departemen.

Tanggal 20 Agustus 1945

Sidang ke III PPKI antara lain: dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) Tanggal 22 Agustus 1945 - Sidang ke IV PPKI membahas tentang Komite Nasional Partai Nasional Indonesia -

F. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Pembentukan Negara RIS

- Sebagai hasil dari KMB ditandatangani suatu persetujuan oleh Ratu Belanda (Yuliana) dan wakil pemerintah RI di kota Den Haag tanggal 27 Desember 1949, antara lain: 1) Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara serikat (federal) 16 negara bagian. 2) Sifat pemerintahan yang liberalis berdasarkan asas demokrasi parlementer. 3) Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan jiwa dan semangat maupun isi Pembukaan UUD 1945, Proklamasi Kemerdekaan.

Terbentuknya Negara Kesatuan RI Tahun 1950

Banyak negara bagian RIS menggabungkan diri dengan negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta. Berdasarkan persetujuan RIS dengan Negara RI tanggal 19 Mei 1950 seluruh negara bagian bersatu dalam negara kesatuan. Berlaku Konstitusi Sementara sejak 17 Agustus 1950 (UUDS 1950) Berlaku sistem multi partai & kabinet parlementer.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

- Konstituante yang seharusnya bertugas membentuk UUD Negara RI ternyata gagal. - Dekrit/pernyataan Presiden = 1) Membubarkan Konstituante 2) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 3) Dibentuknya MPRS & DPAS NB: * Dasar hukum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Hukum Darurat Negara (mendapat dukungan luas dari rakyat Indonesia) * Secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 DPR menyetujui dekrit tersebut. - Perubahan sistem ketatanegaraan = dari sistem parlementer sistem presidential.

III. PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI


A. Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa & Dasar Negara RI B. Hakekat Pembukaan UUD 1945 C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945 D. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 E. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 F. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

A. Kedudukan dan Fungsi Pancasila


1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Pandangan hidup suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri, yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur Dalam kehidupan bersama (lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara) dibutuhkan suatu tekad kebersamaan, cita-cita yang ingin dicapainya yang bersumber pada pandangan hidup tersebut. Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan, baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar sesama manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Dengan suatu pandangan hidup yang jelas bangsa Indonesia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, hankan, dll.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat Indonesia berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.

Proses:
Pandangan hidup masyarakat (nilai-nilainya telah terdapat dalam adat, budaya, agama)

dituangkan dan dilembagakan menjadi


Pandangan hidup bangsa (ideologi nasional), telah terintis sejak zaman sriwijaya s/d sidang2 PPKI

dituangkan dan dilembagakan menjadi


Pandangan hidup Negara (ideologi negara), ditentukan dan disepakati serta disahkan sebagai dasar negara dalam sidang PPKI

2. Pancasila sebagai Dasar Negara RI Pancasila sebagai Dasar Filsafat/Falsafah Negara (Philosofische Gronslag)/Ideologi Negara (Staats-idee) suatu nilai dasar serta norma untuk mengatur pemerintahan negara (suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara). Konsekuensinya: Seluruh pelaksanaan penyelenggaran negara (terutama segala peraturan perundang-undangan) dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum). Pancasila merupakan sumber kaedah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya (rakyat, wilayah, pemerintahan negara).

Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara:


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum

(sumber tertib hukum) di Indonesia. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (UUD). Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain untuk memelihara moral kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Merupakan sumber semangat bagi: - 1945 - penyelenggara negara - para pelaksana pemerintahan

Dasar Formal Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara RI


Tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV =

maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai sumber tertib hukum di Indonesia * Sumber hukum dapat dibagi dalam 2 pengertian: a. Sumber hukum dalam arti material ialah Keyakinan dan perasaan hukum individu Pendapat umum (publik opinion) Contoh - Seorang ahli ekonomi mengatakan kebutuhankebutuhan ekonomi dalam masyarakat yang menyebabkan timbulnya hukum. - Seorang ahli sejarah mengatakan yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

b. Sumber hukum dalam arti formal: ialah sumber hukum dalam arti bentuk perumusan Karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui dan ditaati. Contoh: Sumber-sumber hukum formal dalam Tata Negara Indonesia.
No 1. 2. 3. 4. Bentuk hukum UUD Ketetapan MPR UU Peraturan Pemerintah Badan yang berwenang MPR MPR Presiden dan DPR Presiden

Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia


a. Sumber hukum dalam arti material Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar falsafah negara. Menjiwai dan harus dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum. Merupakan alat penguji untuk setiap peraturan hukum yang berlaku (setiap peraturan hukum yang berlawanan dengan Pancasila tidak boleh berlaku).

b. Sumber hukum dalam arti formal Sumber Tertib Hukum RI & Tata Urutan Perundang-undangan RI: UUD RI 1945 Ketetapan MPR Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang PP/Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Pelaksana lainnya seperti: Peraturan Menteri Instruksi Menteri dll. NB: Setiap peraturan hukum yang berlaku bersumber pada peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya.

