You are on page 1of 14

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu impian setiap perempuan untuk melengkapi peran utamanya sebagai seorang ibu. Narnun, tidak semua hasil persalinan dan kehamilan akan menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat, tetapi ibu harnil bisa menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sarnpai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu hamil risiko tinggi, maupun rendah yang mengalami komplikasi pada persalinan (Eka, 2009). Salah satu masalah yang hampir selalu dihadapi dalam kehamilan adalah kehamilan resiko tinggi (KRT). Kehamilan risiko tinggi merupakan suatu kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu serta janin atau bayi yang dilahirkan terancam (Irma, 2008). Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap kehamilan dengan adanya faktor resiko tertentu akan menyebabkan wanita tersebut dan bayinya menghadapi morbiditas dan mortalitas yang tinggi selama kehamilan,saat persalinan dan setelah melahirkan. Terdapat beberapa faktor resiko dalam KRT, seperti usia ibu ketika hamil dan melahirkan, Ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dan terlalu tua (di atas 35 tahun), Frekuensi melahirkan telah empat kali melahirkan atau lebih dan jarak antar kelahiran atau persalinan kurang dari 24 bulan, termasuk kelompok yang berisiko tinggi dan menambah peluang kematian ibu semakin besar (Sumarjati, 2005). Menurut teori, kehamilan resiko tinggi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya keguguran, perdarahan yang masif dalam masa kehamilan, persalinan kasep dan sulit, serta kematian ibu. Sedangkan pada bayi akan potensial menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah, bayi prematur, cacat bawaan, dan kematian bayi. (Irma, 2008) Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi perdarahan dimasa kehamilan dan persalinan (Depkes, 2004). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam

terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi, khususnya angka kematian bayi baru lahir masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004). Pada tahun 2005, AKI di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup. Walaupun angka ini terus menurun, namun bila dibandingkan dengan target nasional yang akan dicapai pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target ini akan sulit dicapai (Irma, 2008). Data nasional tahun 2005 menyebutkan terdapat kasus kehamilan risiko tinggi sebesar 22,4% dari total kehamilan di Indonesia, dengan rincian hamil terlalu muda (<18 thn), sebesar 4,1%, Hamil terlalu tua (>34 thn) sebesar 3,8%, jarak terlalu dekat (<2 thn) sebesar 5,2%, dan jumlah anak terlalu banyak (> 3 orang) sebesar 9,4% (Sumarjati, 2005). Data di Kabupaten Gianyar khususnya di wilayah Puskesmas Payangan terjadi kecenderungan peningkatan kasus kehamilan resiko tinggi, yaitu pada tahun 2010 sebanyak 112 kasus (21,29% dari total kehamilan), sedangkan tahun 2009 sebanyak 106 kasus (19,96% dari total kehamilan). Puskesmas Payangan mempunyai cakupan wilayah yang cukup luas, meliputi sembilan desa. Jikaditelaah pada masing-masing desa, proporsi tertinggi KRT berada pada Desa Kerta yaitu sebesar 29,24 % pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 angka ini sebesar 39,28%. Peningkatan tersebut tentu sangat disayangkan mengingat pemerintah telah mengeluarkan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang telah dilaksanakan oleh seluruh puskesmas di Indonesia. Program yang diberikan untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak tertuang dalam program KIA yang diterapkan di Puskesmas Payangan. Untuk masalah kehamilan beresiko, sesuai dengan pedoman program KIA tahun 2010, puskesmas berperan dalam informasi dan edukasi pada seluruh wanita usia subur di wilayah kerjanya, kemudian melakukan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan beserta mengajak masyarakat di wilayahnya untuk ikut peduli dengan ibu hamil dan wanita usia subur. Dari berbagai kajian tersebut terlihat bahwa masalah kehamilan risiko tinggi bukan hanya masalah medis, melainkan sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sementara masalah kesehatan masyarakat selalu menyangkut unsur-unsur lain di luar kesehatan seperti sosial, ekonomi, budaya. Komponen-komponen yang ada di dalamnya 2

bukan hanya menyangkut individu yang menderita sakit saja tetapi juga melibatkan sistem kesehatan yang ada. Maka perlu dilakukan upaya dan pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah ini. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi.

