You are on page 1of 27

BAB III METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan 1. 2. 3. III.2 Alat Percobaan 1. Tabung reaksi dan rak tabung 2. Stopwatch 3. Gelas piala 4. Kaki tiga, kasa dan lampu spritus III.3 Metode Percobaan 1. Pengaruh konsentrasi N S Sediakan lima buah tabung reaksi dan masing-masing tabung tersebut diisi dengan 5 ml S 0.1 M ( S tetap). S 0.1 M 0.1 M

Lima buah tabung reaksi yang lain diisi dengan 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml, N akuades. 0.1 M, encerkan hingga volume 5 ml dengan

Campurkan isi tabung reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama ke dalam masing-masing sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut, stopwatchbdijalankan.

stopwatch dihentikan setelah ada reaksi, hindari kekeruhan yang berlebihan. Catat waktu yang digunakan dan tentukan nilai m, k, dan buat persamaan kecepatan reaksinya.

2. Pengaruh konsentrasi

. Ulangi point 1-4 (pada percobaan-1 diatas) tetapi

dengan cara yang sama , dan lakukan variasi konsentrasi konsentrasi N 0.1 M tetap.

3. Pengaruh suhu Pilih salah satu konsentrasi larutan. Siapkan 6 buah tabung reaksi, 3 buah diisi dengan buah diisi lainnya dengan . dan 3

Masukkan sepasang tabung reaksi (dari point 2) ke dalam gelas piala yang berisi air dingin (air es) beberpa menit sehingga suhunya merata termasuk suhu larutannya.

Ambil sepasang tabung reaksi (1 buah yang berisi buah berisi N ).

dan 1

Campurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat tersebut, stopwatch dijalankan (tabung reaksi yang telah berisi kedua campuran tersebut tetap pada gelas piala yang berisi air es).

stopwatch dihentikan setelah terjadi reaksi seperti pada percobaan bagian A sebelumnya. Catat waktu yang digunakan dan suhu reaksi.

Kerjakan kembali point 1-6, pada interval suhu yang berbeda, misalnya suhu kamar satu pasang dan diatas suhu kamar satu pasang, jika perlu dipanaskan, sebaiknya dipanaskan.

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah perubahan

konsentrasi zat tertentu dalam suatu satuan waktu, dapat dinyatakan dalam reaktan atau produk. Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu perubahan suatu pereaksi menjadi hasil reaksi, perubahan ini dinyatakan dalam sebuah persamaan reaksi . Di dalam sebuah persamaan reaksi, jumlah relatif zatzat pereaksi dan hasil reaksi dapat dilihat dari koefisien reaksinya. Di dalam proses kecepatan reaksi atau orde reaksi melibatkan yang namanya orde reaksi. Orde reaksi itu sendiri merupakan banyaknya faktor konsentrasizat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Orde reaksi memungkinkan mengetahui kebergantungan reaksi terhadap reaktan. Pada reaksi yang berlangsung bertahap, orde reaksi ditentukan oleh tahapan reaksi yang paling lambat. Menurut Gulberg dan Waage bahwa kecepatan reaksi dalam sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi, setelah tiap-tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan reaksi yang bersangkutan. I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan I.2.2 Tujuan Percobaan Mempelajari pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepatan reaksi. I.3 Prinsip Percobaan Percobaan ini dimulai dengan pengenceran larutan pekat yakni 0,1 M menjadi beberapa konsentrasi yang lebih encer. Reaksi dilakukan dengan mencampurkan larutan H2SO4 dengan Na2O3SO4 . Reaksi diperlihatkan dengan adanya kekeruhan dalam campuran larutan. Pengenceran hanya dilaksanakan untuk menguji pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.

Sedangkan untuk menguji pengaruh suhu digunakan air es dan suhu yang lain sedangkan konsentrasi tetap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


KONSEP LAJU REAKSI Pengertian Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk. Untuk sistem homogen, laju reaksi umum dinyatakan sebagai laju penguragan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan waktu, sebagai berikut:

Jika diketahui satuan dari konsentrasi molar adalah mol/L. Maka satuan dari laju reaksi adalah mol/L.det atau M/det.