Bila dibandingkan dengan Stufenbau-theorie dari

Hans Kelsen Sistem hukum adalah merupakan suatu hierarkhis daripada hukum, dimana suatu ketentuan hukum tertentu bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai ketentuan yang tertinggi adalah Grundnorm/norma dasar.

Stufenbau-theorie dari Hans Kelsen


Pancasila UUD 1945 Tap MPR

UU/Perpu
PP Perpres

Peraturan Pelaksana Lainnya

B. Hakekat Pembukaan UUD 1945


Pengantar Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia berada dalam tingkatan yang tertinggi (memuat dasardasar fundamental negara PANCASILA) Pembukaan UUD 1945 dan Pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945 memiliki kedudukan hukum berlainan, namun terjalin dalam hubungan kesatuan yang kausal dan organis. Pembukaan UUD 1945 4 alinea, setiap alinea memiliki spesifikasi isi: * Alinea I, II dan III memuat pernyataan yang tidak memiliki hubungan kausal organis dengan pasal-pasalnya (memuat pernyataan yang menjelaskan peristiwa/keadaan yang mendahului terbentuknya Negara Indonesia).

* Alinea IV memuat pernyataan mengenai keadaan setelah negara Indonesia terbentuk: UUD ditentukan akan ada. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi berbagai syarat. Negara Indonesia adalah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat. Ditetapkannya Pancasila sebagai Dasar Falsafah/Filsafat Negara Indonesia. Memiliki hubungan kausal organis dengan pasalpasal UUD45

Pembukaan UUD 1945, baik secara formal dan material tidak dapat diubah secara material memuat Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia, melekat pada kelangsungan hidup negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (fakta sejarah). Lihat Ketetapan MPR/MPRS:

Ketetapan No. XX/MPRS/1966 Ketetapan No. V/MPR/1973 Ketetapan No. IX/MPR/1978 Ketetapan No. III/MPR/1983

Hakekat Pembukaan UUD45


1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara RI pada hakekatnya merupakan suatu dasar dan asas kerokhanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara (termasuk dalam penyusunan tertib hukum Indonesia). Kedudukan Pancasila sebagaimana tercantuam dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai Sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Berdasarkan penjelasan tentang isi Pembukaan UUD 1945 (dalam Berita RI Tahun II No. 7): Pembukaan UUD 1945 di dalamnya terkandung Pokok-pokok Pikiran dijelmakan (dkongkritisasikan) dalam Pasal-pasal UUD 1945, selanjutnya dalam realisasinya kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif di bawahnya. Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif di Indonesia.

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia. Syarat Tertib Hukum tersebut: Adanya kesatuan subjek penguasa yang mengadakan peraturan hukum, yaitu: Pemerintahan Negara RI. Adanya kesatuan asas kerokhanian suatu dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yaitu: Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara. Adanya kesatuan daerah di mana peraturanperaturan hukum tersebut berlaku, yaitu: seluruh tumpah darah Indonesia. Adanya kesatuan waktu di mana peraturan-peraturan hukum tersebut berlaku, yaitu: saat mulai berdirinya negara RI sampai seterusnya selama kelangsungan hidup Negara RI.

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam Tertib Hukum Indonesia: Menjadi dasarnya Karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya sebagai ketentuan hukum tertinggi (sesuai dengan kedudukannya sebagai asas bagi hukum dasar serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebh rendah).

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm) Beberapa unsur mutlak staatsfundamentalnorm: Dari segi terjadinya: Ditentukan oleh Pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk Negara. Dari segi isinya: Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara, yaitu: a. Dasar Tujuan Negara (1) Tujuan Umum : ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dasar Politik Luar Negeri yang bebas dan aktif.

(2) Tujuan Khusus: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa Tujuan Nasional sebagai tujuan bersama bangsa Indonesia dalam membentuk negara untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material maupun spiritual.

b. Ketentuan diadakannya UUD Negara maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia. ~ Negara Indonesia berdasarkan pada suatu UUD. ~ Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. c. Bentuk Negara yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. d. Dasar Filsafat Negara (asas kerokhanian negara) dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

Kesimpulan: Sebagai pokok kaedah negara yang fundamental mempunyai hakikat kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk. Dalam jenjang hierarkhi tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm adalah berkedudukan yang tertinggi (lebih tinggi dari Pasal-pasal UUD 1945. NB: Antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 terdapat hubungan kausa/organis.

