Professional Documents
Culture Documents
BAB PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang.1 B. Rumusan Masalah.1 C. Tujuan Penulisan...1 D. Metode Penulisan.2 E. Sestimatika Penulisan....2
BAB II HUBUNGAN MANUSIA DAN AGAMA...3 A. Pengertian Agama.3 B. Konsepsi Agama...3 C. Hubungan Agama Dan Manusia...4 D. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial...5
BAB III KESIMPULAN6 Aliran aliran dalam pendidikan agam...6 a. Aliran Nativisme6 b. Aliran Emprisme6 c. Aliran Konvergensi7 d. Pandangan Islam Tentang Keberhasilan Pendidikan ...7 Aspek-aspek dalam pendidikan islam...9 a. Aspek Paedagogis.9 b. Aspek Sosiologis dan Kultural10 c. Aspek Tauhid...10
DAFTAR PUSTAKA13
ii
D. Metode Penulisan Dalam proses penyusunan makalah ini menggunakan motede heuristic. Metode yaitu proses pencarian dan pengumpulan sumber-sumber dalam melakukan kegiatan penelitian. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan. Selain itu, penyusunan juga menggunakan studi literatur sebagai teknik pendekatan dalam proses penyusunannya. E. Sestimatika Penulisan Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut : Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah. Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan. Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.
masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliu telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliu adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah (habluminallah) dan ghair mahdlah (hablumminanas). Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia. Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW. Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui media masa mengenai contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam mempedomani islam sebagai agamanya. C. Hubungan Agama Dan Manusia Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah : 1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno. 2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat. 3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama. 4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing. Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi Rahmatan lilalamin maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi). 4
Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun Baldatun thaibatun warabun ghafur Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT. D. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial Rosulullah SAW bersabda : Innamaa buitstu liutammima akhlaaq Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlak tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.
c. Aliran Konvergensi Yang berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor pembawaan dan lingkungan. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh William Stern. Pendapat ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan mengkombinasikannya. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadian-kejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat tersebut dan mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan. Sebab hewan itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan dan lingkungan. Hewan hanya terserah kepada pembawaan keturunannya dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum alam. Sedangkan manusia berbeda dengan hewan disamping dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, manusia aktif dan kreatif dalam mewujudkan perkembangan itu. Drs. M Ngalim Purwanto mengatakan dalam hal ini sebagai berikut: Manusia bukan hasil belaka dari pembawaan dan lingkungannya; manusia hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya secara bebas. Karena itulah ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya: ia dapat juga mengambil keputusan yang berlainan daripada yang pernah diambilnya. Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangan sendiri turut menentukan atau memainkan peran juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaannya dan lingkungannya saja. d. Pandangan Islam Tentang Keberhasilan Pendidikan Islam menyatakan bahwa manusia lair di dunia membawa pembawaan yang fitrah. Fitrah ini berisi potensi untuk berkembang, profesi ini dapat berupa keyakinan beragama, prilaku untuk menjadi baik ataupun menjadi buruk dan lain sebagainya yang kesemuanya harus dikembangkan agar ia bertumbuh secara wajar sebagi hamba Allah. Rasulullah SAW. Bersabda: ) ) Artinya: Semua anak dilahirkan membawa fitrah (bakat keagamaan), maka terserah kepada kedua orang tuanya untuk menjadikan beragama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. Demikian pula Rasulullah SAW yang menasihati agar memilih wanita yang baik agar keturunan itu baik. Rasulullah SAW bersabda: ) ) Artinya Pilihlah untukmu benihmu karena keturunan itu dapat mencelupkan 7
