You are on page 1of 30

MORFOLOGI

1. PENGERTIAN MORFOLOGI
Bahasa Indonesia mempunyai berbagai-bagai bentuk. Kata bersepeda terdiri dari satu morfem, sama halnya dengan kata rumah dan jalan. Kata bersepeda terdiri dari dua morfem, ialah morfem ber- sebagai afiks, dan morfem sepeda sebagai bentuk dasarnya. Demikian juga dengan kata bersepeda dan berjalan. Masingmasing terdiri dari dua morfem, ialah morfim ber- sebagai afiks dan morfem rumah, jalan sebagai bentuk dasarnya. Kata sepeda-sepeda terdiri dari dua morfem ialah morfem sepeda sebagai bentuk dasar, di ikuti morfen sepeda sebagai morfen ulang. Kata sepeda motor terdiri dari dua morfen ialah morfen sepeda dan morfen motor yang masing-masing merupakan kata. Kata perumahan terdiri dari dua morfem ialah morfem per-an sebagai afiks dan morfem rumah sebagai bentuk dasar. Kata rumah-rumahan terdiri dari tiga morfem ialah morfen rumah sebagai bentuk dasar di ikuti morfem rumah sebagai morfem ulang dan morfen an sebagai afiks. Soalsoal yang berhubungan dengan bentuk kata itulah yang menjadi objek daripada satu ilmu yang lazim disebut morfologi. Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Kata sepeda termasuk golongan kata nominal sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Dibidang arti, kata sepeda, bersepeda, sepeda-sepeda dan sepeda motor semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Perbedaan golongan dan arti kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk beluk bentuk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.

Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempe;ajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dkatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

2. MORFOLOGI DAN LEKSIKOLOGI


Leksikologi mempelajari seluk-beluk kata, ialah mempelajari

perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian kata serta artinya seperti dipakai masyarakat pemakai bahasa. Misalnya kata masak. Kata ini mempunyai berbagai arti dalam pemakaiannya. Misalnya, buah yang masak dipohon berarti buah yang sudah tua dan boleh dipetik. Meskipun Leksikologi maupun Morfologi mempelajari masalah arti tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Perbedaannya ialah, bahwa morfologi mempelari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (makna), sedangkan leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata. Contohnya kata rumah terdapat kata berumah, kedua kata tersebut masing-masing memiliki kata leksikal. Kata rumah berarti bangunan untuk tempat tinggal dan kata berumah berarti mempunyai rumah. Sedangkan dalam morfologi dibicarakan perubahan bentuknya, dari rumah menjadi berumah, perubahannya dari kata nominal menjadi kata verbal.

3. MORFOLOGI DAN ETIMOLOGI


Jika dibidang arti ada pendekatanm antara morfologi dan leksikologi, maka dibidang bentuk ada pendekatan antara morfologi dan etimologi. Disamping kata kena, terdapat kata berkenan. Adakah perubahan-perubahan bentuk yang terlihat pada kata-kata tersebut termasuk dalam bidnag morfologi?

Morfologi selain menyelidiki seluk-beluk bentuk kata. Bahwa yang diselidiki oleh morfologi adalah peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi, yang boleh dikatakan sistem dalam bahasa. Dari penelitian, ternyata peristiwa perubahan bentuk seperti diatas ialah perubahan dari kena menjadi kenan pada kata berkenan, boleh dikatakan hanya terjadi pada kata-kata tersebut. Oleh karena itu, tentu saja peristiwa tersebut tak dapat disebut sebagai peristiwa umum dan tentu saja juga tidak termasuk dalam bidang morfologi melainnkan termasuk dalam bidang etimologi. Etimologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk asal suatu kata secara khusus.

4. MORFOLOGI DAN SINTAKSIS


Baik morfologi maupun sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa. Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata. Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem. Berbeda dengan sintaksis, yang dipelajari hubungan antara kata / fase / klausa / kalimat yang satu dengan kata / frase / klausa / kalimat yang lain. Jadi kata dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar, dalam sintaksi merupakan satuan yang paling kecil. Dari satuan wacana sampai satuan frase dibicarakan dalam sintaksis sedangkan satuan kata dan morfem termasuk bidang morfologi: Dari uraian diatas terlihat adanya batas yang tegas antara morfologi dan sintaksis: morfologi merupakan lanjutan dari sintaksis. Kata majemuk adalah kata yang unsurnya berupa kata atau pokok kata. Misalnya tinggi hati, keras kepala, kepala dingin, daya juang, lomba tari, kolam renang, pasukan tempur termasuk satuan satuan dalam bidang sintaksis, tetapi dilihat bahwa satuan-satuan tersebut mempunyai sifat sebagai kata maka tentu saja pembicaraannya termasuk dalam bidang morfologi. Dalam buku ini, membicarakan tentang kata majemuk dimasukkan dalam bidang morfologi mengingat bahwa kata majemuk termasuk dalam golongan kata.

