You are on page 1of 24

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED INTRUCTION (PBI) GUNA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNESA PADA MATA KULIAH STRATEGI PEMASARAN
Yessy Artanti Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya ABSTRACT
Problem-based instruction model (PBI) is one of the learning model that is able to make the students develop their own knowledge, develop skills that are high in the investigation, and increase confidence. PBI model is combined with an assessment of individual performance and group performance of students in the evaluation of learning. The purpose of this study is whether the use of PBI model to improve learning outcomes and activities of student work and the management of learning activities by the lecturer Department of Management Faculty of Economics, State University of Surabaya in a subject with the subject of Marketing Strategies especially product management. This study aims to describe the exhaustiveness degree student studying marketing management concentration S1 Management (regular) Faculty of Economics, State University of Surabaya in the subject of Marketing Strategy through problem-solving approach to group discussions and the final test in the teaching and learning activities. Subjects were students of marketing management concentration S1 Management 2007 (regular), which totaled 52 students. The experiment was conducted in three cycles with four stages of the cycle of planning, action, reflection, and revision. The device includes the study of learning implementation plan (RPP), student worksheets (LKM), and the assessment sheet. Methods of data collection using the research instrument consisting of pieces of student performance, test, questionnaire responses of students, and management of learning activities sheet. Analysis of the data used is descriptive data analysis. The results show the first cycle, the ability of teachers to manage learning based on problems with performance appraisals are included in both categories, and of 48 students, there are 2 students (96%) only achieve exhaustiveness learning. However the learning method based on this matter can not be applied given the involvement of faculty pure (researchers) in this cycle is still quite dominant. Researchers are still a lot to give assistance to students in understanding the case, the discovery of the problem, and solvingproblems. Based on these findings, activities of learning a second cycle. The results of second cycle studies showed that the ability of teachers to manage learning based on problems with performance appraisals included in the category of very good, and almost all students achieve learning exhaustiveness. These findings, showing that the criteria for research achievement has been reached, so that researchers and lecturers partners decided that the learning model based on problems with the assessment performance have been able to improve learning outcomes. In this cycle of faculty who seek case was matched with the material to be covered, so that the students' ability to find cases related to the matter is still not visible. Based on this next cycle it is still needs to be continued. In the third cycle of learning based on the ability of teachers to manage the problem with performance appraisal included in the excellent category. Differences in approach in this cycle compared to the previous cycle are students have been able to find his own case on the internet as well as independently capable of analyzing, discovering the problem, and solving problems in

accordance with the content being discussed at that time in a timely manner. Keywords: problem-based instruction, performance assesstment

Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis, tingkat kebutuhan, dan keinginan konsumen turut berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal tersebut berdampak besar pada praktekpraktek pemasaran yang berusaha untuk selalu dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Bahkan dalam tahapan yang lebih tinggi seorang pemasar dapat menciptakan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui inovasi ataupun melalui kegiatan edukasi pemasaran. Saat ini perusahaan nasional tidak bisa lagi menganggap pasar domestik sebagai captive market-nya. Terbentuknya pasar global memungkinkan para pemain dari seluruh dunia bebas bermain di pasar domestik manapun. Hasilnya adalah tersedianya banyak pilihan bagi konsumen untuk membeli produk dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Di tengah maraknya persaingan dan membanjirnya penawaran produk dengan ratusan bahkan ribuan merek di pasar baik dari dalam dan luar negeri maka bertambah pula pekerjaan rumah bagi pemasar untuk dapat bertahan dan berhasil di pasar. Tantangan tersebut harus segera direspon dengan cara menyusun strategi pemasaran yang merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi pemasaran menjadi tanggung jawab utama seorang pemasar yang meliputi beberapa aktifitas, yaitu: pendefinisian visi, misi dan tujuan perusahaan, analisis situasi pemasaran, perumusan tujuan pemasaran, perumusan strategi pemasaran, perumusan program pendukung, pelaksanaan program dan pengumpulan tanggapan serta penerapan pengendalian. Strategi pemasaran merupakan cerminan pemikiran terbaik perusahaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan memanfaatkan potensi Strategi pemasaran merupakan kegiatan yang dibutuhkan oleh perusahaan, dan hal ini telah disadari sepenuhnya oleh Fakultas Ekonomi terutama Jurusan Manajemen konsentrasi pemasaran di Universitas Negeri Surabaya dengan memasukkan mata kuliah strategi pemasaran sebagai salah satu mata kuliah konsentrasi pemasaran. sumberdaya manusia pada pasar yang paling menguntungkan.