(Al Hadits) Disamping keturunan juga menekankan kepada pendidikan dan usaha diri manusia untuk berusaha agar mencapai pertumbuhan yang optimal. Allah berfirman: 6 : ) ... ) Artinya: Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka Allah berfirman pula: 39:) ) Artinya: Bahwa bagi manusia itu apa yang mereka usahakan. Dengan demikian menurut Islam perkembangan kehidupan manusia bahkan bahagia atau celakanya itu ditentukan oleh pembawaan. Lingkungan dan usaha (aktivitas) manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka Rasulullah SAW bersabda: . ) ) Artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman sepergaulan yang baik dan teman spergaulan yang jahat seperti pembawaan minyak wangi kasturi dan peniup dapur pandai besi. Adapun pembawa minyak wangi ksturi bisa jadi menghadihkannya kepadamu atau kamu membelinya atau (paling tidak) kamu mendapatkan wangi. Sedangkan peniup dapur tukang besi, bisa jadi ia menyebabkan bajumu terbakar atau (paling tidak) kamu mendapatkan bau busuknya. KONSEP ISLAM TENTANG FITRAH, LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Rasulullah SAW bersabda:
, ) , ) Artinya: Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikan atau men-Nasranikannya atau meMajusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah 8 berkata, apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrahNya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah
Allah berfirman: 78:) ) Artinya: Tuhan itu melahirkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. (QS. An Nahl:78) ASPEK-ASPEK DALAM PENDIDIKAN ISLAM Dari Hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Aspek Paedagogis Dalam aspek ini para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya mereka dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda: ) ) Artinya: Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, membri makan dengan makanan yang baik serta mengawinkannya apabila iia telah mencapai dewasa. (HR. Hakim) Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia yang secara fisik-fisik dan mental memadai. 9 b. Aspek Sosiologis dan Kultural Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki gazirah (instink) untuk
hidup bermasyarakat. Sebagai makluk sosial manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial (social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi) dan saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka. Allah berfirman: 112:) ...) Artinya: Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (QS. Ali Imran: 112) Apabila manusia sebagai makluk sosial itu berkembang, maka berarti pula manusia itu adalah makhluk yng berkebudayaan, baik moral maupun material. Diantara instink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu melakukan transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan) kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantiikan dikemudian hari. Allah berfirman: 11 :) ) Artinya: ..sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka megubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. (QS. Ar-Rad: 111)
c. Aspek Tauhid Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut dengan homo religious artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang meyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink yang disebut instink religious atau gazirah diniyah (instink percaya kepada agama). Itu sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religious dan gazirah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan instink religious atau gazirah Diniyah tersbut. Allah berfirman: 30 :). ) 10 Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah (itulah) agam yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengeyahui. (QS. Ar-Rum: 30) Selanjutnya apabila diperhatikan dan diperbandingkan secara teliti orang-orang dewasa dilingkungan kita ternyata kita saksikan adanya orang pandai yang bodoh, ada yang terampil dan ada yang malas, ada yang berbudi pekerti luhur dan yang rendah budi pekertinya, ada yang mengakui adanya Tuhan serta mengagungkan-Nya dan menyembah-Nya; ada yang tidak mengakui adanya Tuhan membangkan bahkan mengkhianati-Nya. Di samping adanya dua kutub yang berbeda teresebut tentunya ada pula yang sedang, yang kurang dari sedang atau yang lebih daripada sedang. Tetapi yang jelas anak wajib dibawa kepada pihak yang baik dan luhur, dijauhkan dari hal-hal yang buruk dan hina. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa mendidik anak adalah merupakan suatu hal yang mutlak dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab Allah berfirman: 6 :) ) Artinya: Peliharalah dirimu dan keluargamau dar api neraka. (QS. At-Tahrim: 6) Apabila pendidikan tidak ada, maka kemungkinan besar anak-anak akan berkembang ke arah yang tidak baik/buruk, seperti tidak mengakui Tuhan, budi pekertinya rendah, bodoh dan malas bekerja. Keharusan adanya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih nyata apabila mengamati kemampuan /perkembangan anak sesudah dialahirkan oleh ibunya sampai mencapai kedewasaannya dan kita bandingkan pula dengan anak hewan, anak manusia atau bayi lahir, badannya lemah sekali. Keaktifan perbuatan instink lemah sedikit sekali, ia hanya ia dapat menggerakan kaki dan tangannya, menangis dan sebentar lagi menetek. Keaktifan lain yang sudah siap sedia sebagai bekal hidupnya tidak tampak pada waktu ia lahir. Apabila sejak dilahirkan itu dibiarkan saja, tidak dirawat oleh