You are on page 1of 3

Antropologi Hukum

Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Antropologi Hukum, Antropologi Sosial, dan Antropologi Budaya! 2. Apakah Antropologi Hukum itu sudah merupakan sebuah disiplin ilmu? Mengapa?Kemukakan argummen anda! 3. Kemukakan wawasan anda tentang sifat Antropologi Hukum! 4. Berikan uraian dilengkapi contoh model-model penggunaan Antropologi Hukum! 5. Bagaimana pendapat anda tentang hubungan anatara budaya, hukum, dan perubahan sosial? JAWABAN 1. Kesamaan dari antropologi hukum, antropologi sosial, dan antropologi budaya adalah samasama merupakan cabang ilmu sosial dan sama-sama suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia. Antropologi hukum merupakan bagian dari antropologi yang mempelajari suatu prilaku hukum masyarakat, budaya hukum masyarakat, dan cara pandangnya terhadap hukum dan produk-produk turunannya. Antropologi social merupakan salah satu cabang dari studi antropologi yang mengambil interaksi kehidupan manusia sebagai objek studinya. Sedagkan antropologi budaya merupakan salah satu cabang dari studi antropologi yang mengambil kebudayaan sebagai objek studinya. Aspek-aspeknya antara lain meliputi masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di seluruh dunia, masalah perkembangan, penyebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan di seluruh dunia, dan masalah azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. 2. Pada dasarnya antropologi hukum merupakan suatu bagian dari Ilmu Sosial dan antropologi pun merupakan suatu disiplin ilmu yang mana berdiri sendiri. Didalam Antropologi Hukum, memiliki beberapa sifat yang utama diantaranya yakni: 1. Empiris (empirical), bahwasannya antropologi hukum merupakan sebuah disiplin ilmu yang didalamnya berdasarkan atas: - Hasil observasi terhadap suatu kenyataan yakni segala sesuatu yang telah terjadi dan dikenal dengan istilah sosial fact, - Penggunaan akal sehat yakni dikenal dengan istilah true logic, - Segala sesuatu yang dihasilkannya tidak spekulatif dan dikenal dengan istilah data based. 2. Teoritis (theoretical), bahwasannya antropologi hukum selalu menyusun abstraksi yakni suatu kesatuan yang dihasilkan dari unsur-unsur yang tersusun logis dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas diantara fenomena dari hasil-hasil sebuah penelitian. 3. Komulatif, bahwasannya teori-teori Antropologi Hukum yang terlahir atau baru dibentuk dengan mengacu terhadap sesuatu yang sudah ada yakni bertujuan untuk memperkuat, memperbaiki, memperluas dan bahkan membantah teori-teori sebelumnya yang tidak sesuai atau bisa dikatakan sebagai revisi atau evaluasi dari sesuatu hal yang sudah ada. 4. Non-Etis, bahwasannya antropologi hukum bukanlah sesuatu untuk menilai baik atau tidaknya suatu data, melainkan antropologi hukum merupakan sesuatu yang dimaksudkan untuk menjelaskan sesuatu secara analitis, logis dan sistematis. Setelah melihat dan menyimak empat sifat utama yang dimiliki oleh antropologi hukum, maka dapat disimpulkan bahwasannya: a. Antropologi hukum merupakan bagian dari Ilmu sosial (social sciences).
1.

