You are on page 1of 12

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam sistem pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing masing . Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik (spesifik student with special needs) pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional . Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenai bentuk strategi pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini adalah proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, melalui pengamatan yang sensitive. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau di buat sendiri oleh guru kelas.

B. Rumusan Masalah Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus? Bagaimana jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus? Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus. Mengidentifikasi jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.

BAB II PEMBAHASAN

A.Siapakah anak Tunadaksa Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa, seperti cacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asing pun sering kali dijumpai istilah crippled, physically handicapped, physically disabled dan lain sebagainya. Keragaman istilah yang dikemukakan untuk menyebutkan tunadaksa tergantung dari kesenangan atau alasan tertentu dari para ahli yang bersangkutan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda-beda, namun secara material pada dasarnya memiliki makna yang sama.

1. Pengertian Anak Tunadaksa Tunadakasa berasal dari kata Tuna yang berarti rugi, kurang dan daksa berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul Physical and Health Impairments (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita)

2. Klasifikasi Anak Tunadaksa Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).

1. Kelaian pada sistem serebral (cerebral system disorders).

Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, 3

pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL). Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b) topograpi anggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya. kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)

Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.

2.Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:

a. Poliomylitis Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.

b. Muscle Dystrophy Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya.

Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.

3.Penyebab tunadaksa Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir. 4

A. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh: Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.

Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.

Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.

Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.

B. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)

Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antra lain: Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.

Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.

Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.

C. Sebab-sebab setelah Proses kelahiran (fase post natal)

Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah: 1. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi. 2. Infeksi penyakit yang menyerang otak. 3. Anoxia/hipoxia.

B. Karakteristik anak Tunadaksa

1.sosiologis Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.

2.Psikologis Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.

3.Jasmani(kemampuan gerak) Dari segi fungsi fisik, tunadaksa dikatakan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalaami masalah sehingga menghasilkan kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program layanan khusus. Pernahkah anda membayangkan bagaimana mungkin orang bisa berenang tanpa tangan dan kaki karena olah raga ini memang membutuhkan gerakan tangan dan kaki untuk bisa membuat tubuh meluncur dalam air. 6

Faktor utamanya adalah karena gerak sendinya tidak normal.Cirinya: gerakan sendi sulit untuk diluruskan seakan ada tahanan.Bahkan seluruh otot persendian mengalami kekakuan maka sendi tidak dapat digerakkan sama sekali, baik gerak aktif maupun gerak pasif.

C. Model pembelajaran

1.Penguatan otot yang lemah Salah satu masalah yang dialami gangguan berfungsi. motorik,sehingga Tujuan organ anak tunadaksa adalah kurang adalah dapat untuk

geraknya gerak

bina

menguatkan,menjaga,menyegarkan kerja otot baik dengan ataupun tanpa alat bantu.program untuk penguatan otot dapat dilakukan terpadu dengan mata pelajaran yang ada di sekolah dan dapat juga dilakukan secara mandiri dalam pelajaran bina gerak . pelaksanaan bina gerak ini menjadi bagian dari materi terapi

okupasi,olahraga dan kesehatan.

2.Pelemasan otot yang kaku Kondisi sendinya ini tidak menguntungkan anak sendi karena sulit gerak untuk

tidak

normal.cirinya:gerakan ada tahanan kekakuan

diluruskan seakan persendian digerakkan

.bahkan apabila seluruh otot maka gerak sendi aktif tidak maupun dapat gerak

mengalami sama

sekali,baik

pasif.otot- otot yang kaku ini p erlu dilatih untuk menurunkan kekakuannya kemudian dikembangkan kekuatannya,daya tahan dan koordinasi geraknya.

3.Mempertahankan kekuatan otot dan mencegah atropi otot

Atropi kekuatannya

otot menjadi

atau

kemunduran atau

otot

berakibat

pada adanya

menurun

hilang

dikarenakan

fungsi syaraf yang hilang.

4.Memperbaiki gerak pada persendian Anak-anak mengatasi yang tunadaksa di memerlukan sekiatr adalah latihan gerak guna

permasalahan

sendi.anak-anak persendian jari

biasanya sendi

mengalami

permasalahan

pada

bahu,sendi

siku,sendi

pergelangan,sendi pergelangan

tangan,sendi sendi jari

pinggul,sendi kaki.

lutut,sendi

kaki,dan

5.menanamkan keterampilan lokomotor Keterampilan lokomotor merupakan keterampilan gerak dari satu tempat ke tempat lain.keterampilan dasar lokomotor ini penting diberikan kepada anak tunadaksa untuk melatih gerak dasar,yang kemudian dikembangkan pada gerak-gerak seperti

berjalan,melompat,lari,dsb.

