You are on page 1of 15

KALSIT

3.2. PENGERTIAN KARST Karst adalah bentuk bentang alam pada batuan karbonat yang bentuknya sangat khas berupa bentuk bukit, lembah dolina dan goa Sedangkan pengertian kawasan karst adalah kawasan batuan karbonat (batu gamping dan dolomite) yang memperlihatkan morfologi karst Pada umumnya batuan karbonat (mengandung CaCo) mudah mengalami proses pelarutan karena adanya reaksi kimia dengan air hujan yang bersifat asam. Proses pelarutan yang terus menerus membentuk bentang alam eksokarst yang terbentuk di permukaan dan memiliki fenomena yang khas yaitu : karen atau lapies ( lubang lubang pada batuan hasil pelarutan), bukit kerucut (conical hill ),

lembah diantara bukit bukit kerucut (dolina), telaga karst, sungai periodik yang berujung pada mulut goa (swalow hole) dan lembah - lembah tidak teratur yang buntu (blind valley) selanjutnya proses pelarutan berkembang ke bawah permukaan menghasikan bentuk batuan di bawah permukaan (endokarst) proses tersebut menghasikan jaringan lorong lorong yang komplek dengan jenis dan ukuran bervariasi dan membentuk sistem sungai bawah tanah.

3.3.

ISU ISU PEMANFAATAN KAWASAN KARST Keterbatasan pemahaman akan (kawasan) karst dan kepentingan jangka pendek menjadi

penyebab munculnya berbagai aktivitas masyarakat yang cenderung menyebabkan penurunan fungsi dan kelestarian kawasan karst. Beberapa penyebab kerusakan yang terjadi di kawasan karst dapat teridentifikasi antara lain:

Pembakaran batu gamping yang sangat meningkat seiring dengan peningkatan masyarakat akan batu kapur

Pengambilan fosfat,guano,mineral kalsit,stalagit/ stalagmite dari goa-goa sebagai pupuk alternatif Penambangan batu gamping dalam skala besar untuk bahan baku pabrik semen, untuk memperbaiki keasaman lahan pertanian di daerah gambut

Kegiatan penambangan liar Pengambilan tidak terkendali untuk keperluan pembuatan limekarbonat

Dan lain sebagainya Dampak langsung dari aktivitas pemanfaatan kawasan karst yang tidak terkendali akan

menyebabkan menurunnya fungsi alami kawasan karst, Beberapa contoh dampak yang akan timbul antara lian: 1. Hilangnya atau rusaknya laboratorium alam untuk kemajuan ilmu pengetahuan tentang karst. 2. Hilangnya atau rusaknya potensi ekonomi akibat rusaknya habitat walet,sriti dan kelelawar. 3. Hilangnya sumber air atau rusaknya tata air akibat pemanfaatan kawasan karst yang dilakukan tanpa memperhitungkan aspek kelestarian lingkungan. 4. Yang lebih parah mengerikan lagi adalah upaya pemanfaatan kawasan karst yang tidak bertanggungjwab menyebabkan semakin rusaknya lahan pertanian. 3.4. KAWASAN KARST GUNUNG KIDUL DAN KEARIFAN LOKAL Gunung Kidul adalah salah satu dari 5 kabupaten dan 1 kota yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Luas wilayah mencapai hampir seluruh luas Provinsi DIY, yaitu kurang-lebih 1.485,36 kilometer persegi. Kabupaten Gunung Kidul memiliki keunikan topografi, terbagi menjadi 3 (tiga) zona yang memiliki karakter topografi, morphologi, dan hidrologi yang berbeda, yaitu : 1. Bagian utara, disebut sebagai : Zona Batur Agung. Zona ini berada pada ketinggian 200-700 dpl, dengan topografi pegunungan, pada sisi utara dan barat memiliki lereng yang terjal. Jenis tanah vulkanis laterit, dengan bantuan induknya berupa dasit dan andesit. Di zona ini masih dijumpai adanya sungai di atas permukaan tanah (antara lain Sungai Oya, yang mengalirkan air sepanjang tahun) kedalaman air tanah berkisar antara 6 12 meter. Hampir semua jenis tanaman tahunan, juga berbagai jenis tanaman pangan (seperti padi dan palawija) dapat tumbuh di zona ini. Beberapa kawasan di zona ini termasuk kategori rawan bencana alam longsor dan beberapa tempat potensial terkena banjir dari luapan Sungai Oya. Secara administrasi, zona ini meliputi : Kecamatan Patuk, Nglipar, Gedangsari, Ngawen, Smein, dan Ponjong bagian utara. 2. Bagian tengah, disebut sebagai : Zona Ledok Wonosari. Zona ini berada pada ketinggian 150 200 meter dpl, topografi datar sampai sedikit bergelombang, memiliki lapisan tanah yang relatif tebal dengan tingkat kesuburan yang lebih baik daripada zona lainnya. Banyak dijumpai sungai di atas permukaan tanah, dan bersifat intermitten. Air tanah dapat

