You are on page 1of 14

0$1)$$7$0$/,$+,%$'$+25$1*+,'83

.(3$'$25$1*<$1*7(/$+0(1,1**$/

'RON(GNGYG
.3GS[T3[NGSSGJ3[XGO

0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

27
Biografi Penerjemah
Penerjemah yang bernama lengkap
Ma'mun Muhammad Mura'i ini
adalah alumnus Fakultas Syariah wal
Qanun Universitas al-Azhar Kairo
dan Dirosat al-Ulya (Magister) Usul
Fiqh Universitas al-Azhar Kairo. Dalam karir
akademiknya, beliau pernah menjabat sebagai Dekan
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Selain itu, beliau pernah menjadi Ketua Bahtsul
Masa'il Diniyah wa Ijtima'iyyah NU Wilayah
Yogyakarta.
Sekarang, di masa pensiunnya ini, beliau masih
aktif sebagai Musytasyar PCNU Kab. Sleman
Yogyakarta; Ketua Umum MUI Kab. Sleman
Yogyakarta; Ketua MUI Propinsi DI Yogyakarta.

26
sekelompok orang menolak pada pendiriannya yang
sempit sekalipun kami sudah menyampaikan
landasan-landasan dan nash-nash yang kami
sampaikan, silahkan saja mereka pada pendapatnya
dan kami pada pendapat dan landasan kami, Allah
Maha Luas Rohmatnya, hukumya tidak ada yang
membatalkan, dan Dia Maha Kasih Sayang.
Sumber: Hasanin Muhammad Makhluf, 1951. Fatawa
Syar'iyyah wa Buhuts Islamiyyah, (Mesir: Dar
al-Kitab al-Arabiyy), hlm. 145-154.
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

1
Buku Asli:

Penulis:
Hasanin Muhammad Makhluf
Penerbit:
Dar al-Kitab al-Arabi, Mesir, 1951.
Judul Buku:
Manfaat Amaliah Ibadah Orang Hidup
Kepada Orang yang Telah Meninggal
Alih Bahasa:
H. Ma'mun Muhammad Mura'i
Editor
Ubaidillah
Cetakan Pertama
Maret 2012

2
HIBAH PAHALA BACAAN AL QURAN
Pertanyaan :
1. Apa hukum memberikan bacaan al-Quran dan
menghibahkan pahalanya kepada mayit?
2. Apa hukum sedekah kepada orang fakir dan
menghibahkan pahalanya untuk mayit? Apakah
hanya pada hari lebaran atau pada hari-hari lain?
Jawaban:
Ibnu Taymiyah, salah satu Imam madzhab
Hambali, berkata, "Sesungguhnya mayit dapat
menerima manfaat bacaan Al-Quran, sebagaimana ia
mendapatkan manfaat dari ibadah maliyah (harta
benda) seperti sedekah dsb."
Ibnu Al-Qoyyim, di dalam kitab Ar-Rh
berkata, "Hadiah paling utama kepada mayit adalah
sedekah, istigfar, doa, dan hajji. Sedangkan bacaan al-
Quran dan menghadiyahkan pahalanya kepada mayit
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

25


Suatu amaliyah yang biasa diamalkan oleh
kebanyakan orang, tetapi hanya dari Allah lah harapan
kemurahan dan kebaikan, inilah yang layak menjadi
perhatian hamba Alloh.
Dalam hubungan ini, tulisan ini sebagai
jawaban kepada orang-orang yang menyempitkan
masalah yang sebenarnya luas dan yang mempersulit
masalah yang sebenarnya mudah. Sebenarnya
anugerah Allah adalah Maha Besar, Rohmat Allah
meliputi segala sesuatu, tiada kesulitan sedikit pun
bagi Allah menghadiahkan pahala amalan kebaikan
seseorang kepada orang lain, sebagaimana yang
dimaksud pengamalnya. Allah telah menunjukkan
nas-nas dalam berdoa, bersedekah, haji dan puasa,
sebagaimana yang diuraikan di atas. Apabila