SATUAN-SATUAN GRAMATIK

1. SATUAN GRAMATIK
Satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik. Satuan gramatik mungkin berupa morfem, misalnya:

ber-, ke-, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca, baru mungkin berupa kata

rumah, membawa, kelupaan, diketahui, lempar lembing, mereka, dari mungkin berupa frase

akan datang, kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, usaha yang baik mungkin berupa klausa

ia sedang berkunjung kerumah teman, usaha itu sangat baik mungkin itu berupa kalimat

orang tuanya sudah sehat mungkin juga berupa wacana

2. BENTUK TUNGGAL DAN BENTUK KOMPLEKS


Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi itu disebut bentuk tunggal. Sedangkan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi disebut bentuk kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke- , luar, kota, ia, men-, beli, dan baru, masing-masing merupakan bentuk tunggal sedangkan satuan-satuan bersepeda, bersepeda keluar kota, ia membeli sepeda baru merupakan bentuk kompleks.

3.

SATUAN

GRAMATIK

BEBAS

DAN

SATUAN

GRAMATIK TERIKAT
Dalam tuturan yang biasa diantara satuan satuan gramatik ada yang berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan selalu terikat pada satuan yang lain. Satuan rumah misalnya, termasuk satuan yang dalam tuturan yang biasa dapat berdiri sendiri demikian juga satuan-satuan gunung, tanah, pakaian, bendera, kami, mereka, harimau, dan lain-lainnya semuanya termasuk satuan yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan yang biasa. Semua satuan gramatik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan yang biasa disebut gramatik bebas atau satuan bebas. Sedangkan yang lain disebut satuan. Gramatik terikat mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan-satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri. Satuan-satuan tersebut tidak memiliki arti leksikal, melainkan dimiliki oleh arti gramatik atau makna. Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Satuansatuan ku, mu, nya, dan sebagainya itu memiliki arti leksikal sedangkan satuan ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu tidak memiliki arti leksikal. Satuan-satuan ku, mu, nya tidak dapat dimasukkan dalam golongan afiks melainkan termasuk golongan klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik terletak dimuka sedangkan enklitik terletak dibelakang

4. MORFEM, MORF, ALOMORF, DAN KATA


Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lainnya sebagai unsur. Disamping istilah morfem, morf dan alomorf terdapat istilah kata . kata mempunyai dua macam satuan ialah satuan fonologi dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi kata terdiri dari satu atau beberapa suku dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan

gramatik, kata terdiri dari satu kata atau beberapa morfem. Yang dimaksud kata ialah satuan bebas yang paling kecil dengan kata lain setiap satu satuan bebas merupakn kata.

5. DERETAN MORFOLOGIK
Deretan morfologik ialah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat katakata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Misalnya dari kata kejauhan, untuk mengetahui apakah kata itu terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem, haruslah kata itu dibandingkan dengan kata-kata lain dalam deretan morfologi Kejauhan Menjauhkan Dijauhkan Terjauh Berjauhan Menjauhi ---------------Jauh Dari perbandingan kata-kata tersebut terdapat dalam deretan morfologik, dapat disimpulkan adanya morfem jauh sebagai unsur yang terdapat pada tiap-tiap anggauta deretan morfologi. Deretan morfologi akan berguna dalam penentuan morfem-morfem. Banyak kata yang kelihatanya terdiri dari dua morfem atau lebih tetapi setelah diteliti benar-benar, pada hakekatnya secara deskripsi hanya terdiri dari satu morfem saja.

