You are on page 1of 8

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 6 No.

September 2010 ; 100-106

PERAWATAN RUTIN TURBIN KAPLAN SEBAGAI PENGGERAK UTAMA DI PT. INDONESIA POWER SUB UNIT PLTA KEDUNG OMBO
Budhi Prasetiyo Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang Semarang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50275 Telp. 7473417, 7499585 (Hunting) Fax. (024) 7472396 Abstrak Generator PLTA kedungombo menghasilkan tegangan sebesar 11 KV yang kemudian dinaikkan menjadi 150 KV untuk kemudian diinterkoneksi dengan system transmisi Jawa-Bali. Pendinginan bantalan bantalan generator dilakukan oleh minyak pendingin. Kemudian minyak tersebut didinginkan dengan media air sekunder di secondary heat exchanger, yang mana sirkulasi air sekunder tersebut adalah sirkulasi tertutup. Air pendingin sekunder kemudian didinginkan dengan air pendingin primer yang didapat dari pipa pesat, dan air primer ini setelah digunakan untuk mendinginkan di primary heat exchanger langsung dibuang ke tail race. PLTA Kedungombo menggunakan turbin jenis KAPLAN karena debit yang dihasilkan masuk dalam kategori menengah. Kata kunci: PLTA, turbin Kaplan.

1. Pendahuluan. Dalam pembangunan bangsa Indonesia yang menuju ke arah industrialisasi, listrik memegang peranan vital dalam kehidupan masyarakat. Seiring perkembangan perekonomian dan jumlah penduduk, permintaan akan suplai energi listrik terus mengalami kenaikan dalam jumlah yang signifikan. Energi listrik dihasilkan melalui suatu usaha pembangkitan yang melibatkan operasi dan fungsi serangkaian peralatan pembangkit. Dalam hal ini, PLTA merupakan suatu usaha pembangkitan yang memanfaatkan energy potensial air yang kemudian diubah menjadi energy mekanik oleh turbin dan akhirnya diubah energi listrik oleh generator. Sistem energy listrik jawa-bali merupaka sistem tenaga listrik terpadu dimana seluruh pembangkit jawa-bali terhubung melalui system interkoneksi jaringan transmisi 500KV, 150KV, 70KV, dan30KV,sedangkan pelayanan kekonsumen melalui jaringan / system tegangan 20KV yang mendapat pasokan utama dari system 150KV dan 70KV. Sub Unit PLTA Kedungombo merupakan salah satu Sub Unit Pembangkitan milik PT.Indonesia Power yang berada dibawah naungan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica. Sub Unit PLTA Kedongombo memiliki daya terpasang 22,5 MW. 100

1.1 Sejarah Singkat PT. INDONESIA POWER Pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya diregulasi pada sector ketenagalistrikan . Langkah kearah diregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan Energi (MPE menerbitkan kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoma jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnyan pada 3 Oktober 1995, PT. PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi social dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 6 No. 3

September 2010 ; 100-106

komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahun yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT. Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketangalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dal;am waktu dekat. 1.2 Bisnis Utama PT. INDOESIA POWER Sesuai dengan tujuan pembentukanya, Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Saat ini Indonesia Power memasok lebih dari separuh atau sekitar 54% kebutuhan pangsa pasar tenaga listrik sitem Jawa-Bali. Kemampuan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit yang memiliki sejumlah penbangkit yang terdiri dari 132 unit di Jawa dan Bali serta fasilitas pendukung lainnya. PT. Indonesia Power memilki delapan unit bisnis pembangkitan (Priok, Suralaya, saguling, kamojang, Mrica, Semarang, Perak-Grati dan Bali) dan satu unit bisnis jasa (UBJ) pemeliharaan. Secara keseluruhan Indonesia Power memilki daya mampu sebesar 9.040 MW ini merupakan kapasitas terbesar yang dimilki perusahaan di Indonesia atau yang ketiga terbesar di dunia. Tabel 2.1 Pembangkitan PT. Indonesia Power
Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Priok Saguling Kamojang Mrica Semarang Perak-Grati Bali Total Indonesia Power Kapasitas (MW) 3.400 1.563 798 360 306 1.469 864 335 9.095

PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per unit bisnis pembangkit yang dapat terlihat pada table 2.1 101