24
diteruskan kepada yang lain seperti: puasa, haji dan
membaca al-Quran al-Karim, sebab ada dua pendapat
, yang pertama menurut Malik dan Syafii dalam asal
madzhab dan yang mashur dari Madzhab Syafii,
tidak sampai kepada mayit, sedangkan menurut para
Ulama al-Muhaqiqin dan al-Mutaahkhirin dari
ulama Madzhab tersebut, pahalanya sampai kepada
mayit.
Menurut pendapat Abu Hanifah dan Ahmad
Ibnu Hanbal, pahala membaca al-Quran bisa sampai
kepada mayit, selanjutnya Imam al-Qorrofi berkata,
masalah tersebut sekalipun diperselisihkan
seyogyanya orang tidak mengabaikan sebab
kemungkinan kebenaran adalah pahala itu bisa sampai
kepada orang-orang yang meninggal dunia.
Masalah tersebut memang samarsamar bagi
kita, perbedaannya bukan pada masalah doa menurut
hukum syari (sebab doa diperintahkan oleh Allah),
tetapi apakah doa seperti itu sampai atau tidak,
sebagaimana dalam amaliyah, tahlil seperti:
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

3
dengan sukarela tanpa upah, pahalanya juga sampai
kepada mayit sebagaimana sampainya pahala puasa
dan hajji." Pada tempat lain dari kitabnya ia berkata,
yang paling utama pada waktu mengerjakannya ia niat
bacaannya dialamatkan kepada mayit dan tidak
disyaratkan melafalkannya dengan lisan.
Madzhab Hanafi menyatakan bahwa semua
orang yang melakukan ibadah, baik sedekah bacaan
al-Quran atau kebaikan-kebaikan yang lain, ia boleh
menghibahkan pahalanya kepada mayit.

,
,

Dalam kitab Fathul Qodiir: diriwayatkan dari Ali bin Abi
Tolib, nabi Muhammad SAW dia bersabda barang siapa yang
melewati kuburan dan membaca , 11 kali
kemudian menghibahkan kepada orang orang yang
meninggal dunia, maka pahala itu akan diberikan kepada
seluruh bilangan orang orang yang meninggal dunia.

4


. .


Dari Anas, bahwasanya Nabi Muhammad SAW ditanya dan
berkatalah penanya: Wahai Rasulullah kami bersedekah untuk
orang-orang yang meninggal di antara kami dan hajji untuk
mereka, demikian pula berdoa untuk mereka apakah
pahalanya sampai kepada mereka, Rasulullah menjawab:
benar, semuanya akan sampai kepada mereka dan mereka
sungguh akan berbahagia sebagaimana salah satu di antara
kamu juga merasa senang apabila dikirimi hadiah dengan
beberapa makanan.

Dalam madzhab Syafi'i, sedekah itu pahalanya
bisa sampai kepada orang yang meninggal dunia
(mayit). Pendapat ini disepakati oleh ulama-ulama
Madzhab Syafi'i, sedangkan bacaan Al-Quran
menurut pendapat yang terpilih, sebagimana dalam
kitab Syarah Al-Minhaj, pahalanya juga dapat sampai
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

23
konteks doa, tetapi sepanjang bacaan Al-Quran dalam
kerangka berdoa, seperti, Ya Allah, mudah-mudahan
pahala bacaanku disampaikan kepada si Fulan, maka
tidak ada perbedaan di antara ulama. Oleh karena itu,
seyogyanya pembaca Al-Quran sebelum membacanya
memohon agar pahala bacaannya disampaikan kepada
mayit.
8. Dalam kitab al-Furuq pada bagian yang ke-172, Imam
al-Qorrofi menyatakan: ibadah itu ada tiga macam:
Pertama, ibadah yang pahalanya oleh Allah
diberikan khusus kepada orang yang melakukannya
tidak di sampaikan kepada yang lain seperti iman dan
tauhid. Kedua, ibadah yang diizinkan oleh Allah bisa
disampaikan kepada mayit, yaitu ibadah harta benda
seperti shodaqoh, memerdekakan budak dan
sebagainya. Yang kedua ini disepakati oleh para alim
ulama. Ketiga, yang diperselisihkan apakah
pahalanya hanya khusus untuk pelakunya atau bisa