6. PENGENALAN MORFEM
Satuan satuan yang mempunyai struktur fonologik dan artinya atau makna yang sama merupakan satu morfem. Sesuai dengan prinsip ini bahwa satuan-satuan memrupakan satu morfem apabila mempunyai struktur fonologik dan arti dan makna yang sama. Satuan-satuan dikatakan mempunyai struktur fonologik yang sama apabila fonem-fonem dan urutan fonemnya sama. Istilah arti dimaksudkan arti laksikal sedangkan istilah makna dimaksudkan arti gramatik. Prinsip I: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.Satuan baju dan berbaju, menjahit baju, baju biru, baju batik, merupakan satu morfem karena satuan itu mempunyai struktur fonologik dan arti yang sama. Prinsip II: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti atau makna yang sama dan berbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Prinsip III: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Prinsip IV: Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem yang biasa disebut morfem zero. Prinsip V: Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.Apabila satuannya mempunyai struktur fonologik yang sama itu berbeda artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda. Prinsip VI: Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.Misalnya di samping bersandar terdapat sandaran. Jelas bahwa bersandar terdiri dari satuan ber-

dan sandar, dan satuan sandar terdiri dari sandar dan an. Maka ber-, sandar, dan an masing-masing merupakan morfem sendiri-sendiri.

7. HIRARKI BAHASA
Dengan deretan morfologi dapat di tentukan bahwa suatu satuan, misalnya terjauh, terdiri dari dua morfem, ialah ter- dan jauh; berpakaian terdiri dari tiga morfem, ialah ber-, pakai, dan an. Taraf I: Pada taraf ini, di cari kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang diselidiki. Untuk menentukan unsur kata pembacaan diperlukan taraf kedua ialah faktor arti dan makna.Kata pembacaan mempunyai arti hal membaca atau suatu abstraksi dan perbuatan membaca.

8. BENTUK ASAL DAN BENTUK DASAR


Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks. Bentuk dasar ialah satuan, baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang paling besar. Bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal, berbeda dengan bentuk dasar.

PROSES MORFOLOGIK

1. PENGERTIAN PROSES MORFOLOGIK


Proses morfologik ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Kata verbal transitif ialah kata verbal yang dapat diikuti obyek dan sudah barang tentu dapat diubah menjadi kata verbal positif. Misal membeli > dibeli.Golongan kata verbal yang transitif karena kata-kata ini dapat diikuti obyek dan juga dapat dipasifkan. Misal makan > dimakan.

2. PROSES PEMBUBUHAN AFIKS


Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Misal pembubuhan afiks ber- pada jalan menjadi berjalan. Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar itu disini disebut bentuk dasar. Dalam proses pembubuhan afiks, bentuk dasar merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks.

3. AFIKS
Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang didalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat kepada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Misalnya kata minuman. Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain.

4. AFIKS ASLI DAN AFIKS DARI BAHASA LAIN

Sebelumnya bagi pemakai bahasa Indonesia kata-kata asing yang masuk dalam perbendaraan bahasa Indonesia itu diterima secara keseluruhan, dengan tidak mengingat bentuk serta fungsi aslinya. Itulah sebabnya dalam bahasa Indonesia dijumpai kata-kata mengutip, memaklumi, para ulama, yang kalo diperhatikan bentuk serta fungsi aslinya, tentu kata-kata tersebut tidak mungkin ada, karna kutip dan maklum dalam bahasa aslinya merupakan bentuk pasif, sedangkan prefiks meN- merupakan prefiks aktif; ulama dan data dalam bahasa aslinya sudah merupakan bentuk jamak hingga tidak mungkin didahului prefiks para- dan diulang.

5. AFIKS YANG PRODUKTIF DAN AFIKS YANG IMPRODUKTIF


Afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfim-morfim, seperti ternyata dari distribusinya, sedangkan afiks yang improduktif ialah afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru.

6. PROSES PENGULANGAN
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, bagi seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan fariasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

7. MENENTUKAN BENTUK DASAR KATA ULANG

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan bentuk dasanya. Tetapi tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya.

8. MACAM-MACAM PENGULANGAN
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi 4 golongan: 1. Pengulangan keseluruhan, pengulangan keseluruhan bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
2. Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. 3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pertumbuhan afiks. Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pertumbuhan afiks, maksudnya dengan pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. 4. Pengulangan dengan perubahan fonem, kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.

PROSES PEMAJEMUKAN
Dalam bahasa Indonesia kerapkali didapati gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata itu lazim disebut kata majemuk.

9. CIRI-CIRI KATA MAJEMUK


Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan yang terdiri dari kata nominal dan kata sifat mempunyai dua kemungkinan. Kemungkinan pertama satuan itu merupakan suatu klausa, ialah satuan gramatik yang terdiri dari predikat, baik disertai subyek, obyek, pelengkap dan keterangan ataupun tidak, dan kemungkinan yang kedua, sebagai frase yang termasuk tipe konstruksi endosentrik yang atributif, ialah frase yang terdiri dari unsur yang tidak setara. Ciri-ciri kata majemuk: 1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata. Satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi sesuatu kata. 2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya.

