You are on page 1of 16

MAKALAH EKOLOGI

SEJARAH DAN PENDEKATAN EKOLOGI

OLEH: EKA DENING RAHAYU 10 310 787 KELAS C

UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI 2012

Kata Pengatar Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dalam mata kuliah Ekologi. Dimana makalah ini membahas bagaimana tentang sejarah ekologi, ekologi hewan, ekologi tumbuhan, dan populasi. Akan tetapi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun,demi kemajuan dunia pendidikan di masa mendatang. Penulis ucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Daftar Isi Kata Penantar BAB I pendahuluan BAB II pembahasan BAB III Penutup

BAB I Pendahuluan Menurut beberapa catatan, ekologi sebagai sebuah ilmu sesungguhnya lahir sebagai akibat dari perkembangan ilmu Natural History (ilmu sejarah alam) pada kurun abad 16-17. Pada waktu itu, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, salah satu fokus ilmu Natural History yang mengulas tentang keterkaitan organisme dengan lingkungannya pun berkembang. Selanjutnya, karena ulasan tentang keterkaitan organisme dengan lingkungannya ini dari waktu ke waktu kian sistematik, kian analitik dan objektif maka lahirlah disiplin ilmu baru yang bernama ekologi. Dalam proses perkembangan ilmu Natural History tersebut, muncullah Ernest Haeckel (1834-1919), seorang ahli biologi asal Jerman, yang tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertamakali menggunakan istilah ekologi pada pertengahan 1860-an. Darwin, dalam buku ditahun 1859, On The Origin of Species, menyatakan bahwa "tumbuhan dan hewan, seringkali terpisah di alam, terikat bersama dalam sebuah jaring hubungan kompleks." Kurang lebih 40 tahun setelah itu, sekitar tahun 1900, legitimasi ekologi sebagai sebuah ilmu pun kian mantap. Kemantapan tersebut timbul karena salah saktu faktornya adalah pesatnya gerakan yang bertujuan untuk memelihara peradaban, yang salah satu unsur pentingnya adalah lingkungan hidup. Pada era tersebut muncul kesadaran bahwa peradaban dimana pun berada tidak akan bisa bertahan jika terus-menerus mengabaikan permasalahan lingkungan. Namun sayangnya, meski berkembang pesat, gerakan-gerakan tersebut belumlah bisa mencapai hasil yang maksimal. Penyebabnya tak lain karena hampir di seluruh penjuru dunia pada masa itu tengah berada dalam kecamuk perang dunia.

BAB II Pembahasan 1. Sejarah perkembangan ekologi Meski sebelum masehi istilah ekologi belum populer, akan tetapi perhatian manusia khususnya para filsuf pada masa itu tentang interaksi (hubungan timbal-balik) makhluk hidup dengan lingkungannya telah ada. Hal ini bisa ditelusuri dalam sejunlah naskah karya beberapa filsuf pada masa pra-masehi. Lewat penelusuran naskah-naskah itu, kita bisa mengetahui bahwa Hipocrates, Aristoteles, dan filsuf lainnya telah mengupas dan memberikan perhatian khusus terhadap interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut beberapa catatan, ekologi sebagai sebuah ilmu sesungguhnya lahir sebagai akibat dari perkembangan ilmu Natural History (ilmu sejarah alam) pada kurun abad 16-17. Pada waktu itu, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, salah satu fokus ilmu Natural History yang mengulas tentang keterkaitan organisme dengan lingkungannya pun berkembang. Selanjutnya, karena ulasan tentang keterkaitan organisme dengan lingkungannya ini dari waktu ke waktu kian sistematik, kian analitik dan objektif maka lahirlah disiplin ilmu baru yang bernama ekologi. Dalam proses perkembangan ilmu Natural History tersebut, muncullah Ernest Haeckel (1834-1919), seorang ahli biologi asal Jerman, yang tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertamakali menggunakan istilah ekologi pada pertengahan 1860-an. Darwin, dalam buku ditahun 1859, On The Origin of Species, menyatakan bahwa "tumbuhan dan hewan, seringkali terpisah di alam, terikat bersama dalam sebuah jaring hubungan kompleks." Kurang lebih 40 tahun setelah itu, sekitar tahun 1900, legitimasi ekologi sebagai sebuah ilmu pun kian mantap. Kemantapan tersebut timbul karena salah saktu faktornya adalah pesatnya gerakan yang bertujuan untuk memelihara peradaban, yang salah satu