4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara RI 17 Agustus 1945. Alasan-alasannya: Suatu peraturan hukum hanya dapat diubah/dihapus oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari penguasa yang menetapkannya. Semua ketentuan hukum (yang merupakan produk dari alat perlengkapan negara) tidak berhak meniadakan Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm. Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum yang tertinggi dari negara RI. Pembukaan UUD 1945 mengandung syarat-syarat mutlak bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 merupakan pengejawantahan Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia awal bangsa Indonesia hidup bernegara. Antara Proklamasi 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 dan Negara RI pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

C. Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945


1. Alinea Pertama: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa pengakuan nilai hak kodrat (hak yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial). Hak kodrat bersifat mutlak dan asasi bagi penjajah yang merampas kemerdekaan bangsa lain wajib kodrat untuk memberikan kemerdekaan tersebut. Pelanggaran hak kodrat tersebut tidak sesuai dengan hakikat manusia (peri kemanusiaan) dan hakikat adil (peri keadilan). Suatu pernyataan yang bersifat universal prinsip bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan Internasional.

2. Alinea Kedua: Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Rakyat Indonesia merealisasikan perjuangannya dalam suatu cita-cita bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. ~ Negara merdeka bebas dari kekuasaan bangsa lain, dapat menentukan nasib sendiri. ~ bersatu pengertian bangsa (Indonesia)

Penegasan tentang asas persatuan: Alinea IV Pembukaan UUD 1945 Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Pokok Pikiran pertama yang termuat dalam Penjelasan resmi (Berita RI Tahun II No. 7) = Aliran Negara Persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, negara yang mengatasi segala paham golongan maupun paham perseorangan. Seluruh bangsa Indonesia tercakup dalam lingkungan satu wilayah negara.

~ Berdaulat berdiri di atas kemampuan sendiri, kekuatan dan kekuasaannya sendiri, berhak dan bebas menentukan tujuan dan nasibnya sendiri, dalam kedudukannya di antara sesama bangsa dan negara memiliki derajat yang sama, saling menghormati. ~ Negara Indonesia yang Adil mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama. ~ Kemakmuran pemenuhan kebutuhan manusia baik material dan spiritual, jasmaniah dan rokhaniah.

3. Alinea Ketiga: Atas berkat rahmat Allah SWT Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Dinyatakannya kembali Proklamasi Kemerdekaan Pembukaan disebut Naskah Proklamasi yang terinci. Pengakuan Nilai Religius manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengakuan Nilai Moral ( didorong oleh keinginan luhur) sebagai asas kehidupan kenegaraan.

4. Alinea Keempat: Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Kelanjutan berdirinya Negara RI tanggal 17 Agustus 1945 prinsipprinsip dan pokok-pokok kaedah pembentukan pemerintahan Negara RI: Tentang Tujuan Negara (1) Tujuan Khusus dalam hubungannya dengan politik dalam negeri Indonesia. a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. (2) Tujuan Umum dalam hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia, yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

Tentang Ketentuan Diadakannya UUD

a. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. b. Merupakan dasar yuridis bahwa Pembukaan sebagai sumber hukum bagi adanya UUD 1945. Tentang Bentuk Negara adalah Republik yang berkedaulatan rakyat negara dari, oleh dan untuk rakyat (kekuasaan ada di tangan rakyat). Tentang Dasar Filsafat Negara yaitu Pancasila.

D. Kedudukan Pembukaan UUD45


1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang Terinci Tanggal 17 Agustus 1945 Naskah Proklamasi dibacakan. Dalam Pembukaan: Alinea III : Pernyataan Proklamasi Alinea IV : Setelah berdirinya Negara RI prinsip-prinsip dan pokok-pokok kaedah pembentukan pemerintahan negara Republik Indonesia.

2.

Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945 sebagai Dasar, Rangka dan Suasana Kehidupan Bernegara dan Tertib Hukum di Indonesia. Pancasila (yang termuat dalam Alinea IV) dasar filsafat, asas kerokhanian dan basis berdirinya Negara RI (sebagai dasar). Di atas dasar tersebut berdiri Negara RI yang berkedaulatan rakyat. Diwujudkanlah pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara Indonesia (sebagai rangka) UUD 1945 Basis berdirinya bentuk, susunan dan sistem pemerintahan, serta seluruh peraturan hukum positif. Dalam rangka mewujudkan tujuan bersama (sebagai suasana)

3. Pembukaan Memuat Sendi-sendi Mutlak Kehidupan Negara


Hakikat dan Sifat Negara: berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis. Tujuan Negara Kerakyatan (Demokrasi): kedaulatan adalah di tangan rakyat, rakyat sbg pendukung & penyelenggara negara Dasar Pemerintahan Negara: setiap orang Indonesia berkedudukan sama (mnrt syarat2 tertentu) untuk mengambil bagian dalam negara. Bentuk Susunan Persatuan: sifat mutlak negara persatuan adalah kesatuan bangsa, wilayah & negara

4.

Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pengakuan Hukum Tuhan, Hukum Kodrat, Hukum Etis serta Hukum Filosofis (Pancasila) Alinea I Hukum Kodrat Sumber bahan & Hukum Etis nilai Ainea II Cita-cita Kemerdekaan Alinea III Hukum Tuhan Hukum Etis Sumber bentuk & sifat Alinea IV Hukum Filosofis

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN BATANG TUBUH


UUD 1945

Pembukaan UUD 1945


4 alinea 4 pokok pikiran (Berita RI Tahun II No. 7):

Batang Tubuh UUD 1945


XVI Bab 37 Pasal

1. Persatuan 2. Keadilan Sosial 3. Kedaulatan Rakyat 4. Ketuhanan Mnrt Dasar Kemanusiaan yg Adil & Beradab

3 Pasal Aturan Peralihan


2 Pasal Aturan Tambahan

PANCASILA

Catatan: Sila 4 Transformasi Pancasila dalam hidup bernegara Sila 3 Tranformasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Sila 1, 2 & 5 Transformasi Pancasila dalam hidup bermasyarakat

A. Transformasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara

Unsur Negara: 1. Wilayah: Pasal 1 ayat (1), Pasal 18 2. Warga Negara: Bab IX Pasal 26, 27, 28 3. Pemerintahan yang berdaulat: Pasal 1 s/d 26, 37, AP & AT

B. Transformasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

Konsep Bangsa menurut E. Renan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai keinginan bersama untuk bersatu dan tetap mempertahankan persatuan. (1). Pasal-pasal yang memberi norma ke arah persatuan: Pasal 1 ayat (1); Pasal 30. (2). Pasal-pasal yang menjadi faktor-faktor pendorong ke arah persatuan: Pasal 31, 32, 35, 36.

C. Transformasi Pancasila dalam Hidup Bermasyarakat

Hidup bermasyarakat= hidup bersama yang dapat dilihat dari berbagai segi (misalnya: segi ekonomi, politik) unsur sosial, struktur sosial dan proses sosial. (1) Sila 1: Pasal 29 (2) Sila 2 Pasal 27, 28, 33, 34 (3) Sila 5

IV. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


A. Pengertian Filsafat dan Sistem B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem filsafat D. Transformasi Pancasila secara Filosofis 1. Notonagoro 2. Driyarkara

A. Pengertian Filsafat dan Sistem


Filsafat Yunani philein yang berarti cinta dan

sophos yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara harafiah filsafat mencintai kebijaksanaan. Sistem Suatu kesatuan dari bagian-bagian, yang bagian-bagiannya saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu.

Dari pengertian di atas maka Pancasila yang terdiri

dari bagian-bagian (yang terdiri dari sila-sila) pada hakekatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri, namun secara keseluruhan merupakan satu kesatuan.

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem


Diagram Hierarkhis-Piramidal Pancasila
5. Keadilan Sosial 4. Kerakyatan yang .. 3. Persatuan Indonesia 2. Kemanusiaan Yang Adil & Beradab 1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Basisnya: Ketuhanan Yang Maha Esa

Puncak Piramidenya: Keadilan Sosial (merupakan tujuan dari ke-empat sila lainnya). Bentuk susunan hierarkhis piramidal Pancasila: * Kesatuan bertingkat yang tiap sila, di muka sila lainnya, merupakan basis atau pokok pangkalnya dan tiap sila berikutnya merupakan pengkhususan dari sila di mukanya. * Himpunan yang paling luas berada di bawah dan himpunan di atasnya makin khusus, sebagai titik puncaknya adalah cita-cita yang diinginkan.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem filsafat


Dalam merenungkan Pancasila secara filosofis:

* Tidak hanya berhenti pada perumusan Pancasila tetapi juga memikirkan lebih jauh * Bagaimana Pancasila yang sudah dirumuskan itu dapat dilaksanakan dalam kehidupan konkrit (transformasi komunikasi).

Filsafat

1. 2. 3.

Suatu ilmu yang berusaha memahami dan menjelaskan obyeknya sampai sebab-sebab yang terdalam. Oleh karena itu apabila perumusan Pancasila didekati dengan menggunakan Metode Ilmu Filsafat, maka dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan: Apakah Pancasila sungguh-sungguh ada, kalau sungguh-sungguh ada bagaimana keberadaannya? Apakah hakikat Pancasila? Apakah Pancasila formal yang umum, abstrak dan teoritik dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkrit dan praktis?

