You are on page 1of 17

MAKALAH KIMIA ANALITIK

ANALISA KANDUNGAN ZAT PEWARNA DALAM TAHU KUNING DENGAN METODE GRAVIMETRI

Anggota Kelompok:

Siu Lie (2010620001) Ashianti Stenny Winata (2010620031) Dewi Gloriana (2010620083) Farandy Arlian (2010620135)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKLUTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Bandung 2012

TUJUAN PENELITIAN
1. 2. 3. Mengetahui kandungan zat pewarna yang digunakan pada tahu kuning; Mengetahui jenis zat pewarna kuning yang terdapat dalam tahu kuning; Mengetahui kadar zat pewarna kuning yang terdapat pada tahu kuning.

PRINSIP PERCOBAAN
Umtuk menganalisis kadar zat warna pada tahu kuning digunakan metode gravimetri. Gra vi met r i mer ui pa kan s alah sat u met ode a nalisis kua nt itat if uns ur ata u s enya wa ya ng ber das ar pa da bobot s enya wa yang lalu akan

dianalisi

dan

diawali

dengan

pengendapan

diikuti

d e n g a n p e m i s a h a n d a n pemanasan endapan serta diakhiri dengan penimbangan. Unt u k memp er ol eh k eb er has i la n pa da a na li s is s ecar a gr a vi met r i, m a k a h a r u s memperhatikan tiga hal berikut ; 1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna. 2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya. 3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang. Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut ; a) Pelarutan sampel (untuk sampel padat). b) Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar s e m u a unsur/senyawa diendapkan ol eh

per eaksi. P e n g e n d a p a n d i l a k u k a n p a d a s u h u tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan.Tahap analisa gravimetri paling penting, yaitu: a) Penyaringan endapan. b ) P encu ci a n en da p a n, den ga n cara men yi ra m e n da pa n d i d a l a m p e n y a r i n g d e n g a n larutan tertentu. c) Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan. d) Penimbangan endapan e) Perhitungan.

LATAR BELAKANG
Tahu merupakan salah satu makanan yang menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara dengan mutu protein hewani. Hal ini bisa dilihat dari nilai NPU ( net protein utility) tahu yang mencerminkan banyaknya protein yang dapat dimanfaatkan tubuh, yaitu sekitar 65 persen, di samping mempunyai daya cerna tinggi sekitar 85% sampai 98%. Pada tahu terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-kompleks seperti thiamin,

riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. http://tipsehat.blogspot.com/2006/01/tahu-makanan-favorit-yang-keamanannya.html http://tautauenak.wordpress.com/kandungan-gizi-dan-manfaat-tahu/

Dalam pembuatan tahu, terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan agar tahu yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Adapun hal penting tersebut antara lain kebersihan lingkungan kerja, menjaga kualitas tahu, serta memilih peralatan yang cocok dan tepat. Selain itu dari proses produksi tahu ini terdapat hasil sampingan berupa limbah yang dapat menjadi produk turunan dari tahu. Hasil sampingan dari tahu ini salah satunya adalah kulit kedelai dan ampas tahu untuk campuran makanan ternak. Selain itu juga terdapat kembang tahu, yaitu sisa sari pati kedelai yang direbus yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk masakan.

Berikut ini adalah jenis-jenis tahu :


1. Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini merupakan lembaranlembaran tahu putih setebal sekitar 3 (tiga) cm dengan tekstur yang lunak dan kenyal. Tahu putih ini disimpan dalam wadah yang telah berisi air.
2. Tahu Bandung berbentuk persegi (kotak), tekstur agak keras dan kenyal, warnanya kuning

karena sebelumnya telah direndam air kunyit. Tahu digoreng dengan mengoleskan sedikit minyak di wajan. Tahu ini enak dimakan dengan lalap cabai rawit.

3. Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus dan kenyal dibandingkan tahu biasa.

Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm. Ukuran dan bobot tahu relatif seragam, karena proses pembuatannya dicetak dan dipres dengan mesin. Dalam pembuatannya, digunakan sioko (kalsium sulfat) sebagai bahan penggumpal protein sari kedelainya.