unsur pentingnya adalah lingkungan hidup. Pada era tersebut muncul kesadaran bahwa peradaban dimana pun berada tidak akan bisa bertahan jika terus-menerus mengabaikan permasalahan lingkungan. Namun sayangnya, meski berkembang pesat, gerakan-gerakan tersebut belumlah bisa mencapai hasil yang maksimal. Penyebabnya tak lain karena hampir di seluruh penjuru dunia pada masa itu tengah berada dalam kecamuk perang dunia. Selanjutnya Eugene Odum meneruskan dan memperjelas definisi dan konsep ekologi, dan mengkompilasi na dalam daftar 20 prinsip ekologi dalam artikelnya: Great Ideas in Ecology for the 1990s, (1992). termasuk thermodinamika, seleksi alam, perilaku siklis dan hubungannya. 5 hal terakhir dalam daftarnya Odum berbubungan dengan ekologi manusia dan interface ekologi-ekonomi, yang dia pertimbankan perlu menjadi fokus utama dalam lingkungan pendidikan dalam memandang meningkatnya dampak global yang begitu serius sebagai hasil dari aktifitas manusian (odum ,1992) Pada masa yang sama, ekologist lainnya seperti Aldo Leopold dan Rachel Carson, mulai menyadari perlunya konserbasi ekosistem. dan untuk mengeksplorasi hubungan antaran manusia n dan penggunaan lahan, sebagai hal yang penting seperti isu polusi. Akhir dari abad 20 membawa perubahan cara ekologi dipandang. Pollan dan Orr mengeksplorasi bidang ekologi di kehidupan kita sehari-hari. Pollan yang

mengilustrasikan bagaimana manusian dan tumbuhan berkoevolusi dan membentuk hubungan satu sama lain, mendiskusikan prinsip ekologi dalam konteks perkebunan modern dalam bukuknya "Second Nature: A Gardener's Education (Pollan, 1993). Orr, memfokuskan pada sistem pendidikan, mengatakan :tujuan revolusi dari pendidikan adalah menghubungkan kembali generasi muda ke dalam habitat dan komunitas mereka. Ruangan kelas adalah ekologi dari komunitas sekitarnya, bukan empat dinding dari sebuah pendidikan tradisional (orr, 1991). Orr menawarkan tujuan pendidikan ekologi untuk pelajar, dia merasa bahwa tidak ada pelajar yang lulus tanpa pemahaman dasar yang komprehensif. Sebuah contoh proses pendidikan integral masuk ke dalam konsep ekologi manusia, yang menggambarkan manusian sebagai bagian dari lingkungan. dan bukan hanya sosok yang tidak mempengaruhinya. Green, et al., (1996) mendefiniskan ekologi manusian sebagai hubungan antarai manusian dan lingkungan.

Cultural ekologi mempelajari hubungan alam, manusian dan kaitannya dengan dengan tanah. morris (1998) mengatakan bahwa tipe ekologi ini, menekankan budaya dan telah memberikan dampak budaya dan aspek yang berbeda dari seni, nilai, buaya, sistem kepercayaan dari berbagai grup entik yang berbeda. Kira-kira 23 tahun setelah Perang Dunia II usai, barulah gerakan-gerakan lingkungan hidup kembali mengemuka. Pada April 1968, sejumlah 30 orang ahli dari pelbagai negara bertemu di Acadenua dei Lincei, Roma, untuk membahas masalah lingkungan hidup. Satu dari sekian faktor pendorong lahir pertemuan itu adalah merebaknya kekhawatiran para tokoh dunia terutama ilmuwan terhadap teknologi yang memiliki daya rusak lingkungan yang sangat tinggi. Tentunya aura traumatik atas dampak bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, masihlah mengental dan menjadi perangsang lahirnya sebuah gagasan tentang bagaimana mengelola kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) agar tak berdampak negatif terhadap lingkungan hidup, karena pada hakekatnya merusak lingkungan hidup sama saja dengan merusak masa depan. Di satu sisi, iptek hadir sebagai alat bagi manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya dan memberikan sekian kemudahan. Tetapi di sisi lain, jika iptek tersebut tak dikontrol maka alam yang menjadi tempat tinggal dan sumber pemenuh kebutuhan manusia akan menjadi rusak. Sadar akan pentingnya mengelola kemajuan iptek dan industri secara bijaksana, maka pada Juni 1972, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan United Nations Conference on Human Environment (Konferensi PBB untuk Lingkungan Hidup). Dalam acara yang berlangsung di Stockholm, Swedia, tersebut hadir 113 utusan negara-negara anggota PBB. Ratusan delegasi itu berkumpul guna memperbincangkan serta mencari jalan keluar atas permasalahan lingkungan hidup yang mengemuka. Dalam pertemuan yang monumental itulah disepakati bahwa tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. 10 tahun setelah berlangsungnya Konferensi Stockholm itu, Indonesia pun tampil di panggung utama gerakan pelestarian lingkungan hidup skala internasional. Hal ini ditandai dengan terpilihnya Bali sebagai tempat Konferensi Lingkungan Hidup se-Dunia pada bulan Oktober 1982.