10.KATA

MAJEMUK

DENGAN

UNSUR

YANG

BERUPA MORFEM UNIK


Ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unuk, ialah morfem yang hanya mampu berkombinasi satu satuan tertentu.

MORFOFONEMIK

1. PROSES MORFOFONEMIK
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

2. PROSES PERUBAHAN FONEM


Proses perubahan fonem, misalnya, terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meNdan peN- dengan bentuk dasarnya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat diikhtisarkan sebagai berikut 1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/. Misalnya: meN- + paksa = memaksa, meN- + bantu = membantu, meN- + fitnah = memfitnah.
2. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila

bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t.d.s/. Fonem /s/ disini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. Misalnya: meN- + tulis = menulis, meN- + duga = menduga, meN- + survey = mensurvey. 3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s.s.c.j/. misalnya: meN- + sapu = menyapu, meN- + cari = mencari, meN- + jadi = menjadi.
4. Fonim /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila

bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem / k,g,x,h, dan vokal/. Misalnya: meN- + kacau = mengacau, meN- + garis = menggaris,

meN- + khayalkan = mengkhayalkan, meN- + habiskan = menghabiskan, meN- + angkut = mengangkut. Pada kata mengebom terdapat proses morfofonemik yang berupa perubahan fonem /n/ menjadi /n/.

3. PROSES PENAMBAHAN FONEM


Proses pemanbahan fonem, a.l. terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahan ialah / /, sehingga meN- berubah menjadi menge-. Misalnya: meN- + bom = mengebom. Proses penambahan fonem / / terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem peNberubah menjadi penge-. Misalnya: peN- + bom = pengebom

4. PROSES HILANGNYA FONEM


Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan nasal/. Misalnya: meN- + lerai = melerai. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan / r/. Misalnya: ber- + rapat = berapat. Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu. Misalnya: meN- + paksa = memaksa.

1. Kaidah morfofonemik morfem afiks meN- > mem-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f/. Fonem /p/ hilang kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya dan pada bentuk dasar yang berprefiks, ialah prefiks per-, Misalnya: meN- + paksa = memaksa. meN- > men-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t, d, s/. Fonem /t/ hilang kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya dan pada bentuk dasar yang berprefiks, ialah prefiks ter- ; fornem /s/ hanya berlaku bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Misalnya: meN- + tulis = menulis. meN- > meny-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s, c, j/. Fonem /s/ hilang. Misalnya: meN- + sapu= menyapu. meN- > meng-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, g, x, h, vokal/. Fonem /k/ hilang kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Misalnya: meN- + karang = mengarang. meN- > me-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /v, r, l, w, nasal/. Misalnya: meN- + yakinkan = meyakinkan. meN- > menge-, Apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku. Misalnya: meN- + bom = mengebom. 2. Kaidah morfofonemik morfem afiks peNKaidah morfofonemik morfem afiks peN- pada umumnya sama dengan kaidah morfofonemik morfem afiks meN- : meN- > pem-, Apabila diikuti dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f/. Fonem /p/ hilang. Misalnya: peN- + pakai = pemakai.

peN- > pen-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t, d, s/. Fonem /t/ hilang kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya, dan fonem /s/ hanya berlaku bagi kata asing yang masih mempertahankan keasingannya. Misalnya: peN- + tulis = penulis. peN- > peny-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s, c, j/. Fonem /s/ hilang. Misalnya: peN- + sadur = penyadur. peN- > peng-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, g, x, h, vokal/. Fonem /k/ hilang. Misalnya: peN- + karang = pengarang. peN- > pe-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /y, r, l, w, nasal/. Misalnya: peN- + ramal = peramal. peN- > penge-, Apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku. Misalnya: peN- + bom = pengebom. 3. Kaidah morfofonemik morfem afiks berber- > be-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/, dan beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan / Misalnya: ber- + rantai = berantai. ber- > bel-, Apabila diikuti bentuk dasar ajar: ber- + ajar = belajar. ber- > ber-, Apabila diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas, ialah bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/, bentuk dasar yang suku pertamanya tidak berakhir dengan / /, dan bentuk dasar yang bukan morfem ajar. Misalnya: ber- + kata = berkata. 4. Kaidah morfofonemik morfem afiks perper- > pe-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/. Misalnya: per- + ringan = peringan. /,

per- > pel-, Apabila diikuti bentuk dasar yang berupa morfem ajar. Misalnya: per- + ajar = pelajar. per- > per-, Apabila diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/,dan bentuk dasar yang bukan morfem ajar. Misalnya: per- + kaya = perkaya.