Laju Rerata dan Laju Sesaat a). Laju Rerata Laju rerata adalah rerata laju untuk selang waktu tertentu. Perbedaan antara laju rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu kendaraan menempuh jarak 300 km dalam 5 jam. Laju rerata kendaraan itu adalah 300 km/5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh speedometer kendaraan. b). Laju Sesaat Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makin kecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung, seperti gambar di bawah ini. Laju sesaat pada waktu t dapat ditentukan dari kemiringan (gradien) tangen pada saat t tersebut, sebagai berikut. 1. Lukis garis singgung pada saat t 2. Lukis segitiga untuk menentukan kemiringan 3. laju sesaat = kemiringan tangen

Suatu reaksi dapat terjadi bila antar zat-zat yang terlibat reaksi saling bertumbukan (terjadi kontak fisik antara yang satu dengan yang lain), namun tidak semua tumbukan tersebut menghasilkan reaksi, sebab partikel-partikel yang bertumbukan harus mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatanikatan. Energi Aktivasi (Ea) adalah adalah energi minimum yang diperlukan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi. Contohnya dalam reaksi endoterm dan eksoterm di bawah ini :

Jadi baik dalam reaksi endoterm (menyerap kalor) maupun eksoterm (melepas kalor) tetap butuh energi aktivasi. Semakin rendah energi aktivasinya maka semakin mudah reksi dapat berlangsung. Jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasi, maka tidak akan terjadi reaksi. Mereka akan kembali ke keadaan semula. Bayangkanlah energi aktivasi sebagai tembok dari reaksi. Hanya tumbukan yang memiliki energi sama atau lebih besar dari aktivasi energi yang dapat menghasilkan terjadinya reaksi. Di dalam reaksi kimia, untuk mencerai-beraikan ikatan kimia dibutuhkan energi dan untuk membentuk ikatan-ikatan baru dilepaskan energi. Umumnya, ikatan-ikatan harus diceraikan sebelum ikatan-ikatan yang baru terbentuk. Maka baik dalam reaksi endoterm maupun eksoterm tetap dibutuhkan energi untuk menceraiberaikan ikatan-ikatan kimia untuk memulai terjadinya suatu reaksi. Energi yang dibutuhkan inilah yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea). Ketika tumbukantumbukan tersebut relatif lemah, dan tidak cukup energi untuk memulai proses penceraian ikatan. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak bereaksi.

Faktor-faktor yang Mempercepat Reaksi 1) Memperluas Permukaan Zat Padat Luas permukaan zat padat memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar luas permukaan zat padat antar partikel, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan zat padat, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Semakin zat padat terbagi menjadi bagian kecil-kecil, semakin cepat reaksi berlangsung. Bubuk zat padat biasanya menghasilkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan sebuah bongkah zat padat dengan massa yang sama. Karena bubuk padat memiliki luas permukaan yang lebih besar daripada sebuah bungkah zat padat. Semakin luas permukaan suatu zat maka semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan.

2) Memperbesar konsentrasi (kepekatan) larutan Agar suatu reaksi dapat berlangsung, partikel zat-zat yang bereaksi pertama-tama haruslah bertumbukan. Jika konsentrasinya tinggi maka semakin

mudah bertumbukan, sehingga laju reaksinya akan bertambah. Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.

3) Memperbesar tekanan (memampatkan volume wadah) gas Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. Peningkatan tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatan laju reaksi. Perubahaan tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat maupun zat cair tidak memberikan perubahaan apapun pada laju reaksi. Peningkatan tekanan dari gas akan berpengaruh pada peningkatan konsentrasi. Jika Anda memilki gas dalam massa tertentu, semakin Anda meningkatkan tekanan maka semakin kecil juga volumenya. Dan jika volumenya kecil sedangkan massanya sama maka semakin tinggi konsentrasinya.

4) Menaikkan suhu (memperbesar energi kinetiknya) Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil. Ketika Anda meningkatkan temperatur maka laju reaksinya akan meningkat. Laju reaksi akan berlipatganda setiap kenaikan suhu tertentu. Dan angka dari derajat suhu yang diperlukan untuk melipatgandakan laju reaksi akan berubah secara bertahap seiring dengan meningkatnya temperatur. Jika Anda memanaskan suatu benda, maka partikel-partikelnya akan bergerak lebih cepat (energi kinetiknya akan naik) sehingga frekuensi terjadinya tumbukan juga akan meningkat.