diketemukan pada kedalaman 5 25 meter. Tanaman pangan tadah hujan (padi dan palawija), serta tanaman tahunan (termasuk buah-buahan, khususnya mangga) dapat tumbuh dengan baik di zona ini. Bahkan di beberapa lokasi dapat dilakukan budidaya tanaman sayuran pada musim kemarau, mengandalkan suplai air dari sumur bor, atau mata air di beberap sungai (tanaman satrenan). Secara administrasi zona ini meliputi : Kecamatan Playen, Wonosari, Karang Mojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.

Gambar DAM Kawasan Karst Gunung Kidul

3. Bagian selatan, disebut sebagai : Zona Gunung Sewu. Zona ini berada pada ketinggian 100 300 meter dpl, topografi berbukit-bukit (terdapat 60.000 bukit berjajar, nyaris memenuhi zona ini, tanpa menyisakan kawasan pedataran). Dengan pelembahan yang relatif sempit). Jenis tanah dominan tanah kapur, dengan ketebalan yang relatif tipis, dan miskin unsur hara, sehingga produktivitas relatif rendah. Kondisi ini menyebabkan penduduknya sulit mengembangkan kegiatan usaha di sektor pertanian. Sangat sulit dijumpai sungai di atas permukaan tanah. Beberapa alur sungai yang muncul ke permukaan, kemudian masuk lagi ke dalam permukaan tanah melalui gua (atau luweng, istilah lokal), dan muncul kembali di kawasan pantai selatan. Air tanah dapat diketemukan pada kedalaman 60 120 meter atau lebih. Pada zona ini sering mengalami bencana kekeringan. Diperkirakan terdapat 260.000 jiwa yang mendiami zona ini selalu mengalami kekurangan air setiap tahun. Jenis tanaman yang dapat tumbuh, terutama tanaman tahunan seperti : jati, sonokeling, randu, akasia, mahoni, kelapa di beberapa lokasi di pesisir. Tanaman pangan hanya dapat diusahakan di musim penghujan dengan hasil yang kurang baik. Tanaman buah yang cukup cocok dibudidayakan adalah : mangga dan srikaya (srikaya tidak dibudidayakan secara khusus). Secara administrasi zona ini mencakup : Kecamatan Panggang, Paliyan, Tepus, Saptosari, Rongkop, Semanu bagian selatan, dan Ponjong bagian selatan. Penduduk setempat berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan lahan karst yang ada untuk dibudidayakan, baik dengan tanaman musiman : padi, ketela dan palawija lainnya, maupun dengan tanaman tahunan, seperti : mangga, mahoni, jati, kapuk randu, petai, nangka dan lain sebagainya. Kegiatan usaha lainnya adalah usaha penambangan batu gamping, baik pada skala kecil (rumah tangga), Pada sisi lainnya, upaya pelestarian lingkungan hampir dapat dikatakan tidak bersentuhan dengan teknologi, tetapi mengandalkan kearifan lokal yang sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu, dan ternyata cukup efektif dalam mengerem lajunya penurunan kualitas lingkungan. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya, dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek-moyang, atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Perilaku yang bersifat umum dan berlaku di masyarakat secara meluas, turuntemurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang teguh, yang disebut sebagai kebudayaan (budaya). Beberapa kegiatan penduduk yang ditujukan untuk pelestarian lingkungan, yang berbasis kearifan lokal diantaranya adalah :

Bentang alam yang berupa perbukitan dan jenis tanahnya yang mudah tererosi, membuka kesadaran masyarakat (baca : petani karst) untuk mengakali agar lapisan tanah tidak habis tergerus air hujan, tererosi bersama aliran permukaan air hujan dengan membuat terasering yang jatuh.. Lahan tipis yang tertahan, meskipun bercampur batuan berserak, dipergunakan untuk budidaya tanaman pangan (padi, jagung, ketela, palawija, dll), sementara garis konturnya (jawa: galengan) ditanami tanaman tahunan seperti jati, srikaya,sirsak, diseling dengan rumput kalanjana untuk pakan ternak. Bentuk kearifan lokal ini ternyata dapat mengendalikan laju erosi mempertahankan lapisan tanah yang ada.