4. Tahu kuning mirip tahu Cina. Bentuknya tipis dan lebar. Warna kuning dikarenakan sepuhan

atau larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan dalam masakan Cina.
5. Tahu takwa merupakan tahu khas Kediri, Jawa Timur. Kalau dipijit, tahunya terasa padat.

Bahan bakunya dipilih kedelai lokal yang berbiji kecil-kecil. Penggumpalan sari kedelai menggunakan asam cuka. Sebelum dipasarkan, tahu takwa dimasak atau dicelup beberapa menit dalam air kunyit mendidih sehingga warnanya menjadi kuning
6. Tahu sutera banyak dijual pasar swalayan. Tahu ini sangat lembut dan lunak. Dulu, tahu ini

mudah sekali rusak sehingga harus segera diolah. Namun, sekarang proses pembuataanya lebih modern sehingga produknya lebih tahan lama. Oleh karenanya, tahu sutera sekarang disebut long life tofu. Tahu yang berasal dari Jepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makan penutup (dessert) dan disajikan bersama sirup jahe agar cita rasanya lebih lezat.
7. Tahu Kuningan adalah tahu putih yang dijual dalam bentuk mentah atau digoreng. Setelah

digoreng, tahu Kuningan mirip dengan tahu Sumedang, perbedaannya meski digoreng kering bagian dalamnya tidak kepong dan tetap lembut. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46740/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustak a_%202011nnu.pdf?sequence=5

Pewarna Makanan Suatu bahan makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna seharusnya. Warna dapat menjadi indikator kesegaran atau kematangan suatu bahan makanan. Baik atau tidaknya cara pencampuran atau pengolahan ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

Terdapat dua macam zat pewarna berdasarkan undang-undang, yaitu A. Certified color i. Dye Adalah zat pewarna yang pada umumnya larut dalam air dan larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang digunakan selain air adalah propilenglikol, gliserin atau alkohol. ii. Lake Merupakan gabungan zat warna (dye) dengan radikal bebas (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3. Lapisan alumina ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam sebagian besar pelarut lain, sehingga lake digunakan dalam produk-produk yang tidak boleh terkena air (lemak dan minyak). B. Uncertified color (pewarna sintetik) Tidak dapat digunakan secara sembarangan karena terdiri dari bahan-bahan kimia yang dapat beracun bagi tubuh jika terkonsumsi pada jumlah tertentu. Oleh karena itu, penggunaan zat pewarna sintetik, terutama dalam bahan makanan diatur oleh peraturan-peraturan pemerintah. Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan RI telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang jenis pewarna alami dan sintetik yg diijinkan serta dilarang digunakan dalam makanan pada tanggal 19 Juni 1979 No.235/Menkes/Per/VI/79. Kemudian disusul dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tanggal 1 Mei 1985 No.239/Menkes/Per/V/85, yang berisikan jenis pewarna yang dilarang. Dan terakhir dikeluarkan pula Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.722/Menkes/Per/88, yang mengatur batas penggunaan maksimum dari pewarna yang diijinkan untuk makanan.

Pewarna pada Tahu Produk tahu biasanya berwarna kuning. Pewarna kuning tahu dapat dihasilkan dari pewarna alami atau pewarna buatan/sintetik makanan yang diizinkan penggunaannya. Pewarna alami tahu biasanya menggunakan ekstrak kunyit. Kunyit selain dapat memberi warna pada tahu, dapat juga berfungsi sebagai bahan pengawet, sebagaimana halnya dengan penambahan garam.

Tahu yang diberi pewarna alami biasanya cukup mudah dikenali karena pada permukaannya terdapat gumpalan-gumpalan dan beraroma khas kunyit. Para pembuat tahu biasanya lebih suka menggunakan pewarna sintetik daripada pewarna alami karena lebih mudah penggunaannya dan warna tahu lebih cerah. Namun, pewarna sintetik yang digunakan kadang kala bukan pewarna makanan, melainkan pewarna cat atau kain yang bisa membahayakan kesehatan. Pemakaian bahan pewarna pangan sintetis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, di antaranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, namun dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang dapat memberi dampak negatif tersebut terjadi bila : 1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang. 2. Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu lama. 3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-hari dan keaaan fisik. 4. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis berlebihan, dan alasan lainnya. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14730/1/08E01571.pdf

