You are on page 1of 47

Permasalahan Guru di Indonesia Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor

yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global. Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru. 1. Masalah Kualitas Guru Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini, hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. 2. Jumlah Guru yang Masih Kurang Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal. 3. Masalah Distribusi Guru Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil, masing

sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang diharapkan. 4. Masalah Kesejahteraan Guru Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guruguru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis di lingkungan sekolah dimana mereka mengajar. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah. Kedudukan, Fungsi, Tugas, dan Tujuan Seorang Guru Bab II Pasal 2 Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa: (1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud. Maksud dari ayat di atas menyebutkan bahwa guru adalah orang yang mendalami profesi sebagai pengajar dan pendidik, mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk memberikan kontribusi. Umumnya guru merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi hasil belajar siswa peserta didiknya. Tugas guru yang diemban timbul dari rasa percaya masyarakat terdiri dari mentransfer kebudayaan dalam arti yang luas, ketrampilan menjalani kehidupan (Life skills), terlibat dalam kegiatankegiatan menjelaskan, mendefinisikan, membuktikan dan mengklasifikasikan, selain harus menunjukkan sebagai orang yang berpengetahuan luas, trampil dan sikap yang bisa dijadikan panutan. Maka dari itu, guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa untuk siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya (The real life) dan bahkan mampu memberikan keteladanan yang baik. Undang-Undang No 14 tahun 2005, pasal 4 mengisyaratkan bahwa Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pasal 6 menyebutkan bahwa Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Di samping itu guru mempunyai tugas utama sebagai berikut: a) menyusun perencanaan pembelajaran; b) menyampaikan perencanaan; c) melakukan hubungan baik dengan sesama teman seprofesi, maupun dengan masyarakat; d) mengelola kelas yang disesuaikan dengan karakterstik peserta didik; e) melakukan penelitian dan inovasi dalam pendidikan, dan memanfaatkan hasilnya untuk kemajuan pendidikan; f) mendidik siswa sehingga mereka menjadi manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, bangsa, masyarakat, dan agama; g) melaksanakan program bimbingan konseling, dan administrasi pendidikan; h) mengembangkan diri dalam wawasan, sikap, dan ketrampilan profesi; dan i) memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya, dan sosial, serta lingkungan alam dalam proses belajar. PERSOALAN GURU DI PERTENGAHAN MASYARAKAT Keberadaan guru di sekolah dan ditengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini sering mendapat sorotan tajam, setidakya seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Fuad Hasan dalam satu dialog interktif TVRI bahwa hanya 30 % guru-guru masa kini yang layak mengajar.Terlepas dari pro dan kontra terhadap kebenaran hasil penelitian tersebut, bahwa eksistensi/keberadaan dan keprofesionalan guru di sekolah dalam mengajar telah dipertanyakan, lebih-lebih jika dihubungkan dengan merosotnya kualitas pendidikan nasional kita yang dirasakan hampir setiap lini pendidikan. Secara garis besar tidaklah wajar penyebab rendahnya mutu pendidikan jika ditimpahkan kepada guru, tentu banyak indikator (purituket) lainnya, yakni ibarat mata rantai satu dengan yang lainnya. Menurut DRS. Usmaedi, M.Ed. (1999) setidaknya ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan pendidikan selama ini kurang tidak berhasil yaitu : (1) Strategi pembangunan pendidikan selama ini bersifat input oriented, yaitu pemenuhan semua input pendidikan seperti penyediaan materi untuk belajar dan mengajar dan alat-alat, akan dapat menghasilkan out

put yang sama mutunya, namun sampai sekarang ini tidak sesuai seperti yang diharapkan. (2) Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat makro oriented, artinya lebih orientasi pendidikan banyak diatur oleh pusat, padahal banyak yang semestinya dapat dilakukan ditingkat mikro (sekolah). Menyadari akan kelemahan selma ini, maka ke depan sistem pengelolaan pendidikan lebih diserahkan kepada otonomi sekolah dengan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Peran guru di sekolah Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidikan, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawa yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru, sebagai pengajar dan pendidikan, dikemukakan oleh Sugeng (1961) harus diakui bahwa kemajuan dibidang pendidikan sebagian besar tergantung kewenangan dan kemampuan staf pengajar (guru). Realitas di sekolah-sekolah, terutama didaerah-daerah, pihak pimpinan sekolah ironisnya justru direpotkan oleh masalah guru, ketimbang persoalan peningkatan mutu dan pengembangan sekolahnya. Adapun permasalahan yang mengemuka diantaranya kekurangan tenaga guru dan pegawai tata usaha, guru mengajar tanpa persiapan matang dan sekedar sampai materi ajar, mengajar terasa monoton, ditambah kurangnya motivasi melaksanakan tugasnya. Krisis motivasi guru Penurunan gairah dan kemauan guru mengajar akan berdampak terhadap hasil pendidikan, hal ini akibat dari dampak krisis ekonomi, krisis politik, krisis kepercayaan yang melanda bangsa kita sejak 1997 lalu, yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda pulih. Reformasi juga telah menggeliatkan guru melalui demonstrasi besar-besaran menuntut pemerintah agar memperbaiki nasib dan kesejahteraan guru, namun pemerintah lebih banyak diam ketimbang memperhatikan aspirasi guru. Sikap kurang tanggapnya pihak-pihak terkait terhadap nasib tentu akan mendorong timbulnya krisis motivasi guru mengajar. Selain itu ada beberapa faktor lagi yang di duga menjadi penyebab : (1) Gaji guru yang rata-rata rendah dan belum memadai, akibatnya guru mencari alternatif sumber penghasilan lain, (2) Kejenuhan birokrasi mengurus pindah tugas