ibunya atau orang lain, maka ia tidak dapat hidup. Selanjutnya sesudah ia dapat hidup perkembangan jasmaninya terlihat lambat sekali terutama bila dibandingkan dengan perkembangan badan anak hewan. Baru sesudah ia berumur + 1 tahun, anak itu dapat berjaan, sekalipun demikian bentuk badannya belum sama dengan badan orang dewasa. Perbedaan dalam bidang kerohanian termasuk di dalam moral dan etika antara anak dengan orang dewasa lebih lanjut, begitupula kepandaian pengetahuan, aktifan dan kemampuan yang lainnya. Bahwa setiap orang dewasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara sendiri-sendiri seperti bercocok tanam, berdagang, menukang, mengabdikan tenaga jasmani serta rohaninya kepada orang lain baik secara resmi/Pemerintah atau melalui badan swasta dan lain-lain. Untuk kesemuanya itu sangat dibutuhkan adanya kemampuan, kecakapan dan keaktifan serta pengetahuan yang beraneka ragam sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masa atau lingkungannya 11
Untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, keprigelan dan kemampuan tersebut anak perlu mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atau pendidik.
Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir, induk dapat membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa, karena hewan umumnya sudah diberi kelengkapan yang sudah memungkinkan untuk mencapai kedewasaan, yaitu instink yang dimilikinya. Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangakan. Ia juga mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Dismping itu ia mempunyai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani; makan, minum, dan pakain; kebutuhan akan kesempatan berkembang bermain-main, berolah raga dan sebagainya. Selain dari pada itu anak juga mempunyai kebutuhan rohaniah seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan akan kasih sayang dan lain-lain. Pendidikan Islam harus membimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang tersebut di atas. Menurut Al-Ghazali, bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semuanya yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak sekali. Maka ketergantungan ini hendaknya dikurangi serta bertahap sampai akil balig.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968. Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968. Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam. 1994/1995. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003.
13
Daftar Isi
Daftar Isiii Definisi.1 Rukun Islam......2 Faedah / Manfaat menjalankan rukun islam........2 Keutamaan Agama Islam ......3 Kesimpulan...4 Saran..4 Daftar Pustaka.5
ii
AGAMA ISLAM
Definisi
1. Agama Islam adalah agama yang haq (Benar) yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. 2. Agama Islam adalah ilmu dan cahaya, bukan suatu agama kebodohan dan kegelapan. 3. Agama islam adalah yang sempurna dalam aqidah dan syariat, menyuruh kita berbuat kebajikan dan menjauhi perbuatan yang buruk. Islam adalah Rahmatan Lillalamin yang artinya islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Adalah agama yang mengajarkan kebaikan. Bagi manusia, alam, dan segala isinya. Dengan islam, Allah SWT menyempurnakan agamanya, serta menyempurnakan nikmat dan meridhoi agama islam sebagai agama. Agama islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, kepercayaan selain islam tidak akan diterima Allah. Allah SWT berfirman:
Artinya: barang siapa mencari agama lain selain dari agam islam, maka sekali tidaklah akan diterima (agam itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang yang merugi (Alimran ; 85) Allah SWT mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama islam dan mengakui bahwa Nabi Muhammad sebagai Rasulullah (Rasul Allah) sebagaimana firman Allah SWT:
1 Artinya:
Katakanlah (Muhammad) Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain dia yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasulnya (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatnya (kitab-kitabnya), ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk. Begitu pula kebenaran-kebenaran islam yang dijelas pada ayat (Al-maidah : 48), (Al-taubah : 33), dan (An-nur : 55) (as. Al-Yunnus, 10 : 40-41) QS. (Al-Mujadillah 58:11)
Rukun Islam
Rukun islam adalah suatu persyaratan yang harus dipenuhi seseorang dalam menjalankan atau memeluk agama islam agar dia dapat dikatakan seorang muslim dan mendapat ridho dari Allah SWT, dengan terlebih dahulu membaca dua kalimat syahadat lalu diteruskan dengan perintah-perintah selanjutnya yang wajib kita penuhi dan jalani selama hidup berdampingan dengan islam agar mendapatkan balasan nikmat dari Allah SWT. Telah kita ketahui bahwasanya rukun islam itu ada 5 hal yaitu: 1. Mengucapkan 2 kalimat syahadat 2. Mendirikan sholat 3. Berpuasa pada bulan ramadhan 4. Membayar zakat 5. Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu
pantas disembah kecuali Allah 2. Mengakui bahwa Muhammad adalah utusan rasul Allah faedah (manfaat)nya membebaskan hati dan jiwa dari perhambaan terhadap mahkluk karena penciptalah (khalik) seharusnya kita menyembah pemilik semesta alam ini.