Jika suhu dinaikkan a0C maka reaksi terjadi b kali lebih cepat (dalam soal nilai a biasanya = 100C dan nilai b = 2 kali). Laju reaksi saat suhunya dinaikkan dari T1 menjadi T2 (T) menjadi :

Keterangan :

Waktu (t) yang diperlukan untuk terjadinya suatu reaksi berbanding terbalik dengan peningkatan kecepatan. Atau dengan kata lain semakin meningkat suhu maka waktu yang diperlukan juga semakin singkat :

5) Menambahkan katalis (menurunkan energi aktivasi) Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Namun zat katalis struktur kimianya pada akhir reaksi tidak mengalami perubahan. Selain itu ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan massa katalasis yang sama sesuai dengan massa awalnya ketika zat tersebut ditambahkan. Sehingga katalis dianggap tidak bereaksi. Zat-zat yang sering digunakan sebagai katalis adalah logam-logam golongan transisi atau senyawa-senyawanya. Otokatalis adalah katalis yang dihasilkan oleh reaksi itu sendiri.

Ingat, katalais hanya mempengaruhi laju pencapaian kesetimbangan, bukan posisi keseimbangan (misalnya : membalikkan reaksi). Katalis tidak menggangu gugat hasil suatu reaksi kesetimbangan. Orde Reaksi dan Persamaan Laju Mengukur laju reaksi Laju reaksi biasanya diukur dengan melihat seberapa cepat konsentrasi suatu reaktan/pereaksi berkurang pada waktu tertentu. Atau dengan mengamati seberapa cepat konsentrasi suatu produk/hasil reaksi bertambah pada waktu tertentu. Berarti satuan laju reaksi adalah M/s (molaritas/sekon). Orde Reaksi Orde reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat menentukan apapun tentang orde reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari suatu reaksi. Dalam percobaan tersebut kita mengamati pengaruh penambahan konsentrasi tiap-tiap reaktan/pereaksi terhadap laju reaksi. Jika konsentrasi salah satu zat dinakkan menjadi a kali dan ternyata laju reaksinya menjadi b kali, maka : [a]orde = b Dari pengambaran di atas, orde reaksi berupa bilangan pangkat dari konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa percobaan untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari satu reaktan,misal namanya A, berubah, Beberapa hal-hal yang akan kita temui adalah : a) laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat ganda pula. JIka kita meningkatkan konsentrasi A menjadi dua kali lipat

maka laju reaksi pun akan menjadi 2 kali lipat. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan satu. b) laju reaksi berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi A Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat menjadi kuadrat konsentrasi tersebut. JIka kita meningkatkan konsentrasi A menjadi dua kali lipat maka laju reaksi pun akan menjadi 22 = 4 kali lipat. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan dua. c) Laju reaksi tidak terpengaruh dengan konsentrasi A Hal ini berarti laju reaksi tidak terpengaruh oleh penambahan konsentrasi A. Yang berarti orde reaksi terhadap A sama dengan nol (0). Jika reaksi yang terjadi melibatkan dua reaktan atau lebih maka tiap-tiap reaktan kita cari orde reaksinya, kemuduan orde reaksi total merupakan hasil penjumlahan orde reaksi dari tiap-tiap reaktan. Persamaan Laju Reaksi Pemahaman tentang orde reaksi akan lebih jelas dalam bentuk persamaan reaksi. Misialnya terjadi reaksi anrata zat A dan zat B sebagai berikut :

Maka bentuk persamaan reaksinya adalah :

Keterangan : v k = laju reaksi (M/s) = ketetapan laju reaksi

[A] = konsentrasi zat A (M) [B] = konsentrasi zat B (M) m n = orde reaksi terhadap zat A = orde reaksi terhadap zat B

Orde Reaksi = m + n

Berikut ini disajikan beberapa contoh kasus yang dapat terjadi : a. Orde reaksi A = 1 dan B = 1, berarti ordereaksi totalnya = 2 dan bentuk persamaannya :

b. Orde reaksi A = 2 dan B = 1, berarti ordereaksi totalnya = 3 dan bentuk persamaannya :

c. Orde reaksi A = 2 dan B = 0, berarti ordereaksi totalnya = 2 dan bentuk persamaannya :