FUNGSI PROSES PEMBUBUHAN AFIKS DAN PENGULANGAN

1. FUNGSI DAN MAKNA


Kata makan dan minum termasuk golongan kata verbal. Setelah mendapat afiks an menjadi makanan dan minuman, kata tersebut termasuk golongan kata nominal. Jelaslah bahwa perubahan golongan kata itu disebabkan oleh afiks an. Maka dapat dikatakan bahwa di sini afiks an berfungsi mengubah kata verbal menjadi kata nominal, atau dengan kata lain berfungsi sebagai pembentuk kata nominal. Proses morfologik itu mempunyai fungsi gramatik, ialah fungsi yang berhubungan dengan ketatabahasaan.

2. AFIKS meNSemua kata berafiks meN- termasuk golongan kata verbal. Karena itu afiks meN- hanya memiliki satu fungsi saja, ialah sebagai pembentuk kata verbal. Kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat, dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Kata verbal dapat digolongkan menjadi 2 golongan, ialah 1. kata kerja, dan 2. kata sifat.

Bentuk dasar kata-kata berafiks meN- mungkin berupa pokok kata, misalnya: mengambil < ambil. Akibat pertemuan afiks meN- dengan bentuk dasarnya, timbullah berbagaibagai makna. Makna yang banyak dijumpai dalam penggunaan bahasa ialah: 1. Apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata, afiks meN- menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif lagi transitif, maksudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek dan lagi menuntut adanya obyek. 2. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks meN- menyatakan makna menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya atau dengan singkat dapat dikatakan menyatakan makna proses, Misalnya: melebar = menjadi lebar.
3. Apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks meN- menyatakan

berbagai-bagai makna seperti memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar, berlaku atau menjadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar, menuju ketempat yang tersebut pada bentuk dasar, membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar, dan lain-lainnya lagi, yang di sini dirangkum dalam satu makna, ialah melakukan tindakan berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: membabi buta > berlaku seperti babi buta. 4. Pada kata mengantuk dan menyendiri afiks meN- menyatakan makna dalam keadaan, atau boleh juga dikatakan menyatakan makna statif.

3. AFIKS berBentuk dasar kata berafiks ber- mungkin berupa pokok kata, misalnya: bertemu < temu

Mungkin berupa kata sifat, misalnya: bergembira < gembira. Mungkin berupa kata bilangan, misalnya: berdua < dua. Dan mungkin juga berupa kata nominal, misalnya: bersepeda < sepeda. Akibat pertemuan afiks ber- dengan bentuk dasarnya timbullah berbagai-bagai makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif ialah perbuatan yang

dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek. 2. Pada kata-kata bergembira, berpadu, berbahagia, bersedih, ialah pada katakata berafiks ber- yang bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks bermenyatakan makna dalam keadaan atau statif.
3. Pada kata-kata yang berbentuk dasar kata bilangan afiks ber- menyatakan

makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentik dasar kecuali pada kata bersatu yang menyatakan makna menjadi satu. Misalnya: berdua : kumpulan yang terdiri dari dua. 4. Apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks ber- mempinyai berbagai kemungkinan makna. 5. Afiks ber- juga menyatakan makna mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misal: berayah : mempunyai ayah.

4. AFIKS diBentuk dasar kata berafiks di- sebagian besar berupa pokok kata. Kata-kata dikatakan, disayang, dicintai, sebenarnya berasalkan dari dikatakan, disayangi, dan dicintai mengingat bentuk aktifnya mengatakan, menyayangi, dan mencintai.

Afiks di- hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja pasif, berbeda dengan afiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk kata kerja aktif: diambil mengambil.