22
pembaca al-Quran untuk kepentingan mayit, karena
doa setelah bacaan al-Quran lebih mudah dikabulkan.
Imam Nawawi menukil di dalam kitab al-
Adzkar dari sekelompok ulama Madzhab Sayafii
bahwa pahala bacaan al-Quran bisa sampai kepada
mayit sejalan dengan Madzhab Ibnu Hanbal dan
dengan kebanyakan para ulama.
Menurut sebagian ulama Madzhab Maliki,
pada dasarnya bacaan al-Quran kepada orang-orang
yang meninggal dimakruhkan, tetapi madzhab ulama
muataakhirin dari Madzhab Maliki mengatakan,
hukum membaca al-Quran untuk orang yang
meninggal itu jawaz (boleh). Madzhab inilah yang
berlaku dan diamalkan dengan keyakinan pahalanya
bisa sampai kepada mayit.
Ibnu Farhun mengutip pendapat, yang terakhir
inilah yang utama (ar-Rajih) sebagaimana disebutkan
oleh Ibnu Abi Zaid di dalam kitab ar-Risalah.
Imam Ibnu Rusyd berkata, Perbedaan ulama
pada suatu hal, yaitu jika bacaan Al-Quran keluar dari
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

5
kepada mayit dan perlu dipastikan bahwa itu adalah
doa.
Dalam madzhab Maliki, tidak ada perbedaan
pendapat dalam sampainya kepada mayit, tetapi ada
perbedaan di dalam bolehnya membaca al-Quran
untuk mayit, asal madzhab adalah makruh, tetapi
madzhab para ulama muta'akhirin boleh, dan yang
terakhir ini yang biasa diamalkan, pahalanya akan
sampai kepada mayit. Menurut Ibnu Farhun pendapat
ini yang paling rojih (kuat).
Dari sini, dapat diketahui jawaban pertanyaan,
semua itu tidak khusus pada waktu tertentu, tetapi
waktu lebaran (al-'d) itu sama dengan hari-hari yang
lain. Wallahu a'lam.

6
PAHALA BACAAN AL QURAN
KEPADA MAYIT
Pertanyaan:
Apakah pahala bacaan al-Quran sampai kepada
mayit dan amalan-amalan kebaikan yang lain juga
demikian?
Jawab:
1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
"Sesungguhnya mayit dapat memperoleh manfaat
dari semua ibadah badaniyah, seperti sholat, puasa
dan beberapa bacaan Alqur'an, sebagaimana ia
memperoleh manfaat dari berbagai ibadah harta
benda (maliyah) seperti sedekah dan sebagainya.
Dan, paham ini disepakati para Ulama
sebagaimana apabila seseorang berdoa dan
memohonkan ampun untuk mayit.
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

21
dikabulkannya doa tersebut, dalam pengertian ini
tidak hanya khusus untuk bacaan al-Quran tetapi bisa
berlaku untuk amaliah lainnya.
Di dalam kitab al-Majmu karya Imam al-
Nawawi, sebuah kitab di antara kitab induk dalam
kitab-kitab Madzhab Syafii ada keterangan: Al-
Qodhi Abu Attoyib ditanya tentang mengkhatamkan
al-Quran di kuburan. Ia menjawab: pembacanya dapat
pahala, dan posisi mayit seperti orang-orang yang
hadir, diharapkan rohmah dan barokah bagi mayit.
Oleh karena itu, maka membaca al-Quran di kuburan
disunatkan. Di samping itu, doa setelah bacaan al-
Quran lebih dekat dikabulkan dan memberikan
manfaat kepada mayit, pendapat ini telah disepakati
oleh para ulama. Hikmah disunatkannya membaca al-
Quran di kuburan ada dua: Pertama, harapan
memperoleh rahmat dan berkah untuk mayit sebab
berkah al-Quran. Kedua, harapan terkabulkannya doa

20
mudah-mudahan pahalanya sampai kepada mayit
maka pahala al-Quran itu sampai kepada mayit.
Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadist tentang
membaca surat yasin di samping orang yang akan
meninggal. Demikian juga akan sampai pula pahala
bacaan apabila al-Quran dibacakan tidak di samping
mayit, di kuburan atau jauh dari kuburan, kemudian
niat pahalanya untuk mayit dan pembacanya berdoa,
mudah-mudahan pahalanya sampai kepada mayit.
Disebutkan dalam kitab: Syarh Al-Minhaj, sebuah
kitab yang mutabar dari kitab-kitab Madzhab Syafii,
menurut pendapat yang masyhur, pahala bacaan al-
Quran tidak sampai kepada mayit, tetapi pendapat
yang terpilih pahala bacaan al-Quran itu sampai
kepada mayit, jika ia memohon kepada Allah. Perlu
ditegaskan di sini bahwa semua itu adalah doa.
Apabila doa boleh untuk kepentingan mayit di mana
orang yang berdoa tidak mempunyai sesuatu apapun
maka akan lebih utama apabila yang berdoa sudah
mempunyai sesuatu. Persoalannya tergantung kepada
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