1. Keberadaan Pancasila (asal-muasal Pancasila)


Untuk menjawab/menjelaskan tentang keberadaan/asal-

muasal Pancasila Notonagoro menggunakan Teori Causalis (sebab musabab). (Menurut) Teori Causalis: bahwa semua yang ada tentu mempunyai sebab. Ada 4 sebab yang mendukung adanya sesuatu itu = a. Causa materialis (asal mula/sebab yang berupa bahan) b. Causa formalis (sebab yang berupa bentuk/bangun/rancang bangun) c. Causa finalis (sebab yang berupa tujuan) d. Causa effisiens (sebab yang menimbulkan akibat)

Bagaimana Keberadaan Pancasila?

~ Apakah Pancasila sungguh ada? ~ Kalau sungguh-sungguh ada, bagaimana keberadaannya? I. Causa Materialis Pancasila (sebab berupa bahan) Adat kebiasaan (politik, sosial, ekonomi, dsb.) Kebudayaan dan Agama bangsa Indonesia

II. Causa Formalis Pancasila (sebab berupa bentuk/bangun) 1. Notonagoro = a. Anggota BPUPKI (Soekarno & Hatta) b. 9 orang Penanda-tangan Piagam Jakarta menunjuk pada orangnya 2. Hasil pemikirannya (formulasinya) a. Formulasi Pancasila yang dikemukakan oleh Soekarno (1 Juni 1945) b. Formulasi Pancasila dalam Piagam Jakarta formulasi Pancasila dalam Pemukaan UUD 1945

III. Causa Finalis Pancasila (sebab berupa tujuan) Menurut Notonagoro adalah = calon dasar filsafat Negara a. Pidato Soekarno 1 Juni 1945 secara jelas menyebut bahwa tujuan dari pidatonya tentang Pancasila itu untuk merumuskan dasar Negara Indonesia Merdeka (Philosofische Grondslag) Calon Dasar Negara. b. Juga Pancasila dalam Piagam Jakarta yang ditandatangani pada tanggal 22 Juni 1945 Calon Dasar Negara.

Untuk Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945

Dapat dikatakan Causa Finalisnya Pancasila ialah dasar filsafat Negara, karena Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh P.P.K.I. dimaksudkan untuk dasar filsafat negara.

IV.Causa Efficiens Pancasila (sebab yang menimbulkan akibat). Menurut Notonagoro: P.P.K.I. merupakan causa efficiens, sebab P.P.K.I. yang secara resmi menetapkan Pembukaan UUD 1945 yang berintikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. P.P.K.I. disini bertindak atas kuasa Pembentuk Negara. Dengan demikian causa efficiens Pancasila ialah Pembentuk Negara Indonesia Merdeka

Jadi menurut Notonagoro: Asal-muasal Pancasila Dasar Falsafah Negara ialah = BANGSA INDONESIA yang dalam pergulatan mencapai kesempurnaan sebagai suatu bangsa menjadi causa materialis, causa formalis, causa finalis, causa efficiens dari Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Keberadaan Pancasila sama kuatnya dengan keberadaan manusia Indonesia, sebab manusia Indonesia-lah yang menjadi asal-muasal (causa) Pancasila, baik causa materialis, causa formalis, causa finalis, dan causa efficiens-nya.

2. Hakekat Pancasila
Dalam berfilsafat tentang Hakekat Pancasila Notonagoro mengambil teori filsafat Yunani Kuno, yaitu TEORI ABSTRAKSI Dia menganalisis istilah-istilah pokok yang digunakan dalam merumuskan Pancasila, yaitu: Ketuhanan Tuhan Kemanusiaan Manusia

Persatuan Satu Kerakyatan Rakyat Keadilan Adil Kata dasar = Tuhan, manusia, rakyat, dan adil mendapat awalan ke-, dan akhiran an yang menjadikan kata dasar itu sebagai KATA BENDA ABSTRAK. Sebagai awalan per- dan akhiran an, dalam per-satu-an menyatakan peristiwa atau hasil perbuatan.

1. Hakikatcausa prima Tuhan Tuhan ialah =


Notonagoro mendiskripsikan secara lengkap bahwa hakekat TUHAN ialah = a. sebab yang pertama dari segala sesuatu; b. yang selama-lamanya ada (abadi); c. yang ada hanya satu; d. yang merupakan asal mula dan tujuan segala sesuatu; e. sempurna dan kuasa; f.tidak berubah ; g. tidak terbatas; h. zat yang mutlak, tidak dapat tidak; i. mengatur tata tertib alam; j. wajib ditaklimi dan ditaati

Dalam deskripsi ini juga ditangkap dalil-dalil filsafat

Yunani Kuno theologia-Naturalis yang mendalilkan TUHAN sebagai: 1) Causa Prima; 2) Mottor Immobilis; 3) Sang Maha Pengatur Juga tersirat dalam Konsep Jawa tentang TUHAN, yaitu sangkan paraning Dumadi

2. Hakikat Manusia
Sebagai sesuatu yang tersusun: Mono-Pluralis (sarwa tunggal)

- tubuh dan jiwa - akal, rasa dan kehendak - sifat individual sekaligus sosial - mandiri berdaulat sekaligus makhluk Tuhan Semua itu menggerakkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat = ketubuhan, kejiwaan serta religius. Akal mengacu kebenaran Rasa mengacu keindahan Kehendak mengacu kebaikan Kalau ketiganya bergerak secara kodrati dan serasi maka manusia akan mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang membawanya ke arah kesempurnaan.

