Professional Documents
Culture Documents
INTAN SULISTYOSARI
NIM 10197/PN
Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri
terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam
dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia.
Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri
parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat
sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali.
Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena
minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa
negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena
dibutuhkan secara kontinyu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain.
Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya (Indonesia memiliki sekitar
200 species tanaman yang menghasilkan minyak atsiri), nilam mempunyai keunggulan
tersendiri sebagai unsur pengikat (fikatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini
disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah hilang
karena tercuci atau menguap, dapat larut dalam alkohol dan dapat dicampur dengan
minyak esteris lainnya.
Nilam adalah tanaman yang berumur produktif selama 1-2 tahun. Panen pertama
dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam, dan panen selanjutnya dilakukan
setiap 3-4 bulan sekali. Setelah 1,5 tahun tanaman nilam memerlukan peremajaan. Di
Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan yaitu
Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon hortensis
Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai nilam Aceh karena banyak diusahakan di
daerah itu. Nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-
5,0%. Pogostemon heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga,
daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5%. Pogostemon hortensis
Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah Banten dan
sering disebut sebagai nilam sabun.
Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin), nilam Jawa
(Pogostemon hortensis) dan nilam tipis (Pogostemon heyneanus). Di antara ketiga jenis ini,
nilam Aceh adalah yang terbaik, karena memiliki kadar atsiri tertinggi yakni 2,5%- 5%,
sedang jenis lain hanya 0,5%. Disebut nilam Aceh sekaligus menunjukkan bahwa yang
menjadi sentra produksi minyak nilam di Indonesia, memang Daerah Istimewa Nangroe
Aceh Darussalam, di samping Sumatera Utara dan Sumatera Barat, lebih dari 80% minyak
nilam di Indonesia dihasilkan dari ketiga propinsi tersebut.
Seluruh bagian tanaman ini mengandung minyak atsiri, namun kandungan minyak
terbesar pada daunnya. Di pasar intemasional minyak - nilam dikenal dengan nama
"Patchouli oil". Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat dengan cara menyuling
batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak
nilam dalam industri parfum dan kosmetika.
Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly
naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak atsiri
merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bahan bakunya berasal dari
berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan
perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang
berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh
wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam
memiliki pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu
mencapai 60 persen.
Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan
pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Dapat
dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis
yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fixative.
Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil)
terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60%, minyak akar wangi (Vetiner oil)
sekitar 12,47%, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89%, dan minyak jahe
(Ginger oil) sekitar 2,74%. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh dari ekspor minyak atsiri
selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat dari US$ 10 juta pada tahun 1991
menjadi sekitar US$ 50-70 dalam tahun 2001, 2002 dan 2003, dengan nilai rata-rata/kg
sebesar US$ 13,13. Walaupun secara makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun
secara mikro mampu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada gilirannya
diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial.
Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi memang
banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2002
rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5 (lima) tahun terakhir mencapai US$ 51,9 juta dengan
77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap tersebar ekspor
minyak atsiri Indonesia masing-masing adalah penyumbang devisa negara US$ 20 per
tahun dan US$ 10 juta per tahun. Dari ekspor tersebut minyak nilam mempunyai
permintaan sebesar 60 % Nilam termasuk komoditas unggulan nasional dengan luas 9.600
ha dan produksi sebesar 2.100 ton minyak. Berdasarkan data yang diberikan oleh seorang
eksportir minyak nilam, kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100-1.200 ton/
tahun, sedangkan pasokan ini dapat dihasilkan minyak nilam melalui penyulingan daun
dan tangkai daun.
Kendala-kendala dalam agribisnis nilam antara lain budidaya yang belum
sempurna, bahan tanaman yang kurang sesuai, panen, penanganan bahan dan penyulingan
yang kurang baik mengakibatkan produktivitasnya rendah. Faktor lain adalah kekeringan
(iklim) dan fluktuasi harga. Kekeringan selain karena kemarau panjang juga disebabkan
fenomena alam yaitu dikenal dengan El Nino. Nilam sangat peka terhadap kekeringan,
kemarau panjang setelah pemangkasan dapat menyebabkan tanaman mati. Suhu yang
dikehendaki sekitar 24-28°( dengan kelembaban relatif lebih dari 75% dan intensitas
radiasi. surya 75-100%.
Balittro telah mengoleksi ± 100 aksesi nilam yang diperoleh dari hasil eksplorasi,
somaklonal dan fusi protoplas antara nilam Jawa dan nilam Aceh. Dari beberapa nomor
ekplorasi telah diseleksi dan diperoleh 4 klon harapan yang berkadar minyak relatif tinggi
(> 2,5%) dan kadar patchouli alkohol > 30%. Klon-klon harapan tersebut adalah : Cisaroni,
Lhokseumawe 2, Sidikalang dan Tapak Tuan.
Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun
cengkeh, bunga melati, serei dan lain-lain. Minyak atsiri dari komoditas ini digunakan
untuk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi.
Pangsa minyak atsiri Indonesia di pasar internasional mencapai 80 %.
Permasalahan utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari prosesing yang tidak
sepenuhnya memenuhi standar, antara lain penggunaan alat penyuling tradisional. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, teknologi yang tersedia adalah alat penyuling tipe
Balittro dengan design baru dari stainless steel, pendingin dan pemisah minyak, hemat
bahan bakar. Khusus nilam, daerah pengembangan potensial meliputi : Aceh, Sumatera
Barat, Bengkulu. Nilai ekspor per tahun mencapai US $ 74,26 juta.
Dari beberapa jenis minyak tersebut minyak nilam memiliki potensi strategis untuk
dikembangkan, mengingat di pasar dunia membutuhkan 1.200 - 1.400 ton minyak nilam
setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara produksi yang tersedia
baru mencapai 1.000 ton per tahun. Harga di pasar lokal berkisar Rp 250.000 per kilogram.
Dalam 10 tahun terakhir ini, peningkatan volume ekspor komoditi ini cukup tajam, yakni
sekitar 6 % per tahun. Indonesia memasok sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia
(Direktorat Neraca .Produksi BPS: 2002).
Harga minyak nilam di pasar lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000 -
Rp 250.000 per kg. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (lebih
200 ton per tahun), disusul lima negara Eropa, masing-masing Inggris (45-60 ton/th),
Perancis, Swiss (40-50 ton/th), Jerman (35-40 ton/th) dan Belanda (30 ton/th). Beberapa
eksportir minyak nilam mengaku masih kesulitan memenuhi pesanan minyak nilam yang
datang dari mancanegara. PT Jasu-Lawangi, eksportir minyak atsiri terbesar di Indonesia
baru bisa memasok 50 ton atau sekitar 10% dari permintaan. Permintaan cukup besar juga
datang dari India, Belgia, Jepang, dan Singapura.
DAFTAR PUSTAKA
Suwanda, Mamat Haris. 2002. Analisis Efisiensi Penelitian dan Dampaknya terhadap
Ekonomi Nasional Studi Kasus pada Tanaman Perkebunan.
http://tumoutou.net/702_05123/mamat_hs.htm. Diakses tanggal 22 November 2007.