Akan tetapi dari semua hal yang telah dilakukan oleh Jurusan Manajemen, terdapat hal yang lebih penting lagi yaitu bagaimana kompetensi dari mata kuliah tersebut dapat dipergunakan secara nyata dalam kegiatan perusahaan yang, yang berarti bahwa perusahaan. Mata kuliah strategi pemasaran di selenggarakan pada semester tujuh sebagai mata kuliah prasyarat konsentrasi pemasaran. Mata kuliah ini bisa di ambil jika sudah pernah mengambil mata kuliah manajemen pemasaran. Dosen sebagai salah satu pemeran utama dalam pembelajaran haruslah profesional dalam bidangnya agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar yang berkompeten. Untuk itu, dosen harus menguasai bahan yang diajarkan, terampil mengajarkannya, dan mampu mengatasi berbagai kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Salah satu hal yang dapat dilakukan dosen adalah mampu memilih dan menggunakan dengan tepat metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, dan karakteristik mahasiswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang diteruskan diskusi dengan beberapa dosen konsentrasi pemasaran menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi dosen. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata dari pada pengembangan kemampuan belajar mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa selama pembelajaran belum optimal sehingga berakibat pada perolehan hasil belajar mahasiswa yang belum optimal pula. Tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas belajarnya seperti dalam hal kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap pengetahuan yang dimiliki masih sangat kurang. Pola pengajaran yang selama ini digunakan dosen belum mampu membantu mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan mahasiswa dalam belajar, memotivasi mahasiswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para mahasiswa masih enggan untuk bertanya pada dosen jika mereka belum paham terhadap materi kompetensi lulusan dari Jurusan Manajemen konsentrasi pemasaran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

yang disajikan mahasiswa. Disamping itu juga, dosen senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki mahasiswanya. Untuk mengantisipasi masalah ini, dosen perlu menemukan suatu pola atau model pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan kembali motivasi dan minat siswa dalam belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa dosen hendaknya mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap ide mahasiswa sendiri, serta melalukan proses penilaian yang berkelanjutan untuk mendapatkan hasil belajar mahasiswa yang optimal. Dengan kata lain diharapkan dosen mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah bagi mahasiswanya. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Based Instruction). Model ini merupakan pendekatan pembelajaran mahasiswa pada masalah autentik (nyata) sehingga mahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997:288). Pada model ini peran dosen adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan, antara lain :1.Untuk mengetahui pengelolaan

pembelajaran berdasarkan masalah pada mata kuliah strategi pemasaran di kelas manajemen pemasaran 2007 pada materi pokok manajemen produk; 2. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa manajemen pemasaran 2007 dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk mata kuliah strategi pemasaran pada materi pokok manajemen produk; 3. Untuk mengetahui tanggapan atau pendapat mahasiswa manajemen pemasaran 2007 dalam menerima pembelajaran berdasarkan masalah untuk mata kuliah strategi pemasaran pada materi pokok manajemen produk.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru-lah yang menciptakan guna membelajarkannya pada anak didik. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Perpaduan dari dua unsur yang manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif. Pada

hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar (Djamarah, 1996:44). Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, antara lain:1.Memiliki Tujuan; 2.Adanya Suatu Prosedur; 3.Adanya Suatu Penggarapan Materi yang Khusus; 4.Adanya Aktifitas Siswa; 5.Guru hanya sebagai Pembimbing; 6.Adanya Sikap Disiplin; 7.Adanya Batas Waktu; 8.Evaluasi.(Edi Suardi dalam Djamarah, 1996). Pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1996:4) adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Saripuddin (1996:78) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dari kedua pandangan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran itu tidak lain adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model atau pola ini menjadi pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar. Model pembelajaran berdasarkan masalah bercirikan penggunaan masalah dunia nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi masalah, termasuk bagaimana belajar (Arends, 1997:156). Pada pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah, selain guru menjadi penentu keberhasilan pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan, dan kurikulum turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sujana (1989:93) bahwa keberhasilan model pembelajaran berdasarkan masalah tergantung adanya sumber belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Di samping itu dituntut adanya perlengkapan kurikulum, menyediakan waktu yang cukup, data yang diperoleh dari lapangan, serta kemampuan peneliti dalam mengangkat dan merumuskan masalah.