3. Hakikat Satu
Mutlak tidak terbagi
Tak terpisah dari yang lain Memiliki kepribadian

Mempunyai bentuk sendiri


Sifat dan keadaan sendiri

4. Hakikat Rakyat
Seluruh warga di dalam lingkungan daerah atau

negara tertentu, yang memiliki hak dan kewajiban asasi termasuk hak-hak demokrasi, yaitu:

Demokrasi politik (pendukung kekuasaan) Demokrasi fungsional (pendukung kepentingan)

5. Hakikat Adil
Setiap orang menerima apa yang menjadi haknya (konsep

klasik). Notonagoro merumuskan dengan kalimat yang agak komplek: a. Hakikat dari adil adalah: Dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang telah merupakan suatu hak meliputi hubungan antara: Negara (sebagai pendukung wajib) dengan Warganegaranya (Keadilan membagi/distribusi). b. Sebaliknya antara warganegara sebagai pendukung wajib dengan Negara (Keadilan bertaat/legal). c. Antara sesama warga-negara (keadilan sama-sama timbal balik/ komutatif ).

V. PANCASILA DALAM KONTEKS SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA


Membahas Topik di atas penting!

Setiap WNI memiliki pemahaman yang sama, persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada situasi tidak

kondusif, sehingga kredibilitas Pancasila diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis, karena: Penerapan Pancasila yang dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar filosofisnya sebagai Dasar Negara.

Krisis multidimensional tahun 1998 yang diikuti oleh

fenomena disintegrasi bangsa.


Perlu pemahaman Pancasila dan menempatkan Pancasila

dalam posisi yang sebenarnya dapat menjiwai perjuangan bangsa Indonesia di era Reformasi pada abad 21 ini.

A. Pancasila sebagai Dasar Negara

3 tahap perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara (Koento Wibisono): a. Tahap 1945 1968 Tahap Politis b. Tahap 1969 1994 Tahap Pembangunan Ekonomi c. Tahap 1995 2020 Tahap Repositioning Pancasila

Ad.a. Tahap Politis (1945 1960) Orientasi pengembangan Pancasila Nation and Character Building. Muncul gerakan pengkajian ilmu Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas. Pancasila tidak lagi sebagai alternatif melainkan suatu imperatif dan suatu philosophical consensus sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan masa depan bangsa. Masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu menempatkan Pancasila sebagai Asas Tunggal.

Ad.b. Tahap Pembangunan Ekonomi (1969 1994) Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui programprogram Ekonomi. Orientasi pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang Ekonomi akibat: cenderung menjadikan ekonomi sebagai ideologi. Muncul gejala: ketidakmerataan dalam pembagian hasil pembangunan, kesenjangan sosial, gejala KKN dan kroniisme, hancurnya negara komunis dan lahirlah raksasa Kapitalisme (AS, Eropa, Jepang).

Ad.c. Tahap Repositioning Pancasila (1995 2020) Dunia berubah arus globalisasi melanda seluruh dunia (abad 21) Arus Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar. Urgen menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kerangka mempertahankan jati diri bangsa, persatuan dan kesatuan nasional. Perlu ada reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara yang diletakkan dalam keutuhan dengan Pembukaan UUD 1945.

Reposisi Pancasila:
Realitas : Nilai-nilai Pancasila harus bersifat sein im

sollen dan sollen im sein. Idealitas: Idealisme yang terkandung bukan sekadar utopi tanpa makna, melainkan diobjektifikasikan sebagai kata kerja untuk membangkitkan gairah dan optimisme warga masyarakat guna melihat masa depan secara lebih prospektif. Flexibilitas: Pancasila bukan barang jadi yang sudah selesai, mandeg dalam dogmatig dan norma terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan jaman yang berkembang.

Reposisi Pancasila harus diarahkan pada pembinaan

dan pengembangan moral moralitas Pancasila dapat dijadikan dasar dan arah untuk mengatasi krisis dan disintegrasi. Harus disertai penegakan supremasi hukum.

B. Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia


Istilah Ideologi

Kata idea: gagasan, konsep, cita-cita logos: ilmu Ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian-pengertian dasar, gagasan-gagasan dan citacita. Ideologi: kumpulan gagasan2, ide2, keyakinan2, kepercayaan2 yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam pelbagai bidang kehidupan.