BAB 2 PERENCANAAN DI PUSKESMAS 2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Payangan, diperoleh jumlah ibu hamil berusia dibawah 20 tahun di wilayah kerja Puskesmas Payangan pada tahun 2010 adalah sebanyak 44 orang. Kemudian data tahun 2011 sampai bulan Mei jumlah ibu hamil yang berusia dibawah 20 tahun adalah sebanyak 38 orang. Jika ditelaah pada masing-masing desa, jumlah ibu hamil tersebut terbanyak berasal dari Desa Kerta yaitu sebanyak 12 orang dengan proporsi sebanyak 27,27 % pada tahun 2010. Jumlah tersebut hingga Mei 2011 sebesar 17 orang dengan proporsi sebanyak 44,73%. Data yang diperoleh lewat wawancara dengan pihak Kepala Desa Kerta menyebutkan ada ada 3 kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yang terjadi pada warga Desa Kerta yaitu 2 siswi SMA dan 1 orang siswi SMP selama periode 2010-2011. Kejadian tersebut akhirnya berujung pada pernikahan dan siswi tersebut mengundurkan diri dari sekolah. Ini menunjukkan pentingnya pengetahuan bahaya kehamilan risiko tinggi terutama pada usia muda sehingga diharapkan kehamilan dini bisa dicegah. 2.2 Analisis Masalah Permasalahan tersebut di atas jika dianalisis lebih mendalam dapat disimpulkan beberapa penyebab baik yang langsung dan tidak langsung, yaitu : 1. Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian. 2. Keadaan sosial perekonomian masih rendah. Ada kemungkinan remaja dengan sengaja melangsungkan perkawinan pada usia muda karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu, untuk menutupi 4

kebutuhan biaya kehidupan sehari-hari, untuk beberapa waktu lamanya. Hal ini tentu saja berdampak terjadi kehamilan usia muda pada remaja. 3. Sifat-sifat keremajaan masih dominan, seperti emosi yang tidak stabil, belum mempunyai kemampuan yang matang untuk menyelesaikan konflik-konflik yang dihadapi, serta belum mempunyai pemikiran yang matang tentang masa depan yang baik sehingga akan sangat mempengaruhi perkembangan psikososial. Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko. Salah satu faktor risiko yang sangat penting dan umumnya paling awal dialami seorang perempuan adalah kehamilan pada usia muda. Kehamilan pada usia muda atau primi muda termasuk dalam keriteria Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO), sehingga kehamilan ini perlu diwaspadai. Menurut Poedji Rochjati (2003) primi muda muda ibuu hamil pertama pada umur kurang atau sama dengan 16 tahun. Menurut klasifikasi Puskesmas Payangan,, golongan umur yang termasuk primi muda adalah kehamilan pertama pada umur ibu kurang dari 20 tahun. Dalam hal ini, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Adapun bahaya yang mungkin terjadi antara lain : Bayi lahir belum cukup umur Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. Kelompok umur kurang dari 20 tahun merupakan kelompok umur yang dikategorikan remaja, namun hal ini masih bervariasi pada beberapa instisusi (Eka, 2009). Menurut WHO batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun. Sementara menurut Undang-Undang Perlindungan Anak no 22 tahun 2003, bataan usia remaja adalah 10-18 tahun. Pada masa itu merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Dalam masa itu banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik, psikis dan mental yang mengarahkan pada pentingnya pengetahuan dan informasi akan kesehatan reproduksi. 5

Kesalahan dalam menyaring infromasi dan pengambilan keputusan dalam masa remaja biasanya sering membawa masalah yang berkaitan dengan aktivitas seksual seperti hubungan seks pra nikah (HSPN), kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, pernikahan usia dini dan juga kekerasan seksual (perkosaan) yang kasusnya semakin meningkat. Permasalah ini akan membawa dampak negatif baik dari segi sosial dan kesehatan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah sosial dan kesehatan untuk kedepannya. Semua permasalahan tersebut berawal dari kurangnya informasi yang benar tentang masalah kesehatan reproduksi baik dari orang tua, sekolah dan teman sepergaulan yang pada akhirnya terjadi kehamilan, bahkan kehamilan risiko tinggi pada usia muda. Salah satu wadah yang paling sederhana dimana remaja dapat berkumpul, bergaul dan mandapat informasi yang benar khususnya pada remaja di pedesaan yaitu melalui sekaa teruna teruni. Sekaa teruna teruni (STT) adalah kumpulan, wadah, karang organisasi sosial pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Menurut Permensos Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna disebutkan bahwa salah satu tujuan STT adalah mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggung jawab sosial setiap generasi muda warga karang taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah social (Anonim1, 2010). Sehubungan dengan tujuan itu, diharapkan terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga karang taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan. Oleh karena itulah STT merupakan salah satu sasaran yang tepat dalam memberikan penyuluhan dan informasi tentang kehamilan risiko tinggi khususnya kehamilan pada usia muda sehingga diharapkan kehamilan pada usia muda dapat dicegah.