b. Antropologi hukum merupakan disiplin ilmu kategoris, bahwasannya antropologi hukum bertujuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sedang dan telah terjadi bukan untuk menjelaskan akan apa yang seharusnya terjadi. c. Antropologi hukum merupakan disiplin ilmu murni (pure science) bukan ilmu terapan (applied science). d. Antropologi hukum merupakan disiplin ilmu yang abstrak (abstract science). e. Antropologi hukum selalu bertujuan memperoleh pengertian-pengertian dan pola-pola yang bersifat umum dari berbagai aktivitas manusia dalam dunia hukum. f. Antropologi hukum bersifat empiris dan logis yakni teori-teori dari antropologi hukum selalu berdasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dan metode yang dipakai untuk menganalisisnya adalah metode ilmiah. Secara ringkas, metode ilmiah disusun menurut urutan sebagai berikut: a. Menemukan dan merumuskan masalah. b. Menyusun kerangka teoritis. c. Membuat hipotesis. d. Menguji hipotesis dengan percobaan (observasi, eksperimen, dsb). e. Menarik kesimpulan. 3. Antropologi hukum memiliki tiga unsur utama dari sebuah disiplin ilmu yang membedakan antara satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya. Hal ini yang dijadikan sebagai alasan utama bahwasannya antropologi hukum merupakan sebuah disiplin ilmu. Unsur-unsur utama dari sebuah disiplin ilmu tersebut adalah: 1. Ontologi Ontologi adalah suatu pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi selalu membahas pertanyaan-pertanyaan yang mendalam atas sesuatu pengetahuan yang dibahas sampai pengetahuan tersebut memiliki keterangan yang jelas, apa yang ingin ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, sesuatu pengkajian mengenai teori tentang "ada". Adapun macam pertanyaan yang ada dalam ontologi tersebut diantaranya adalah: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia dan bagaimanakah caranya? 2. Epistemologi Epistemologi adalah suatu pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Adapun macam pertanyaan yang ada pada epistemologi diantaranya adalah: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja? 3. Aksiologi Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral suatu pengetahuan. Aksiologi menjawab pertanyaan-pertanyaan yakni: Untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang di telaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional? Dari penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwasannya Antropologi Hukum itu sudah merupakan sebuah disiplin ilmu. 4. Model-model yang populer dalam study antropologi hukum adalah:

1. Kerja lapangan (fieldwork methodology) , model atau metode study ini ditujukan untuk memahami eksistensi dan bekerjanya hukum dalam situasi normal maupun suasana sengketa. 2. Penggunaan pendekatan holistik (holistic approach), model ini selalu mengaitkan fenomena hukum dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain seperti ekonomi, politik, organisasi, sosial, religi, ideologi, dan sebagainya dalam investigasi dan analisis bekerjanya hukum dalam masyarakat. 3. Model atau metode perbandingan hukum (comparative method), model ini beroperasi dengan melakukan studi perbandingan antara sistem-sistem hukum dalam masyarakat yang berbeda diberbagai belahan dunia. 4. Model yang memfokuskan pada proses-proses mikro, yakni memfokuskan pada prosesproses mikro (micro processes) yang secara empiris dan berlangsung dalam kehidupan masyarakat dengan mempelajari berbagai sistem hukum dalam masyarakat di berbagai belahan dunia. 5. Pada bagian hukum dan budaya pada hakekatnya bagian ini difokuskan untuk melihat keterkaitan antara Pancasila sebagai produk budaya bangsa Indonesia yang sangat dipengaruhi karakteristik antropologisnya. Karena di Negara Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai falsafah Negara Republik Indonesia sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Namun apabila dikelompokkan akan kembali pada kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Pada hakekatnya realisasi persatuan Indonesia adalah tidak sekedar suatu hasil yang bersifat statis yaitu berupa persatuan bangsa, Negara, dan wilayah Indonesia namun lebih penting lagi yaitu dalam upaya merealisasikan suatu tujuan bersama, dan dengan demikian realisasi persatuan Indonesia harus bersifat dinamis dengan memelihara dan mengembangkannya, karena bagaimanapun juga persatuan Indonesia adalah merupakan suatu faktor yang mutlak untuk terwujudnya suatu tujuan bersama. Hukum pada dasarnya bisa mempengaruhi segala hal termasuk budaya yang akan mengakibatkan perubahan sosial. Ketika suatu hukum budaya telah dijalankan, maka sesuatu yang masuk kedalamnya pun harus mengikuti atas budaya hukum tersebut yang berdampak terhadap perubahan sosial. Perubahan sosial akan dengan sendirinya mengikuti suatu budaya hukum. Sesuai dengan pernyataan dari Arnold M. Rosebahwasannya ada tiga hal penyebab terjadinya perubahan sosial jika dihubungkan dengan hukum yakni: Kumulasi yang progresif dari pada penemuan-penemuan dibidang teknologi, kontak atau konflik antara kebudayaan, dan gerakan sosial.

You might also like