Proses-proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut: 1. Kedelai ditampi untuk dipilih biji yang besar. 2. Kedelai dicuci, lalu direndam dalam air besar selama enam jam. 3. Kedelai dicuci lagi selama setengah jam. 4. Kedelai dibagi-bagi dan diletakkan di dalam ebleg, yang terbuat dari bambu atau plastik. 5. Kedelai digiling sampai halus, dan butir kedele mengalir ke dalam tong penampung. 6. Butir kedelai langsung direbus sampai mendidih di dalam wajan berukuran besar. 7. Bubur kedelai lalu dipindahkan dari wajan ke bak atau tong untuk disaring dengan kain belacu atau kain mori kasar yang telah diletakkan pada sangkar bambu. 8. Air saringan yang tertampung dalam tong warna kuning atau putih dicampur dengan asam cuka agar menggumpal. Selain asam cuka, dapat juga ditambahkan air kelapa, atau cairan whey (air sari tahu bila tahu telah menggumpal) yang telah dieramkan, atau bubuk batu tahu (sulfat kapur).

9. Air asam dipisahkan dari gumpalan atau jonjot putih dan disimpan, sebab masih dapat digunakan lagi. Gumpalan atau jonjot tahu yang mulai mengendap dituangkan dalam kotak berukuran misalnya 50 x 60 cm2 dan dialasi kain belacu. Adonan tahu kotak dikempa selama satu menit, sehingga air yang masih tercampur dalam adonan tahu itu terperas habis. Adonan tahu berbentuk kotak yang sudah padat dipotong-potong, misalnya dengan ukuran 6 x 4 cm2. Tahu pun siap dijual. http://id.wikibooks.org/wiki/Resep:Tahu

PENDAHULUAN
Analisis gravimetri adala h cara analisis kuantitatif berdasarka n berat

konstannya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisa hka n dari s ejumlah ba han ya ng dia nalisis da n bagian terbesar darianalisis gravimetri ini menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap sehingga diketahui berat

tetapnya. P e m i s a h a n u n s u r mu r n i y a n g terdapat dalam senyawa berlangsung melalui beberapa cara, antara lain : a . P e n g e n d a p a n. b. Penguapa n atau pengeringan. c. Pengenda pan melal ui listrik .d. Serta cara-cara fisis lainnya. Kelebiha n cara gravi metri adala h ba hwa penyusun ya ng dicari dapat diketahui pengot or nya, sehingga bila diper luka n da pat dila kuka n pembet ula n.

Dan kekura nga nnya adala h membut uhkan wakt u yang lama http://www.scribd.com/Djapra%20dirja/d/18223608-Gravimetri Penentuan kadar zar berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan: 1. Metode pengendapan: isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tidak diketahui. 2. Metode penguapan: larutan yang mengandung analit diuapkan, ditimbang dan kehilangan berat dihitung. http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20 Analysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03a.%20Analisis%20Gravimetri.pdf

Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi : 1. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut. 2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan ( dengan penyaringan).

3. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Vogel, 1990). http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/gravimetri/

Dalam percobaan ini bahan yang akan dianalisis adalah tahu kuning dengan metode gravimetri penguapan. Tahu sekarang banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat membahayakan tubuh. Salah satunya adalah zat pewarna tekstil yang digunakan secara berlebihan dalam tahu. Melalui percobaan ini, tahu kuning tersebut diperiksa apakah tahu tersebut memiliki zat pewarna yang memenuhi standar peraturan dari Menkes. Zat pewarna tekstil yang sering digunakan dalam pembuatan tahu kuning adalah methanyl yellow. Metanil yellow merupakan pewarna golongan azo, dimana dalam strukturnya terdapat ikatan N=N. Metanil yellow dengan warna kuning dibuat dari asam metanilat dan difenilamin. metanil yellow bisa menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paruparu, mata, tenggorokan, hidung, dan usus. http://etd.eprints.ums.ac.id/1528/1/K100040194.pdf