5. AFIKS terSama halnya dengan adiks di-, afiks ter- juga mempunyai fungsi membentuk kata kerja pasif, misalnya pada kata-kata terbawa, terdengar, tersusun, tersaji, terbagi dan masih banyak lagi. Hanya perlu dikemukakan bahwantidak semua kata berafiks ter- termasuk golongan kata kerja pasif. Dalam hal berfungsi membentuk kata kerja pasif, terdapat perbedaan antara afiks ter- dan afiks di-. Perbedaan itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pasif ter- sangat tidak mementingkan pelaku perbuatan, hingga pada umumnya pelaku perbuatan tidak disebutkan; berbeda dengan pasif di- yang masih memperhatikan pelaku perbuatan, sekalipun jika dibandingkan dengan kata kerja aktif, perhatian terhadap pelaku perbuatan itu sangat kurang. 2. Pasif ter- lebih mengemukakan hasil perbuatan atau lebih mengemukakan aspek perficktif berbeda dengan pasif di- yang lebih mengemukakan berlakunya perbuatan. Misalnya: dalam operasi tersebut ikut terciduk beberapa anak perempuan. Kita bandingkan dengan kalimat berikut: Dalam operasi tersebut ikut diciduk beberapa anak perempuan. 3. Pasif ter- menyatakan ketidak sengajaan dan ketiba-tibaan, sedangkan pasif dimenyatakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya: di kota seperti Jakarta itu kita akan terdorong untuk berkerja dengan kekuatan yang berlipat. Kita bandingkan dengan kota seperti jakarta itu akan didorong untuk berkerja dengan kekuatan yang berlipat.

4. Pasif ter- menyatakan kemungkinan, sedangkan pasif di- tidak demikian. Akibat pertemuan afik ter- dengan bentuk dasarnya timbulan berbagai-bagai makna yang dapat di golongkan sebagai berikut: Menyatakan makna aspek perfectif. Supaya makna tersebut jelas maksudnya. Misalnya: terjepit, tertutup, terbuka dan masih banyak lagi. Afiks ter- menyatakan makna ketidak sengajaan. Misalnya: terbawa, tersinggung, terjahit, dan masih banyak lagi. Afiks ter- menyatakan makna ketiba-tibaan. Misalnya terjatuh, terperosok, tersengat, dan sebagainya.

Afiks ter- menyatakan kemungkinan. Misalnya: tidak ternilai : tidak dapat dinilai.

Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat afiks ter- menyatakan makna paling. Misalnya tertinggi : paling tinggi.

6. AFIKS peNKata berafiks pen- termasuk golongan kata nominal. Misalnya: kata-kata pembaca, penulis, pengarang dan sebagainya. Sebagai kata nominal, kata-kata itu jelas dari kemungkinannya didahului kata negatif bukan dan tidak mungkinnya dinegatifkan dengan kata tidak. Mengingat kata-kata itu tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak ialah suatu kata yang merupakan ciri kata verbal disamping ciri-ciri yang lain, maka disini termasuk golongan kata nominal dan dengan demikian afiks pen- hanya memiliki satu fungsi ialah membentuk kata nominal. Kata berafiks peNmempunyai pertalian dengan kata berafiks meN-. Misalnya: pembaca : berpalian dengan membaca. Ada yang berupa kata sifat. Misalnya: pemalas : malas.

Diantara kata yang berafiks peN- ada yang memiliki pertalian dengan kata kerja berafik meN- yang membentuk dasarnya berafiks kan. Misalnya: penguat : bertalian dengan menguatkan. Afiks peN- mempunyai berbagai-bagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut: Apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata, afiks peN- menyatakan makna yang (pekerjaanya). Dengan kata lain dapat dikatakan menyatakan makna agentif. Misalnya: pembaca : yang (pekerjaanya) membaca. Disamping makna afiks peN- menyatakan makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang terbentuk pada bentuk dasar. pemotong : alat untuk memotong. Afiks peN- menyatakan makna yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misal: penakut yang memiliki sifat takut. Afiks peN- mungkin juga menyatakan makna yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: pengeras : yang menyebabkan menjadi keras ; yang mengeraskan. Apabila bentuk dasar berupa kata nominal afiks peN- menyatakan makna yang (pekerjaanya) melakukan perbuatan berhubung dengan benda yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya: penyair : yang dalam (kerjaanya) pencipta syair. Misalnya:

7. AFIKS peAfiks pe- kadang-kadang sukar dibedakan dengan afiks peN- karna ad suatu kondisi afiks peN- mungkin kehilangan N- ialah apabila diikuti bentuk dasar yang berfonem awal / i,f,y,w dan nasal / misalnya: pelerai, pelukis, peramal, peroko, pewaris.