Model pembelajaran berdasarkan masalah bercirikan sebagai berikut: (a). Pengajuan masalah atau pertanyaan, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan dan masalah sosial yang penting bagi siswa dan masyarakat. Pertanyaan atau masalah itu bersifat autentik (nyata) bagi siswa dan tidak mempunyai jawaban sederhana. Pertanyaan atau masalah menurut Arends (1997: 170) harus memenuhi kriteria: (1) autentik, yaitu masalah didasarkan dan diambil dari kehidupan sehari-hari sesuai dengan pengalaman siswa dan prinsip-prinsip akademik, (2) jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, (3) mudah dipahami, (4) luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan (5) bermanfaat. (b). Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, yaitu Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. (c). Penyelidikan yang autentik, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika perlu), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan. (d). Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa di depan temantemannya.(e). Kolaborasi, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Uraian rinci terhadap tujuan pembelajaran berdasarkan masalah ini, diuraikan sebagai berikut: a. Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. Pernyataan tentang berpikir memaklumi bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah tidak sama dengan keterampilan yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku rutin. b. Pemodelan peranan orang dewasa

Pembelajaran berdasarkan masalah penting untuk menjembatani antara pembelajaran sekolah formal dengan aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Hal ini dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 1. 2. PBI mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. PBI mendorong elemen-elemen belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran yang diamati tersebut. 3. PBI melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut. c. Pembelajaran yang otonom dan mandiri Pembelajaran berdasarkan masalah, berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan serta secara mandiri dalam hidupnya kelak. Menurut Arends (1997:161) ada lima tahap kegiatan pembelajaran berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu: Tahap pertama: Orientasi siswa pada masalah Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah. Tahap kedua: Mengorganisasi siswa untuk belajar Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, membantu siswa mendefinisikan, dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Tahap ketiga: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dibahas, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu siswa membagi tugas dengan temannya. mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Sehingga siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu

Tahap kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini peneliti membantu siswa dalam melakukan evaluasi dan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan dalam memecahkan masalah. Implementasi pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa kegiatan berikut ini. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dosen melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) membuat kesepakatan dengan dosen senior; (2) Menyiapkan instrument penelitian, yang berupa lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, membuat lembar pengamatan aktivitas mahasiswa selama PBI, membuat lembar soal test, membuat angket respon mahasiswa terhadap PBI; (3) Membuat perangkat pembelajaran, yang terdiri dari Skenario atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar kerja mahasiswa dengan pendekatan kontekstual, dan membuat media pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a) Pendahuluan Pada kegiatan ini dosen mengingatkan mahasiswa tentang materi pelajaran yang lalu, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah yang autentik. b) Kegiatan inti Dosen bersama mahasiswa membahas konsep/teori yang diperlukan dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberikan contoh soal/masalah. Selanjutya, dosen melaksanakan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut: Tahap I: Mengorientasikan Mahasiswa pada Masalah Pada kegiatan ini dosen mengajukan masalah sesuai dalam lembar kerja mahasiswa dan meminta mencermati masalah tersebut. Selanjutnya dosen meminta mahasiswa mengemukakan ide dan teori yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah tersebut. Tahap 2: Mengorganisir Mahasiswa untuk Belajar Pada kegiatan ini mahasiswa dikelompokkan dalam kelompok kecil (5 orang dalam satu kelompok) secara bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, rasial, etnis, dan jenis kelamin. Selanjutnya dosen meminta mahasiswa secara berkelompok untuk memecahkan masalah yang diajukan pada tahap 1. Tahap 3: Membantu Mahasiswa Memecahkan Masalah