1.3 Sub Unit PLTA Kedungombo. Sub Unit Kedungombo merupakan salah satu Sub Unit yang berada di lingkungan Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. Sub Unit Kedungombo membawahi 3 PLTA yaitu : PLTA Kedungombo, PLTA Sidorejo dan PLTA Klamb. Sub Unit PLTA Kedungombo terletak dialiran sungai Serang, berada diperbatasan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen, tepatnya di Dusun Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, 35 Km kearah barat daya kota Purwodadi. Daya terpasang Sub Unit PLTA Kedungombo adalah sebesar 22,5 MW dan dalam keadaan normal dapat menghasilkan listrik sebesar: 68.000 MWH/tahun. Energi listrik dihasilkan TurboGenerator dengan tegangan 11 KV dinaikkan menjadi 150 KV melalui Trafo Utama, kemudian dialirkan ke Gardu Induk (GI) di Purwodadi sepanjang 30 KM dengan system transmisi 150 KV. Pembangunan Sub Unit PLTA Kedungombo termasuk PLTA Sidorejo dan PLTA Klambu ditangani oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Tengah dengan kontraktor utama CEGELEC Div. Ere P dari Perancis. Sedangkan pekerjaan sipil ditangani Departemen PU Induk Pengembangan Wilayah Sungai JRATUNSELUNA, Proyek pembanguna Waduk Kedungombo dengan kontraktor PT. Brantas ABIPRAYA-HAZAMI GUMI. Pembangunan Sub Unit PLTA Kedungombo dimulai pertengahan tahun 1987 selesai dan diresmikan pada bulan April 1992. Sub Unit PLTA Kedungombo beroperasi pertama kali pada tanggal 17 Juli 1992. Belum lama ini Sub Unit PLTA Kedungombo juga membawahi Pembangkit Mini Hidro Sidorejo berkapasitas 1,44 MW dan Klambu berkapasitas 1,17 MW. Pengoperasian PLTA Kedungombo, PLTA Sidorejo, dan PLTA Klambu tergantung pada air yang dikeluarkan untuk pengairan. Pemantauan, pengandalian, dan pengoperasian bendungan serta perlengkapannya, seperti pengaman bendungan berupa pengoperasian Pintu

Perawatan rutin turbin kaplan sebagai penggerak utama di PT Indonesia power..(Budhi Prasetiyo)

Pengambilan Air (Power Intake), Pelimpah Utama (Spillway), dan Pintu Penguras (Drawdown Culvert) dilakukan oleh PU JRATUNSELUNA Kedungombo. Sedang untuk pengoperasian Turbin-Generator PLTA dilakukan oleh PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Kedungombo. 2. Annual inspection 2010 PLTA kedungombo. Fasilitas Bangunan Sipil Bangunan sipil merupakan bagian yang pertama kali dibangun dalam proyek pembangunan PLTA Kedungombo. Pengerjaannya dilakukan berdasarkan perhitungan dan rencana awal pembangunan PLTA. Sebagian besar bangunan sipil dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jratunseluna dan digunakan oleh PLTA Kedungombo untuk menjalankan produksi. 2.1 Waduk Tujuan utama pembangunan waduk Kedungombo adalah memenuhi kebutuhan irigasi. Dengan pengaturan yang terencana waduk ini dapat memenuhi kebutuhan irigasi untuk daerah Grobogan, Boyolali dan sekitarnya sepanjang tahun. PLTA Kedungombo memanfaatkan waduk ini untuk mendapatkan elevasi yang disyaratkan pada kondisi operasi dan untuk menjamin suplai air untuk operasi. 2.2 Intake Gate Bangunan intake gate adalah pintu pertama saat air akan masuk ke dalam sistem pembangkitan. Intake gate dioperasikan oleh dinas PU. Jratunseluna. Pada bagian lubang masuk dilengkapi dengan saringan untuk mencegah masuknya sampah, limbah atau kotoran lain yang bisa merusak turbin. Intake harus memungkinkan terjadinya pengambilan air pada elevasi berapapun juga. Mekanisme membuka menutupnya dilakukan dengan menggunakan motor-motor listrik. Setelah melalui pintu ini, air waduk masuk ke dalam melalui pipa pesat (penstock) kemudian memutar turbin setelah dan rumah keong (spiral case). 2.3 Pipa Pesat / Penstock Pipa pesat atau penstock digunakan untuk mengalirkan air dari waduk menuju turbin.