(3) Peluang kecil bagi peningkatan karir (4) Kecendrungan mengambil kredit cicilan uang di bank sehingga gaji yang diterima tiap bulannya relatif kecil (5) Kekurangan kepala sekolah untuk menjadi teladan/panutan. Upaya-upaya kedepan Paparan di muka memang lebih banyak menggambarkan potret suram pendidikan kita, yang salah satu penyebabnya krisis motivasi guru mengajar, tetapi itu bukanlah merefleksikan kepesimisan dan kurangnya kredibilitas (kepercayaan) kepada guru. Kondisi itu harus kita rubah jika kita ingin mewujudkan kualitas pendidikan yang baik dan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan daya saing tinggi di era globalisasi. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan ke depan diharapakan lebih respontif terhadapa aspirasi dan nasib guru dengan meningkatkan kesejahteraannya, peningkatan profesionalisme, dan kompetensi (kewenangan) guru, penyegaran tempat tugas mengajar bagi guru yang sudah lebih 10 tahun di tempat tertentu perlu dikaji ulang, dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya dapat meningkatkan kinerjanya, serta tauladan bagi guru, dan guru pun menjadi anutan siswa dan juga masyarakat lingkungannya. sehingga kekhawatiran kita terhadap krisis motivasi guru dalam proses belajar mengajar dapat dihindari sedini mungkin. Gaji Mereka Ditahan : Guru di Sioban Protes Sebanyak 60 orang guru Sekolah Dasar (SD) sioban Kecamatan Sipora, mengancam mogok mengajar jika pemotongan gaji mereka sebesar Rp. 20.000,- perbulan tidak dihentikan dengan cepat. Pemotongan gaji meeka itu menurut guru-guru SD, yang gajinya disunat, dilakukan Rajali yang menjabat sebagai bendahara sekaligus merangkap Kepala Sekolah Dasar 01 dan juga Kepala Ranting di Sioban Kecamatan Sipora. Sehubungan dengan adanya pemotongan gaji yang tidak jelas ujung pangkalnya itu, guru-guru melaporkan tindakan Rajali ke Dinas Pendidikan Nasional Kebupaten Mentawai dan Kanwil Pendidikan Nasional Sumatra Barat. Karena dilaporkan itu, Rajali mengancam tidak akan

memberikan gaji guru-guru, dan itu telah dimulai semenjak bulan Mei 2001. Akibatnya hingga kini, guru-guru yang melaporkan tersebut tidak menerima gaji sepeserpun yang nota bene menjadi hak mereka. Karena diperlakukan tidak adil, sebanyak 8 orang guru yang berasal dari SD 04, SD 07, SD 012, SD 10, dan SD 14 setelah mengawasi Ebtanas, mengadukan persoalan itu ke Media Target. Dari laporan itu terungkap bahwa masih banyak anak murid mereka yang belajar di lantai tanah, padahal dana pembangunannya ada, dan sekolah mereka masuk dalam daftar Proyek Revitalisasi Pembangunan pada tahun 2000 lalu. Namun guru-guru mengatakan bahwa dana itu untuk membeli kebutuhan pendukung dan aktivitas pendidikan seperti perabot dan sebagainya. Ditambahkan bahwa dana untuk itu sebenarnya sudah tersedia sebanyak Rp. 8 juta dan dana itu sudah diterima Rajali sebagai Kepala Ranting dan Bendahara, sebagian sekolah sudah menerma beberapa set perabot seperti kursi dan meja, namun setiap sekolah yang menerima dikenakan biaya tambahan sebesa Rp. 500.000. Saat dihubungi Target, Rajali membenarkan bahwa ia menahan gaji guru-guru itu. Sebab saya telah dilaporkan keatasan saya katanya. Ia mengatakansebelum guru-guru di Sioban itu mencabut laporannya, ia tidak akan memberikan gaji mereka. Namun ia tidak tahu tentang pemotongan sebesar Rp. 20.000,- dari gaji guru-guru itu. Selain itu ia tidak membantah bahwa ada dana sebesar Rp 8.000.000,- untuk perabotan dan mobiler (peralatan) sekolah, tapi ia mengaku hanya menerima Rp. 5.000.000,- dari Mawardi selaku bendahara proyek. Rajali mengatakan bahwa dana sebesar Rp. 5 juta telah dimanfaatkan untuk membuat peralatan sekolah. masing-masing satu peralatan atau perabotan harganya sekitar 2- 2,5 juta/set, namun saat ditanyakan berapa jumlah sekolah yang menerima mobiler tersebut, Rajali enggan menjawabnya. Dari informasi yang didapat, ada 9 SD yang menerima perabot dan masing-masing sekolahn yang menerima tidak sama jumlahnya, dimana sebagian ada yang menerima 2 set dan ada 1 set.Tapi jika dihitung, jumlah sekolah yang ada di Sioban ada sebanyak 16 SD. Kemana dana bantuan itu selebihnya ? tanya seorang guru.