Proses terbentukan karst juga memunculkan bentang alam berupa cekungan-cekungan. Pada musim penghujan cekungan ini akan berfungsi menjadi telaga. Telaga inilah yang menjadi andalan simpanan air bagi penduduk setempat. Hampir semua kebutuhan air dipenuhi dari telaga tersebut, apalagi pada musim kemarau. Tindakan yang arif, adalah dengan melakukan pembuatan benteng keliling bibir telaga sesuai dengan kedalaman telaga, menggunakan batu gamping yang banyak tersedia. Dinding telaga dari batu kapur ini berfungsi untuk mengurangi laju sedimentasi untuk mempertahankan umur telaga, dan menjaga volume telaga agar relatif konstan, sekaligus berperan menjadi saringan muatan padat aliran air yang masuk telaga.

Pada lahan karst yang tipis dan miskin unsur hara, sangat jarang dijumpai tumbuhan yang besar rimbun dan umurnya mencapai puluhan tahun. tumbuhan seperti ini sebetulnya memiliki kemampuan menyimpan (menahan) air yang meresap ke dalam tanah (memperbaiki fungsi hidrologi).

Pemilihan lokasi permukiman penduduk asli (yang sudah turun temurun hidup di kawasan karst) yaitu di atas lahan berbatu dengan lapisan tanah yang tipis adalah bentuk pertimbangan kearifan lokal dengan pertimbangan ekonomi sederhana. Resiko kesulitan air di musim kemarau, kadangkadang menjadi konsekuensi yang sangat mereka sadari, sekaligus menjadi dinamika kehidupan mereka sehari-hari.

Di Gunung Kidul, terutama di daerah pantai yang bertipe curam dan hampir tegak lurus, banyak dijumpai adanya goa-goa alami sebagai hasil proses karstifikasi. Goa-goa tersebut menjadi habitat yang baik bagi berkembang-biaknya burung walet. Di sanalah burung walet biasanya membuat sarang untuk bertelur. Burung walet sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya. Cara dan waktu pengambilan (memanen) sarang walet yang sembarangan akan menyebabkan walet enggan untuk tinggal dan bertelur lagi. Kearifan lokal yang dihidupkan oleh masyarakat di Desa Jepitu, adalah mengatur masa panen secara ketat dan setiap kali panen akan dilaksanakan sebuah

upacara ritual tertentu. Cara ini ternyata cukup baik dalam menjaga sarang walet yang ada agar tetap lestari.

Gambar Stalagnit & Stalagtit Kawasan Karst Gunung Kidul

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah seyogyanya dilakukan penerapan kriteria kawasan karst kelas I-II-III sehingga diperoleh kejelasan dalam penetapan kawasan karst yang dapat ditetapkan sebagai kawasan lindung, dan kegiatan apa saja yang diperbolehkan serta kegiatan apa saja yang dilarang.

Kearifan lokal diperlukan dalam membantu upaya pengendalian pemanfaatan kawasan karst, melalui kebiasaan baik yang telah turun-temurun dari generasi ke generasi untuk memelihara kehidupan penduduk yang harmonis dengan lingkungannya, dengan prinsip : memanfaatkan tanpa merusak, membangun tanpa mengahancurkan.

3.5.