6.Menanamkan keterampilan non- lokomotor Keterampilan non- lokmotor merupakan keterampilan untuk dapat melakukan gerakan tertentu tanpa harus berpindah

tempat.Artinya gerakan terjadi tanpa harus memindahkan tubuh dari dari satu tempat ke tempat lain.

7.memperbaiki koordinasi gerak tubuh Materi latihan untuk gerak memperbaiki antara koordinasi dengan gerak tangan 8

meliputi:(1)Koordinasi

mata

,(2)koordinasi gerak antara

gerak tangan

antara dengan

mata

dengan

kaki

(3)koordinasi gerak antara tangan indera

kaki,(4)koordinasi

mata, tangan dan kaki,dan(5)koordinasi gerak antara dan kaki dengan

lainnya(pendengaran,perabaan,penciuman,pengecapan).

D.Metode bina gerak Banyak melatih metode dan teknik yang dapat digunakan untuk

kemampuan

gerak

anak-anak

tunadaksa

,antara

lain:(1)Aktivitas

gerak

persepsual,(2)Latihan

keterampilan,(3)Permainan,dan (4)Pendidikan Olahraga.

1.Aktivitas gerak persepsual Aktivitas gerak persepsual merupakan kemampun dasar anak untuk menerima,menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori Baik melalui ini secara

penglihatan,pendengaran,perabaan,pengecapan.keterampilan penting sebagai preventif untuk keterampilan gerak

keseluruhan.

Contoh aktivitas untuk mengembangkan kemampun gerak perceptual adalah: a. Gross motor actvities(lokomotor)(berjalan,melompat,dan

sebagainya) b. Vestibular activities,(meniti,papan

kkeseimbangan,melomat,terowong silinder,dsb) c. Visual motor activities(Manipulatif)menata warna,dsb)

puzzle,menggambar,berjalan di kotak

d. Auditory motor activities(bernyanyi sambil bergerak) e. Tactile activities9sentuh,raba,pija,dsb) 9

f.

Lateralisation

activities(keadaran

sisi

badan,arah

gerakan,dll) g. Body awareness(kesadaran bagian badan) h. Spatial awareness(kesadaran posisi badan).

2. Latihan keterampilan Latihan keterampilan tertentu dapat wahana gangguan digunakan sebagai

menanamkan kemampuan gerak anak- anak yang mengalami motorik.misalnya keterampilan memegang

,menjepit,menangkap,melempar,keterampilan dalam kegiatan hidup sehari -hari,bina diri,keterampilan menulis,menggambar,dll

3.Permainan Bermain emosi(seperti merupakan rasa kegiatan untuk menyalurkan kesal)melalui

senang,rasa

setuju,rasa

permainan.Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina kemampuan gerak anak yang mengalami gangguan motorik,misalnya: sambil bernyanyi pelan-pelan.Dan Naik-Naik ke Puncak Gunung ,anak berjalan masih banyak lagi permainan yang biasa

dilakukan anak-anak yang lain diadaptasi untuk permainan anak tunadaksa

4.Pendidikan olahraga Pendidikan olahraga merupakan salah satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan gerak individu.Baik gerak

lokomotor,non-lokomotor,kordinasi

gerak,penguatan

otot,pelemasan otot,mempertahankan kekuatan otot,melatih gerak sendi,dsb.Para aktivitas guru dituntut yang kreativitasnya makna bina dalam memilih

olahraga

memiliki

gerak,sehingga

10

aktivitas olahraga yang dilakukan dapat memperbaiki kemampuan gerak anak.

E.Penilaian Penilaian awal,proses dan dalam akhir kegiatan bina gerak di dilakukan pada

kegiatan.Penilaian

awal,dilakukan

melalui asesmen.Hasil asesmen ini dipergunakan sebagai dasar dalam memberikan bina gerak pada siswa.sedangkan penilaian

proses lebih ditekankan pada ketepatan layanan bina gerak yang diberikan,termasuk kelancaran dimaksudkan proses didalamnya unsur-unsur yang akhir yang yang menunjang kegiatan selama untuk

pembelajaran.Dan,penilaian untuk mengetahui perubahan

terjadi digunakan

pembelajaran

diberikan.Metode

mengadakan penilaian dapat menggunakan gabungan dari metode observasi,pemberian tugas,tes dan peradaban.

BAB III KESIMPUAN

Tuna daksa adalah mereka-mereka yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.Jika mereka mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi 11

syaraf otak disebut dengan cerebral palsy (CP). Penggolongan Tunadaksa bisa dilihat dari segi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunadaksa dikatakan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalaami masalah sehingga menghasilkan kelainan di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program layanan khusus.

Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

12

You might also like