Dengan mengetahui orde reaksi zat A dan B beserta konsentrasi tiap-tiap zat tersebut dan kecepatan reaksinya kita dapan menentukan nilai dari ketetapan laju reaksi (k) tersebut. Ketetapan laju sebenarnya tidak benar-benar konstan. Ketetapan ini dapat berubah-ubah, sebagai contoh, jika kita mengubah temperatur dari reaksi, menambahkan katalis atau merubah katalis. Jadi tetapan laju akan konstan untuk reaksi yang diberikan hanya apabila kita mengganti konsentrasi dari reaksi tersebut sedangkan temperatur dan tekanannya tidak berubah/konstan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan 1. Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh konsentrasi Na2S2O3 pada suhu reaksi 260C Konsentrasi H2SO4 0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,1 M 0,1 M Waktu ( Detik ) 39 52 59 122 168 1/ waktu ( detik -1 ) 0,025 0,019 0,016 0,008 0,005

Konsentrasi Na2S2O3 0,1 M 0,08 M 0,06 M 0,04 M 0,02 M

Pengaruh konsentrasi H2SO4 pada suhu reaksi 260C Konsentrasi H2SO4 (M) 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02

Konsentrasi Na2S2O3 ( M ) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Waktu ( Detik ) 48 50 53 55 62

1/ waktu ( detik -1 ) 0,021 0,02 0,018 0,0181 0,016

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada konsentrasi tertentu Konsentrasi H2SO4 (M) 0,1 0,1 0,1 0,6 26 62,8 128 86 46 Suhu (oC ) Waktu ( detik )

Konsentrasi Na2S2O3 ( M ) 0,1 0,1 0,1

Konsentrasi yang digunakan H2SO4 = 0,1 M IV.2 Reaksi Na2S2O3 + H2SO4 IV.3 Pembahasan 1) Perhitungan Pengenceran Na2S2O3 V1M1 = V2M2 a) Untuk 1 ml M1 = 1.0,1 = 0,02 M 5 b) Untuk 2 ml M2 = 2.0,1 = 0,04 M 5 c) Untuk 3 ml M3 = 3.0,1 = 0,06 M 5 d) Untuk 4 ml M4 = 4.0,1 = 0,08 M 5 Na2SO4 + H2S2O3 Na2S2O3 = 0,1 M

e) Untuk 5 ml M5 = 5.0,1 = 0,1 M 5 Pengenceran H2SO4 V1M1 = V2M2 a) Untuk 1 ml M1 = 1.0,1 = 0,02 M 5 b) Untuk 2 ml M2 = 2.0,1 = 0,04 M 5 c) Untuk 3 ml M3 = 3.0,1 = 0,06 M 5 d) Untuk 4 ml M4 = 4.0,1 = 0,08 M 5 e) Untuk 5 ml M5 = 5.0,1 = 0,1 M 5 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3 Vn = d[Na2S2O3].......................1,2,3,4,5 Dt a) [Na2S2O3] [Na2S2O4] = 0,02 M untuk 1 ml = [Na2S2O3]awal .v awal Vtotal = 0,02 M. 5ml 10 ml = 0,01 M

d[ Na2S2O3]

= [ Na2S2O3 ] awal [Na2S2O3] akhir = 0,02 M - 0,01 M = 0,01 M

V1

= d [ Na2S2O3] Dtk = 0,01 M 168 dtk = 5,9 x 10 -5 M/dtk

b) [Na2S2O3] [Na2S2O4]

= 0,04 m untuk 2 ml = [Na2S2O3]awal .v awal Vtotal = 0,04 M. 5ml 10 ml = 0,02 M

d[ Na2S2O3] = [ Na2S2O3 ] awal [Na2S2O3] akhir = 0,04 M - 0,02 M = 0,02 M

V2

= d [ Na2S2O3] Dtk = 0,02 M 122dtk = 1,6 x 10 -4 M/dtk

c) [Na2S2O3] [Na2S2O4]

= 0,06 m untuk 3 ml = [Na2S2O3]awal .v awal Vtotal = 0,06 M. 5ml 10 ml = 0,03 M

d[ Na2S2O3]