POTENSI PERTAMBANGAN DAN BAHAN GALIAN

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah kabupaten di provinsi D.I.Yogyakarta dengan luas 1.485,36 km2 yang terdiri atas 18 Kecamatan. Potensi pertambangan bahan galian terdapat hampir seluruh kecamatan tersebut, yang dikelompokkan menjadi 12 kelompok bahan galian tambang, baik di zona utara (Perbukitan Baturagung), zona tengah (Ledok Wonosari), dan zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu). Secara bertahap kegiatan usaha pertambangan bahan galian diarahkan ke zona utara dan tengah, dengan tetap memperhatikan kaidah atau arahan dalam rencana tata ruamg yang berlaku. Bahan galian potensial yang terdapat di zona utara dan tengah meliputi : batupasir tufan, breksi batuapung, zeolit, batugamping kalkarenit, serta kaolin dan feldspar. Jenis bahan galian tersebut mempunyai potensi dan prospek yang baik, terutama untuk mendukung kegiatan industri, kerajinan, dan bahan bangunan. Zona selatan (Perbukitan Karst Gunung Sewu) merupakan salah satu diusulkan menjadi kawasan konservasi. Pada kawasan karst ini menyimpan berbagai potensi, antara lain : air sungai bawah tanah, gua, telaga, keanekaragaman hayati, dan mineral (bahan tambang). Salah satu upaya pengendalian kerusakan fungsi lingkungan pada ekosistem karst Kabupaten Gunungkidul adalah penataan dan penertiban kegiatan usaha pertambangan. Kegiatan usaha pertambangan bahan galian di Kabupaten Gunungkidul saat ini oleh rakyat dan beberapa pengusaha. Dalam rangka mewujudkan kegiatan usaha pertambangan yang berwawasan lingkungan, telah diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 11 tahun 2003 tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian (dalam LAMPIRAN).
Keberadaan bahan tambang berdasarkan jenis bahan tambang di Kabupaten Gunungkidul terdiri atas : andesit porfir, batupasir urug, batugamping keras (bedhes) putih, batu pasir, batu pasir-tufan,

batu pasir kuarsa gampingan, nonklastik keras (bedhes), batugamping nonklastik lunak (keprus), kalkarenit, kalkarenit halus, kalkarenit kasar, kalsilutit, kaolin, lempung, lempung hasil lapukan bedhes, lempung hasil lapukan kalkarenit, lempung hasil lapukan batu gamping, lempung hasil lapukan tras, tras dan zeolit. Secara lebih jelas dan terinci jenis bahan galian, lokasi dan cadangan dan bahan galian tersebut diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Pemetaan Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Rongkop Kab. Gunung Kidul, DIY, tahun 1992

Kecamatan Semin Bahan Galian


Kaolin

Lokasi
Kampung Jetak, Desa Karangsari

Keterangan
Luasan 26.885 Ha dengan ketebalan rata-rata 6,5 m. Cadangan 1.747.525 m3 dengan faktor kesalahan sebesar 40%. Manfaat sebagai salah satu bahan dalam industry bata tahan api, tinta, kosmetik, pupuk, tekstil dan pasta gigi.

Kecamatan Ponjong
Batugamping Desa Kenteng Luas sebaran 400 Ha dengan total cadangan 17.618.571 m3. Sebagai tepung kalsium karbonat Luas sebaran 35 Ha dengan total cadangan 6.916.667 m3. Bahan baku industry semen, bahan dasar tapal gigi, sebagai kapur tohor Total cadangan 8000 m3 dengan luasan 0,08 Ha. Untuk pembuatan batu akik. Luas sebaran 4 Ha. Total cadangan 129.166 m3. Bahan industry gelas, fibre glass.

Tras

Dusun Sawur, Desa Sawahan

Kalsedon

Dusun Plarung, Desa Sawahan

Pasir Kuarsa

Dusun Tengger, Desa Sawahan

Kecamatan Rongkop
Batugamping Desa Pucung Luas sebaran 200 Ha dengan total cadangan 17.117.770 m3. Bahan baku industri semen, bahan dasar tapal gigi, sebagai kapur tohor. Kalsit Desa Pucung Luas sebaran 200 Ha dengan total cadangan 903.725 m3. Bahan pemutih dalam industry kertas, bahan dasar dalam industry pasta gigi, tinta pemutih.

Tabel 3.3. Pemetaan Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kab. Dati II, Gunung Kidul, DIY tahun 1994/1995

Kecamatan Patuk Bahan Galian


Breksi andesit

Lokasi
Desa putat, terbah, oro-oro, ngleri, nglanggran dan karanganyar, Dusun sepat, gembyong, Desa oro-oro

Keterangan
Penyebaran bahan galian seluas 29.022.500 m2 dengan cadangan teridentifikasi 131.531.250 m3 (298.444.400 ton) Merupakan sisipan pada breksi batuapung dengan ketebalan 5-35 cm. Dengan penyebaran seluas 876.327 m2 dan cadangan teridentifikasi 219.081 m3 (372.437 ton) Penyebaran seluas 38.172.750 m2 dengan cadangan teridentifikasi 35.489.866 m3 (52.418.532 ton)

Bentonit (batulempung)