Afiks pe- hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata nominal dan pada umumnya menyatakan makna yang biasa /pekerjaannya/ gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: berjalan kaki : yang biasa/pekerjaanya/gemar berjalan kaki. Pada kata-kata pesuruh, pelatar, dan petugas, afiks pe- menyatakan makna orang yang (pekerjaannya) di... dan pada kata petaruh afiks pe- menyatakan makna sesuatu yang di... (dalam suatu perjudian).

8. AFIKS perAfiks per- ialah afiks yang berfungsi membentuk kata nominal dan afiks per- yang tidak berfungsi membentuk kata melainkan berfungsi membentuk pokok kata. Afiks per- yang berfungsi membentuk pokok kata mungkin berupa kata sifat. Misalnya: terluas : luas. Mungkin berupa kata bilangan. Misalnya: persatu : satu. Mungkin berupa kata nominal. Misalnya: perbudak : budak. Dan mungkin berupa pokok kata. Misalnya: perjuangan : juangkan. Afiks per- hanya mempunyai satu makna ialah menyatakan kausatif. Bentuk dasarnya berupa kata sifat, kausatif itu berarti membuat menjadi lebih daripada apa yang tersebut pada bentuk dasar dan apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal kausatif itu berarti membuat jadi atau menganggap sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: perbesar : membuat jadi lebih besar, persatu (kan) : membuat jadisatu.

9. AFIKS seAfiks se- ada yang melekat pada bentuk dasar yang berupa kata nominal. Misalnya: serumah : rumah. Ada yang berupa kata sifat. Misalnya: seindah : indah. Ada juga yang melekat pada golongan kata tambah. Misalnya: sesudah : sudah.

Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya afiks se- mempunyai makna sebagai berikut. menyatakan makna satu. Misalnya: Serombongan : satu rombongan menyatakan makna seluruh. Misalnya: seisi kampung : seluruh isi kampung menyatakan makna sama, seperti. Misalnya: secara adat : sama dengan cara adat; seperti cara adat. Menyatakan makna setelah. Misalnya: sesampainya : setelah ia sampai

10.AFIKS kePada umumnya afiks ke- melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata bilangan. Misalnya: keempat, kelima, dan seterusnya. Afiks kehanya mempunyai dua makna ialah: Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah. Misalnya: kedua (orang) : kumpulan yang terdiri dari dua orang.

Menyatakan urutan. Misalnya: (pegawai) kedua, (bagian) ketiga.

11.AFIKS paraAfiks ini selalu melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal insani. Maknanya hanya satu ialah menyatakan makna banyak. Misalnya: parapemuda : pemuda-pemuda , paramahasiswa : mahasiswa-mahasiwa.

12.AFIKS maha-

Afiks ini pada umumnya terdapat pada kata-kata yang menyatakan sifat Allah. Misalnya: mahapengasih, mahapemurah dan sebagainya. Afiks maha- yang terdapat pada kata nominal ialah mahasiswi, mahadewi dan sebagainya. Afiks maha- pada kata tersebut pada umumnya menyatakan makna besar, tertinggi, tetapi karna hubunganya dengan bentuk dasarnya sudah terlalu erat, maka maknanya tidak begitu jelas lagi.

13.AFIKS kan
Afiks kan tidak merupakan simulfiks bersama dengan afiks meN- / di / atau ter-, sekalipun dalam pemakaian bahasa sering bersama-sama dengan ketiga afiks itu. Kata mendudukan terdiri dari unsur meN- dan dudukan, selanjutnya duduk dan kan. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata verbal, baik berupa kata kerja seperti mendudukan : duduk. Maupun yang berupa kata sifat. Misalnya: membesarka : besar. Mungkin juga berupa kata nominal. Misalnya: membudayakan : budaya. Mungkin berupa kata bilangan. Misalkan: menduakan : dua. Dan mungkin berupa pokok kata. Misalnya: mendengarkan : dengar. Afiks kan mempunyai beberapa makna yang dapat digolongkan sebagai berikut: Menyatakan makna beneraktif maksudnya perbuatan tersebut pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain. Misalnya: membawakan : membawa (...) untuk orang lain. Afiks kan menyatakan makna benefaktif mungkin juga menyatakan makna kausatif dalam kalimat: ia pergi ketukang ketik untik mengetikan tesis. Afiks kan pada kata mengetikan menyatakan makna kausatif. Sedangkan afiks kan pada kata mengetikan menyatakan makna benefaktif. Makna kausatif dapa digolongkan menjadi 4 golongan ialah:

a. Menyebabkan (...) melakukan perbuatan pada bentuk dasar. Misalnya:

mendudukan : menyebabkan (...) duduk. b. Menyebabkan (...) menjadi seperti pada bentuk dasar. Misalnya: meluaskan : menyebabkan (...) jadi luas c. Menyebabkan (...) jadi atau menganggap (...) sebagai apa pada bentuk dasar. Misalnya: mendewakan : menganggap (...) sebagai dewa. d. Membawa/ memasukan (...) ketempat yang pada bentuk dasar. Misalnya: menyebrangka : membawa (...) ke sebrang

