You are on page 1of 10

1. Sebutkan bentuk ketata kenegaraan RI menurut UUD 1945 sampai dengan 1949. 2.

Jelaskan bentuk ketata negaraan menurut kostitusi RIS. 3. Jelaskan bentuk ketata negaraan menurut UUDS tahun 1950. 4. Jelaskan penyimpangan-penyimpangan konstitusi pada masa periode 1945-1949. 5. Jelaskan bentuk-bentuk kegagalan pada masa periode 1945-1949. 6. Apa yang melatar belakangi keluarganya dekrit presiden 5 juli 1959. 7. Jelaskan pengertian amandemen 8. Uraikan sesuai keterangan proses amandemen UUD 1945 9. Jelaskan pentingnya amandemen UUD 1945 dalam menghadapi berbagai perubahan. 10. 11. 12. Jelaskan pengaruh amandemen UUD 1945 terhadap sistem Sebutkan 4 pasal yang timbul dalam UUD 1945 setelah di Jelaskan pengaruh amandemen atau perubahan UUD 1945 pemerintah demokrasi. amandemen. terhadap perlindungan HAM.

JAWAB:
1. Menurut UUD 1945, bentuk negara indonesia adalah kesatuan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (1). Dengan bentuk esatuan, kekuasaan Negara dikendalikan atau dipegang oleh pemerintah pusat. Namun, pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian urusannya kepada pemerintah daerah. Inilah yang lazim disebut sebagai desentralisasi. Sebagai Negara kesatuan, indosenia menggunakan dan mengembangkan sistem desentralisasi seperti yang diatur dalam pasal 18 UUD 1945. Setap setiap daerah bersifat otonom, yakni memiliki wewenang untuk mengatur urusan sendiri. Namun, hal

ini menyangkut masalah administrasi belaka, serta tidak menjadikan daerah sebagai negara yang tersendiri. Di dalam wilayahnya Indonesia Indonesia tidak akan memiliki daerah yang bersifat staat (Negara) Negara. Daerah-daerah Indonesia dibagi kedalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan di bagi pula menjadi daerah yang lebih kecil yang masing-masing memiliki daerah otonomi. Pembagian atas daerah-daerah otonom ini dilakukan dengan undang-undang. Di setiap daerah yang bersifat otonom dibentuk badan perwakilan / permusyawaratan rakyat karena pemerintah daerah pun akan menjalankan prinsip permusyawaratan (musyawarah) yang demokratis. 2. Berdasarkan konstitusi RIS 1945, Negara Indonesia berbentuk serikat federal. Ketentuan ini tercantum di dalam ayat 1 pasal (1) konstitusi tersebut. Ketentuan ini bertolak belakang dengan ketentuan tentang bentuk negara yang di amanatkan UUD 1945, yang menyatakan indonesia sebagai negara yang berbentuk kesatuan. Pada prinsipnya, Negara serikat atau federal adalah Negara yang terbago-bagi atas berbagai Negara bagian. Demikianlah pula yang dialamai Indonesia setelah menjadi negara yang serikat. Sebagai Negara serikat, Indonesia terbelah-belah menjadi beberapa bagian, yakni menjadi tujuh Negara bagian dan sembilan satuan kenegaraan. 3. Berlakunya UUDS 1950, membuat Indonesia kembali menjadi Negara yang berbentuk kesatuan. Ketentuan ini tercantum di dalam pasal 1 ayat (1) konstitusi tersebut. Dengan begitu, tidak akan ada Negara dalam

Indonesia tidak lagi terbagi-bagi menjadi Negara-negara bagian atau daerah-daerah bagian.

4.

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1945, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang merubah susunan lembagalembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1945, disahkan Piagam Jakarta yang menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Periode 1945-1949 Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945

memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Parlementer yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan penyimpangan UUD 1945. 5. A. Orde baru menyelewengkan pemilu (pemilihan umum) untuk memprrtahankan dan melanggengkan kekuasaan mereka dan utamanya kekuasaan pemimpin mereka, yaitu presiden soeharto. B. Orde baru memperalat ABRI (angkatan bersenjata republik indonesia) untuk kepentingan mereka, yakni memperkuat kekuasaan mereka sekaligus melindungi penyimpangan mereka. C. Orde baru menyalahgunakan pancasila untuk memanipulasi dan mengarahkan pendapat masyarakat agar memberikan dukungan. D. Orde baru tidak mengakui dan memenuhi hak-hak azasi manusia warga negara secara semestinya. Banyak sekali hak azasi warga negara yang dilanggar oleh Orde baru. E. Orde baru membelokkan fungsi hukum untuk berpihak keoada mereka dan sebaliknya jauh dari rakyat dan kaum yang lemah. F. Orde baru melakukan pembangunan bidang ekonomi dengan mengabaikan prinsip keadilan dan pemerataan. G. Orde baru malekukan kolusi korupsi, dan nepotisme (KKN) yang sangat merugikan rakyat dan negara. 6. Dekret 5 juli 1959 yang dikeluarkan presiden soekarno mengundang debat dan tanda tanya. Tindakan presiden soekarno itu tersa kontrovesial. Dekret 5 juli 1959 menyebabkan pendapat