PROSEDUR KERJA
1. Alat dan Bahan a. Alat - Erlenmeyer - Beaker Glass - Gelas ukur - Corong - Penangas - Cawan Porselen b. Bahan - Tahu kuning - Kalium Hidrosulfat (KHSO4 ) 10% - Aquadest - Benang wol warna putih 2. Cara Kerja a. Sampel diambil 30 mg, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, diencerkan dengan aquadest sebanyak 20 ml dan ditambahkan 10 ml KHSO4 10% kemudian diaduk hingga rata. b. Kemudian dalam larutan dimasukkan benang wol bebas lemak atau steril yang telah terlebih dahulu ditimbang lalu dipanaskan kurang lebih 25 menit sampai zat warna terikat pada benang wol. c. Benang wol yang telah berwarna dibilas sebanyak 3 kali dengan aquadest panas dan disaring. Benang wol dimasukkan ke dalam cawan porselen, dikeringkan kurang lebih selama 45 menit dengan suhu 105oC d. Dimasukkan cawan porselen yang berisi benang wol kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 10 menit dan setelah dingin, massa benang wol ditimbang. - Batang Pengaduk - Pipet tetes - Oven - Eksakator - Neraca halus - Gegep kayu

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Kadar =

  

Massa = berat jenis ( ) x volume larutan (L)

Contoh perhitungan: Kadar zat pewarna kuning sampel A (Tahu kuning) = 0,0005 mg/l Vsampel = 5 ml Berat piknometer =11,8124 gr Berat piknometer+larutan= 16,6969 Berat larutan = (Berat piknometer+larutan)-Berat piknometer = 16,6969-11,8124 = 4,8845 gr =
 

=

=0,9769

Kadar zat pewarna dalam 1 kg sampel : Massa = berat jenis x volume = 0,9769 x 1 = 0,9769 kg Sampel A = 0,0005 mg/l = 0,0005 mg/0,9769 kg sampel

DATA PERCOBAAN
1. Hasil Pemeriksaan Kadar Zat Pewarna Kuning Pada Tahu Kuning No. Kode Sampel Kadar Zat Standard menurut Pewarna Kuning Permenkes (mg/l) (mg/kg) 1 2 3 4 A B C G 0,0005 0,0002 0,0028 0,0008 0 0 0 0 Kadar Zat Pewarna Kuning (mg/kg) 0,0005 0,0002 0,0028 0,0008