2.3 Tujuan Penyuluhan 1. Untuk memberikan pengetahuan atau informasi yang benar kepada remaja khususnya seka teruna teruni Banjar Kerta tentang pengertian KRT terutama usia muda. 2. Untuk memberikan pengetahuan atau informasi yang benar kepada remaja khususnya seka teruna teruni Banjar Kerta tentang pengertian klasifikasi dan bahaya KRT menurut Poedji Rohayati 3. Untuk memberikan pengetahuan atau informasi yang benar kepada remaja khususnya seka teruna teruni Banjar Kerta tentang konsep pencegahannya 2.4 Kelompok Sasaran Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah seka teruna teruni Banjar Kerta yang berjumlah 35 orang dengan pertimbangan keterbatasan tempat yang tidak cukup untuk menampung seluruh teruna teruni di satu tempat. Dipilihnya STT Banjar Kerta menjadi sasaran penyuluhan karena angka kehamilan risiko tinggi pada usia kurang dari 20 tahun menempati peringkat tertinggi di Kecamatan Payangan. 2.5 Strategi Penyuluhan 1. Mempersiapkan ketenagaan 1. Persiapan materi penyuluhan 2. Penguasaan materi penyuluhan 3. Penguasaan cara-cara penyampaian materi 4. Penguasaan dalam pemilihan dan penggunaan alat peraga 2. Pelaksanaan penyuluhan 1. Perkenalan tim penyuluhan 2. Dilakukan pre test kepada para teruna teruni sebelum dilakukan penyuluhan untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kehamilan risiko tinggi. 3. Kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan kehamilan risiko tinggi oleh tim penyuluh.

5. Setelah semua materi disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab dengan para teruna teruni tentang materi yang telah disampaikan dan juga permasalahan seputar kehamilan risiko tinggi. 6. Sebagai bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan kemudian akan dilakukan dengan post-test. 2.6 Isi Penyuluhan Materi penyuluhan yang akan disampaikan pada kegiatan ini yaitu: a. b. c. Pengertian Kehamilan Risiko Tinggi Klasifikasi dan Bahaya KRT menurut Poedji Rohayati Konsep pencegahannya

2.7 Metode Penyuluhan Penyuluhan akan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. 2.8 Media Penyuluhan Saat penyuluhan PKM, ada beberapa sarana dan media yang dipakai untuk mendukung proses berlangsungnya kegiatan PKM ini untuk mempermudah penyampaian materi penyuluhan PKM. 1. Laptop 2. LCD dan layar yang disediakan pihak Puskesmas Payangan 3. Materi presentasi dalam bentuk power point 4. Brosur materi 5. Soal pre test dan post test

2.9 Menyusun Rencana Pelaksanaan No . 1. Waktu Selasa 10/6/ 2011 Kegiatan Kordinasi waktu dan tempat penyuluhan Pre-test Sasaran Ketua Seka Teruna Teruni Br Kerta Tujuan Metode Sarana Ket

2.

Minggu 19/6/ 2011

35 orang yang ditunjuk oleh ketua STT

Mengetahui Wawangambaran cara teruna teruni tempat penyuluhan Mengetahui Menpengetahuan jawab teruna teruni pretentang test KRT sebelum penyuluhan

Daftar pertan yaan pretest

Pelaksanaan penyuluhan

35 orang yang ditunjuk oleh ketua STT

Memberikan informasi tentang KRT

Post-test

3.

Selasa Penyusunan 21/6/ laporan hasil 2011 penyuluhan 2.10 Rencana Evaluasi PKM

Cera Slide, mah LCD dan kompu disku ter, si brosur Tanya jawab Mengevalu- Men- Daftar asi jawab pertan pemahaman postyaan teruna teruni test postterhadap test materi penyuluhan Mengevaluasi hasil kegiatan

2.10.1 Penilaian Proses 1. Indikator penilaian a. Dukungan dari pihak Puskesmas Payangan dan Banjar Kerta b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan c. Jumlah peserta minimal 70% dari total STT d. Ketercukupan dana dalam melaksanakan PKM e. Sarana yang dipergunakan untuk penyuluhan 2. 3. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama dan setelah pelaksanaan kegiatan Cara penilaian a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas Payangan dan Banjar Kerta b. Dana yang dipergunakan tidak melebihi perkiraan c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana 4. Penilai Dokter Muda (pemberi penyuluhan PKM) 2.9.2 Penilaian Hasil 1. Indikator penilaian Peningkatan pengetahuan dan keterlibatan para peserta penyuluhan dinilai dengan membandingkan hasil pre test dan post tes. Hasil dianggap baik apabila : a.Hasil post test nilai 70 b. 2. 3. Ada peningkatan hasil nilai dari pre test dan post test Waktu penilaian Cara penilaian

Sebelum dan setelah penyuluhan Mengunakan lembar soal pre test dan post test yang terdiri dari 10 item pertanyaan. 4. Penilai Dokter Muda (pemberi penyuluhan PKM)

