You are on page 1of 17

DEFINISI Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing, 2044) Cystitis adalah keadaan klinis

akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada kandung kemih. Cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu : Tipe infeksi Disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit Tipe non infeksi Disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui penyebabnya / ideopatik) B. ETIOLOGI Infeksi pada cystitis disebabkan oleh : Bakteri Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari uretra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus Jamur Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida Virus dan parasit Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya : Trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urine Etiologi cystitis yang non infeksi biasanya terjadi karena : Paparan bahan kimia, contohnya obat obatan (misalnya, Cyclophosphamide (Cytotaxan, Procycox) Radio terapi Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

Penyabab lain dari cystitis belum dapat diketahui. Tapi ada penelitian yang menyatakan bahwa cystitis bisa disebabkan tidak berfungsinya epitel kandung kemih untuk menyimpan urine yang menyebabkan adanya kebocoran pada lapisan dalam kandung kemih. C. INSIDEN Cystitis kebanyakan terjadi pad wanita usia lanjut dengan angka kejadian 0,2 % tiapa bualan. Setiap wanita mempunyai resiko sebesar 50 % untuk terserang cystitis. Pada laki laki usia lanjut, resiko terjadinya cystitis <> Bayi premature Wanita usia subur Wanita yang menggunakan kontrasepsi yang berupa IUD atau spermasida Diabetes HIV Penurunan obstruksi saluran kencing D. MANIFESTASI KLINIS 1. Disuria 2. Rasa panas seperti terbakar saat kencing 3. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah 4. Urgensi (rasa terdesak saat kencing) 5. Nocturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih) 6. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna 7. Inkontininsia 8. Retensi 9. Nyeri suprapubik E. PATOFISIOLOGI Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogen dan eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah : 1. Virulensi dari organisme

2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh 3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami klien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya urine dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsure yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada sel urotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan / kenaikan cairan dari konstribusi urine dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan system urine akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi sluran kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI. Urine merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai system tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena : Perubahan flora normal dari daerah perineum Berkurangnya antibody normal Bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita Cystitis lebih banyak pada wanita dari pada laki laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada wktu miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS Umur : terjadi pada semua umur Jenis kelamin : lebih sering terjadi pada wanita dan meningkatnya insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual Tempat tinggal : ada atau tidaknya factor predisposisi

2. KELUHAN UTAMA Rasa sakit atau panas di uretra sewaktu kencing Urine sedikit Rasa tidak enak di daerah supra pubik 3. RIWAYAT PENYAKIT Riwayat ISK sebelumnya Obstruksi pada saluran kemih Masalah kesehatan lain, misalnya DM, Riwayat seksual 4. PEMERIKSAAN FISIK TTV : sepsis Infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder : pengosongan tidak maksimal Inflamasi dan lesi di uretra meatus dan vagina introitus Kaji perkemihan : dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang menyengat, nyeri pada supra pubik 5. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL Sering terjadi pada usia remaja dan dawasa muda activitas seksual timbul perasaan malu dan bersalah Perasaan takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas sexual Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari hari 6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Urinalis urin tengah Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal Tes sensitifitas banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang

Pengkajian radiographic Cystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi perubahan dan abnormalitas structural) Culture Mengidentifikasi bakteri penyebab Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly struktur nyata B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Rasa nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih Kriteria hasil : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang Tujuan : Tidak ada nyeri dan rasa terbakar saat berkemih INTERVENSI RASIONAL Untuk mengidentifikasi indikasi, kemajuan atau penyimpanan dari hasil Haluan urine terhadap perubahan yang diharapkan warna,bau dan pola berkemih Masukan dan haluan setiap 8 jam Hasil urinalis ulang 2. Konsul dokter bila : 1. Pantau :

Temuan-temuan ini dapat member tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu lebih luas,seperti Sebelumnya kuning gading-urine pemeriksaan kuning,jingga gelap , berkabut atau pemeriksaan radiology jika sebelumnya tidak dilakukan keruh Pola berkemih berubah,sebagai contoh rasa panas seperti terbakar saat kencing , rasa terdesak saat kencing Nyeri menetap atau bertambah sakit 3. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya 4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses kekamar mandi, pispot dibawah tempat tidur atau bedpan.Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan 5. Berikan antibiotic.Buat berbagai

Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri Berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri

Akibat dari peningkatan haluan urina

variasi sedian minuman, termasuk memudahkan sering berkemih dan air segar disamping tempat membantu membilas saluran kemih tidur.Pemberian air sampai 2400 ml/hari 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial Kriteria hasil : Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,urinalisis dalam batas normal,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri Tujuan : Tidak ada infeksi pada kandung kemih INTERVENSI RASIONAL 1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift.Jika pasien inkontinensia,cuci perineal sesegera mungkin 2. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali perhari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar 3. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,pemakaian sarung tangan),bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang mungkin terjadi (memberikan perawatan perineal,pengosongan kantung drainase urina, penampungan specimen urine).Pertahanan teknik aseptic bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling 4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan masukan cairan sekurangkurangnya 2400 ml/hari(kecuali kontra indikasi).Bantu melakukan ambulasi sesuai kebutuhan 5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urina Untuk mencegah kontaminasi uretra

Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan

Untuk mencegah kontaminasi silang

Untuk mencegah statis urine

Asam urna menghalangi tumbuhnya kuman

3. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, pengobatan dan perawatan di rumah

Kriteria hasil : klien manyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif Tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan keinginan untuk mentaati rencana terapiutik INTERVENSI RASIONAL 1. Berikan iformasi tentang : a. Sumber infeksi b. Tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan c. Jelaskan pemberian antibiotic yang meliputi nama, tujuan, dosis, jadwal dan catat efek sampingnya d. Pemeriksaan diagnostic, termasuk : Tujuan Gambaran singkat Persiapan yang di butuhkan sebelum pemeriksaan Perawatan sesudah pemeriksaan 2. Pastikan klien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatanlanut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan 3. Instruksi klien untuk menggunakan seluruh antibiotic yang diresepkan. Minum sebanyak 8 gelas/hari C. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan dari cystitis tipe infeksi adalah : Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 10 hari Atropine untuk meringankan kejang otot Fenazopridin untuk mengurangi nyeri Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan struktur Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapiutik

Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan Klien seringmenghentikan obat mereka, jika tanda dan gejala mereda. Cairan menolong membilas ginjal

Penatalaksanaan pada cystitis tipe noninfeksi : Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon Istirahat dan nutrisi adekuat Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK Terapi obat untuk cystitis Drug / obat Quinolones norfloxacin (noroxin) Intervensi keperawatan Rasional diMenghindari hidangan yangQuinolones mengandung cafein danmemperpanjang umur memperhatikan klien yangparuh cafein dan PO x 3 , 7 atautelah menerima theophyllinetheophylline 10 hari Ciprofloxacin 250 mg di Hindari antacid yangAluminium dan (cipro) minum PO x mengandung aluminiummagnesium 3 , 7 atau 10 dan magnesium bertentangan dengan hari Beri dengan makanan ataupenyerapan obat susu Nitrofuration 50 100 mgMonitor untuk gejala seperti Nitrofuration dapat (Macrodantin, 4 hari sekaliinfluenza pada klien lanjut menyebabkan iritasi Nephronex, PO x 7 10usia dan pada klien dengan GI : Makanan atau Novofuran) masalah paru - paru hari susu membantu penurunan masalah 50 mg ini sebelum tidur PO x 6 bulan Interstisial pneumonitis 50 mg PO merupakan kasus setelah coitus yang jarang terjadi pada klien yang peka terhadap nitrofurantoin Trimetroprim / 160/800 mgSediakan masukan cairan Sulfa mempunyai sulfamethoxazole sebelum yang cukup dan kecenderungan (bactrim, Septra, tidur PO 1menghindari asam ascorbich untuk mengkristal, Apo-Sulfatrim dan ammonium klorit, yang terutama dosis pada roubac) akan mengasamkan urine keasaman atau 160/800 mg konsentrasi urine diminum PO x 3 , 7 atau Alergi sulfa umum 10 hari terjadi pada klien ini Dosis 400 mg minum

