You are on page 1of 2

A.

Zaman Yunani Kuno Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Filsafat pra-Socrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu . Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udaratanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir (panta rei = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 SM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 SM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 SM) berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea. Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato, berhasil menemukan pemecahan persoalan persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga premis: Semua manusia akan mati (premis mayor). Socrates seorang manusia (premis minor). Socrates akan mati (konklusi). Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. B. Zaman Patristik Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes (185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei). Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya meliputi pengetahuan, tata dalam alam. Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika, masyarakat dan sejarah. C. Zaman Pertengahan Sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan dan di sebut abad kegelapan. Menjelang berakhirnya abad tengah, ada kemajuan-kemajuan yang tampak dalam masyarakat berupa penemuan-penemuan. Berbeda dengan keadaan di Eropa, di dunia Islam pada masa yang sama justru malah mengalami masa keemasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa orang yang memberi sumbangan besar dalam perkembangan IPTEK di dunia Islam. M Al Khawarzmi munyusun buku Aljabar pada tahun 825. M. Omar

Khayam (1043-1132) seorang penyair, sekaligus ahli perbintangan dan ahli matematika. Jabir Ibnu Hayan (720-800), banyak mengadakan eksperimen, antara lain tentang kristalisasi, melarutkan, sublimasi dan reduksi. Dan tokoh-tokoh lainnya dalam bidang kedokteran, bidang geografi, dan bidang sosial. Pada zaman keemasan ilmu pengetahuan, bangsa Arab menjadi pemimpin dalam berbagai bidang ilmu. D. Zaman Renaisance Gejala-gejala kebangkitan kembali pemikiran bebas telah mulai tampak pada abad ke12M dan merupakan dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Kabangkitan ilmu pengetahuan pada zaman Renaisance ditandai dengan timbulnya pemikiran dari tokoh-tokoh terkenal seperti: Nicolas Copernicus, Tycho Brahe, Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Francis Bacon. Disamping perkembangan di bidang ilmu pengetahuan alam, pada zaman Renaisance juga terdapat perkembangan di bidang ilmu negara, sekalipun puncaknya baru terdapat pada awal abad ke-17, yaitu dari Hugo de Groot (1583-1645) dengan gagasannya tentang hukum internasional. Orang yang merintis suatu perkembangan besar pada abad ke-17 adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia dapat dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar-dasarr bagi metode induksi yang modern, dan menjadi pelopor dalam usaha mensistemalisasi secara logis prosedur ilmiah. E. Zaman Modern Mulai saat zaman modern, teknologi mendapat arti baru sebagai applied scince (Ilmu terapan). Ditemukannya mesin uap oleh James Watt mendorong tercetusnya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18. Tokoh yang memberikan sumbangan pada masa modern adalah Rene Descartes (1596-1650) merupakan tokoh yang amat mendewakan rasio dan terkenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Decrates, langkah-langkah berpikir terdiri dari empat hal, (1) tidak menerima apa pun sebagai hal yang benar, kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar, (2) memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaiannya, (3) berpikir runtut dengan mulai dari hal yang paling rumit, (4) perincian yang lengkap dan pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan dari permasalahan yang dikaji. Tokoh-tokoh yang lain adalah Isaac Newton (1643-1727) yakni dalam bidang ilmu fisika, dan matematika, J.J. Thompson sebagai penemu electron, Darwin menyumbangkan teori evolusi serta tokoh-tokoh lainnya. Muncul pemikiran positiviSMe pada abad ke-19 yang dikemukakan oleh Auguste Comte (1798-1857). Pemikiran ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisis, ilmiah atau positif. F. Zaman Kontemporer Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkembang dengan sangat cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai macam penemuan-penemuannya. Penemuan dan penciptaan terjadi silih berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, meliputi dua setiap tahun, bahkan disiplin-disiplin tertentu seperti genetika setiap dua tahun.

You might also like