= [ Na2S2O3 ] awal [Na2S2O3] akhir = 0,06 M - 0,03 M = 0,03 M

V3

= d [ Na2S2O3] Dtk = 0,03 M 59dtk = 5 x 10 -4 M/dtk

d) [Na2S2O3] [Na2S2O4]

= 0,08 m untuk 4 ml = [Na2S2O3]awal .v awal Vtotal = 0,08 M. 5ml 10 ml = 0,04 M = [ Na2S2O3 ] awal [Na2S2O3] akhir = 0,08 M - 0,04 M = 0,04 M

d[ Na2S2O3]

V4

= d [ Na2S2O3] Dtk = 0,04 M 52 dtk = 7,6 x 10 -4 M/dtk

e) [Na2S2O3] [Na2S2O4]

= 0,1 M untuk 5 ml = [Na2S2O3]awal .v awal Vtotal = 0,1 M. 5ml 10 ml = 0,05 M

d[ Na2S2O3]

= [ Na2S2O3 ] awal [Na2S2O3] akhir = 0,1 M - 0,05 M = 0,05 M

V5

= d [ Na2S2O3] Dtk = 0,05 M 39dtk = 5,9 x 10 -5 M/dtk

NO 1 2 3 4 5

Na2S2O3 awal (M ) 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1

V ( M/dtk) 3,9 x10- 1,6 x 10-4 5 x 10-4 7,6 x 10-4 1,2 x 10-3

Log n Na2S2O3 -1,69 -1,39 -1,22 -1,09 -1

Log v -4,22 -3,79 -3,30 -3,11 -2,88

Grafik hubungan Log Na2S2O3 dengan Log v


0 y = 2.7127x + 0.5311 -0.5 -0.5 0 R = 0.8005 -1 -1.5 -2 -2.5 -3 -3.5 -4 -4.5 Linear (Series1) Series1

-2

-1.5

-1

Pengaruh Konsentrasi H2SO4 Vn = d[H2SO4] .......................1,2,3,4,5 Dt

a) [H2SO4] [H2SO4]

= 0,02 M untuk 1 ml = [H2SO4]awal .V awal Vtotal = 0,02 M. 5ml 10 ml = 0,01 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,02 M - 0,01 M = 0,01 M

d[H2SO4]

V1

= d [H2SO4] Dtk = 0,01 M 62 dtk = 1,6 x 10 -4 M/dtk

b) [H2SO4]

= 0,04 m untuk 2 ml

[H2SO4]

= [H2SO4]awal .v awal Vtotal = 0,04 M. 5ml 10 ml = 0,02 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,04 M - 0,02 M = 0,02 M

d[H2SO4]

V2

= d [H2SO4] Dtk = 0,02 M 55 dtk = 3,6 x 10 -4 M/dtk

c) [H2SO4] [H2SO4]

= 0,06 m untuk 3 ml = [H2SO4]awal .v awal Vtotal = 0,06 M. 5ml 10 ml = 0,03 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,06 M - 0,03 M = 0,03 M

d[H2SO4]

V3

= d [H2SO4] Dtk = 0,03 M 53dtk = 5,6 x 10 -4 M/dtk

d) [H2SO4] [H2SO4]

= 0,08 m untuk 2 ml = [H2SO4]awal .V awal Vtotal = 0,08 M. 5ml 10 ml = 0,04 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,08 M - 0,04 M = 0,04 M

d[H2SO4]

V4

= d [H2SO4] Dtk = 0,04 M 50 dtk = 8 x 10 -4 M/dtk

e) [H2SO4] [H2SO4]

= 0,1 M untuk 5 ml = [H2SO4]awal .V awal Vtotal = 0,1 M. 5ml 10 ml = 0,05 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,1 M - 0,05 M = 0,05 M

d[H2SO4]

V5

= d [H2SO4] Dtk = 0,05 M 48dtk = 1,04 x 10 -3 M/dtk

NO 1 2 3 4 5

Na2S2O3 awal (M ) 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1

V ( M/dtk) 1,6 x10-4 3,6 x 10-4 5,6 x 10-4 8 x 10


-4

Log n Na2S2O3 -1,69 -1,39 -1,22 -1,09 -1

Log v -3,79 -3,44 -3,25 -3,09 -2,98

1,04 x 10-3

Grafik hubungan Log Na2S2O3 dengan Log v


0 -2 -1 -1 -2 -3 -4 -5 0 y = 1.9537x - 0.983 R = 0.9664 Series1 Linear (Series1)