Ideologi Negara: dalam arti cita2 negara atau cita2

yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan, pada hakekatnya merupakan asas kerokhanian.

Ideologi Tertutup

* Suatu sistem pemikiran tertutup * Cita-cita satu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui masyarakat * Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan2 yang dibebankan kepada masyarakat * Tuntutan ketaatan mutlak, orang tidak diijinkan untuk mempersoalkan lagi (berdasarkan hati nuraninya, tanggung jawabnya atas hak2 asasinya).

Ideologi Terbuka

* Suatu sistem pemikiran terbuka * Nilai2 dan cita2nya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari nilai moral dan budaya masyarakat itu sendiri * Milik seluruh rakyat; masyarakat akan menemukan dirinya, kepribadiannya di dalam ideologi tersebut * Isinya tidak operasional, baru menjadi operasional apabila dijabarkan dalam konstitusi atau peraturan perundangan lainnya. * Setiap generasi baru dapat menggali kembali dasar filsafat negara itu untuk menemukan apa implikasinya bagi zaman masing2.

Makna ideologi bagi bangsa dan negara:

* Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya, melalui berbagai realisasi pembangunan. * Ideologi merupakan sumber semangat dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan

Terbuka * Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, IPTEK serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. * Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai2 yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah2 aktual.

* Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka: 1. Nilai Dasar: hakekat kelima sila Pancasila 2. Nilai Instrumental: merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksananya. 3. Nilai Praksis: realisasi nilai2 instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

* Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki tiga dimensi: 1 Dimensi Idealis: Nilai2 dasar yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk mewujudkan yang dicita-citakan. 2 Dimensi Normatif: Nilai2 yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma 3 Dimensi Realistis: Ideologi yang mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakekat sifat kodrat

manusia makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam ideologi Pancasila, mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu, namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain secara bersama. Manusia menurut Pancasila berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu nilai-nilai Ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia, baik dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Etika Ethos =

* Kelakuan * Kebiasaan * Kesusilaan * Moral Etika: Pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran moral. Etika atau filsafat Moral Dibagi 1. Individual = Kesusilaan manusia sebagai pribadi dalam kehidupan pribadi. 2. Sosial = Kesusilaan manusia sebagai makhluk sosial.

Pancasila Sistem Etika Pancasila menjadi pedoman moral langsung objektif kita dalam kehidupan sehari-hari misal: Bagaimana kita berdemokrasi Bagaimana kita berniaga Bagaimana kita menjunjung tinggi HAM Bagaimana kita saling menghormati

Maka Pancasila merupakan sebuah Sistem Etika

artinya: Kita manusia Indonesia membedakan: Mana yang haram dan yang halal Yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan Yang baik atau tidak baik

Politik

Kosa Kata = Politics = Bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem tersebut dan diikuti dengan pelaksanaan-pelaksanaan tujuan itu. NB: Politik menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals). = Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo)

Dimensi Politik Kehidupan Manusia

Manusia memerlukan masyarakat hukum yang dapat menjamin hak-haknya. Masyarakat hukum disebut Negara. Sifat kodrat manusia: Sebagai makhluk pribadi Sebagai makhluk sosial Dimensi politik manusia berkaitan dengan kehidupan: Negara dan Hukum

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Politik

Apa sebenarnya esensi dan status Pancasila? 1.Esensi formula dasar Nasionalisme Indonesia, telah mempengaruhi budaya politik Indonesia 2.Status suatu kontrak politik bersejarah yang bersifat mendasar, mengikat seluruh rakyat dan seluruh jajaran pemerintah

Dua Tantangan Pancasila

1. Tantangan Konseptual Bagaimana memahami dan merumuskan secara jernih tentang kandungan nilai dan makna Pancasila, baik masing-masing sila maupun Pancasila sebagai kebulatan ide. Misal: Sila I Apakah negara Indonesia merupakan negara Theokrasi? Mengapa Pancasila yang sudah disepakati dalam Pembukaan UUD 1945 harus didampingi oleh tuntutan diberlakukannya Piagam Jakarta? Apakah tepat kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara digunakan untuk mewajibkan para penganut agama menjalankan syariat agama?

