You are on page 1of 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN PRINSIP 5R (REDUCE, REUSE, RECYCLE, REPLACE, REPLANT) Pertumbuhan penduduk yang

dibarengi dengan peningkatan jumlah pemukiman berakibat pada menaiknya volume sampah sebagai limbah rumah tangga. Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Peningkatan volume sampah harus dibarengi dengan kemampuan untuk mengelolanya baik melalui usaha pengurangan jumlah atau volume dan pengolahan lebih lanjut. Yang selalu menjadi pertanyaan, apakah kewajiban untuk mengelola sampah hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Tentu kepedulian masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan pengelolaan sampah sangat dibutuhkan karena keberadaan sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik juga sangat mengganggu kenyamanan masyarakat. Berdasarkan data pada Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak, perkiraan jumlah sampah per hari yang dihasilkan dari rumah tangga di kota pontianak pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbunan Sampah Per Hari Jumlah Rumah Tangga (Jiwa) 321.161 325.818 329.214 350.191 Timbunan Sampah (m3 / hari) 1.339,41 1.356,41 1.404,39 1.424,75 5.524,90

Tahun 2006 2007 2008 2009

Jumlah Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak kenaikan jumlah rumah tangga. Masalah

Dari data diatas terlihat bahwa jumlah volume sampah meningkat seiring dengan

Gambar 1. Penumpukan sampah ditempat penimbunan

Gambar 2. Tong (tempat penampungan) sampah yang kelebihan muatan Berdasarkan tulisan di harian Riau Pos, tanggal 9 Januari 2012, kota Pekanbaru Riau yang mendapat penghargaan Adipura pada tahun 2011, masih mengalami masalah dengan sampah yang belum terkelola dengan baik dikarenakan terdapat masalah dana operasional pengelolaan sampah oleh petugas kebersihan. Dalam keadaan seperti itu kepedulian masyarakat untuk diperlukan. Makna partisipasi sendiri adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan serta lamanya tinggal. Kelima faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah. Tetapi dibalik semua hal tersebut, yang sangat terpenting adalah adanya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. 2 berpartisipasi dalam pengelolaan sampah sangat

Saat ini konsep pengolahan sampah sudah dikembangkan dengan prinsip 3 R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Kemudian prinsip ini berkembang lagi menjadi 4 R, ditambah dengan Replace dan berkembang lagi menjadi 5 R, ditambah Replant. Pengolahan sampah secara umum meliputi proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Pengolahan sampah dengan prinsip 5 R, dapat diuraikan secara berikut :
1) Reduce (pengurangan)

Reduce adalah usaha pengurangan volume sampah yang akan dibuang ke lingkungan. Prinsip reduce adalah mengurangi sebanyak mungkin sampah yang akan dibuang ke lingkungan. Pemilihan barang- barang yang dapat dipakai berulang-ulang adalah usaha pengurangan volume sampah yang akan dibuang ke lingkungan. Usaha lain terpenting untuk mengurangi jumlah sampah adalah dengan mengurangi gaya hidup yang konsumtif (life style management). Pola hidup hemat adalah salah satu kunci untuk mengurangi volume sampah dan limbah yang harus diolah dan dibuang ke lingkungan. Karena semakin banyak material yang kita gunakan, akan semakin banyak sampah yang akan kita buang ke lingkungan. Sebagai contoh : orang dengan tingkat perekonomian yang tinggi, biasanya memiliki banyak koleksi pakaian dibanding orang dengan tingkat perekonomian yang rendah. Seperti yang kita ketahui, industri tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang sangat sulit untuk di uraikan oleh lingkungan. Sumber pencemar dari industri tekstil biasanya berasal dari proses pencelupan (dying) untuk mewarnai pakaian. Yang menjadi masalah adalah tidak semua perusahaan mengolah lebih lanjut limbah tersebut sehingga ketika dibuang ke lingkungan perairan sungai dapat mencemari lingkungan.

Gambar 2. Limbah cair (sampah industri) dari pengolahan tekstil 3

Salah satu prinsip reduce yang paling mudah kita lakukan dalam sehari-hari adalah mengganti penggunaan kantong plastik untuk membawa barang dengan keranjang ketika berbelanja di pasar. Selain itu penggunaan daun sebagai pembungkus makanan dan tas kain untuk membawa barang juga menjadi salah satu alternatif cara untuk mengurangi penggunaan plastik sebagai pembungkus.