7
2. Hadits Rasulullah Saw tentang mendoakan
mayyit
.
, ' .
'
Rasulullah telah mendoakan untuk setiap mayit yang
dishalati oleh beliau. Beliau bersabda sebagaimana
yang diriwayatkan Abu Dawud apabila kalian semua
mensholati mayit maka ikhlaskanlah berdoa untuk
mayit.
Di dalam syarah Al-Minhaj telah disepakati
oleh ulama bahwa doa itu sungguh sungguh
bermanfaat bagi mayit ataupun orang hidup, kerabat
dekat atau jauh dengan diwasiatkan atau tidak
diwasiatkan. Imam Nawawi menceritakan bahwa
sudah menjadi kesepakatan para ulama (ijma) doa itu
bisa sampai kepada mayit.

8

, ,
, . ,
3. Dari Aisyah RA, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata
kepada Rasulullah SAW, Ibuku telah meninggal dunia
secara mendadak dan aku meyakini apabila dia bisa
berbicara, dia akan bersedekah: Apakah dia mendapat
pahala, apabila aku bersedekah untuk dirinya? Rasululloh
menjawab : Iya. (Mutafaqun alaih [Bukhori-Muslim])

.
, . .
. ,
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya ada seseorang berkata: Hai
Rasululloh, ibuku benar-benar telah meninggal dunia , apakah
dia akan mendapat manfaat apabila aku bersedekah untuk
dirinya. Rasululloh menjawab, Iya. Orang laki-laki itu berkata
lagi aku mohon persaksianmu, aku mempunyai kebun dan
kebun itu aku sedekahkan untuk kepentingan ibuku.
(diriwayatkan Bukhori, Tirmidzi, Abu Dawud dan An-Nasai).
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

19
langsung tanpa melakukan suatu amalan suatu
apapun.
7. Imam Asy-Syaukani, di dalam kitab Nailul Author,
setelah ia menerangkan Madzhab Hanafi mengenai
sampainya pahala semua amal kebaikan untuk yang
lain, dan orang yang meninggal dunia dapat
mengambil manfaatnya, lalu beliau mengatakan,
"Memang ada pendapat yang masyhur dari Madzhab
Syafii dan sekelompok sahabatnya bahwa membaca
al-Quran pahalanya tidak sampai kepada mayit, tetapi
saya (Asy-Syaukani) mengatakan bahwa Syaikh Islam
Zakaria al-Anshori justeru menyatakan bahwa yang
masyhur dalam Madzhab Syafii mengenai bacaan al-
Quran seperti itu, kemungkinan apabila dibacakannya
tidak di samping mayit dan tidak diniati pahalanya
untuk mayit atau diniatkan untuk mayit tetapi tidak
berdoa. Dengan demikian, apabila al-Quran
dibacakan di samping mayit dan pembacanya niat

18
puasa atau sholat atau sedekah dan memohon agar
pahalanya diberikan kepada orang lain baik orang itu
meninggal dunia atau masih hidup, boleh saja. Dan,
pahalanya sampai kepada mereka. Pemahaman ini
diyakini oleh Ahli Sunnah wal Jamaah (berbeda
dengan Mutazilah yang berpendapat bahwa pahala
itu tidak sampai kepada mayit).
Keyakinan Ahli Sunnah tersebut sudah menjadi
kebiasaan amaliah kaum muslimin sejak zaman
Rasululloh saw sampai sekarang ini seperti amalan
ziaroh qubur, membaca al-Quran di kuburan, talqin
mayit, sedekah, puasa, sholat kemudian pahalanya
dimohonkan untuk orang-orang yang meniggal dunia.
Hal ini secara akal tidak ada halangan apapun karena
Allah memberikan pahala adalah sebagai anugrah-
Nya, bukan sebagai kewajiban. Allah boleh saja
memberikan anugerah atau pahala kepada orang-
orang yang dialamatkan dalam suatu amaliyah
menjadikan pahala untuk mereka, sebagaimana jika
Allah bisa saja memberikan pahala kepada seseorang
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

9
Imam Nawawi menceritakan bahwa sudah
menjadi kesepakatan ulama bahwa sedekah kepada
mayit itu, pahalanya sampai kepadanya, baik dari
anaknya sendiri maupun dari yang lain.
. .