Pengaruh Suhu [H2SO4] [H2SO4] = 0,1 M = [H2SO4]awal .V awal Vtotal = 0,1 M. 5ml 10 ml = 0,05 M = [H2SO4] awal [H2SO4] akhir = 0,1 M - 0,05 M = 0,05 M Untuk t V

d[H2SO4]

= 128 detik = d [H2SO4] Dtk = 0,05 M 128dtk = 3,9x 10 -4 M/dtk

Untuk t V

= 86 detik = d [H2SO4] Dtk = 0,05 M 86dtk = 5,8 x 10 -4 M/dtk

Untuk t V5

= 46 detik = d [H2SO4] Dtk = 0,05 M 46dtk T (0C ) 0,6 26 62,8 = 1,08 x 10 -3 M/dtk

NO 1 2 3

V ( M/det ) 3,9 x 10-4 5,8 x 10-4 1,08 x 10-3

Log v -3,40 -3,23 -3,96

1/T 1,67 0,03 0,01

Grafik hubungan T dengan log v


0 -0.5 0 -1 -1.5 -2 -2.5 -3 -3.5 -4 -4.5 Series1 Linear (Series1) 50 100 y = -0.0098x - 3.2386 R = 0.6409

IV.2 Reaksi N + N +

IV.3 Pembahasan Pengaruh Konsentrasi N Besarnya konsentrasi larutan N dan dan sangat berpengaruh

terhadap kecepatan reaksi larutan tersebut, karena konsentrasi yang tinggi akan mempemudah bertumbukan, sehingga laju reaksinya akan bertambah. Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Di sini

larutan larutan N

yang berkonsentrasi tetap 0.1 M bila dicampurkan dengan yang memiliki konsentrasi yang berbeda maka yang

cepat bereaksi adalah larutant yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Sama halnya dengan larutan N M bila dicampurkan dengan larutan yang menjadi konsentrasi tetap 0.1 maka yang cepat bereaksi

adalah larutan yang memeiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Terjadinya laju reaksi di pengaruhi juga oleh proses pengadukan. Dimana semakin lama pengadukan maka semakin lama juga terjadinya laju reaksi, karena kedua larutan tersebut susah untuk bercampur disebabkan proses pengadukan yang terjadi. Proses terjadinya laju reaksi yang cepat ditandai dengan menjadi keruhnya suatu larutan dengan cepat pula. Pengaruh Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu larutan dapat mempengaruhi kecepatan reaksi suatu zat. Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap larutan pada suhu panas yaitu 62.8 C dan waktu yang digunakan untuk mereaksikan larutan adalah 46 detik sedangkan pada suhu kamar adalah 86

26 C dan waktu yang digunakan untuk mereaksikan

detik, serta pada suhu yang dingin ( hampir mencapai suhu beku) yakni 0.6 C membutuhkan waktu 128 detik untuk mereaksikan larutan .

Suhu yang bervariasi pada suatu zat yang direaksikan akan membuat kecepatan reaksinya pun berbeda-beda.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan


Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Semakin tinggi konsentrasi zat pada suatu larutan yang direaksikan, maka akan semakin cepat zat itu bereaksi. 2. Semakin tinggi suhu zat yang direaksikan maka semakin cepat pula zat yang bereaksi pada larutan tersebut. 3. Pengadukan terhadap kedua larutan tersebut yang telah bercampur berpengaruh terhadap reaksi zat, dimana semakin lama pengadukan maka semakin lambat larutan bereaksi dan begitu pula sebaliknya.

V.2 Saran Diharapkan agar laboratorium kimia dasar menambah lagi kipas anginnya, karena di laboratorium kimia sekarang sangatlah panas, dan membuat praktikan agak sedikit terhambat dalam proses praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
http://hera-kimia.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi Jurnal Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Kimia Dasar. UPT-MKU Johari J.M.C.2004. Kimia SMA Jilid II. Esis: Jakarta Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Kimia Dasar. UPT-MKU

You might also like