Selain menjadi penanda eksisnya Indonesia dalam kancah gerakan pelestarian lingkungan hidup skala internasional, ternyata konferensi di Bali tersebut dijadikan momentum sekaligus spirit bagi Indonesia dalam mencanangkan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH).

2. Perkembangan ekologi hewan dan ekologi tumbuhan a) Ekologi Hewan Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu lingkungan biotik maupun abiotik. Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut. Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain. Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan

menganalisis

keadaannya

serta

peranannya

dalam

ekosistem,

menjaga

kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan

mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya. Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu; Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut. Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut. Autekologi adalah kajian atau penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu species hewan. Contohnya adalah meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.), mulai dari habitat, makanan, fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an lain-lain.

Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok bahasan dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini; a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional, mulai tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai biogeografi atau penyebaran hewan di muka bumi. b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku terhadap perubahan lingkungan.

c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya. d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari kehadiran, aktivitas dan kelimpahan populasi hewan. e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam populasi dan komunitas. f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner. g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika. h. Ekologi sistem dan permodelan. Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian individu/organisme, populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan kelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan permodelan ekologi. b) Ekologi Tumbuhan Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi Secara etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri. Ekologi Tanaman yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbale balik yang terdapat antara tanaman dan lingkungannya serta antara kelompok-kelompok tanaman. Dalam hal ini penting disadari bahwa tanaman tidak terdapat sebagai individu atau kelompok individu yang terisolasi. Semua tanaman berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan lingkungan fisik tempat hidupnya.

Dalam proses interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup tanaman. Ciri khas ekologi tanaman (plant ecology), adalah tanaman dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik.

1) Sejarah perkembangan ekologi tumbuhan Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai, meskipun bila ditinjau dari peristilahannya, telah diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi berasal dari kata Latin oekologie yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton (1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history) secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran (distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs (1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kemselimpahan organisme. Sekarang definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut.

Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai makhluk hidup. Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh BraunBlaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan. Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960) secara mendalam di Inggris.

Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight (1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig (1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi.

3. Populasi populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu. Anggota-anggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan bereproduksi di antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika. Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas. Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi pertukaran alel-alel yang

dimiliki oleh individu-individu anggotanya. Dinamika frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama dalam kajian genetika populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. (Sugiyono) Populasi adalah berkenaan dengan data. (Nazir) Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil pengukuran kuantitatif atau kualitatif dan pada karasteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap. (Nawawi) Populasi adalah keseluruhan dari karasteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian.

Populasi terbagi dua, yaitu 1. Populasi terbatas, populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihutung jumlahnya. Contoh : Jumlah Penduduk, jumlah mahasiswa yang mendapat bea siswa. Dsb. 2. Popumasi tak terbatas, Sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah Contoh : Mencari logam mulia (mendulang emas)

Berdasarka sifatnya, populasi terbagi dua : 1. Populasi homogen, adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. 2. Populasi Heterogen, adalah sumber data yang umumnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif

4.Populasi local dan Dasar ekologi Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi

pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi : 700 1990-1980 500 10 = 200batang tahun

= 20 batang/tahun Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi. Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. 5.Pola penyebaran individu Setiap populasi apabila telah mencapai tingkat kepadatan, kerapatan tertentu, dan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, akan cenderung mengalami penyebaran. Di tempat yang baru populasi akan menempati, beradaptasi, dan membentuk keseimbang yang baru kembali. Dalam melakukan penyebaran, populasi cenderung membentuk kelompok-kelompok dari ukuran tertentu. Beberapa tipe penyebarannya adalah seragam, acak, dan acak berkelompok. Berkaitan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan, khususnya ketersediaan sumberdaya makanan, ruang, dan lain-lain setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan daerah

wilayahnya (teritori) ,dengan cara teup berada pada wilayahnya masing-masing atau mengisolasikan diri. pada hewan tingkat tinggi, isolasi umumnya dilakukan dengan membatasi daerah tempat kehidupannya dengan daerah pengembaraan (home range).

BAB III Penutup Kesimpulan Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya termasuk tanah, air, udara dan lain - lain. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi Secara etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri.

Daftar pustaka Hardi. 2009. Ekologi Tumbuhan. http://hardibio.blogspot.com/. [22 september 2010] http://www.artikata.com/arti-325975-ekologi.html http://www.scribd.com/doc/57992838/Definisi-ekologi

You might also like