. .
.
. , . ,
. .


4. Dari Ibnu Abbas, dia berkata, seorang perempuan dari
kabilah Khost'am pada tahun haji Wadda datang kepada
Rasullulah SAW dan berkata: Wahai Rasulullah, ketika haji
diwajibkan, ayahku sudah sangat tua, tidak mampu duduk
tegak di atas kendaraan, apakah hajinya bisa aku yang
melaksanakannya. Rasulullah berkata, iya. (Diriwayatkan
oleh Jamaah). dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW
bersabda: apa pendapatmu andai kata ayahmu punya

10
hutang dan kamu yang membayarnya,apakah itu bisa?
Perempuan itu menjawab iya, kemudian Rasulullah
bersabda, hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk
dibayarkan.
Itu semua menunjukkan bahwa anak boleh
melakukan hajji menggantikan orang tuanya yang
berhalangan apabila tidak mampu melaksanakan
hajji wajib. Hajji menggantikan orang lain itu
terdapat dalam riwayat madzhab Hanafi dan
pendapat yang dipilih oleh Imam as-Sarakhsi serta
sekelompok peneliti di kalangan ulama dari
madzhab Hanafi.


.
.
. , ,
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

17
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW, dia berkata, aku punya kedua
orangtua dan aku berbuat baik kepada keduanya ketika
keduanya masih hidup, tetapi bagaimana, wahai
Rasulullah, aku bisa berbuat baik kepada orangtuaku
setelah keduanya meninggal dunia? Berkatalah Nabi
Muhammad saw: Sesungguhnya diantara kebaikan
setelah meninggal dunia, kamu shalat untuk keduanya
bersama dengan shalatmu dan puasa untuk keduanya
bersama dengan puasamu. (HR Ad-Daruquthni)
Kaidah tersebut mencakup pula membaca al-
Quran, si pembaca boleh menjadikan pahalanya untuk
mayit. Di dalam kitab Al-Badai karya Imam al-
Kasani diterangkan bahwa sabda Nabi Muhammad
Saw. Yang mengatakan "Seseorang tidak boleh
menggantikan puasanya orang lain dan tidak
boleh menggantikan sholatnya orang lain", hal
ini berhubungan dengan lepas dari kewajiban, artinya
kewajibannya tidak menjadi gugur (dengan puasa atau
shalat yang dimohonkan pahalanya sampai kepada
yang digantikan). Jadi, bukan dalam hal bisa
menerima pahala dari orang lain. Barang siapa yang

16
.
.


Ibnu Abbas ra berkata: seseorang tidak boleh puasa
menggantikan puasa dan shalat orang lain. Tetapi,
wali dan orang lain memohon atau berdoa kepada
Allah, semoga pahala amal kebaikan dan ibadahnya
dapat disampaikan kepada orang yang dikehendaki,
seperti shalat, puasa, sedekah, haji dll, sebagai
kiriman pahala darinya, seperti kiriman pahala
sedekah.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh
ad-Daruquthni:

. . .
,
. .
, . ,
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

11

Dari Ibnu Abbas ada seorang perempuan dari Kabilah
Juhainah datang kepada nabi Muhammad SAW dan berkata :
ibuku bernadzar melakukan ibadah haji,belum sampai dia
melakukan ibadah haji dia meninggal dunia,apakah aku bisa
melakukan ibadah haji untuk dirinya. Rasulullah berkata bisa,
apa pendapatmu andaikata ibumu punya hutang dan kamu
membayarnya,bayarlah hutang kepada Allah karena hutang
kepada Allah lebih berhak dibayarkan. (riwayat Bukhori dan
Nasai dengan makna yang sama)

,
,
. .
Dari Ibnu Abbas ia berkata ada seorang laki laki datang
kepada nabi lalu berkata bapakku telah meninggal dia
berkewajiban melaksanakan hajji, apakah aku bisa
melaksanakan hajji untuknya, Nabi berkata: Bagaimana
pendapatmu andaikata ayahmu meninggalkan hutang apakah
kamu boleh membayarkannya, orang laki laki itu menjawab,
iya. Nabi Muhammad berkata, laksanakan hajji untuk ayahmu.