masyarakat terbelah-belah antara menyetujui dan menolak serta antara menganggapnya sah dan menganggapnya bertentangan dengan kostitusi. Mereka yang menolak menilai tindakan presiden soekarno melanggar konstitusi. Ketiga isi dektret tersebut --- pembubaran konstituante, kembali ke UUD 1945, serta pembukaan MPRS dan DPAS --- sama sekali bukan wewenang presiden. Namun, mereka yang menyetujui menilai bahwa tindakan presiden soekarno dapat di benarkan sebagai upaya untuk menyelamatkan bangsa dan negara indonesia dari ancaman dan bahaya kehancuran. 7. Amandemen UUD adalah bagian dari gerakan reformasi yang harus dilakukan bangsa indonesia. Amandemen UUD 1945 dilakukan dengan tujuan melengkapi kekurangan memenuhi tuntutan perkembangankeadaan. Materi amandemen Oktober 1999 dipersiapkan oleh Panitia AdHoc (PAH) III9. Karena waktu persiapan yang terbatas, materi yang dapat dihasilkan tidak banyak, tetapi SU MPR 1999 menetapkan untuk menyelesaikan amandemen dan cara kerja selanjutnya. Bahan kajian PAH III dilanjutkan oleh PAH I. PAH I bekerja dari November 1999 sampai dengan Oktober 2000. Materi yang dibahas selalu menyeluruh, dalam keterkaitan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Hal mana karena UUD 1945 adalah satu kesisteman. Materi yang dapat disepakati PAH I selanjutnya diselesaikan dalam SU MPR 2000. Selanjutnya bahan yang tersisa dilanjutkan pembahasannya oleh PAH I dari November 2000 sampai dengan Oktober 2001 dan diselesaikan pada SI MPR 2001. Demikian pula yang tidak dapat selesai pada masa itu dilanjutkan oleh PAH I dan diselesaikan pada ST MPR tahun 2002. Itulah sebabnya pada tahap permulaan hanya materi-

materi yang telah matang di tengah masyarakat dan materi kelas ringan yang dapat lebih dahulu diselesaikan. Materi kelas berat baru selesai pada ST MPR 2001 dan ST MPR 2002. PAH III mempunyai 25 anggota yang mewakili seluruh partai politik yang mempunyai anggota di MPR, anggota MPR utusan golongan dan TNI/POLRI yang diangkat. PAH III bekerja selama masa SU MPR 1999, dan berhasil memutuskan dasar-dasar perubahan UUD 1945 sebagai berikut : - Perubahan atas UUD 1945 dilakukan secara amandemen. - Pembukaan UUD 1945 tidak diubah. - Yang diubah adalah Batang Tubuh dan Penjelasan. - Hal-hal normatif dalam Penjelasan akan dimasukkan ke dalam pasal dan ayat UUD. Berdasarkan hasil kerja PAH III, SU MPR tahun 1999 berhasil merampungkan beberapa perubahan pertama UUD 1945. 8. SU MPR 1999 memutuskan untuk melanjutkan amandemen sampai selesai. Badan Pekerja ditugaskan untuk merampungkan amandemen selambat-lambatnya pada tanggal 18 Agustus 2000. Untuk melanjutkan amandemen PAH III sepakat untuk melakukan pembahasan dan peninjauan atas setiap pasal dan ayat UUD dan notulasi rapat PAH III, termasuk materi yang belum selesai dan pemandangan umum fraksi-fraksi, menjadi bahan masukan bagi proses selanjutnya. Guna melaksanakan tugas itu SU MPR 1999 membentuk BPMPR yang pada gilirannya membentuk panitia Ad-Hoc I (PAH I). Kemudian ternyata BP MPR tidak dapat merampungkan seluruh

amandemen sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam SU MPR 1999. Kemudian ST MPR 2000 memutuskan untuk memperpanjang masa tugas BP-MPR sampai dengan selesai melaksanakan amandemen. PAH I juga beranggotakan 25 anggota MPR dari seluruh fraksi melanjutkan tugas melakukan pembahasan materi amandemen10. Untuk membantu pelaksanaan tugasnya PAH I membentuk beberapa Tim Ahli, yang terdiri dari Tim Ahli Politik, Hukum, Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Tim Ahli Bahasa Indonesia. Tim Ahli telah menunjukkan komitmen dan dedikasinya terhadap penyelesaian amandemen dengan baik. Baik PAH I maupun Tim Ahli telah bekerja sama dengan baik, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. PAH I menerima banyak masukan dan pertimbangan dari Tim Ahli, diminta ataupun tidak diminta. Walaupun demikian, keputusan ada di tangan anggota MPR dan tidak semua pendapat Tim Ahli dapat diterima. Di samping itu, bekerja sama dengan asosiasi keilmuan, seperti asosiasi ahli ilmu politik, asosiasi ilmu hukum, PAH I menyelenggarakan seminar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Mataram, Universitas Riau, dan sebagainya. Pada kesempatan itu berbagai rancangan perubahan pasal dan ayat diuji kesahihannya. Dalam rangka menyerap pendapat umum dan sekaligus memasyarakatkan proses dan hasil sementara amandemen, timtim kecil PAH I berkunjung ke semua ibukota propinsi dan juga mengunjungi hampir semua ibukota kabupaten/kotamadya dan menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU-public hearing).

