You are on page 1of 10

PRINSIP2 PEMBELAJARAN IPA DI SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya.

Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Asyari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut. 1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama. 2) Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa inquiri diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran antara lain: (a) pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan buktibukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c) siklus inquiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. 3) Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya. 4) Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.

5) Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah. 6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar. 7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal. Sumber : http://www.sekolahdasar.net/2011/06/prinsip-prinsip-pembelajaran-ipa-di-sd.html (7 maret 2012, 20:43) Sumber Pelaksanaan Pembelajaran pengetahuan social dengan metode Tanya jawab; http://www.scribd.com/doc/14706648/PTK-Pembelajaran-Pengetahuan-Sosial-Dengan-Metode-TanyaJawab

Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Evaluasi Belajar IPA

Seperti kita ketahui bersama bahwa kegiatan evaluasi merupakan salah satu komponen utama yang harus dilaksanakan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dengan melaksanakan kegiatan evaluasi, kita akan memperoleh masukan tentang efektivitas kegiatan yang sudah kita lakukan baik dari sisi hasil maupun dari sisi proses. Melalui kegiatan evaluasi pula kita akan mampu membuat perencanaan yang lebih baik untuk kegiatan pembelajaran yang akan kita laksanakan kemudian. Dalam kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar, evaluasi memiliki peran yang sangat strategis. Dengan melaksanakan kegiatan evaluasi, seorang guru IPA di sekolah dasar akan mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai atau belum. Melalui kegiatan evaluasi pula seorang guru IPA diharapkan mampu menjadi seorang guru yang reflektif, yang dapat belajar dari kesalahan kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat menjadi guru IPA yang lebih baik di masa sekarang dan masa yang akan datang. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, evaluasi juga diperlukan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa dan untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Tujuan evaluasi di atas juga berlaku dalam pembelajaran IPA, diharapkan dengan pelaksanaan evaluasi belajar IPA di SD dapat memberikan penjelasan bagi guru IPA tentang kemajuan belajar yang telah dicapai oleh para siswanya, dan memperoleh umpan balik untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA dengan lebih baik pada kesempatan berikutnya. Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran IPA di sekolah dasar, hendaknya guru IPA memahami betul arti dari istilah evaluasi, pengukuran, , dan tes. Tes adalah bagian utama dari pengukuran, atau dengan kata lain bisa kita katakan bahwa pengukuran lebih luas dari tes. Pengukuran adalah bagian dari evaluasi, tetapi pengukuran tidak hanya digunakan untuk evaluasi, pengukuran juga digunakan untuk kegiatan lain. Sebaliknya evaluasi pun tidak sepenuhnya bergantung kepada pengukuran. Evaluasi dapat menggunakan instrument yang dikembangkan berdasarkan pengukuran, tetapi dapat juga menggunakan instrument yang tidak berhubungan dengan pengukuran. Tyler (1949) mengartikan evaluasi sebagai the process for determining the degree to wich these changes in behavior are actually taking place Artinya suatu proses penentuan sampai berapa jauh sesungguhnya perubahan tingkah laku tersebut telah terjadi. Hamid Hasan (1991) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dalam pertimbangan mengenai nilai dan arti seseuatu. Bloom dan kawan-kawan, membuat penjabaran yang lebih rinci tentang tujuan pendidikan yang dikenal dengan Taksonomi tujuan pendidikan atau Taksonomy Bloom. Dalam taksonomi tersebut terdapat 3 ranah (domain) tujuan, yaitu : Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Setiap ranah terdiri dari jenjang terendah dampai dengan jenjang tertinggi, seperti tertera dalam bagan di bawah ini :

Ranah Kognitif (C) C6 C5 C4 C3 C2 C1 Penilaian Sintesis Analisis Penerapan Pemahaman Ingatan

Ranah Afektif (A) A5 A4 A3 A2 A1 Menjadi pola hidup Mengatur diri Menghargai Menanggapi Menerima

Ranah Psikomotor (P) P5 Gerak kompleks P4 P3 P2 P1 Gerak Mekanik Menirukan Siap bertindak Persepsi

Guru IPA dalam suatu proses pembelajaran harus berusaha untuk membuat siswanya memiliki penguasaan materi ajar sesuai jenjang pada tiap ranah secara bertahap. Penguasaan ini harus sesuai dengan kompetensi dasar sampai indicator hasil belajar yang ingin dicapai. Hal ini juga sesuai dengan salah satu prinsip pengajaran, yaitu dimulai dari hal-hal yang mudah sebelum melangkah kepada hal-hal yang lebih kompleks. Jadi pada pencapaian ranah kognitif misalnya, guru bisa memulai dengan melatih siswa mengingat fakta-fakta di alam. Setelah mereka bisa mengingatnya dengan baik, guru melangkah kepada upaya untuk membuat siswa memahami

mengapa fakta-fakta itu bisa terjadi, sampai akhirnya siswa bisa memberikan penilaian terhadap fakta-fakta yang terjadi..
Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD

Secara umum, dalam pendidikan di Indonesia, hasil belajar dinyatakan dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawan, seperti yang telah diuraikan sedikit di atas. Pada saat melaksanakan evaluasi hasil belajar IPA, seorang guru IPA di SD harus terlebih dahulu mengadakan telaah yang rinci dan tepat terhadap tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (tercantum dalam indicator maupun tujuan pembelajaran), artinya seorang guru IPA harus secara tepat menentukan kemampuan apa (sesuai dengan klasifikasi bloom) yang diharapkan dalam tujuan yang telah ditentukan. Ketepatan penentuan kemampuan yang diharapkan ini akan berpengaruh terhadap instrument yang dibuat untuk mengukur hasil belajar siswa kita. Di dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar IPA di SD, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, yaitu :
1. Harus tepat dalam menentukan alat evaluasi, apakah digunakan untuk mengukur konsep terdefinisi ataukah konsep teramati, ataukah untuk mengukur konsep yang menyatakan hubungan. 2. Memperhatikan hakikat IPA sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai sikap/nilai. Artinya dalam melaksanakan evaluasi tidak hanya ditekankan pada evaluasi IPA sebagai produk saja, tetapi memperhatikan evaluasi IPA sebagai proses, bahkan evaluasi hakikat IPA sebagai sikap atau nilai pun perlu dilakukan. 3. Mengadakan evaluasi tidak hanya menggunakan instrument yang bersifat tertulis saja, tetapi juga mengadakan evaluasi terhadap hal-hal yang bisa diamati langsung di alam sebenarnya.
Evaluasi Proses Belajar IPA di SD

Evaluasi proses bermaksud untuk mendapatkan informasi sejauhmana kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh kepada peserta didik. Karena yang ingin diketahui adalah kualitas pembelajaran, maka pada hakikatnya informasi yang terkumpul pada evaluasi proses, pengguna pertama adalah guru. Dengan hasil yang diperoleh dari evaluasi proses, seorang guru IPA dapat menentukan sikap apakah proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, dan apakah guru sudah dapat beralih ke pokok bahasan berikutnya , atau apakah ia haus menggunakan pendekatan atau metode yang lain pada kegiatan berikutnya, dan lain sebagainya. Hasil evaluasi proses yang kurang memuaskan berarti menunjukkan adanya kekurangan dalam proses pembelajaran, dan kekurangan ini harus diperbaiki, sehingga hasil evaluasi yang dilakukan setelah perbaikan proses dilaksanakan harus menjadi lebih baik dari proses sebelumnya. Dapat juga dikatakan bahwa kalau hasil evaluasi proses menunjukkan hasil yang kurang baik, maka berbagai alternative harus dicoba untuk menuju kearah pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang lebih baik. Dalam mencoba alternative alternative baru hendaknya seorang guru IPA harus tetap mengacu kepada teori-teori yang telah diketahui. Hal ini sebetulnya akan berlangsung lebih bermakna bagi guru IPA tersebut, jika upaya perbaikan proses pembelajaran IPA di sekolah dasar dilaksanakan dalam kerangka penelitian tindakan kelas.

Disimpan dalam Pendidikan IPA SD

Hakikat IPA di SD
22 Februari 2011 Tinggalkan sebuah Komentar
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Melalui pengamatan kasat mata terhadap segala sesuatu yang berada di sekitar kita, maka kita akan menemukan bahwa bumi tempat kita hidup atau alam semesta ini ternyata penuh dengan fenomena-fenomena yang menakjubkan, penuh dengan keragaman yang memukau, yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kepada kita tentang mengapa dan bagaimana semua itu dapat terjadi. Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun menawarkan cara kepada kita untuk dapat memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat d alam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Produk

IPA merupakan terjemahan dari kata kata bahasa Inggris Natural Science secara singkat sering disebut science . Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Websters New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan natural science knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan dalam Purnels : Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi tentang IPA sebagai berikut : Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses. Artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teoriteori, dan hipotesa-hipotesa. IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empiric dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. IPA sebagai produk terdapat dalam bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Jika ditelaah lebih jauh, maka fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empiric, sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. Fakta dalam IPA adalah pernyataan pernyataan penting tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi. Fakta yang sudah dikonfirmasi secara