10

BAB 3 PELAKSANAAN PKM

Kegiatan PKM Kehamilan Risiko Tinggi ini dilaksanakan di gedung pertemuan Desa Kerta Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar pada tanggal 19 Juni 2011. Rangkaian kegiatan ini terdiri atas dua acara utama yaitu pensentasi materi KRT dan diskusi seputar KRT yang dimulai pada pukul 19.00 WITA sampai dengan pukul 21.05 WITA. Animo muda-mudi anggota STT dalam mengikuti penyuluhan cukup tinggi, dikatakan demikian karena hampir sebagian besar anggota STT yakni sebanyak 30 orang dari total 35 orang datang mengikuti rangkaian kegiatan penyuluhan yang bertempat di gedung pertemuan Desa Kerta dengan didampingi kepala desa Kerta. Sesuai dengan rencana pelaksanaan, dokter muda (pemberi penyuluhan PKM) tiba di gedung pertemua Desa Kerta pada pukul 18.30 bersama Dokter Puskesmas dan Staf Puskesmas Payangan yang akan turut memantau kelangsungan penyuluhan. Setelah memberitahukan kesiapan penyuluhan kepada ketua STT dan meminta agar para muda mudi berkumpul ke gedung pertemuan untuk mengikuti rangkaian penyuluhan, selanjutnya acara PKM dilaksanakan yang dimulai pada pukul 19.00 WITA diawali dengan pengarahan dari Kepala Desa Kerta dan dokter Puskesmas. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan para dokter muda dan dilanjutkan pemberian pre-test KRT. Pemberian materi berlangsung selama 35 menit dan tanya jawab berlangsung selama 70 menit, dilanjutkan dengan pemberian dan pembahasan post test , sehingga berakhir pada pukul 21.05 WITA. Kegiatan penyuluhan meliputi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. :

Perkenalan dengan peserta penyuluhan PKM. Absensi peserta penyuluhan sesuai daftar hadir yang telah disiapkan. Pre-Test Pemberian penyuluhan berupa materi KRT Tanya jawab Post Test Siswa kembali berkumpul di balai banjar 11

8. 9. 10.

Penutup Peserta kembali pulang Membereskan perlengkapan penyuluhan bersama-sama dengan staf Puskesmas, kemudian kembali ke Puskesmas Payangan

12

BAB 4 EVALUASI 4.1 Evaluasi Proses Pihak Puskesmas telah mendukung adanya kegiatan ini, dengan segala bantuan yang diberikan berupa bantuan dalam permohonan ijin untuk mengadakan penyuluhan ke pihak kecamatan, desa dan banjar Kerta juga pinjaman sarana LCD dan layarnya. Pihak banjar Kerta baik ketua STT, klian banjar, kepala desa, sangat mendukung, dengan mempersiapkan waktu dan peserta penyuluhan. Waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu tanggal 19 Juni 2011 pukul 19.00 WITA. Sarana berupa LCD dan laptop untuk menampilkan materi penyuluhan, dan brosur bahan bacaan peserta. Jumlah peserta yang hadir melebihi target 70 % dari jumlah total muda-mudi, yakni sebanyak 30 orang (85,71%).dari 35 siswa. Metode yang digunakan dalam penyuluhan sudah sesuai dengan rencana yaitu pemberian materi dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab seputar KRT, walaupun pertayaan lebih banyak mengarah pada kesehatan reproduksi remaja seperti menstruasi dan masa subur. 4.2 Evaluasi Hasil Pada saat penyuluhan dilaksanakan, peserta tampak antusias walaupun sesekali tampak beberapa peserta berbicara dengan temannya tapi mereka tetap memperhatikan penjelasan dari pemberi penyuluhan PKM. Peserta penyuluhan PKM sangat antusias dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemberi penyuluhan PKM selama kegiatan tanya jawab. Begitu pula saat dilakukan pre test dan post test, peserta manjawab dengan tertib dan tepat waktu. Pada pre test awal hanya sebesar 16,67% peserta bias menjawab pertanyaan dengan nilai lebih dari 70. Pada post tes sebesar 100% peserta dapat mencapai nilai lebih dari 70. Hal ini dapat disimpulkan tingkat pemahaman peserta terhadap materi penyuluhan sangat baik.

13

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah dapat direalisasikan dengan baik. Selama persiapan, dokter muda banyak mendapat bantuan baik dari pihak Puskesmas Payangan, Kecamatan, Desa Kerta, dan Banjar Kerta, Selama penyuluhan berlangsung dan diikuti pelaksanaan pre test dan post test dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan muda mudi STT Banjar Kerta mengenai pentingnya KRT terutama pada usia muda. 5.2 Saran 1. Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah, serta sedapat mungkin meneruskan informasi mengenai KRT ini kepada lingkungan sekitarnya . 2. Kegiatan seperti ini hendaknya dilaksanakan secara rutin sesuai dengan prioritas masalah kesehatan yang terjadi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat

14

You might also like