Pipa ini harus didesain kuat terhadap tekanan air yang berfluktasi, tahan karat dan tahan tekanan akibat deformasi batuan di sekitarnya, karena sebagian besar pipa ini terletak di bawah permukaan tanah. Pipa pesat yang dipakai PLTA Kedungombo tidak menggunakan nozzle tetapi menggunakan rumah keong (spiral case) sebab turbin yang digunakan adalah jenis Kaplan. Data teknis penstock sebagai berikut : Diameter : 3,80 m Bentuk penampang: lingkaran Panjang : 270 m Konstruksi: ling baja Pada pipa pesat terdapat saluran pengelak (hollow jet) yang berfungsi untuk mengalirkan air ketika dinas PU menghendaki air untuk keperluan irigasi, sedangkan PLTA tidak beroperasi. Pipa pesat dilengkapi pula dengan lubang kerja (man hole) untuk jalan masuk pemeriksaan dan perbaikan dalam pipa pesat dan rumah turbin, drain pipe untuk mengeringkan bocoran air, dan katup udara (air valve) yang berfungsi untuk mencegah terjadinya tekanan hampa di dalam pipa pesat. 2.4 Bangunan Gedung Sentral (Power House) Power house merupakan bagian / rumah yang digunakan untuk menempatkan peralatanperalatan pembangkit seperti turbin, generator, peralatan kontrol, dan peralatan pembangkitan lainnya. Bangunan ini harus kokoh terhadap beban bangunan itu sendiri, beban peralatan dan tahan terhadap getaran, termasuk gempa. Bangunan juga didesain untuk menempatkan peralatan bantu seperti krane (crane) dan didesain untuk memudahkan inspeksi dan perbaikan terhadap peralatan-peralatan produksi. Bangunan ini memiliki perlengkapan keselamatan seperti hand rail, pemadam api (fire fighting), dan sistem alarm yang memadai. Konstruksi power house PLTA Kedungombo dibuat dari beton bertulang dengan tipe semi bawah tanah (semi underground). Fasilitas Mekanis 2.5 Katup Masukan Utama / Main Inlet Valve Main Inlet Valve (MIV) terletak di dalam pipa pesat sebelum memasuki spiral case. MIV 102

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 6 No. 3

September 2010 ; 100-106

berfungsi membuka dan menutup aliran menuju turbin. Pipa pesat dilengkapi dengan by pass valve yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan air di depan dan belakang main inlet valve (pada waktu main inlet valve akan dibuka), sehingga pembukaan inlet valve lebih mudah. Pembukaan main inlet valve dilakukan dengan sistem hidrolis dengan mekanis servomotor yang diatur melalui minipid, sedangkan penutupannya dilakukan dengan melepas tekanan pada sistem hidroliknya dan MIV akan menutup karena adanya momen dari pemberat (counterweight). 2.6 Turbin Air Turbin air merupakan peralatan yang digunakan sebagai penggerak mula (primer mover) dalam sistem pembangkitan. Turbin air merubah energi aliran (energi kinetic dan potensial air) menjadi energi mekanis (berupa kecepatan putar dan torsi). Turbin selanjutnya akan memutar generator yang dikopel di atasnya. 2.7 Cooling Water System Cooling water system ini berfungsi mendinginkan peralatan-peralatan utama dalam operasi pembangkitan energi listrik. Sistem yang digunakan adalah sirkulasi air dua tingkat, bukan siklus refrigerasi, karena selama sirkulasi fluida kerja (air) tetap berada dalam fasa cair. Komponen-komponen yang didinginkan oleh sistem adalah : Upper bearing oil Thrust bearing oil Generator chamber Governor oil Shaft seal Fasilitas Elektrik Generator Generator berfungsi merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi mekanik dihasilkan oleh putaran turbin yang dikopel dengan poros generator. Energi listrik dihasilkan melalui proses induksi electromagnet yang bekerja berdasarkan hukum Farraday tentang timbulnya Gaya Gerak Listrik (GGL) pada konduktor yang bergerak di dalam medan magnet.