14.AFIKS i
Afiks i tidak berfungsi membentuk kata melainka membentuk pokok kata dengan tambahan prefiks meN-, di-, ter- atau dengan tambahan ku, kau, dan sebagainya, pokok kata itu menjadi suatu kata. Bentuk dasar berupa kata kerja. Misalnya: mendatangi : datang. Berupa kata sifat. Misalnya: mengotori : kotor. Berupa kata nominal. Misalnya: menyampuli : sampul. Dan mungkin berupa pokok kata. Misalnya: membukai : buka.

15.AFIKS an
Afiks an ada yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata kerja. Misalnya: makanan : makan. Bentuk dasar yang berupa pokok kata. Misanya: timbanga : timbang. Bentuk dasar yang berupa kata nominal. Misalnya: mingguan : minggu. Bentuk dasar yang berupa kata bilangan. Misalnya: 50-an : 50. Afiks an hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata nominal sedangkan makna yang dinyatakannya digolongkan sebagai berikut:

Menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan pada bentuk dasar. Misalnya: timbangan : alat untuk menimbang, Hasil menimbang. Menyatakan makna tiap-tiap. Misalnya: (majalah) bulanan : (majalah) yang terbit tiap-tiap bulan. Menyatakan makna satuan yang terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: kain itu dijual meteran. Menyatakan makna beberapa. Misalnya: ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.
Menyatakan makna sekitar. Misalnya: sekitar tahun 60-an.

16.AFIKS wan
Afiks wan yang termasuk golongan kata sifat. Misalnya: cendikiawan : cendikia. Bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal. Misalnya: sejarawan : sejarah. Afiks wan hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata nominal.sebagai berikut: Sejarawan: orang yang ahli dalam ilmu sejarah dan berkecimpung dibidang kesejarahan. Menyatakan orang yang memiliki sifat pada bentuk dasar. Misalnya: Sosiawan : orang yang bersifat sosial

17.AFIKS ke-an

Ada dua jenis afiks ke-an. Pertama afiks ke-an yang berfungsi membentuk kata nominal. Misalnya: kebaikan, keberanian, dansebagainya.dan yang kedua ialah afiks ke-an yang berfungsi membentuk kata verbal, baik yang masuk golongan kata kerja maupun golongan kata sifat. Misalnya: kehujanan, kedinginan, kehilangan, dan sebagainya.

18.AFIKS peN- an
Kata berafiks peN-an ada yang termasuk golongan pokok kata. Misalnya: pengedaran : edar. Ada yang termasuk golongan kata verbal, kata kerja, dan kata sifat. Misalnya: pendudukan: duduk.

19.AFIKS per- an
Afiks per- an hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata nominal. Kata dasarnya berupa pokok kata. Misalnya: persenyuhan : sentuh. Kata sifat. Misalnya: perpaduan : padu. Kata verbal. misalnya: pertumbuhan : tumbuh. Kata nominak. Misalnya: perekonomian : ekonomi.

20.AFIKS ber- an
Afiks ber- an hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata kerja. Misalnya: berhamburan : hambur.

21.AFIKS se- nya

Afiks se- nya berkombinasi dengan proses pengulanga. Misalnya: sepenuhpenuhnya, serajin-rajinnya, dan seterusnya. Afiks se- nya menyatakan maknatingkat yang paling tinggi yang dapat di capai atau lazim disebut superlape. Seperlape misanya sepenuh- penuhnya: tingkat penuh yang paling tinggi yang dapat dicapai; sepenuh mungkin.

22.PROSES PENGULANGAN
Proses pengulangan pada kata ulang seperti potong memotong, karang mengarang, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal sebagai kata kerja, dan pada kata kerja ulang secepat-cepatnya, sekuatkuatnya, proses pengulangan dari kata sifat. Tetapi pada kata ulang teriak-teriak, memukul-mukul, kecil-kecil, proses pengulangan tidak mengubah golongan kata.

You might also like