80/400 mg PO setelah coitus Catatan : DS atau DF berarti doublestrength sebesar 160/800 mg Amoxicillin / 250 mg tiap 8Berikan perhatian pada Augmentin dapat asam clavulanich jam sekali POklien dengan asma, menyebabkan iritasi (augmentin, x 7-10 hari defisiensi G6Pd, dan alergi GI : bantuan clavulin) yang lain makanan dapat menurunkan problem ini Kedua 250 mg dan 500 mg tablet mengandung 125 mg asam cluvulanic Cephalosporins : 250 mg tiap Jangan menggantikan Cross- sensitivitas Cefuroxime 12 jam Po x separo dari 500 mg tablet dengan penisilin (Ceftin) 3 , 7 atau 10 untuk 250 mg tablet secara umum hari Tanyakan tentang riwayat Peningkatan 250 mg apakah ada alergi penyerapan pada sebelum penisilin makanan tidur PO x 1 Beri dengan makanan dosis Phenazopyridine 100200 mg 3 Beri dengan makanan Bantuan makanan (pyridium, hari sekali PO Memberitahu klien urine mengurangi distress phenzo, x 2 atau 3 hari akan berubah warna GI pyronium) sampai nyeri menjadi merah atau Perubahan warna sembuh kuning keruh urine normal terjadi Informasikan pada klien Klien boleh minum bahwa obat merupakan obat seperti anestetik mukosa urine antibiotic D. DISCHARGE PLANNING Mempersiapkan tentang HE dilaksanakan oleh pasien atau keluarga; memberikan HE pada klien tentang kebersihan daerah genital klien; aktivitas, gizi harus terpenuhi dan kunjungan dokter. E. EVALUASI Perawat mengevaluasi keadaan klien , hasil yang di harapkan dan evaluasi tersebut adalah : Berkurangnya tanda dan gejala infeksi

Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi Mencegah adanya kekambuhan infeksi 1. Pengertian Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.(Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432) Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal 1262) Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal. Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih. 2. Klasifikasi Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; 1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. 2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. 3. Etiologi

Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus. Jalur infeksi Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksiti Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi. 4. Patofisiologi Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat

misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih. 5. Manifestasi Klinis Uretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang tertekan Peningkatan frekuensi berkemih Perasaan ingin berkemih Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin) Nyeri punggung bawah atau suprapubic Demam yang disertai hematuria (danya darah dalam urine) pada kasus yang parah. 6. Pemeriksaan diagnostik a. Urinalisis 1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih 2) Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. b. Bakteriologis Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria 2 ) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik. c. Pemeriksaan USG abdomen d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP 7. Pengobatan o Pemberian terapi single : trimekstropin-sulfametroxazole (bactrhim,septa)

o Pemberian terapi 1-3 hari : Nitrofurantoin (Macrodantin, Furadantin), Chephalaxin (keflek), Ciprofloksasim (cibrloksin, noroksin), Ofdlksasin (floksin) o Pemberian anlgesik untuk mengurangi nyeri. 8. Kompslikasi : 1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal 2) Gagal ginjal 3) Sepsis B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu : Data biologis meliputi : 1) Identitas klien 2) Identitas penanggung Riwayat kesehatan : 1) Riwayat infeksi saluran kemih 2) Riwayat pernah menderita batu ginjal 3) Riwayat penyakit DM, jantung. Pengkajian fisik : 1) Palpasi kandung kemih 2) Inspeksi daerah meatus a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine b) Pengkajian pada costovertebralis Riwayat psikososial :

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan Persepsi terhadap kondisi penyakit Mekanisme kopin dan system pendukung Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga 1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit 2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis 2. Diagnosa Keperawatan 1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih 2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih 3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit 4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. 3. Perencanaan a. Infeksi yang b.d adanya bakteri pada kandung kemih, Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil : 1) Tanda vital dalam batas normal 2) Nilai kultur urine negative 3) Urine berwarna bening dan tidak bau Intervensi : 1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C R/:Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh 2) Catat karakteristik urine R/ :Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangandari hasil yang diharapkan.

3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi R/ :Untuk mencegah stasis urine 4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. R/ :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita. 5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. R/ :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih 6) Berikan uretra b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Kriteria : 1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam 2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih 3) Klien dapat bak dengan berkemih Intervensi : 1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih R/ :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam R/ :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam R/ :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal R/ :Untuk memudahkan klien di dalam berkemih. 5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman R/ :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih. c. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang Kriteria Hasil : perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi

1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih. 2) Kandung kemih tidak tegang 3) Pasien nampak tenang 4) Ekspresi wajah tenang Intervensi : 1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. R/ :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. R/ :Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi R/ :Untuk membantu klien dalam berkemih 4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. R/ :Analgetik memblok lintasan nyeri d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah. Kriteria hasil : 1) Klien tidak gelisah 2) Klien tenang Intervensi : 1) Kaji tingkat kecemasan R/ :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya R/ :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 3) Beri support pada klien R/ :Meningkatkan respon fisiologis pada klien 4) Beri dorongan spiritual R/ :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien

5) Beri penjelasan tentang penyakitnya R/ : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

You might also like