Dari hasil peninjauan dilapangan yang dilakukan Target, hingga kini tidak sampai 50% dana pembangunan SD yang terealisasikan, baik itu di Sikakap, Sipora maupun Siberut. Padahal jika dilihat, di semua kecamatan, masih banyak anak murid yang belajar dilantai dengan atap yang bocor, sehingga kalau hujan turun akan mengganggu proses belajar mengajar. Hingga kini tidak jelas kemana sangkutnya dana pembangunan SD tahun 2000 itu. Sedangkan pihak DPRD baru mempertanyakan ke Dinas Pendidikan Nasional Kepulauan Mentawai. Dalam kehidupan demokrasi, apa yang telah di tempuh oleh guru-guru itu tepat, dan permasalahan itu ada baiknya dibicarakan dengan pihak orang tua murid dan pemerintah setempat, karena ini persoalan generasi Mentawai dan calon pemimpin untuk esok. POT Oleh: Afrianto Daud
Membaca judul tulisan diatas, sepintas barangkali kita akan menjawab kenapa tidak mungkin. Tak ada yang mustahil di dunia ini, termasuk untuk bisa menjadi guru yang profesional. Bahkan mungkin ada diantara kita yang berfikir kalau pertanyaan diatas sedikit silly, pertanyaan yang sesungguhnya tak perlu disampaikan. Namun kalau kita mau jujur, menjawab pertanyaan di atas dalam konteks dunia pendidikan nasional kita, maka minimal kita tidak berani untuk segera menjawab pertanyaan itu secara sederhana dengan jawaban why not? Ketidakberanian kita barangkali disebabkan karena begitu kompleksnya permasalahan guru di tanah air tercinta ini. Telah ada begitu banyak diskusi, seminar, lokakarya, dan pertemuan ilmiah lainnya yang membicarakan betapa rumitnya permasalahan guru di negri ribuan pulau ini. Guru kita sering berada pada posisi yang sangat dilematis karena pada satu sisi menjadi tumpuan harapan keberlangsungan masa depan anak bangsa ini dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang, namun pada saat yang sama guru sulit keluar dari permasalahan klasik yang melilit mereka, seperti kesejahteraan, penghargaan, dan isu tentang profesionalisme. Menurut saya, masalah profesionalisme guru adalah isu yang paling serius diantara permasalahan lain yang dihadapi guru kita. Pembicaraan mengenai problematika guru sering sampai pada kesimpulan bahwa sampai hari ini sepertinya guru "belum percaya diri" menyebut profesi mereka sebagai sebuah profesi yang sejajar dengan profesi lainnya, seperti dokter, pengacara, hakim, atau psikolog. Dengan kata lain, guru seperti "tak bisa" menyebut diri mereka sebagai seorang profesional yang sejajar dengan para profesional di bidang yang lain. Hal ini disebabkan karena mereka sadar bahwa suatu jenis pekerjaan yang disebut profesi idelnya memiliki kedudukan lebih dibanding dengan pekerjaan lain yang tidak dianggap sebagai profesi. Kedudukan lebih itu bisa berupa materiil maupun sprirituil. Disamping itu, untuk menjadi profesional harus memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu. Seorang profesional menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap lebih dibanding pekerja lainnya. Maka untuk menjadi profesional, seseorang harus memenuhi kualifikasi minimun, sertifikasi, serta memiliki etika profesi (Nurkholis, 2004). Kalau kita bandingkan dengan profesi guru dengan profesi terhormat lainnya, seperti dokter, pengacara, dan akuntan, maka kita akan melihat betapa besarnya perbedaan

profesi guru dengan profesi lainnya itu. Lazim diketahui bahwa untuk menjadi seorang dokter, pengacara, dan akuntan, misalnya, membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama. Mereka harus mengikuti berbagai jenis jenjang pendidikan formal, praktek lapangan, atau magang dalam waktu tertentu di bidangnya masing-masing. Bahkan, di negara-negara maju, seperti Jerman dan Amerika, konon untuk mendapatkan status guru seseorang harus magang di lembaga pendidikan minimal dua tahun. Hal ini dilakukan sebagai salah satu jaminan bahwa yang bersangkutan profesional dalam menjalankan tugasnya. Bagaimana untuk menjadi seorang guru di negeri ini? Di Indonesia, setelah lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan bekerja di lembaga pendidikan, maka seseorang langsung disebut guru. Bahkan, banyak pula lulusan non-LPTK, namun bekerja di lembaga pendidikan, juga disebut guru. Untuk disebut sebagai guru sangatlah mudah, sehingga profesi ini sering dijadikan pelarian oleh banyak sarjana kita setelah gagal memeperoleh pekerjaan lain yang mereka anggap "lebih baik". Kemudian, untuk mendapatkan izin kerja, pada ketiga profesi yang disebut di atas, harus memiliki izin praktik dari lembaga terkait atau sertifikat dari lembaga profesi. Izin atau sertifikat itu diperoleh melalui serangkaian tes kompetensi yang terkait dengan profesi maupun sikap dan perilaku. Organisasi profesi memiliki kontrol yang ketat terhadap anggotanya, bahkan berani memberikan sanksi jika terjadi penyalahgunaan izin. Tetapi di negeri ini, izin kerja sebagai guru, berupa akta mengajar, diperoleh secara otomatis begitu seseorang lulus dari LPTK. Apalagi kalau kita membandingkannya dari sisi kesejahteraan, maka perbedaannya akan semakin kentara. Tiga profesi yang dijadikan model perbandingan di atas memiliki standar gaji dan renomerasi yang jelas. Sebagai seorang profesional, mereka mampu menghargai diri sendiri, mereka juga mampu menjaga etika profesi dengan baik. Namun banyak guru di pelosok negeri ini yang bergaji Rp. 60.000 per bulan. Banyak guru yang gajinya di bawah buruh pabrik. Gaji guru tidak mengikuti standar UMK, karena kebanyakan dibayar berdasarkan jumlah jam mengajar, dan kebanyakan guru tidak memiliki serikat pekerja, sehingga tidak bisa menuntut hak-haknya. Akhirnya, untuk mencukupi kebutuhan hidup harus membanting tulang di luar profesi keguruan, seperti mengojek atau berjualan. Padahal mereka dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa, sebuah tuntutan yang amat berat. Jika kualitas pendidikan di negeri ini rendah, pantaskah kita menyalahkan, gurunya tidak profesional? Harapan Di Balik UU Nomor 14/2005 Tumpukan permasalahan guru memang kadang membuat dada kita sesak, sampai kemudian pemerintah bersama DPR mengesahkan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen tanggal 30 Desember 2005, harapan barupun kemudian muncul. Banyak pihak berharap bahwa Undang Undang ini bisa menjadi tonggak bersejarah untuk bangkitnya profesi ini menjadi profesi mulia yang betul-betul setara dengan profesi lainnya. Sebuah profesi yang tak hanya dihargai dengan ungkapan "pahlawan tanpa tanda jasa", tapi sebuah profesi yang betul-betul diakui sejajar dengan profesi lainnya. Undang-Undang Guru dan Dosen lahir melengkapi dan menguatkan semangat perbaikan mutu pendidikan nasional yang sebelumnya juga sudah tertuang dalam UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kita berharap, kedua undang-undang ini mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi lahirnya para guru yang betul-betul profesional dalam makna yang sesungguhnya. Lebih jauh kita berharap, kedua undangundang ini akan membuka jalan terang bagi segenap anak bangsa ini untuk secara perlahan tapi pasti keluar dari berbagai krisis yang melilit bangsa ini melalui perbaikan mutu pendidikan nasional dengan membentuk guru yang profesional sebagai entry point.