2
2. Mendirikan Sholat
Sholat adalah beribadah kepada Allah dengan mengerjakan sholat dengan megikuti cara sholat Nabi Muhammad. Faedah (manfaat)nya adalah mendapatkan ketenangan hati dan mencegah perbuatan kaji dan mungkar. 3. Berpuasa Berpuasa adalah syarat wajib muslim yang wajib dilakukan pada bulan ramadhan yaitu menahan segala yang dapat membatalkan puasa (hawa nafsu, lapar, dahaga) dari terbitnya farjar hingga terbenam matahari. Faedah (manfaat)nya melatih jiwa untuk meninggalkan semua yang disukai untuk mendapatkan keridhoan Allah dan mendapatkan marasakan penderitaan fakir miskin yang begitu sulitnya mereka untuk mendapatkan makanan serta menahan haus dan lapar. 4. Membayar Zakat Membayr zakat adalah beribadah kepada Allah dengan menyerahkan kadar yang wajib dari harta-harta yang dimiliki setiap orang muslim yang mampu. Seorang muslim wajib menzakatkan 2,5% dari harta yang dimilikinya. Faedah (manfaat)nya yaitu membersihkan jiwa dan moral yang buruk yaitu sifat kikir serta dapat menutupi kebutuhan umat islam seperti menolong fakir miskin. 5. Menunaikan Ibadah Haji Menunaikan ibadah haji adalah beribadah kepada Allah dengan menuju kebaitul haram (kabah dimekkah/Al-mukarramah) untuk mengerjakan siar (munasig haji). Faedah (manfaat)nya adalah melatih jiwa untuk mengerjakan segala kemampuan harta dan jiwa agar tetap taat kepada Allah SWT, oleh karena itu haji merupakan jihad fisabilillah.
Merupakan agama yang sempurna (Aqidah & Syariat). Mengajarkan kebaikan dan menjauhi keburukan. Agama islam cocok dan sesuai untuk setiap massa, tempat dan kondisi umat. Memberikan keselamatan hidup bagi umatnya yang taat dalam menjalankan syariat islam. 3
Kesimpulan
Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia, sebagai suatau kebenaran yang diturunkan Allah SWT agar manusia beriman dan bertakwa.
Agama islam terdiri dari atas 5 rukun islam yang harus dipatuhi yaitu: 1. Mengucapkan 2 kalimat syahadad 2. Menunaikan sholat 3. Membayar zakat 4. Berpuasa setiap bulan ramadhan 5. Naik haji bagi yang mampu
Agama islam adalah agama yang Rahamatan Lilalamin yaitu rahmat (kebaikan) bagi seluruh alam semesta yang telah diciptakan untuk semua manusia yang hidup beserta isinya.
Saran
-
Dapat menjadi insan yang beriman dan bertakwa Dapat menjalani kewajiban seorang muslim dengan baik Dapat menjadi seorang muslim yang berbudi pekerti yang luhur
Daftar Pustaka
Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968. Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968. Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam. 1994/1995. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003.