Gambar 3. Penggunaan tas kain untuk mengganti plastik


2) Reuse (penggunaan kembali)

Reuse adalah usaha memanfaatkan kembali barang bekas agar tidak cepat menjadi sampah. Prinsip reuse adalah penggunaan kembali barang-barang bekas yang masih berguna sehingga tidak menghasilkan sampah yang akan dibuang ke lingkungan. Sebagai contoh : plastik-plastik yang biasa dipakai untuk membawa barang yang dibeli di supermarket, toko-toko maupun swalayan, digunakan kembali untuk membawa barang-barang pada saat bepergian.

Gambar 4. Penggunaan kembali plastik bekas belanja di supermarket


3) Recycle (pendaur-ulangan)

Recycle adalah usaha mendaur ulang sampah dengan cara mengolahnya. Recycle adalah proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali. Pengolahan kembali (recycle) tergantung dari jenis sampah apakah sampah organik maupun sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari mahluk hidup seperti daun-daunan, sisa makanan, sampah dapur, kotoran ternak, dan lainnya yang dapat terurai secara alami. Sedangkan sampah organik adalah sampah yang berasal dari jenis plastik, logam, kaca dan lainnya yang sulit untuk diuraikan secara alami. Berdasarkan jenis sampah tersebut, ada beberapa cara pengolahan (daur ulang) yang dapat dilakukan yaitu :
a) Pengolahan kembali secara fisik dan kimia

Pengolahan kembali secara fisik kembali secara fisik dilakukan dengan mengumpulkan sampah anorganik yang berasal plastik, logam dan kaca untuk diolah kembali tanpa melalui proses kimia. Biasanya sampah tersebut dibuat untuk bahan kerajinan yang masih memiliki nilai jual. Keuntungan yang dapat diambil oleh masyarakat dari pengolahan jenis ini adalah mengurangi jumlah volume sampah dan meningkatkan perekonomian.

Gambar 5. Hasil kerajinan daur ulang sampah plastik Pengolahan kembali secara kimia biasanya dilakukan oleh industri dan terkadang dilakukan dengan melakukan penambahan zat adiktif (tambahan) untuk memperbaiki mutu dari sampah daur ulang tersebut. Pengolahan sampah anorganik seperti plastik biasanya menggunakan proses pemanasan dengan suhu mencapai 200 0C sehingga terjadi pelelehan. Sampah hasil dari daur ulang tersebut dapat digunakan untuk bahan konstruksi sebagai pengganti kayu dan besi, peralatan rumah tangga seperti keranjang, sendal, sepatu dan bahkan mainan anak-anak.

Gambar 6. Beberapa produk hasil daur ulang plastik yang dihasilkan industri b) Pengolahan biologis Pengolahan sampah secara biologis biasanya dilakukan dengan cara pengkomposan terhadap sampah organik seperti daun-daun dan kotoran ternak. Hasil dari pengomposan tersebut adalah pupuk dan gas methana. Pupuk dapat digunakan oleh masyarakat untuk menambah kesuburan pada tanaman pertanian dan perkebunan sedangkan gas methana dapat digunakan sebagai energi alternatif. Masyarakat di pulau Jawa, biasanya memanfaatkan kotoran manusia dan ternak sebagai biogas untuk keperluan memasak.

Gambar 7. Unit biogas yang dikembangkan oleh masyarakat


4) Replace (penggantian)

Replace adalah usaha pengelolaan sampah dengan prinsip mengganti (substitusi) penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan dengan barang yang ramah lingkungan. Usaha pengelolaan sampah dengan prinsip replace ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan barang yang lebih tahan lama (lebih dari 1 kali penggunaan). Pada dasarnya prinsip pengolahan ini sangat mirip dengan prinsip reduce. Penggunaan daun untuk membungkus makanan merupakan salah satu usaha substitusi dari bungkus plastik. Pasar tradisional biasanya menggunakan daun pisang untuk membungkus makanan. Saat ini sudah banyak industri yang mengganti kemasan plastik yang dapat diuraikan oleh lingkungan.
5) Replant (penanaman kembali)

Replant adalah usaha pengelolaan sampah dengan prinsip penghijauan (penanaman kembali). Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah. Pada prinsipnya metode ini adalah gabungan dari metode recycle dan reuse. Sebagai contoh : penanaman tumbuhan dapat menggunakan barang bekas sebagai wadah (pot) yang berasal dari sisa ban karet. Sedangkan pupuk yang digunakan sebagai penyubur dapat digunakan dari hasil pengomposan daun-daunan dan kotoran ternak. Teknik pengolahan sampah dengan prinsip replant ini dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menambah luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dri sektor privat.

You might also like