Sebagai implementasi dari undang-undang yang baru ini, pemerintah telah merencanakan akan melakukan program sertifikasi guru dalam waktu dekat. Seperti yang dikatakan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas Fasli Jalal bahwa pemerintah sedang menyiapkan peraturan pemerintah (PP) untuk sertifikasi para guru, dan diharapakan dalam enam bulan telah keluar PP dan telah ditunjuk LPTK penyelenggara sertifikasi. Setelah itu, dilangsungkan pendidikan profesi serta uji sertifikasi bagi para guru yang sudah sarjana (Kompas, 27/02/2006) Sekalipun masih ada perdebatan tentang siapa yang paling berhak menyelenggarakan program sertifikasi dan yang melakukan uji komptensi guru, namun terlepas dari siapa yang meyelenggarakan, program sertifikasi dan uji kompetensi jelas akan berdampak positif bagi proses terbentuknya guru yang profesional di masa datang. Selain karena dengan program sertifikasi dan uji kompetensi akan ada proses terukur bagi seseorang layak disebut sebagai guru, juga karena program ini bisa menjawab permasalahan klasik guru menyangkut kesejahteraan karena pasal 16 ayat (1) dan (2) UU 14/2005 menyebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik akan memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok dan diberikan oleh pemerintah kepada guru sekolah negeri maupun swasta. Apalagi kalau pemeritah berkomitmen menjalankan amanat undang undang yang menegaskan bahwa pemerintah harus mengalokasikan 20 persen anggaran negara ke sektor pendidikan, dampaknya akan diyakini begitu luar biasa kepada kualitas dunia pendidikan kita secara umum, dan terbentuknya guru yang profesional secara khusus. Dengan lahirnya guru yang profesional dalam makna yang sesungguhnya, maka diyakini masyarkat tidak akan lagi melihat "sebelah mata" kepada profesi ini. Efek dominonya adalah akan banyak para siswa pintar kita kembali secara sadar memilih profesi ini sebagai alaternatif karir mereka di masa datang. Jadi, menjadi guru profesional di negeri ini memang bukan tidak mungkin, tapi sepertinya butuh waktu lama dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak. Wallahu'alam * Afrianto Daud, guru MAN 3 Batusangkar, Mahasiswa Program Master of Education Monash University Australia MASALAH guru merupakan topik yang tidak pernah

habis dibahas sekurang-kurangnya selama dasawarsa terakhir. Pembahasan tentang guru tersebar diberbagai media massa, diperdebatkan di dalam diskusidiskusi akademik, diangkat permasalahannya di dalam seminar-seminar. Membahas tentang guru selalu aktual, karena permasalahan guru sendiri dan dunia pendidikan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Misalnya, sekelumit deskripsi ketidak sukaan masyarakat pada guru bisa kita saksikan tiap akhir tahun ajaran. Tidak sedikit orang tua murid yang merasa kecewa pada guru karena anaknya tidak lulus. Mereka menuding guru tidak bisa mengajar dan mendidik. Dari masyarakat pendidikan sendiri, tidak sedikit siswa yang marah dan kecewa terhadap guru karena ia tidak berhasil lulus pada test ujian Nasional. Pemandangan seperti ini, tiap tahun kelulusan sekolah-sekolah selalu kita saksikan baik secara langsung atau melalui media massa. Muhibbin syah, M.Ed. dalam bukunya Psikologi Pendidikan, bahkan mengatakan bahwa, profesi guru yang dianggap kering, dalam arti kerja keras para guru membangun sumber daya manusia (SDM) hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata

masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga second class (kelas kedua). Kemorosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh dibawah ratarata kalangan profesi lainnya. Tantangan eksternal guru Hal diatas adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya masalah internal guru. Selain dihadapkan pada persoalan internal, guru juga mempunyai tantangan eksternal yang harus dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi, Ph.d. dalam bukunya menuju Masyarakat Belajar guru mempunyai dua persoalan eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang kedua, tantangan masyarakat global. Persoalan etika dan moral anak bangsa, sesungguhnya bukan hanya permasalah guru. Namun, jika yang dibidiknya adalah moral pelajar, maka tidak ada alasan guru tidak dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus membina para murid dari segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia ajarkan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan. Disamping itu, yang terpenting seorang guru harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku para siswa agar lebih baik dan mampu menciptakan pelajar yang etismoralis. Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar juga kemorosotannya. Dengan demikian, tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling urgen adalah pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi para guru, keterbatasan kontroling guru pada murid kerap membuatnya kecolongan. Sehingga tidak sedikit murid didikannya yang trebawa arus perilaku amoral diluar pengetahuannya. Persoalan pertama ini, memang selalu menjadi persoalan utama yang harus diperbaiki dan diperbaikai oleh para guru. Tantangan etika moral siswa adalah tantangan guru dari masa kemasa, mungkin karena pendidikan dipandang sebagai proses memanusiakan manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru harus lebih sibuk dan teliti dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral siswa kearah perbaikan. Disamping masalah besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi permasalahan lainnya yaitu tantangan masyarakat global. Di era globalisasi, guru sangat dituntut meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup. Kendala tersebut harus dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak heran jika pemerintah mengadakan sertifikasi guru, agar profesionalitas guru terwujud. Perhatian pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan

khsusunya guru, di implementasikannya dengan sertifikasai guru dan meningkatkan kesejahteraanya dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan demikian, kulaitias mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan profesinya. Menanggapi persoalan tersebut, dalam peningkatan kualiatas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan tiga intelejensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuatkuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal lain yang harus diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa. Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi era globalisasi dan tidak ketinggalan zaman apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar harus terdidik dengan baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan murid bisa bertahan di antara tarik-ulur pengaruh demoralisasi diera globalisasi dengan prinsip spiritualnya. Disamping itu, untuk mempertahankan profesinya, guru juga harus memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian, tantangan guru di era glbalisasi tidak akan menggusurnya pada posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas. BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kerja saat ini pada bidang pendidikan masih sulit ditemukan seorang guru yang benar-benar mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh saat kuliah, di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Setelah terpenuhinya kompetensi dalam profesionalisme seorang guru, tugas seorang guru juga mencakup sebagai motivator terhadap siswa-siswanya. Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jka ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. B. Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam upaya meningkatkan hasil belajar I

siswa, adalah : 1. Sejauh mana latar belakang guru menmpengaruhi tingkat profesionalitas dalam mengajar. 2. Sejauh mana kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Sejauh mana tugas pendidik dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Sejauh mana cara yang dipakai oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Maka lewat Identifikasi masalah diatas, adapun batasan masalah yang akan di kaji lebih jauh dalam karya tulis ini adalah: 1. Apakah tingkat kompetensi guru mempengaruhi motivasi belajar murid. 2. Sejauh mana tingkat kompetensi profesionalisme guru mempengaruhi motivasi belajar siswa. 3. Bagaimana cara yang efektif untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar. D.Rumusan Masalah Banyaknya guru sebagai tenaga pendidik kurang profesional dan kompeten terhadap dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mempengaruhi mutu keluaran peserta didik dan kurang optimalnya pencapaian tujuan pendidikan. E.Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan tanggung sebagai guru, prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seorang guru sehingga guru sebagai pendidik sehingga dapat lebih profesional dan kompeten dalam menjalankan profesinya, untuk dapat melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. F.Manfaat Sebuah penulisan dipandang bermakna apabila hasil tulisannya bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. a. Secara Teoritis Penulisan ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sebagai tenaga profesional serta motivasi-motiasi yang diberikan kepada siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil studi belajar siswa.

b. Secara Praktis Bagi penulis, sebagai upaya melatih diri agar dapat menerapkan informasi berupa data dan teorinya, serta membiasakan diri dalam penulisan-penulisan berikutnya. G. Landasan Teori Terkait dengan apakah kompetensi guru mampu memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar, maka lewat sebuah analisa hasil wawancara didapatkan bahwa, kompetensi guru yang dimaksud terkait dengan baik itu berupa kemampuan guru untuk menyampaikan materi secara baik. H. kajian Teori 1. Kompetensi Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfkir dan bertndak. McAhsan (1981: 45) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari diriny, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kogitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Finch dan Crunkilton (1979: 222) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan sebagai penunjang keberhasilan. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkattingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Kompetensi menurut Abdul Majid (2005) adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggumg jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya penungkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: 1. Menguasai bahan

Menguasi bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah Menguasai bahan pendalaman/aplkasi bidang studi

2.

Mengelola program belajar mengajar


Merumuskan tujuan instruksional Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat Melaksanakan program belajar mengajar Mengenal kemampuan anak didik Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial untuk kelas pengajaran

3. Mengelola a. Mengatur tata ruang kelas b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 1. Menggunakan media atau sumber belajar

Mengenal, memilih dan menggunakan media Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar Mengembangkan laboratorium Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan

2. 3. 4. 5.

Menguasai landasan-landasan kependidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah

6. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 7. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Asian Institute for Teacher Educators dalam Mohamad Ali (1989), mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Ada tiga macam kompetensi guru, yaitu:

a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai:


Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi Pengetahuan tentang inti demokrasi Pengetahuan tentang estetika Apresiasi dan kesadaran sosial Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan Setia kepada harkat dan martabat manusia

b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:

Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran Dapat mengevaluasi, dan Dapat menumbuhkan kepribadian anak.

2. Profesionalisme Guru Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak konotasi, salah satu diantaranya tenaga kependidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut didalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasnya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa

menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yag harus dpelajari secara sengaja,terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan, ditandai dengan serentetan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah, guru juga harus sabar, ulet dan telaten serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Wolmer dan Mills mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut: 1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:

memiliki pengetahuan umum yang luas memiliki keahlian khusus yang mendalam

2.

Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya:


adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional memiliki otonomi jabatan memiliki kode etik jabatan merupakan karya bakti seumur hidup

3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya:


memperoleh dukungan masyarakat mendapat pengesahan dan perlindungan hukum memiliki persyaratan kerja yang sehat memiliki jaminan hidup yang layak.

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang pendidikan sebagai berikut: 1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. 2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang keguruan, misalnya harus mempelajari psikologi, metodil dan lain-lan. 3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat

melaksanakan pekerjaan profesional. 4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. 5. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dbidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. 1. Tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. 2. Guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. 3. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangantantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Perlu ditegaskan bahwa selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya mash memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus ini adalah fakor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau panggilan hati nurani. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. 3. Motivasi 1. Pengertian motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat dartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktvitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni; motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2004). Namun pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Motivasi sendiri ada dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik, jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. 2. Teori Tentang Motivasi Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya yakni dari bawah keatas. Dalam hal ni ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

kebutuhan fisiologis kebutuhan akan keamanan kebutuhan akan cinta dan kasih kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri

Di samping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui: 1. Teori Insting Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti ringkah jenis binatang. Tindakan manusia dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam memberi respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall 2. Teori Fisiologis Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi

kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentngan fisik. 3. Teori Psikoanalitik Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. 3. Fungsi Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi: Motivasi

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Dari beberapa Uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa. Motivasi juga berfungsi sebagai pencapaian prestasi. Begitu juga dengan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makn berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 4. Macam-macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilhat dari bebagai sudut pandang. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan dan minum. Motifmotif ini seringkali disebut motf-motf yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif ini psiological drives. b. Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar suatu di

dalam masyarakat. 2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lan: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena adanya rangsangan dari luar. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah di motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflek,insting, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktvitas belajarnya. b. Motivasi ekstrinsik Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya peragsang dari luar. Motivasi ekstrnsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktvitas belajarnya. 5. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah. 1. Memberi angka 2. Hadiah 3. Persaingan/kompetisi 4. Ego-involvement