Batupasir tufan

Desa beji, putat, ngleri, sampan dan serut. Dengan lokasi penambangan di dusun krebet, kayoman, desa serut, dusun watutumpang, pandak desa sampang Dusun sepat, gembyong desa oro-oro, dusun semilir, jaten, alas ombo, kaligesing desa

Breksi batu apung

Berselingan dengan batupasir tufaan kerikilan, batulempung (bentonit), batulanau tufaan dan tuff. Penyebaran seluas 17.530540 m2 dengan

terbah,

cadangan teridentifikasi: - Dusun sepat, gembyong desa oro-oro, dusun serut, belang, jaten desa terbah 44.000.000 m3 (61.424.000 ton) - Dusun pudak, alasombo desa terbah 30.625.000 m3 (42.752.500 ton) - Dusun kaligesing, jambon desa terbah 48.322.916 m3 (67.458.790 ton)

Tabel 3.4. Pemetaan Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kab. Dati II, Gunung Kidul, DIY tahun 1994/1995

Kecamatan Playen Bahan Galian


Lempung (tanah liat)

Lokasi
Desa gading, getas, logandeng, plembutan,

Keterangan
Hasil pelapukan batugamping klastik yang kadang terdapat campuran pasir dan kerikl.

bandung, ngawu

playen

dan

Mempunyai ketebalan 1,25 4,7 m. Luas penyebaran 24.550.400 m2, sedangkan cadangan teridentifikasi yang layak ditambang : - Dusun beji, desa gading 185.714 m3 (315.714 ton) - Dusun wero, desa gading, 150.000 m3 (255.000 ton) untuk genteng - Dusun sayangan, desa bandung 300.000 m3 (510.000 ton) Untuk lempung di dusun ngrunggo selain untuk genteng juga utk gerabah.

Batupasir

Dusun beji desa gading, dusun banaran desa banaran, dusun wanalagi desa ngleri, menempati sepanjang sungai oyo dan setempat-setempat di sungai ngalang dan prambutan Gua sengok, dusun sengok desa getas

Penyebaran seluas 32.328 m2 dengan cadangan teridentifikasi: - Dusun ngangkruk, gading 3.636 m3 (9.635 ton) - Dusun beji, gading 2.345 m3 (6.214 ton) - Dusun banaran, banaran 4.208 m3 (11.151 ton) - Dusun wonolagi, ngleri 5.975 m3 (15.834 ton) Luas penyebaran 625 m2 dengan cadangan teridentifikasi 66 m3 (165 ton) Coklat kekuningan, lempung pasiran, karbonatan berlapis, terdapat di dasar gua.

Fosfat

Kecamatan Paliyan
Bedhes merah Sebelah utara dusun nambran desa karangasem Penyebaran seluas 1.302 m2 dengan cadangan teridentifikasi 6.510 m3 (15.930 ton)

Kecamatan Panggang
Silika gampingan (watu lidang) Dusun wuni desa giricahyo Berupa lensa pada bedhes dengan panjang sekitar 75 m tebal 4 m. Luas areal 300 m2 dengan cadangan teridentifikasi 1.200 m3 (2.563 ton)

Tabel 3.5. Pemetaan Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kab. Dati II, Gunung Kidul, DIY tahun 1994/1995

Gabungan Kec. Patuk, Playen, Paliyan dan Panggang Bahan Galian


Kalsilutit

Lokasi
Kec. Paliyan bag. Utara dan Kec. Playen bag. selatan

Keterangan
Penyebaran seluas 27.250.300 m2 dengan cadangan teridentifikasi 10.800.000 m3 (17.506.800 ton) Penyebaran seluas 30.060.800 m2 dengan cadangan teridentifikasi 24.479.847 m3 (43.329.329 ton) Penyebaran seluas 23.061.250 m2 dengan cadangan teridentifikasi 37.846.666 m3 ( 64.679.952 ton) Penyebaran seluas 4.985.360 m2 dengan cadangan teridentifikasi 35.607.886 m3 ( 61.458.926 ton) Penyebaran seluas 269.486.250 m2 dengan cadangan teridentifikasi 1.309.975.701 m3 (3.205.510.540,35 ton) Hasil pelapukan batugamping nonklastik. Mempunyai ketebalan 1,25 4,7 m. Di dusun nambran desa karangasem, dusun selang desa monggol,

Kalkarenit kasar

Kec. Paliyan bag.utara, Kec. Panggang bag. Utara dan kec. Playen bag. Barat laut Kec. Patuk bag. Selatan dan Kec. Playen bag. Barat dan utara