obyektif dan sudah mendapat persetujuan para ilmuwan disebut data. Misalnya : atom natrium memiliki electron sebanyak 7 buah, air mendidih pada suhu 100o Celsius, kura-kura termasuk hewan reptilia, dan lain-lain. Konsep di dalam IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA, konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya. Berikut adalah contoh contoh konsep dalam IPA : Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja, senyawa adalah materi yang dengan reaksi kimia biasa dapat diuraikan menjadi materi lain yang lebih sederhana, , makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya, dll. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA. Contohnya : Udara jika dipanaskan akan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ilmuwan, prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat tentang obyek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Hukum hukum alam adalah prinsip prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, tetapi karena mengalami pengujian pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal. Hukum kekekalan energy misalnya berkata bahwa dalam suatu interaksi tidak ada energy yang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Pada tahun 1905, lama sesudah hukum kekekalan energy dirumuskan, Einstein menunjukkan bahwa energy dapat diciptakan dari materi di bawah kondisi khusus. Penemuan ini dinyatakan dalam persamaan atau rumus Einstein yang terkenal ; E = mc2 . Hal ini menyebabkan Hukum Kekekalan energy harus diperluas. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model, atau gambaran yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Seperti halnya prinsip dan hukum alam, teoripun dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Teori ilmiah membantu kita untuk memahami, memprediksi dan kadang-kadang mengendalikan berbagai gejala alam.
Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses

IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep, prinsip, atau teori semata. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda-benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuwan menggunakan berbagai prosedur empiric dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains disebut juga keterampilan belajar seumur

hidup, sebab keterampilan-keterampilan ini dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya adalah mengobservasi, memprediksi, melakukan interpretasi, merancang dan melakukan eksperimen, mengendalikan variable, merumuskan hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA. Rutherford dan Ahlgren (1990) dalam kata pengantarnya untuk buku Science for All Americans mengemukakan beberapa alasan mengapa IPA layak dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dalam pendidikan : Pertama, IPA dapat memberi seseorang pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan perilaku social yang diperlukan untuk pengembangan pemecahan yang efektif bagi masalah-masalah local dan global; Kedua, dengan penekanan dan penjelasan akan adanya saling ketergantungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain beserta lingkungannya, IPA akan membantu mengembangkan sikap berpikir seseorang terhadap lingkungan dan dalam memanfaatkan teknologi; Ketiga, Kebiasaan berpikir ilmiah dapat membantu seseorang dalam setiap kegiatan kehidupan sehingga peka terhadap permasalahan yang seringkali melibatkan sejumlah bukti, pertimbangan kuantitatif, alasan logis, dan ketidak pastian; Keempat, prinsip-prinsip teknologi memberi sesorang dasar yang kuat untuk menilai penggunaan teknologi baru beserta implikasinya bagi lingkungan dan budaya; Kelima, pendidikan IPA dan teknologi secara terus menerus dapat memberikan piranti untuk menentukan sikap terhadap sejumlah masalah dan pengetahuan baru yang penting; Keenam, potensi IPA dan teknologi guna meningkatkan kehidupan tidak akan terealisasikan tanpa didukung oleh pemahaman masyarakat umum terhadap IPA, matematika, dan teknologi, serta kebiasaan berpikir ilmiah. Carin dan Sund (1989) memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu bahwa IPA harus mampu meberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam. Secara singkat, Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu social yang berdasar pada IPA.

Khusus untuk keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, Mechling dan Oliver (1983) mengemukakan bahwa penekanan yang diberikan dalam pengajaran keterampilan proses IPA adalah pada keterampilan-keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir ini dapat berkembang pada anak selama anak diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilanketerampilan tersebut. Dengan keterampilan-keterampilan proses IPA, yang salah satu diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa sekolah dasar dapat mempelajari IPA sebanyak-banyaknya, sesuai dengan keinginan mereka untuk mengetahui dan mempelajari IPA tersebut selama hidupnya. Holt (1991) menyebutkan ciri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu yang berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang baru, dan berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blosser (1990), bahwa siswa SD lebih mudah memahami IPA jika melakukan kegiatan percobaan sendiri. Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka sebaiknya pembelajaran IPA di SD menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untk dilaksanakan karena langkah awal untuk menghasilkan orang dewasa yang melek IPA adalah dengan melibatkan anak-anak, dalam hal ini adalah anak-anak SD secar aktif sejak dini ke dalam kegiatan IPA seperti disebutkan di atas.
Sumber: http://ayahalby.wordpress.com/category/pendidikan-ipa-sd/ (7 maret 2012,20:58)

ujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI
30 January 2011 arinil Artikel pembelajaran IPA, Ruang lingkup pembelajaran IPA, Tujuan dan ruang lingkup pendidikan, Tujuan pembelajaran IPA Leave a comment A. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. B. Ruang Lingkup Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Sumber: http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmupengetahuan-alam-sdmi/(07 maret 2012. 21.03)

You might also like