You are on page 1of 44

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Kantor pos sangat ramai.

. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru (ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

1. Penulisan imbuhan (imbuhan awalan, imbuhan akhiran, imbuhan sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: beli = membeli (prefiks) beli = belikan (sufiks) beli = pembelian (konfiks) gigi = gerigi (infiks)

2. Penulisan imbuhan awalan atau akhiran terhadap bentuk gabungan kata ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau yang langsung mendahuluinya. Contoh: tekuk lutut = bertekuk lutut tanggung jawab = bertanggung jawab garis bawah = garis bawahi angkat kaki = mengangkat kaki kembang biak = kembang biakkan

3. Penulisan imbuhan gabungan (konfiks) terhadap kata gabung dirangkai sekaligus dengan termasuk dua kata yang berupa kata gabung sebagai bentuk dasarnya tadi. Contoh: Lipat ganda = melipatgandakan meja hijau = dimejahijaukan tumbuh kembang =ditumbuhkembangkan

4. Jika salah satu unsur dalam gabungan kata itu hanya dipakai sebagai kombinas, maka gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Contoh: Asosial Antitoksin Multidimensi Noneksakta wiraswasta

5. Jika bentuk terikat sebagaimana disebutkan di atas diikuti oleh kata yang huruf awalnya berupa huruf besar, maka diantara kedua unsur tersebut dituliskan tanda hubung (-). Contoh: non-Indonesia pan-Amerika 6. Jika unsur "maha" sebagai unsur gabungan kata diikuti oleh kata dasar maka penulisannya dirangkaikan. Namun jika diikuti oleh bukan bentuk dasar maka ditulis terpisah. Contoh: Tuhan Mahakasih (serangkai) Tuhan Maha Pengasih (terpisah)

Penulisan kata ulang ditulis dengan mempergunakan tanda hubung, bukan mempergunakan tanda ulang dengan angka 2 (dua). Kecuali untuk ragam penulisan cepat yang mempergunakan waktu pendek karena pertimbanganpertimbangan tertentu, misalnya oleh para wartawan pada saat tertentu. Contoh: anak-anak (bentuk dasar) baik-baik (bentuk dasar) berjalan-jalan (berawalan) sayur-mayur (berubah bunyi) keibu-ibuan (berimbuhan gabungan) setinggi-tingginya (berimbuhan gabungan)

1. Penulisan kata yang majemuk pada umumnya ditulis terpisah. Walau demikian ada juga beberapa bentuk kata majemuk yang boleh ditulis serangkai. Hal tersebut disebabkan gabungan kata majemuk tersebut sudah sangat kental atau pekat. Misalnya : duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah. Contoh yang penulisannya digabung: matahari, Saputangan, Maharaja, Bagaimana.

2. Penulisan gabungan dua kata sebagaimana halnya di atas yang menimbulkan salah baca atau salah pengertian dapat diberi tanda hubung sebagai tanda penegasan atas pertalian hubungan antara dua unsur yang digabungkan. Misalnya: alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)

3. Penulisan kata majemuk yang hubungannya dianggap sudah senyawa benar sebagai bentuk satu kata maka penulisannya serangkai. Contoh: acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halalbihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna, prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi. 5. Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu ditulisakan tanda hubung (-). Misalnya: non-Asia, neo-Nazi

Kata ganti ku, kau dan nya sebagai bentuk singkat kata aku, engkau dan dia ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. aku bawa, aku ambil, menjadi kubawa, kuambil engkau bawa, engkau ambil, menjadi kaubawa, kauambil Punya dia, menjadi punyanya Misalnya : Apa yang kumiliki boleh kauambil Bukuku, bukumu dan bukunya tersimpan di perpustakaan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Tinggalah bersama saya di sini. Di mana orang tuamu? Saya sudah makan di rumah teman. Ibuku sedang ke luar kota. Ia pantas tampil ke depan. Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar. Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:

Salah Sikecil Sipemalu Sangdiktator Sangkancil

Benar si kecil si pemalu sang diktator sang kancil

1. Partikel lah dan kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah peraturan ini sampai tuntas. Siapakah tokoh yang menemukan radium? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya. Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.

Catatan: Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun. Misalnya: Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu. Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi. Walaupun hari hujan, ia datang juga.

3. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu). Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. 1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: A.S. Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs. M.B.A. (master of business

administration) M.Sc. (master of science) S.E. (sarjana ekonomi) S.Kar. (sarjana karawitan) S.K.M. (sarjana kesehatan masyarakat) Bpk. (bapak) Sdr. (saudara) Kol. (kolonel)

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) SMTP (Sekolah Menengah Tingkat Pertama) PT (Perseroan Terbatas) KTP (Kartu Tanda Penduduk)

3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: Tetapi: dll. (dan lain-lain) a.n. (atas nama) dst. (dan seterusnya) d.a. (dengan alamat) hlm. (halaman) u.b. (untuk beliau) sda. (sama dengan atas) u.p. (untuk perhatian) Yth. (Yang terhormat) s.d. (sampai dengan)

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu (kuprum) TNT (trinitrotoluen) cm (sentimeter) kVA (kilovolt-ampere) l (liter) kg (kilogram) Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah)

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) LAN (Lembaga Administrasi Negara) PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) SIM (Surat Izin Mengemudi)

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)

3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu (pemilihan umum) radar (radio detecting and ranging) rapim (rapat pimpinan) rudal (peluru kendali) tilang (bukti pelanggaran)

Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut: Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazin pada kata Indonesia. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Angka Arab Angka Romawi

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta. Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.

3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Contoh :
0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter Rp5.000,00 US$3,50
tahun 1928

pukul 15.00 10 persen 27 orang

5,10 100 2.000 rupiah

17 Agustus 1945 1 jam 20 menit

Catatan: (1) Tanda titik pada contoh US$3,50 dan 5,10 merupakan tanda desimal. (2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, , dan tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5 Hotel Mahameru, Kamar 169 6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 2: 3

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh Misalnya: dua belas (12) tiga puluh (30) lima ribu (5000) b. Bilangan pecahan Misalnya: Setengah (1/2)

seperenam belas (1/16) tiga perempat (3/4) dua persepuluh (0,2) atau (2/10) tiga dua pertiga (3 2/3) satu persen (1%) satu permil (1 )

Catatan: (1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan. (2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya: 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga) 22/ (dua-puluh-dua pertiga puluh) 30 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas) 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga) 152/ (seratus-lima-puluh-dua pertiga) 3

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: a. Pada awal abad XX (angka Romawi kapital) Dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab) Pada awal abad kedua puluh (huruf) b. Kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi) Di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab) Di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. Misalnya: lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima-ribuan)

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan: 1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. 2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan. 3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

You might also like