12
Hadits ini menunjukkan bahwa anak boleh
melaksanakan hajji untuk orang tuanya walaupun
orang tuanya tidak memberikan wasiat atau tidak
pernah bernadzar.

.
, ,
. . .
.
5. Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwasanya seorang laki-laki
datang kepada Nabi Muhammad SAW wahai Rasulullah, ibuku
telah meninggal dunia dan mempunyai kewajiban puasa satu
bulan, apakah saya bisa berpuasa untuk mengqodho dirinya?
Rasulullah berkata, andaikata ibumu punya hutang, bolehkah
kamu membayarkan hutangnya? Perempuan itu menjawab,
boleh. Rasulullah bersabda, maka hutang kepada Allah lebih
berhak untuk dilunasi. (HR Muslim)
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

15
memberikan makan satu orang miskin, untuk satu hari
tidak puasa.
6. Dalam Madzhab Hanafi, ada rincian penjelasan
dalam masalah puasa, "Wali wajib hukumnya
memberikan makan untuk mayit apabila ia berwasiat
ketika ia masih hidup, diambil dari 1/3 harta
bendanya, dan apabila ia tidak berwasiat hukumnya
boleh, dan apabila wali secara suka rela yang
membayarkannya hukumnya boleh dan pahalanya
untuk mayit semua itu bergantung kepada kehenendak
Allah".
Sholat itu seperti puasa dalam pandangan
istihsan para ulama. Akan tetapi, wali tidak boleh
mengqodho-kan puasa atau sholat yang menjadi
kewajiban mayit ketika ia masih hidup, sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibnu Abbas:

14
berpuasa, maka walinya atau kerabat dekatnya wajib
berpuasa untuk orang tersebut.
Menurut madzhab Ibnu Hazm, wali wajib
melakukan puasa untuk orang yang meninggal dunia,
yang mempunyai kewajiban puasa. Pendapat ini
sejalan dengan mayoritas ulama (jumhur) di antaranya
Asy-Syafii di dalam qaul qodim-nya, dan juga Imam
Nawawi. Akan tetapi, menurut Imam Nawawi,
pendapat yang terpilih dari Imam Syafii, walinya
hanya disunnatkan untuk berpuasa.
Madzahab Maliki dan Syafii dalam qaul
jadidnya, serta Abu Hanifah menyatakan bahwa wali
tidak perlu puasa dari puasa nadzarnya mayit dan dari
selain nazar, tetapi wali memberikan makan untuk
setiap satu hari, satu orang miskin karena berdasar
hadist dari riwayat Ibnu Abbas.
Menurut Madzhab Ahmad Ibnu Hambal, di
dalam puasa nazar yang menjadi kewajiban mayyit,
wali harus puasa untuk mayyit. Akan tetapi, dalam
puasa yang bukan puasa nazar, wali hanya
0DQIDDW$PDOLDK,EDGDK2UDQJ+LGXS
NHSDGD2UDQJ\DQJ7HODK0HQLQJJDO

13

.
. , .
,
Dari Ibnu Abbas r.a., seorang perempuan datang kepada
Rasulullah SAW dan berkata, wahai Rasulallah, ibuku telah
meninggal dunia, dia mempunyai kewajiban puasa nadzar
apakah aku bisa puasa untuk dirinya. Rasulullah menjawab,
apa pendapatmu anadaikata ibumu punya hutang lalu kamu
membayarnya, apakah itu bisa dilakukan? Perempuan itu
menjawab bisa. Rasulallah menjawab, berpuasalah untuk
ibumu. (diriwayatkan oleh Asy-Syaikhn [Bukhori-Muslim])

,, . , ,
Dari Aisyah, sesungguhnya Rasululloh bersabda, "Barang
siapa meninggal mempunyai kewajiban puasa, hendaknya
walinya puasa untuknya (Muttafaqun alaih).
Hadist ini sebagai pedoman umum bagi orang
yang meninggal dunia yang mempunyai kewajiban

You might also like