2. Densitas Larutan yang Mengandung Pewarna No. Kode Sampel 1 A 2 B 3 C 4 G

Nama Pewarna Methanyl Yellow Methanyl Yellow Methanyl Yellow Methanyl Yellow

0,9769 1,1157 0,9747 1,1236

PEMBAHASAN
Percobaan ini menggunakan metode gravimetri untuk uji kuantitatif dalam menentukan kadar zat pewarna pada tahu kuning. Dalam metode ini, KHSO4 digunakam untuk memisahkan zat warna dengan pelarutnya. Metode analisa gravimetri ini meliputi : 1. Pelarutan sampel 2. Pengaturan keadaan larutan 3. Pembentukan endapan 4. Penyaringan dan pencucian endapan 5. Pemanasan untuk memperoleh endapan kering 6. Pendinginan dan penimbangan Berdasarkan pemeriksaan kuantitatif ditentukan kadar pewarna kuning yang bervariasi pada keempat sampel. Kadar tertinggi terdapat dalam sampel tahu yang berasal dari Pasar Kampung Lalang, yaitu sebesar 0,0028 mg/kg, sedangkan yang terendah terdapat pada sampel tahu yang berasal dari Pasar Sei Sikambing, yaitu sebesar 0,0002 mg/kg. Dari sampel yang ada kadar penggunaan methanyl yellow berkisar antara 0,0002-0,0029 mg/kg dan tidak memenuhi syarat kesehatan menurut Permenkes RI No. 239/Menkes/Per/V/1985. Tahu yang menggunakan pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu menggunakan pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan mengilap. Sementara, jika menggunakan pewarna kunyit, warnanya cenderung tidak cerah serta tidak homogen hingga ke bagian dalam tahu. Penggunaan bahan tambahan ilegal, seperti methanil yellow ini didominasi oleh proses industri kecil dan dilakukan sudah sejak lama sampai saat ini dan merupakan praktek pelanggaran yang paling membahayakan kesehatan konsumen. Pelanggaran ini juga diperparah dengan ketersediaannya di berbagai tempat dan dapat dibeli secara bebas. Sedangkan bahan tambahan makanan yang legal hanya dijual di toko-toko kimia di kota-kota besar. Selain itu, bahan tambahan makanan ilegal tersebut harganya lebih murah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan 1. Enam sampel tahu kuning yang diperiksa, yaitu yang berasal dari Pasar Petisah, Pasar Sambas, Pasar /Sukaramai, Pasar Perguruan, Pasar Rame, dan Pasar Kampung Keling mengandung pewarna alami, sedangkan sampel dari empat pasar lainnya, yaitu Pasar S impang Melati, Pasar Seui Sikambing, Pasar Kampung Lalang, dan Pasar Simpang Limun mengandung pewarna sintetik methanil yellow. 2. Kadar methanil yellow yang diperoleh pada tahu kuning, yaitu : 0,0005 mg/kg diperoleh dari pasar Simpang Melati, 0,0002 mg/kg diperoleh dari Pasar Sei Sikambing, 0.0029 mg/kg diperoleh dari Pasar Kampung Lalang, 0,0007 mg/kg diperoleh dari Pasar Simpang Limun 3. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan pewarna pada tahu kuning yaitu dengan metode gravimetri untuk menentukan kadar pewarna pada tahu kuning. Saran 1. Kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (POM) agar mengadakan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi secara berkala untuk mengetahui pemakaian pewarna kuning pada tahu secara teratur di seluruh pasar di Medan, sehingga dapat dilakukan tindak pencegahannya. 2. Kepada pihak produsen yang memproduksi tahu kuning agar tetap memperhatikan pewarna yang digunakan pada tahu kuning sehingga tidak melanggar peratuyran yang berlaku. 3. Perlu dikembangkan upaya pendidikan bagi konsumen atau masyarakat melalui iklaniklan atau program-program media massa mengenai keamanan pangan. 4. Perlu dilakukan tindakan tegas bagi pelaku pelanggaran. Pengaturan hendaknya dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten.

LAMPIRAN
Bagan Prosedur

Sampel diambil 30 mg, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

diencerkan dengan aquadest sebanyak 20 ml

ditambahkan 10 ml KHSO4 10% kemudian diaduk hingga rata. dalam larutan dimasukkan benang wol bebas lemak atau steril yang telah terlebih dahulu ditimbang

dipanaskan kurang lebih 25 menit sampai zat warna terikat pada benang wol.

Benang wol yang telah berwarna dibilas sebanyak 3 kali dengan aquadest panas dan disaring

Benang wol dimasukkan ke dalam cawan porselen, dikeringkan kurang lebih selama 45 menit dengan suhu 105oC

Dimasukkan cawan porselen yang berisi benang wol

Dimasukkan ke dalam eksikator selama 10 menit

massa benang wol ditimbang

Tabel 1. Daftar Bahan Pewarna yang dilarang

2. Bahan Pewarna Sintetis yang diijinkan di Indonesia Pewarna Amaran Biru berlian Hijau FCF Hijau S Indigotin Ponceau 4R Kuning Kuinelin Kuning FCF Riboflavina Tartrazine Nomor Indeks Warna (CINo) 16185 42090 42053 44090 73015 16255 74005 15980 19140

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14730/1/08E01571.pdf
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46740/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustak a_%202011nnu.pdf?sequence=5

http://tipsehat.blogspot.com/2006/01/tahu-makanan-favorit-yang-keamanannya.html

http://tautauenak.wordpress.com/kandungan-gizi-dan-manfaat-tahu/

http://id.wikibooks.org/wiki/Resep:Tahu

http://www.scribd.com/Djapra%20dirja/d/18223608-Gravimetri

http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20Ana lysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03a.%20Analisis%20Gravimetri.pdf

http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/gravimetri/

http://apertiwi.blogspot.com/

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-merlindara-5650-2-babii.pdf

You might also like