Kalkarenit halus

Keprus

Kec. Paliyan dan Panggang

Bedhes

Kec. Paliyan dan Kec. Panggang

Lempung (tanah liat)

Hampir seluruh desa di kec.Paliyan dan Panggang

kec.Paliyan. Dusun Jeruken desa girisekar, kec. Panggang telah ditambang untuk genting dengan penyebaran endapan 53.897.250 m2 Kalsit (watu lintang) Dusun Karang, Ngalang-ngalang sari, desa planjan. Dusun Ngepoh, jambu, bengkak, sintok, gedangkluthok, mendok, gegang, klumpit, desa kanigonglora. Dusun karang desa kepek kec. Paliyan. Dusun sawah desa girisekar, dusun kesari & widara desa giripurwo, dusun gabuk & wuni desa giricahya, dusun dringo desa girijati, dusun pomahan desa giriharjo, dusun pejaten desa girimulyo, dusun dempul desa girisuko, Kec. Panggang Mengisi rekahan pada batugamping. Ditambang oleh penduduk setempat dan langsung dijual. Luas penyebaran kalsit di dusun banyumeneng desa giriharjo, kec.panggang dan dusun blimbing desa kanigoro, kec. Paliyan: 2229 m2 dgn cadangan teridentifikasi yang dapat ditambang 2.675 m3 (7.276 ton)

Tabel 3.6. Pemetaan Semi Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kab. Dati II, Gunung Kidul, DIY tahun 1994/1995

Bahan Galian
Kaolin

Lokasi
Dusun Jetak, desa Karangsari, Kec. Semin

Keterangan
Tersebar sempit dan merupakan perselingan antara batupasir tufaan, tufa, batupasir, tufa lapilli dan breksi piroklastik dengan sisipan batulempung,

ketebalan tidak merata 2-8 m.

Penyebaran relative sempit, tidak berlapis dan ketebalan tidak merata serta terletak diatas batuan induknya

Dusun Jelok, desa pundungsari, Kec. Semin Fosfat Gua lowo, Kec. Ponjong Coklat kekuningan, lempung pasiran, karbonatan, berlapis, terdapat di dasar goa. Kedap air, lentur, tidak mudah retak, coklat kekuningan, lapuk, agak lunak, mudah hancur, tebal 2-10 m Jernih, berukuran pasir.

Tras

- Dusun seropan, gelaran, desa bejiharjo, Kec. Karangmojo - Desa panggang, wediutah, Kec. Panggang, Semanu Desa wediutah, Semanu, Ponjong (watu gombang, Kec.

Pasir kuarsa

Kalsit lintang)

Kec. Paliyan, Panggang, Karangmojo, Playen, Rongkop

Tepus,

Mengisi rekahan pada batugamping. Ditambang oleh penduduk setempat dan langsung dijual Yang telah diusahaan yaitu batugamping terumbu lunak (keprus), keras (bedhes) dan batugamping berlapis (kalkarenit)

Batugamping

- Dusun alas ombo, desa bedoyo, Kec. Ponjong, Rongkop. - Desa kemadang, Kec. Tepus, Paliyan, PAnggang, Playen

Tabel 3.7. Pemetaan Semi Mikro Bahan Galian Golongan C, di Kab. Dati II, Gunung Kidul, DIY tahun 1995/1996

Bahan Galian
Tanah liat/batulempung Kec. Paliyan

Lokasi

Keterangan
Tebalnya mencapai 1,5 m. Penyebarannya mencapai 10.331.865,64 m2. Penyebarannya mencapai 12.029.855,42 m2. Bahan

Desa Kepek, Nglora, Jetis, Dusun Corot, Dusun paliyan Kidul, Desa karangduwet, Dusun surulanang,

Paliyan lor, paliyan tengah, Paliyan kidul, Tahunan dan Corot, desa karangduwet

galian industry ini tidak layak untuk ditambang, tetapi sebagian kecil dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk pembuatan batubara. Batupasir ini tidak layak ditambang karena merupakan daerah pemukiman dan persawahan dengan penyebaran 2.150 m2 dan ketebalan mencapai 2,5 m, dimanfaatkan penduduk untuk tanah urug dan lahan pertanian.

Batupasir

Kec. Paliyan Dusun corot, desa karangduwet, Dusun karangnongko, dusun wuni, desa nglora

http://xa.yimg.com/kq/groups/26829783/624586105/name/BAB+3_ANTARA.doc

You might also like