2. Tantangan Kelembagaan Kesamaan visi dan paham sila-sila Pancasila Bagaimana menuangkan ke dalam sistem politik dan sistem kenegaraan Indonesia. Dimensi kelembagaan Pancasila perlu memberikan jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat. NB: Pada masa lalu, penuangan ke dalam sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintahan negara ditata menurut model sentralistik yang dikenal dalam budaya politik Jawa.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum & HAM


Hak Asasi Manusia Hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut kembali Yang berasal dari martabat yang melekat pada manusia Dimiliki semua manusia Merupakan landasan bagi Kebebasan, Keadilan, dan Perdamaian di dunia [Mukadimah DUHAM]

Karakteristik HAM Dijamin secara inernasional Dilindungi oleh hukum Titik berat pada harkat dan martabat manusia Melindungi individu dan kelompok Tidak dapat dicabut Setara dan inter-dependen Universal

Landasan berpikir HAM Pengakuan atas harkat dan martabat yang melekat, hak-hak yang setara dan tidak terpisahkan dari semua orang Pengabaian terhadap HAM telah mengakibatkan terjadinya perilaku kejam dan tidak manusiawi Manusia harus dilindungi agar tidak terpaksa melakukan pemberontakan terhadap tirani dan penindasan

Kesetaraan antar semua manusia di muka bumi, sehingga perkembangan sosial dan standar kehidupan yang lebih bebas dapat dicapai
Diperlukan adanya commond standard tentang HAM bagi semua orang dan bangsa Setiap negara berkewajiban untuk memastikan dilindungi dan dimajukannya HAM

Hak Asasi Manusia Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. [Pasal 1 (1) UU No. 39 Tahun 1999]

Hukum Aturan Yang merupakan bagian Kehidupan bermasyarakat Disepakati bersama (atau ditentukan penguasa?) Sebagai acuan berperilaku Untuk mengatur hubungan Antar individu, antar kelompok manusia, antara individu/kelompok dengan negara

Sehingga hukum berfungsi sebagai: Alat pengendalian sosial (social control) Alat penyelesaian sengketa (dispute settlement mechanism) Alat rekayasa sosial (a tool of social engineering)

Masalahnya, kini hukum dipersepsi publik sebagai: Alat pemegang kekuasaan Bersifat diskriminatif Tidak berpihak pada rakyat Tidak memuat keadilan seutuhnya Bermakna ganda Merupakan komoditi

HAM dan Hukum Thomas Hobbes: HAM adalah jawaban terhadap kondisi Homo Homini Lupus, Bellum Omnium Contra Omnes. Sangat penting untuk melindungi HAM dengan peraturan hukum supaya orang tidak terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir menentnag tirani dan penindasan (butir 3 Mukadimah DUHAM).

Sejumlah masalah berkenaan dengan bidang hukum dan HAM antara lain: Sistem peradilan yang kurang independen. Belum memadaikan perangkat hukum yang mencerminkan keadilan sosial. Inkonsistensi dan diskriminasi dalam penegakan hukum. Besarnya intervensi kekuasaan terhadap hukum. Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat. Rendahnya pemahaman para pembuat keputusan dalam berbagai tingkatan mengenai hukum dan HAM

Dampak: Memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan HAM. Muncul pertanyaan: Kemana larinya nilai-nilai Pancasila yang luhur? Apakah masih dianut sebagai nilai yang mendasari kehidupan bangsa Indonesia atau sudah memudar karena perubahan sosial?

Kerangka pikir yang dapat ditarik dari sila-sila Pancasila dalam Pembangunan Hukum dan HAM:
Sila 1

a. Negara berkewajiban menjamin hak dan kewajiban dasar pada setiap individu untuk beragama secara bebas; b. Ketentuan perundang-undangan harus selalu mengacu pada nilai-nilai Ketuhanan yang universal; c. Semua individu dalam negara memiliki hak yang asasi untuk memilih dan menjalankan ibadahnya sesuai dengan yang ia percayai dan tiada apapun yang dapat memaksanya untuk memilih atau menjalankan ibadahnya tersebut.

Sila 2

a. Setiap individu memiliki kebebasan mendasar yang dijamin negara, dan hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain; b. Setiap individu harus diperlakukan sama oleh Negara tanpa melihat asal usul biologis maupun sosialnya; c. Hak atas hidup yang berkualitas, hak atas rasa aman dari ancaman, serangan atau derita apapun dimiliki oleh setiap individu; d. Setiap individu harus dilindungi dan berhak untuk tidak disisika secara psikis maupun psikologis oleh pejabat publik.

Sila 3

a. Penghormatan pada setiap perbedaan yang ada b.Penghormatan pada hukum dan masyarakat adat c. Harmoni dan keseimbangan

Sila 4

Hak untuk turut serta dalam pemerintahan, mengutamakan partisipasi publik dalam kerangka Good Governannce. Implikasinya dalam proses pengambilan keputusan, publik harus dilibatkan untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Sila 5

a. Hak atas pendidikan, pekerjaan, perumahan yang layak bagi setiap insan. b.Hak atas keadilan hukum yang didasari pada asas persamaan di muka hukum. c. Adanya mekanisme hukum yang memastikan bahwa keadilan diberikan pada setiap insan.

You might also like