5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian 8. Hukuman 9. Hasrat untuk belajar 10. Minat 11. Tujuan yang diakui. 6. Strategi menumbuhkan motivasi Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah yakni: 1. Menjelaskan tujuan belajar kepeserta didik Pada permulaan belajar mengajar seorang guru harus menjelaskan tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan atau kompetisi Guru berusaha mengadakan persangan di antara siswa-siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal pada peserta didik. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok). 9. Menggunakan metode yang bervariasi. 10. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4. Hasil Belajar

1. Indikator keberhasilan belajar mengajar Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri: - Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar Keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri melainkan banyak yang dipengaruhi oleh faktor- faktor lainnya. Berbagai faktor dimaksud diantaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan evaluasi. I. Kerangka Pemikiran Pendidikan yang memiliki kualitas tinggi berarti keluaran pendidikan mempunyai nilai bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas disini adalah keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses pendidikan di sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, produktivitas, efisiensi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerja. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemertaan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan parsarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif serta didukung kebijakan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Kompetensi profesional guru menjadi faktor yang sangat menunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Setiap guru memiliki kompetensi mengajar. Guru memiliki kompetensi mengajar, jika guru memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis mengenai berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar. Kompetensi profesional guru akan membawa guru dapat memilih cara yang terbaik yang dapat dilakukan supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik dan meningkatkan potensi siswa. Guru merupakan komponen merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.. . Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif. Pemerataan

pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadik tanggung jawab pemerintah. J. Metode Menggunakan metode diskriptif yang sesuai dengan penjelasan dan pemaparan dalam buku dan internet yang merupakan landasan teori dalam makalah ini. Daftar Pustaka Dr. E. Mulyasa, M.pd. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Prof. Pupuh Fathurrohman; M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo. http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9232 http://www.infoskripsi.com/Article/Profesionalisme-Guru.html

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kondisi kerja saat ini pada bidang pendidikan masih sulit ditemukan seorang guru yang benar-benar mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh saat kuliah, di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Setelah terpenuhinya kompetensi dalam profesionalisme seorang guru, tugas seorang guru juga mencakup sebagai motivator terhadap siswa-siswanya. Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jka ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. B. Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, adalah :

1. Sejauh mana latar belakang guru menmpengaruhi tingkat profesionalitas dalam mengajar. 2. Sejauh mana kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Sejauh mana tugas pendidik dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Sejauh mana cara yang dipakai oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Maka lewat Identifikasi masalah diatas, adapun batasan masalah yang akan di kaji lebih jauh dalam karya tulis ini adalah: 1. Apakah tingkat kompetensi guru mempengaruhi motivasi belajar murid. 2. Sejauh mana tingkat kompetensi profesionalisme guru mempengaruhi motivasi belajar siswa. 3. Bagaimana cara yang efektif untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar. D.Rumusan Masalah Banyaknya guru sebagai tenaga pendidik kurang profesional dan kompeten terhadap dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mempengaruhi mutu keluaran peserta didik dan kurang optimalnya pencapaian tujuan pendidikan. E.Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan tanggung sebagai guru, prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seorang guru sehingga guru sebagai pendidik sehingga dapat lebih profesional dan kompeten dalam menjalankan profesinya, untuk dapat melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. F.Manfaat Sebuah penulisan dipandang bermakna apabila hasil tulisannya bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. a. Secara Teoritis Penulisan ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sebagai tenaga profesional serta motivasi-motiasi yang diberikan kepada siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil studi belajar siswa. b. Secara Praktis Bagi penulis, sebagai upaya melatih diri agar dapat menerapkan informasi berupa

data dan teorinya, serta membiasakan diri dalam penulisan-penulisan berikutnya. G. Landasan Teori Terkait dengan apakah kompetensi guru mampu memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar, maka lewat sebuah analisa hasil wawancara didapatkan bahwa, kompetensi guru yang dimaksud terkait dengan baik itu berupa kemampuan guru untuk menyampaikan materi secara baik. H. kajian Teori 1. Kompetensi Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfkir dan bertndak. McAhsan (1981: 45) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari diriny, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kogitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Finch dan Crunkilton (1979: 222) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan sebagai penunjang keberhasilan. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkattingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Kompetensi menurut Abdul Majid (2005) adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggumg jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya penungkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: 1. Menguasai bahan

Menguasi bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah

Menguasai bahan pendalaman/aplkasi bidang studi

2.

Mengelola program belajar mengajar


Merumuskan tujuan instruksional Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat Melaksanakan program belajar mengajar Mengenal kemampuan anak didik Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial untuk kelas pengajaran

3. Mengelola a. Mengatur tata ruang kelas b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 1. Menggunakan media atau sumber belajar

Mengenal, memilih dan menggunakan media Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar Mengembangkan laboratorium Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan

2. 3. 4. 5.

Menguasai landasan-landasan kependidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah

6. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 7. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Asian Institute for Teacher Educators dalam Mohamad Ali (1989), mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Ada tiga macam kompetensi guru, yaitu: a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai:

Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi Pengetahuan tentang inti demokrasi Pengetahuan tentang estetika Apresiasi dan kesadaran sosial Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan Setia kepada harkat dan martabat manusia

b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:

Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran Dapat mengevaluasi, dan Dapat menumbuhkan kepribadian anak.

2. Profesionalisme Guru Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak konotasi, salah satu diantaranya tenaga kependidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut didalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasnya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yag harus dpelajari secara sengaja,terencana dan kemudian dipergunakan demi

kemaslahatan orang lain. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan, ditandai dengan serentetan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah, guru juga harus sabar, ulet dan telaten serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Wolmer dan Mills mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut: 1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:

memiliki pengetahuan umum yang luas memiliki keahlian khusus yang mendalam

2.

Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya:


adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional memiliki otonomi jabatan memiliki kode etik jabatan merupakan karya bakti seumur hidup

3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya:


memperoleh dukungan masyarakat mendapat pengesahan dan perlindungan hukum memiliki persyaratan kerja yang sehat memiliki jaminan hidup yang layak.

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang pendidikan sebagai berikut: 1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. 2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang keguruan, misalnya harus mempelajari psikologi, metodil dan lain-lan. 3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional.

4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. 5. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dbidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. 1. Tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. 2. Guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. 3. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangantantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Perlu ditegaskan bahwa selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya mash memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus ini adalah fakor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau panggilan hati nurani. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. 3. Motivasi 1. Pengertian motivasi Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat dartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktvitas-aktivitas

tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni; motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2004). Namun pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Motivasi sendiri ada dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik, jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. 2. Teori Tentang Motivasi Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya yakni dari bawah keatas. Dalam hal ni ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

kebutuhan fisiologis kebutuhan akan keamanan kebutuhan akan cinta dan kasih kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri

Di samping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui: 1. Teori Insting Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti ringkah jenis binatang. Tindakan manusia dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam memberi respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall 2. Teori Fisiologis Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentngan fisik.

3. Teori Psikoanalitik Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. 3. Fungsi Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi: Motivasi

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Dari beberapa Uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa. Motivasi juga berfungsi sebagai pencapaian prestasi. Begitu juga dengan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makn berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 4. Macam-macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilhat dari bebagai sudut pandang. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan dan minum. Motifmotif ini seringkali disebut motf-motf yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif ini psiological drives. b. Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar suatu di dalam masyarakat.

2.

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis


Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lan: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena adanya rangsangan dari luar. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah di motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflek,insting, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktvitas belajarnya. b. Motivasi ekstrinsik Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya peragsang dari luar. Motivasi ekstrnsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktvitas belajarnya. 5. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah. 1. Memberi angka 2. Hadiah 3. Persaingan/kompetisi 4. Ego-involvement 5. Memberi ulangan

6. Mengetahui hasil 7. Pujian 8. Hukuman 9. Hasrat untuk belajar 10. Minat 11. Tujuan yang diakui. 6. Strategi menumbuhkan motivasi Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah yakni: 1. Menjelaskan tujuan belajar kepeserta didik Pada permulaan belajar mengajar seorang guru harus menjelaskan tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan atau kompetisi Guru berusaha mengadakan persangan di antara siswa-siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal pada peserta didik. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok). 9. Menggunakan metode yang bervariasi. 10. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4. Hasil Belajar 1. Indikator keberhasilan belajar mengajar

Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri: - Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar Keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri melainkan banyak yang dipengaruhi oleh faktor- faktor lainnya. Berbagai faktor dimaksud diantaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan evaluasi. I. Kerangka Pemikiran Pendidikan yang memiliki kualitas tinggi berarti keluaran pendidikan mempunyai nilai bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas disini adalah keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses pendidikan di sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, produktivitas, efisiensi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerja. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemertaan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan parsarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif serta didukung kebijakan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Kompetensi profesional guru menjadi faktor yang sangat menunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Setiap guru memiliki kompetensi mengajar. Guru memiliki kompetensi mengajar, jika guru memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis mengenai berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar. Kompetensi profesional guru akan membawa guru dapat memilih cara yang terbaik yang dapat dilakukan supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik dan meningkatkan potensi siswa. Guru merupakan komponen merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.. . Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu

dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadik tanggung jawab pemerintah. J. Metode Menggunakan metode diskriptif yang sesuai dengan penjelasan dan pemaparan dalam buku dan internet yang merupakan landasan teori dalam makalah ini. Daftar Pustaka Dr. E. Mulyasa, M.pd. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Prof. Pupuh Fathurrohman; M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo. http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9232 http://www.infoskripsi.com/Article/Profesionalisme-Guru.html BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kerja saat ini pada bidang pendidikan masih sulit ditemukan seorang guru yang benar-benar mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh saat kuliah, di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Setelah terpenuhinya kompetensi dalam profesionalisme seorang guru, tugas seorang guru juga mencakup sebagai motivator terhadap siswa-siswanya. Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jka ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. B. Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, adalah : 1. Sejauh mana latar belakang guru menmpengaruhi tingkat profesionalitas dalam mengajar. I

2. Sejauh mana kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Sejauh mana tugas pendidik dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Sejauh mana cara yang dipakai oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Maka lewat Identifikasi masalah diatas, adapun batasan masalah yang akan di kaji lebih jauh dalam karya tulis ini adalah: 1. Apakah tingkat kompetensi guru mempengaruhi motivasi belajar murid. 2. Sejauh mana tingkat kompetensi profesionalisme guru mempengaruhi motivasi belajar siswa. 3. Bagaimana cara yang efektif untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar. D.Rumusan Masalah Banyaknya guru sebagai tenaga pendidik kurang profesional dan kompeten terhadap dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mempengaruhi mutu keluaran peserta didik dan kurang optimalnya pencapaian tujuan pendidikan. E.Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan tanggung sebagai guru, prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seorang guru sehingga guru sebagai pendidik sehingga dapat lebih profesional dan kompeten dalam menjalankan profesinya, untuk dapat melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. F.Manfaat Sebuah penulisan dipandang bermakna apabila hasil tulisannya bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. a. Secara Teoritis Penulisan ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sebagai tenaga profesional serta motivasi-motiasi yang diberikan kepada siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil studi belajar siswa. b. Secara Praktis Bagi penulis, sebagai upaya melatih diri agar dapat menerapkan informasi berupa data dan teorinya, serta membiasakan diri dalam penulisan-penulisan berikutnya. G. Landasan Teori

Terkait dengan apakah kompetensi guru mampu memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar, maka lewat sebuah analisa hasil wawancara didapatkan bahwa, kompetensi guru yang dimaksud terkait dengan baik itu berupa kemampuan guru untuk menyampaikan materi secara baik. H. kajian Teori 1. Kompetensi Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfkir dan bertndak. McAhsan (1981: 45) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari diriny, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kogitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Finch dan Crunkilton (1979: 222) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan sebagai penunjang keberhasilan. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkattingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajar. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Kompetensi menurut Abdul Majid (2005) adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggumg jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya penungkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: 1. Menguasai bahan

Menguasi bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah Menguasai bahan pendalaman/aplkasi bidang studi

2.