Adapun bagian-bagian generator adalah sebagai berikut : 1. Rangka stator Rangka stator merupakan perangkat keras, terbuat dari elemen di dalam plat baja dan berfungsi memegang inti jangkar atau stator pada jenis mesin generator sinkron. Rangka ini ditopang oleh plat beton di dalam rumah pembangkit (power house). 2. Inti stator Untuk inti stator ini dibuat dari baja sitron yang mempunyai kualitas tinggi serta anti tembus. Lempeng-lempeng dilapisi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan pernis resistansi pijar (head resisting varnish), lempeng-lempeng ini diikat jadi satu membentuk stator, laminasi (lapisan) di sini dilakukan untuk mengurangi arus Eddy. 3. Kumparan stator Kumparan stator diletakkan pada alur (slot) yang terdapat pada inti stator, kumparan terbuat dari tembaga yang mempunyai konduktivitas tinggi. Kumparan dirancang sedemikian rupa sehingga rugi-rugi yang diakibatkan oleh arus sirkulasi dapat ditekan seminimal mungkin dan jika terjadi hubung singkat mendadak pada terminal generator maka generator mampu menahannya tanpa mengakibatkan kerusakan pada kumparan stator dan isolasinya. Alur tempat kumparan stator dirancang sedemikian rupa sehingga antara lilitan atau kumparan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah saat perbaikan atau penggantian. 4. Rotor Rotor dirancang untuk putaran kerja 250 rpm, tetapi tahan untuk putaran berlebih (runaway speed) sampai 717 rpm. Jenis rotor dengan katup menonjol (salient pole rotor) biasanya digunakan untuk mesin putaran rendah sampai menengah. Inti kutub rotor terdiri dari lapisan-lapisan baja dimaksudkan untuk dapat mengurangi panas akibat arus Eddy. Pada inti kutub terdapat kumparan penguat magnet terdiri dari lilitan-lilitan kawat tembaga (coil) dan diberi isolasi dan tersekat terhadap poros rotor. Belitan penguat yang terdapat satu dengan kutub yang lainnya dihubungkan secara seri

103

Perawatan rutin turbin kaplan sebagai penggerak utama di PT Indonesia power..(Budhi Prasetiyo)

dan kedua ujungnya diselipkan pada slip ring pada sisi penguat (exciter). Cincin geser (slip ring) terbuat dari bahan panas dan tidak mudah aus karena gesekan sebab digunakan untuk mengalirkan arus searah dari exciter menuju kumparan medan. Celah udara berfungsi untuk mengalirkan udara yang terdapat antara stator dan sepatu kutub sedemikian rupa sehingga distribusi fluks cukup merata dan kecepatan putar rotor dapat mencapai kerja maksimumnya. Selain itu celah udara dapat berfungsi juga sebagai media pendingin. 3. Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan mrupakan serangkaian usaha dan kegiatan yang dilakukan terhadap suatu benda untuk mencegah kerusakan dan menjaga kondisi sesuai dengan standart operasi dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomisnya. 3.1. Tujuan Pemeliharaan Adapun tujuan pemeliharaan ini adalah : Mempunyai efisiensi mampu yang tinggi. Dapat mempertahankan umur (masa penggunaan/life time)yang panjang. Dapat menghindari pemborosan biaya, material,suku cadang dan alat-alat kerja yang lain. Mesin selalu terjaga dalam keadaan siap operasi (ready). Mesin memiliki unjuk kerja (perfor mance) yang optimal. Aman bagi lingkungan maupun teknisi. 3.2. Prinsip 5R Dalam Maintenance Sutrisno (2002) menyebutkan bahwa kunci keberhasilan indusrti Asia Timur ( Jepang & korea) menendingi indusrti Barat (Eropa dan Amerika) adalah efisiensi dari pengembangan inovasi yang berkelanjutan.Untuk meningkatkan produktivitas,maintenance (pemeliharaan) harus dipandang sebagai bagian yang terintegral dalam system produksi (konsep Total Produktive Maintenance/TPM),baik industry manufaktur maupun industry energi.Dalam prakteknya untuk mencapai