Pada tahap ini mahasiswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah secara bebas dan berkelompok. Pada kegiatan ini dosen bertugas mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi dan mengajukan pertanyaan yang diperlukan mahasiswa dalam menjelajah dan menemukan penyelesaian dari masalah yang sedang dibahas. Tahap 4: Membantu Mahasiswa Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Pemecahan Masalah Pada kegiatan ini dosen meminta salah seorang anggota kelompok mahasiswa atau anggota-anggota kelompok yang ditunjuk untuk mempresentasikan hasil pemecahan yang telah dilakukan oleh kelompoknya dan membantu mahasiswa jika mereka mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara terhadap pemahaman dan penguasaan mahasiswa terhadap materi yang diberikan. Tahap 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Msalah Pada kegiatan ini dosen membantu menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mahasiswa, dan mahasiswa menyusun kembali hasil pemikiran dari kegiatan yang telah dilakukan dengan menyimpulkan isi pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian mengumpulkan hasil pemecahan masalah oleh masing-masing kelompok. c) Penutup Dosen memberi post test tentang materi yang telah dipelajari pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil post test dapat dievaluasi kemampuan mahasiswa dalam memahami materi. Tugas-tugas dan hasil post tets mahasiswa ini dikumpulkan dan akan dinilai oleh dosen. 3. Refleksi Peneliti menganalisis dan merefleksi tindakan yang dilakukan apakah sudah berhasil dalam mengajar, meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam mengajar, dan memperbaiki hasil belajar mahasiswa. 4. Revisi Berdasarkan hasil refleksi, kemudian peneliti membeuat revisi yang berupa tindakantindakan perbaikan dengan merevisi rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan permasalahan baru untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berdasarkan masalah, adalah: a. Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

1) 2) 3)

Siswa lebih memahami konsep materi yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep itu. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir siswa lebih tinggi. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa.

4)

Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi dan menerima pendapat orang lain serta menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa.

b.

Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah 1) Saat pembelajaran di kelas membutuhkan waktu yang lama, sehingga terkadang materi tidak terselesaikan. 2) Menuntut peneliti membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang. 3) Tidak setiap materi dapat diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Sebaiknya diterapkan terhadap materi yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa. Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis

sebagai berikut : Diharapkan melalui penerapan model contextual teaching and learning dengan pendekatan problem based instruction (PBI melalui indikator-indikator yang telah ditetapkan maka peningkatan proses pembelajaran mata kuliah strategi pemasaran dapat tercapai.

Gambar 1 Kerangka Berpikir


Pembelajaran Strategi Pemasaran

PBM

konvensional & monoton Berhasil

Tidak Evaluasi

Ya Tanpa Evaluasi KBM Variatif & Menarik

Mengaitkan Materi Strategi Pemasaran Dengan Memberi MasalahYang Autentik

Problem Based Instruction (PBI)

Belajar Bermakna

Hasil Belajar Meningkat

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Negeri Surabaya yang beralamat di Jalan Kampus Ketintang, Surabaya. Subjek Penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Kosentrasi Pemasaran angkatan 2007 (reguler) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya dengan jumlah mahasiswa sebanyak 46 orang. Waktu dan Lamanya Penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai Mei dan Oktober 2010. Alokasi waktu pelaksanaan penelitian (tindakan) yaitu selama 3 pertemuan masing-masing satu pertemuan dilaksanakan 2 x 50 menit dalam tiga siklus pada bulan September dan Oktober.

Prosedur Penelitian, Pada pertemuan pertama peneliti tidak memberikan materi, tetapi hanya memberikan pre test kepada mahasiswa mengenai materi yang akan disampaikan. Setelah pre test selesai, peneliti menjelaskan kepada mahasiswa mengenai model pembelajaran yang akan dignakan. Selanjutnya pada pertemuan berikutnya peneliti mulai mengadakan proses belajar mengajar yang dilaksanakan dalam 3 kali putaran (siklus) dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1. Tahap Perencanaan a. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa: Lembar hasil kinerja mahasiswa secara kelompok Lembar hasil belajar mahasiswa secara individu (post test) Lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah

b. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran berdasarkan masalah berupa rencana pembelajaran. 2. Tahap Tindakan atau Pengamatan a. Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar b. Peneliti memberikan pre test, penilaian hasil belajar mahasiswa baik secara kelompok maupun individu (post test) tentang materi yang telah dipelajari. 3. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan mengenai hal-hal yang sudah baik dan yang masih perlu diperbaiki pada siklus sebelumnya sehingga pada siklus selanjutnya peneliti bisa lebih maksimal dalam proses pembelajarannya. 4. Tahap Revisi Berdasarkan hasil refleksi pada tiap siklus, maka dapat diketahui kelemahan rancangan yang ada sehingga siklus berikutnya menjadi lebih baik. Pada tahap ini juga dilakukan perbaikanperbaikan dari kekurangan siklus sebelumnya. Setelah dilakukan 3 kali siklus berturut-turut, pada siklus ketiga peneliti memberikan angket pada mahasiswa untuk diisi secara individu. Angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes meliputi pre test dan post test, observasi, wawancara, dan diskusi. Observasi, Digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi mahasiswa dalam implementasi pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah. Tes, Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar mahasiswa. Tes yang digunakan adalah pre test, test hasil kinerja mahasiswa secara berkelompok, dan tes sub kompetensi (post test) yang diisi masing-masing individu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar mahasiswa. Angket, Angket digunakan untuk memperoleh informasi