Peserta RDPU terdiri dari pimpinan daerah, tokoh partai dan pemuka lainnya termasuk alim ulama, unsur perguruan tinggi dan para aktivis. Banyak masukan dan aspirasi yang disampaikan kepada dan ditampung oleh PAH I. Di Jakarta juga dilaksanakan RDPU serupa dengan mengundang perorangan maupun kelompok-kelompok. Dari berbagai pihak, PAH I memperoleh banyak literatur dan naskah konstitusi berbagai negara sebagai bahan perbandingan. PAH I melakukan studi banding keluar negeri, seperti ke Afrika Selatan, Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, Austria, Australia, dan sebagainya. Kunjungan studi ini memberikan banyak masukan berguna kepada anggota PAH I dan melengkapi studi literatur yang dilakukan. Ternyata banyak hal yang digambarkan oleh literatur, yang baik atau yang kurang baik, berbeda dengan kenyataan prakteknya dilapangan atau terasa janggal. Penempatan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga peradilan yang berada di atas MA di Afrika Selatan ternyata membawa banyak kerumitan dalam menegakkan supremasi hukum di negara itu. Keputusan kasasi mengenai hukuman mati oleh MA telah dianulir oleh MK berdasarkan HAM. Anggota Hakim Agung MA Amerika Serikat, lembaga yang berhak melakukan judicial review atas UU terhadap Konstitusi, masa jabatannya seumur hidup. Rapat-rapat PAH I pada dasarnya bersifat terbuka. Selalu ramai dihadiri oleh para wartawan dalam dan luar negeri, para peninjau, termasuk mahasiswa (pasca sarjana)11, namun pada awalnya berita liputan media atas proses reformasi UUD tidak memadai.

PAH I sering dikritik dari berbagai pihak tentang cara kerja MPR yang dianggap tidak demokratis karena MPR tidak menampung seluruh aspirasi. Kritik itu tidak seluruhnya keliru. Sebenarnya MPR mendengarkan seluruh aspirasi masyarakat, baik aspirasi mereka yang ingin agar UUD 1945 tetap dipertahankan sebagaimana aslinya atau mereka yang menginginkan agar amandemen segera diselesaikan, jangan diulur-ulur. Juga mendengarkan aspirasi mereka yang ingin memasukkan kembali 7 kata ke dalam Pembukaan. PAH I juga mendengarkan aspirasi agar NKRI diubah menjadi negara serikat dan agar sistem perwakilan politik menggunakan sistem bi-kameral yang setara. Demikian pula mendengarkan ancaman daerah yang akan memisahkan diri dari Republik Indonesia apabila 7 kata itu dimasukkan atau bila NKRI berubah menjadi negara serikat. Tentu ada juga aspirasi yang menghendaki agar Pembukaan dipertahankan, NKRI dipertahankan dan sebagainya. Anggota PAH I mendengar dan merekam semua aspirasi-aspirasi itu. Tetapi pada akhirnya PAH I harus mengambil keputusan dan tentu saja tidak semua aspirasi yang dicatat itu dapat disetujui. Kekuatankekuatan politik di Indonesia mempunyai landasan dasar perjuangan yang memberi arah dan koridor terhadap langkahlangkah dan keputusan-keputusan politik yang dapat diambil. Secara bertahap PAH I berhasil merampungkan rancangan perubahan UUD 1945. Hasil PAH I kemudian dilaporkan pada sidang pleno Badan Pekerja. Selanjutnya BP melaporkan materi itu kepada sidang paripurna MPR untuk diputuskan. Seluruh materi perubahan UUD 1945 melalui amandemen dapat diselesaikan pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002. ST MPR tahun 2003 dan SU MPR 2004, tidak lagi membahas mengenai materi amandemen UUD 1945.

9. 10. Bentuk kedaulatan, MPR, kekuasaan pemerintah negara, pemerintah daerah, DPR, DPD, pemilu, BPK, kekuasaan kehakiman, HAM, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. 11. 21 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan, 2 pasal aturan tambahan. 12. Dalam UUD 1945 hasil amandemen, masalah hak asasi manusia menjadi topik yang mendapat perhatian yang serius dalam pengaturan.sebelumnya, HAM disinggung sangat sedikit dan dimasukkan kedalam bab tentang warga negara. Kini HAM mendapat peraturan yang banyak dan cukup mendetail serta di tempatkan secara khusus sebagau jusul bab tersendiri.

You might also like