You are on page 1of 9

INDUK AKHLAK ISLAMI Di susun guna memenuhi tugas mata kuiah : Akhlak Dosen pengampu :Tri Astutik Haryati,

M.Ag

Di susun oleh : 1.Fitriyana 2.Dyah Vita Luthfi 3.Lusi Lianasari 4.Liyani Mayasari (2012111001) (2012111010) (2012111028) (2012111038)

JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2012

AKHLAK MAHMUDAH DAN AKHLAK MADZMUMAH 1.PENDAHULUAN Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Al-Ghazali menggunakan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik di lahirkan oleh sifat-sifat yang baik.sebagai contoh, dalam berusaha manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tetapi segera mengambil keputusan. Dalam mencari rezeki juga demikian, harus menunjukkan akhlak yang baik. Di samping akhlak terpuji (mahmudah) ada juga akhlak tercela (madzmumah), ialah perangai yang tercermin dari tutur kata.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengertian akhlak mazmumah dan akhlak mahmudah, serta macam.dan tiga perbuatan utama yang meliputi: hikmah.syajaah, dan iffah tersebut akan di jelaskan pada pembahasan makalah ini.

II.RUMUSAN MASALAH 1.pengertian akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah 2.macam-macam akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah 3.pengertian hikmah, syajaah, dan iffah 4. macam-macam hikmah, syajaah, dan iffah

III.PEMBAHASAN A. Pengertian akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah 1.Pengertian Akhlak Mahmudah Baik dalam bahasa arab disebut khair, dalam bahasa inggris disebut good. Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia di peroleh pengertian baik sebagai berikut : a) Baik berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.1 b) Baik berarti yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan persesuaian dan seterusnya.2 c) Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan memberi kepuasan.3 d) Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberi perasaan senang atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.4 Jadi ,akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan masyarakat luas, karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai sesamanya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan akhlak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. 2.Pengertian Akhlak Madzmumah Akhlak madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.5 Dalam beberapa kamus dan ensiklopedia, dihimpun pengertian buruk sebagai berikut :

Luis Maluf, Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah Al-Katulikiyah,tt),hlm.194. Websters, Dictionary, Twentieth Century, (New york: World University,tt) hlm.789. 3 The Advanced Learners, Dictionary of Current English, (New York: World University, tt), hlm.430. 4 Tim Penyusun Ensiklopedi, Ensiklopedi, (Semarang: Toha Putra), hlm.362. 5 Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1996), hlm.26.

 Rusak atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok, jelek.6  Perbuatan yang tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan. 7  Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma atau agama, adat-istiadat, dan masyarakat yang berlaku.8

B. Macam-macam akhlak baik dan akhlak yang tercela A. Macam-macam Akhlak baik 1.Bersifat sabar 2.Bersifat benar (istiqomah) Benar ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa-apa yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan 3.Memberi amanah Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (istiqomah) atau kejujuran 4. Bersifat adil Sesuatu dapat dikatakan adil apabila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi haknya. 5. Bersifat kasih sayang Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-arahman) adalah fitrah yang dianugerahkan oleh Allah kepada makhlun-Nya. Ruang lingkup ar-arahman dapat diutarakan dalam beberapa tingkatan, yaitu :  Kasih sayang dalam lingkungan keluarga.  Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan kampung.  Kasih sayang dalam lingkungan bangsa.  Kasih sayang dalam ingkungan keagamaan. 6. Bersifat hemat

6 7

Tim Penyusun Kamus, op.cit.,hlm.180. Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah,1997),hlm.83. 8 Hasan Sydily, Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus, (Jakarta:Ichtiar Baru Van Houve,1992), hlm.556.