ketertiban,efisiensi,maupun disiplin di tempat kerja,perlu diterapkan 5R, yaitu: Ringkas,berarti menyingkirkan yang tidak terpakai,kelebihan suplai,dan barang sisa dan menentukan yang diperlukan saja. Rapi,bermakna manata semua barang secara teratur dan tertib,yang berarti pula bahwa semua barabf memiliki nama tertentu,alamat tertentu,dan volume tertentu.Dinding berkode,garis batas bercat,lorong harus jelas sehingga aliran bahan,proses,dan produk menjadi lancar. Resik,berarti menciptakan kondisi lingkungan kerja yang kondusif. Rawat, berarti menjaga kondisi fasilitas dan mesin,dan mengulangi ketidakberesan sekecil apapun tanpa menunggu terjadi kerusakan ataupun gangguan pada sistem. Rajin,bermakna melaksanakan disiplin waktu dan melakukan pemeriksaan sesuai jadwal sehingga cacat atau kerusakan kerusakan kecil dapat terdeteksi secara dini sebelum terjadi kegagalan proses. Dengan menyisipkan 5R ,waktu terbuang untuk mencari peralatan yang salah simpan ,arsip yang harus dicari diantara tumpukan yang menggunung,dan kondisi ruang kerja yang dipenuhi barabg-barang yang tidak diperlukan dapat dihimdari.Sehingga waktu produktif di tempat kerja dan kualitas kerja dapat meningkat. 3.3. Pemeliharaan Peralatan Pembangkitan di PLTA Pemeliharaan pembangkitan secara garis besarnya dibagi menjadi dua macam,yaitu: a. Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin biasanya dilakukan dengan menitikberatkan pada prosedurprosedur pemeliharaan yang telah ada.namun pemeliharaan preventive secara rutin akan mencegah gejala-gejala yang nantinya akan mempengaruhi kerja turbin atau kerugian pada daya yang dihasilkan. Pemeriksaaan rutin dilaksanakan oleh operator yang menjaga keamanan oprasional di sekitar instalasi pada saat turbin 104

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 6 No. 3

September 2010 ; 100-106

bekerja.Sehingga dapat diditeksi secara dini adanya indikasi-indikasi gangguan yang potensial,seperti adanya suara-suara yang tidak normal,getaran-getaran yang berlebihan dan sebagainya.Pelaporan yang segera dapat mencegah timbulnya kerusakan yang lebih besar. Pemeliharaan ini dilaksanakan dengan frekwensi kurang dari satu tahun,sesuai dengan selang waktu yang telah ditentukan dan scope pekerjaannya dapat diklasifikasikan yaitu antara lain adalah: - Harian atau mingguan,pemeriksaan dan perbaikan yang dilaksanakan setiap hari. - Bulanan,pemeriksaan harian atau mingguan dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. - Triwulan,mengulangi pelaksanaan pemeriksaanbulanan dan perbaikan perbaikan yang diperlukan. b. Pemeriksaan Periodik Selama periode perbaikan pada saat turbin dihentikan dan tidak diperlukan dengan segera,serta berdasarkan jumlah jam operasi mesin,maka pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih mendetail dapat diklasifikasi antara lain - Annual inspection (AI) Pemeriksaan yang dilakukan satu tahun sekali pada umumnya jumlah jam operasi 6.000 sampai 8.000 jam (terhitung sejak beroperasi atau sejak overhaul terakhir) - General Inspection (GI) Pemeliharaan yang dilakukan jika jumlah jam operasi mesi telah mencapai 20.000 jam ( terhitung sejak mesin beroperasi atau sejak overhaul terakhir) - Major overhaul (MO) Pemeliharaan dilaksanakan jika jumlah jam operasi mencapai 40.000 jam ( terhitung sejak mesin beroperasi atau sejak overhaul terakhir ) 3.4. Perencanaan Pemeliharaan Perencanaan pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang menetapkan rangkaian 105

pemeliharaan di unit pembangkit agar pelaksanaan pemeliharaan dapat dilaksanakan secara efisien dan ekonomis serta diperoleh unit dengan keandalan yang optimal.Untuk perencanaan tersebut dibutuhkan antara lain : a. Kebijakan perencanaan pemeliharaan . Sistem perencanaan pemeliharaan yang dianut adalah merupakan perencanaan pemeliharaan jangka pendek dan pemeliharaan jangka panjang yang ada pada pokok semua rencana pemeliharaan tersebut dilakukan berdasarkan waktu yang didukung oleh pengmatan kondisi obyek,dimana rencana pemeliharaan darurat sampai obyek yang rusak dapat dihindari. b. Rencana jadwal dan jenis pemeliharaan. Hal-hal ini ditinjau dari beberapa segi antara lain : Jadwal dan jenis pemeliharaan harus direncanakan dengan dan atas dasar jam operasi atau hari kalender dengan pedoman pada pola operasi waduk sehingga diharapkan tidak akan terjadi pelimpahan air waduk. Perencanaan pemeliharaan atas dasar hasil pengamatan kondisi operasi unit pembangkit,harus direncanakan waktu pemeliharaannya agar dapat digabungkan secara tepat dengan pemeliharaan yang akan datang.Jenis pemeliharaan rutin atas dasar jam operasi atau hari kalender ,digunakan pada perencanaan jadwal dan jenis yang kurang dari satu tahun dan dikerjakan pada saat mesin beroperasi atau saat berhenti. Jenis pemeliharaan berkala atas dasar jam operasi unit.Pada perencanaan satu tahun atau lebih dan dilaksanakan pada saat unit berhenti beroperasi. Skema Pemeliharaan PLTA.