Mengelola program belajar mengajar

Merumuskan tujuan instruksional Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat Melaksanakan program belajar mengajar Mengenal kemampuan anak didik Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial untuk kelas pengajaran

3. Mengelola a. Mengatur tata ruang kelas b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 1. Menggunakan media atau sumber belajar

Mengenal, memilih dan menggunakan media Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar Mengembangkan laboratorium Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan

2. 3. 4. 5.

Menguasai landasan-landasan kependidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah

6. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 7. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Asian Institute for Teacher Educators dalam Mohamad Ali (1989), mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Ada tiga macam kompetensi guru, yaitu: a. Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai:

Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi

Pengetahuan tentang inti demokrasi Pengetahuan tentang estetika Apresiasi dan kesadaran sosial Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan Setia kepada harkat dan martabat manusia

b. Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c. Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal:

Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai Dapat menggunakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain Dapat mengorganisasi dan melaksanakan program pengajaran Dapat mengevaluasi, dan Dapat menumbuhkan kepribadian anak.

2. Profesionalisme Guru Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak konotasi, salah satu diantaranya tenaga kependidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut didalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasnya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yag harus dpelajari secara sengaja,terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan, ditandai dengan serentetan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus.

Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah, guru juga harus sabar, ulet dan telaten serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Wolmer dan Mills mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut: 1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:

memiliki pengetahuan umum yang luas memiliki keahlian khusus yang mendalam

2.

Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya:


adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional memiliki otonomi jabatan memiliki kode etik jabatan merupakan karya bakti seumur hidup

3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya:


memperoleh dukungan masyarakat mendapat pengesahan dan perlindungan hukum memiliki persyaratan kerja yang sehat memiliki jaminan hidup yang layak.

Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang pendidikan sebagai berikut: 1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. 2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang keguruan, misalnya harus mempelajari psikologi, metodil dan lain-lan. 3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional. 4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. 5. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada

masyarakat. Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dbidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. 1. Tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. 2. Guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. 3. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangantantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Perlu ditegaskan bahwa selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya mash memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus ini adalah fakor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau panggilan hati nurani. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. 3. Motivasi 1. Pengertian motivasi Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat dartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktvitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Menurut Mc Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni; motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2004). Namun pada intinya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Motivasi sendiri ada dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik, jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. 2. Teori Tentang Motivasi Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya yakni dari bawah keatas. Dalam hal ni ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

kebutuhan fisiologis kebutuhan akan keamanan kebutuhan akan cinta dan kasih kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri

Di samping itu ada teori-teori lain yang perlu diketahui: 1. Teori Insting Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti ringkah jenis binatang. Tindakan manusia dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam memberi respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall 2. Teori Fisiologis Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentngan fisik. 3. Teori Psikoanalitik Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena

adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. 3. Fungsi Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi: Motivasi

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Dari beberapa Uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa. Motivasi juga berfungsi sebagai pencapaian prestasi. Begitu juga dengan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makn berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. 4. Macam-macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilhat dari bebagai sudut pandang. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan dan minum. Motifmotif ini seringkali disebut motf-motf yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif ini psiological drives. b. Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar suatu di dalam masyarakat. 2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum,

makan, bernafas, berbuat dan kebutuhan untuk istirahat.

Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lan: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena adanya rangsangan dari luar. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah di motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflek,insting, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktvitas belajarnya. b. Motivasi ekstrinsik Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya peragsang dari luar. Motivasi ekstrnsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktvitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktvitas belajarnya. 5. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah. 1. Memberi angka 2. Hadiah 3. Persaingan/kompetisi 4. Ego-involvement 5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian

8. Hukuman 9. Hasrat untuk belajar 10. Minat 11. Tujuan yang diakui. 6. Strategi menumbuhkan motivasi Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah yakni: 1. Menjelaskan tujuan belajar kepeserta didik Pada permulaan belajar mengajar seorang guru harus menjelaskan tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan atau kompetisi Guru berusaha mengadakan persangan di antara siswa-siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. 6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal pada peserta didik. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. 8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok). 9. Menggunakan metode yang bervariasi. 10. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4. Hasil Belajar 1. Indikator keberhasilan belajar mengajar Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:

- Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar Keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri melainkan banyak yang dipengaruhi oleh faktor- faktor lainnya. Berbagai faktor dimaksud diantaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan evaluasi. I. Kerangka Pemikiran Pendidikan yang memiliki kualitas tinggi berarti keluaran pendidikan mempunyai nilai bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas disini adalah keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses pendidikan di sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitas, produktivitas, efisiensi, kualitas kehidupan kerja dan moral kerja. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemertaan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan parsarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif serta didukung kebijakan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Kompetensi profesional guru menjadi faktor yang sangat menunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Setiap guru memiliki kompetensi mengajar. Guru memiliki kompetensi mengajar, jika guru memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis mengenai berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar. Kompetensi profesional guru akan membawa guru dapat memilih cara yang terbaik yang dapat dilakukan supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik dan meningkatkan potensi siswa. Guru merupakan komponen merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.. . Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadik tanggung jawab pemerintah.

J. Metode Menggunakan metode diskriptif yang sesuai dengan penjelasan dan pemaparan dalam buku dan internet yang merupakan landasan teori dalam makalah ini. Daftar Pustaka Dr. E. Mulyasa, M.pd. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Prof. Pupuh Fathurrohman; M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama. Sardiman AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo. http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9232 http://www.infoskripsi.com/Article/Profesionalisme-Guru.html

You might also like