tentang pendapat atau respon mahasiswa dalam memperoleh pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. Dokumentasi, Peneliti melihat nama dosen, nama mahasiswa, silabus, dan rencana pembelajaran pada materi pokok manajemen produk. Teknik Analisis Data 1. Analisis Hasil Belajar a. Hasil Kinerja Mahasiswa Secara Kelompok Hasil kinerja mahasiswa ini diberi skor maksimal 100 dan skor minimal 40. Untuk menentukan tingkatan kelompok, peneliti membagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:

Tidak memuaskan Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan Memuaskan dengan sedikit kekurangan Sangat memuaskan

40 k 55 56 k 65 66 k 80 80 k acuan

Selain itu penilaian kinerja mahasiswa juga dianalisis dengan menggunakan memperoleh nilai lebih dari 66.

kriteria yaitu seorang mahasiswa dikatakan tuntas dalam melaksanakan kinerja jika

b.

Hasil Belajar Mahasiswa Secara Individu (Post Test) Data hasil tes belajar mahasiswa terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan

menggunakan kriteria, yaitu hasil belajar mahasiswa ditentukan tuntas atau tidak jika seorang mahasiswa mencapai ketuntasan hasil belajar dengan nilai 66 . Dan suatu kelas dikatakan tuntas jika di dalam kelas telah mencapai 85% mahasiswa yang telah dikatakan tuntas belajar.

2. Analisis Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari skor rata-rata tahap-tahap proses belajar mengajar yang telah disesuaikan dengan tahap-tahap pengajaran, meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan (pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup), tahap pengelolaan waktu yang digunakan, dan suasana kelas saat proses belajar mengajar. Dari tahap atau aspek tersebut, maka selanjutnya dapat dihitung dengan rumus: total skor seluruh komponen Rata tiap tahap =

jumlah komponen Selanjutnya data-data tersebut dikonversikan dengan criteria sebagai berikut: Nilai 1.00 1.50 : Tidak Baik Nilai 1.51 2.50 : Kurang Baik Nilai 2.51 3.50 : Cukup Baik Nilai 3.5 4.00 : Baik 3. Analisis Respon atau Tanggapan Mahasiswa Data hasil respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan prosentase yaitu banyaknya pemilih dibagi dengan jumlah pemilih keseluruhan dikali 100%. Untuk respon mahasiswa ini, peneliti menetapkan apabila 75% bahkan lebih mahasiswa menyatakan senang atau setuju terhadap pembelajaran yang diberikan oleh peneliti yaitu pembelajaran berdasarkan masalah, maka model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dikatakan positif dan bisa diterapkan dalam menyampaikan materi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus Pertama Pada tahap ini diawali dengan tahap perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan instrument penelitian antara lain: rencana pembelajaran, lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, lembar aktifitas mahasiswa, dan lembar post test siklus 1. setelah tahap perencanaan, dilanjutkan dengan tahap kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Berdasarkan hasil refleksi, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II tetap dilakukan seperti halnya yang dilakukan pada siklus I. Tetap perlu adanya perbaikan-perbaikan pada hal-hal sebagai berikut: a. Peneliti harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan masalah ataupun informasi sendiri baik melalui berdiskusi dengan temannya maupun melalui pengalaman bermakna mahasiswa. b. Peneliti sebaiknya memberikan umpan balik dari hasil diskusi yang telah disajikan oleh mahasiswa dengan menyajikan kasus-kasus lainnya yang setopik. Sehingga pengetahuan mahasiswa tidak terbatas dari hasil diskusi mereka.