Hemat (al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu, dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan. 7. Bersifat berani Syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. 8.Bersifat kuat (al-Quwwah) Al-Quwwah termasuk dalam rangkaian fadhilah akhlakul karimah yaitu kekuatan pribadi manusia yang meliputi :kekuatan fisik dan jasmani, kekuatan jiwa dan kekuatan akal. 9. Bersifat malu (al-haya) Al-Haya (malu) adalah malu terhadap Allah dan malu kepada dirinya sendiri apabila melanggar peraturan-peraturan Allah. 10. Memelihara kesucian diri (al-ifafah) Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah di lakukan setiap waktu. 11. Menepati janji Janji ialah suatu ketetapan yang di buat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk di laksanakan sesuai dengan ketetapannya. B. Macam-macam Akhlak Tercela a. Sifat dengki Dengki menurut bahasa (etimologi ) berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. b. Sifat iri hati Kata iri menurut bahasa (etimologi) artinya merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung, cemburu

dengan keberuntungan orang lain, tidak rela apabila orang lain mendapat nikmat dan kebahagiaan. c.Sifat Angkuh (sombong) Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. c. Sifat Riya Riya yaitu beramal kebaikan karena didasarkan ingin mendapat pujian orang lain, agar dipercayai orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin di lihat orang lain. d.Sifat angkuh ( sombong ) Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha mentupi dan tidak mau mngakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. d. Sifat riya Riya yaitu beramal kebaikan karena didasarkan ingin mendapat pujian dari orang lain, agar di percaya orang lain, agar ia dicintai orang lain, karena ingin dilihat oleh orang lain.

C. Pengertian Hikmah, Syajaah, dan Iffah 1. Hikmah a. Pengertian Hikmah Hikmah menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, sebagaimana yang dikutip oleh Masyhur Amin, yaitu perkataan yang tepat lagi tegas yang

diikuti dengan dalil-dalil yang dapat melenyapkan keserupaan.9

menyingkap kebenaran dan

Sedangkan menurut Toha Jahja Omar seperti yang dikutip oleh Hasanuddin, hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman,asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.10 Kata hikmah mengandung tiga unsur, yaitu: 1) Unsur ilmu, yaitu adanya ilmu yang shahih yang dapat memisahkan antara yang hak dan yang bathil, berikut tentang rahasia, faedah dan seluk-beluk sesuatu. 2) Unsur jiwa, yaitu terhujamnya ilmu tersebut kedalam jiwa yang ahli hikmah, sehingga ilmu tersebut mendarah daging dengan sendirinya. 3) Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuannya yang terhujam ke dalam jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk berbuat. Dengan perkataan lain, perbuatanya itu dimotori oleh ilmunya yang terhujam kedalam jiwanya itu.11

2. Asy Syajaah i. Pengertian Syajaah Syajaah dalam bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan , syajaah atau berani yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani.12 Selain itu syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Masyhur Amin, Metode Dakwah Islami dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang Aktivitas Keagamaan, ( Yogyakarta: Sumbangsih, 1980), hlm. 28. 10 Hasanuddin, Hukum Dakwah, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 36. 11 Hasanuddin, Hukum Dakwah ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 29. 12 Drs.M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Persfektif Al quran ( Jakarta: Amzah, 2007) hlm. 42.
9

Syajaah dapat dibagi menjadi dua macam: a) Asy Syajaah harbiyah Yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang. b) Asy Syajaah nafsiyah Yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan di luar medan peperangan, seperti menegakkan kebenaran. ii. Hakikat Asy Syajaah Hakikat dari keberanian itu tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagi berikut: 1) Berani membenarkan yang benar dan berani menyalahkan yang salah. 2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga. 3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa

3. Iffah (Al-iffah) a. Pengertian Iffah ( Al-iffah) Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan setiap waktu agar diri tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini dapat dilakukan muali memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.13 Kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian: a. Kesucian panca indra; (Q.S. An-Nur [24]: 33). b. Kesucian jasad; (Q.S Al-Ahzab [33]: 59). c. Kesucian dari memakan harta orang lain; (Q.S An-Nisa [4]: 6). d. Kesucian lisan (Q.S. Al Baqarah [2]: 273).14

13 14

Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 105 Ibid. hlm. 105

You might also like