Perawatan rutin turbin kaplan sebagai penggerak utama di PT Indonesia power..(Budhi Prasetiyo)

Keterangan skema : 1. Pemeliharaan. 2. Pemeliharaan yang direncanakan. 3. Pemeliharaan direncanakan. yang tidak

4. KESIMPULAN Pemanfaatan potensi tenaga air sebagai penghasil tenaga listrik jauh lebih murah dibanding dengan pembangkit listrik tenaga termis (PLTT). PLTA hanya mengambil air sebagai penggerak utamanya dari waduk atau bendungan dan pengeluaran biaya semata mata hanya untuk pemeliharaan sehingga hemat. Informasi dan kesimpulan yang dapat diperoleh selama melaksanakan kerja praktek selama sebulan di PLTA Kedungombo adalah sebagai berikut : 1. Air dalam jumlah dan kondisi tertentu bisa sangat menjadi potensial untuk dimanfaatkan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air. 2. Dalam memulai rencana pembangunan sebuah PLTA diperlukan perhitungan mengenai daya yang dapat dihasilkan air tersebut melelui turbin, dalam hal ini hal hal yang berperan untuk diperhatikan adalah tinggi jatuh efektif/head efektif dan debit. Semakin besar head dan debit maka akan semakin besar daya yang bisa direncanakan untuk dibangkitkan. 3. PLTA Kedungombo menggunakan turbin jenis KAPLAN karena debit yang dihasilkan masuk dalam kategori menengah. 4. Poros vertical yang digunakan didasarkan pada besaran putaran poros yang diset 250 rpm dan daya yang dihasilkan PLTA Kedungombo sebesar 22,5 MW yang cukup besar. Poros dengan arah vertical ini efisien terhadap tempat karena tidak membutuhkan ruang lebar seperti halnya poros horizontal. 5. PLTA Kedungombo dapat dioperasikan secara otomatis maupun manual. 106

4. Ditunjukan untuk meningkatkan operasi,reliabilitas dan kapasitas. 5. Prinsip utama dari preventive maintenance adalah berpikir kedepan. 6. Berupa trouble shooting atau penggantian suku cadang yang rusak atau kurangnya fungsi yang terencana. 7. Prbaikn peralatan karena gangguan. dari kerusakan

8. Pemeliharaan dilaksanakan secara berkala sesuai dengan jam operasi dengan unit tetap beroperasi atau keluar dari pengusahaan. 9. Pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan yang dianalisa saat sedang beroperasi atau wktu berhenti. 10. Pemeliharaan pencegahan dari kerusakan dilakukan secara berulangulang dengan interval waktu maksimum 6 bulan dalam kondisi tetap beroperasi atau berhenti. 11. Overhaul dilakukan secara periodik dengan interval waktu lebih dari satu tahun dan jenis pekerjaan mengacu pada refrensi yang telah ditetapkan.

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 6 No. 3

September 2010 ; 100-106

5. Daftar Pustaka Arter a, Sunarto M.E, 1991, Pedoman Rekayasa Tenaga Air , Pusat Teknologi Tepat Guna , Jakarta. Dietzel F, 1993, Turbin Pompa dan Kompresor, Erlangga, Jakarta. Khurmi R.S, 1984, Strenght of MaterialS.Chand and Company, New Delhi. Sularso,1993, Dasar pemilihan dan Pemeliharaan Mesin, Pradnya Paramita,Jakarta. Steer Viktor L, 1988 Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta. Teguh Norman T dkk,2007, Pengaruh Perbandingan Diameter Dalam Dengan Diameter Luar Terhadap Unjuk Kerja Turbin Cross Flow, Politeknik Negeri Semarang, Semarang.

107

You might also like