c. Peneliti harus bisa memprediksikan waktu dengan baik, sebaiknya waktu yang diberikan untuk diskusi tidak terlalu panjang agar diskusi mahasiswa hanya sebatas pada materi atau masalah yang diberikan bukan yang lain. Siklus Kedua Pada siklus II ini ada beberapa perencanaan yang dilakukan oleh peneliti. Adapun perencanaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pada proses pembelajaran pada siklus II, peneliti harus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan masalah dan mencari informasi sendiri guna memecahkan permasalahan. Untuk mewujudkan rencana ini, seminggu sebelum siklus II dilaksanakan peneliti telah memberikan kasus yang berkaitan dengan materi siklus II kepada ketua kelas untuk disebarkan ke masing-masing kelompok. Harapan peneliti adalah agar mahasiswa lebih punya waktu untuk mempelajari, menemukan masalah, dan mencari informasi-informasi lain sebagai bahan referensi pembahasan dan pemecahan masalah. b. Setiap diskusi, peneliti sebaiknya memberikan umpan balik. Umpan balik ini merupakan suatu cara untuk memberitahu kepada mahasiswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes atau pemecahan masalah yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah mahasiswa telah benar-benar paham tentang apa yang telah mereka diskusikan atau mereka presentasikan. c. Peneliti sebaiknya harus memprediksikan waktu dengan tepat. Jadi antara tahap persiapan sampai pada tahap penutup dan saat memberikan post test waktu yang dibutuhkan cukup. d. Selain tiga rencana tadi, peneliti juga telah menyiapkan rencana pembelajaran, lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, lembar penilaian kinerja mahasiswa, dan soal untuk post test II. e. Pada siklus II ini, anggota tiap kelompok tetap sama seperti kelompok pada siklus I. Pada siklus II ini pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil yang baik, Saat peneliti menyampaikan pendahuluan mahasiswa sudah mulai memperhatikan peneliti. Begitu juga ketika peneliti memotivasi mahasiswa, mahasiswa telah banyak memperhatikan. Selain itu, dalam penyampaiann indikator juga sudah mengalami peningkatan. Jadi rata-rata pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan hasil yang baik. Pada kegiatan inti di siklus II ini sudah cukup baik. Mulai menyampaikan garis besar materi kepada mahasiswa, mengorganisasikan mahasiswa kepada suatu masalah, membimbing

mahasiswa dalam menyelesaikan masalah, membantu mahasiswa dalam menyajikan diskusi, sampai pada tahap kegiatan membantu mahasiswa dalam menganalisis suatu masalah. Ketika membimbing mahasiswa, peneliti cenderung memberikan kesempatan lebih banyak untuk memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya. Hal ini, sesuai dengan aturan dalam metode pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu peranan peneliti sebagai penyaji masalah, memfasilitasi penyelidikan, dan berdialog dengan mahasiswa serta mendukung mahasiswa dalam belajar. Setiap kelompok yang telah selesai menyajikan hasil diskusi, akan diberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan peneliti tidak lain adalah untuk mengetahui apakah mahasiswa telah benar-benar mengerti tentang apa yang telah didiskusikan atau belum, sehingga setelah materi selesai, diharapkan mahasiswa telah paham secara keseluruhan. Ketika mengerjakan post test II mahasiswa mampu mengerjakan sendiri dan memperoleh hasil yang baik, artinya tidak ada yang tidak tuntas. Pada tahap penutup, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti cukup baik. Setelah semua kelompok menyajikan hasil diskusi, peneliti bersama-sama mahasiswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian post test II. Saat, mahasiswa mengerjakan post test II, peneliti benar-benar menguasai kelas. Sehingga diharapkan mahasiswa tidak ada yang berdiskusi atau bertanya pada temannya. Jadi hasil yang akan diperoleh mahasiswa merupakan hasil murni. Pengelolaan waktu yang dilakukan oleh peneliti cukup baik. Peneliti mampu memprediksi waktu yang diberikan kepada mahasiswa, baik saat diskusi, presentasi, maupun saat mengerjakan posttest. Pada siklus II, pembelajaran yang dilakukan peneliti menunjukkan hasil yang baik. Pembelajaran sudah terpusat pada mahasiswa. Mahasiswa cenderung aktif dan antusias. Ketika berdiskusi mereka lebih banyak berdiskusi sendiri dengan kelompoknya daripada bertanya pada peneliti. Begitu pula saat mempresentasikan hasil. Hal ini disebabkan mahasiswa telah menyiapkan sebelumnya dan mengetahui prosedur tentang pembelajaran berdasarkan masalah dilakukan. Peneliti hanya tingggal mengarahkan atau menuntun mahasiswa saat mereka mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan berikut ini: 1) Pada siklus II ini diketahui model pembelajaran berdasarkan masalah mudah dipahami oleh mahasiswa. Hal ini terlihat dengan keterlibatan mahasiswa secara aktif saat diskusi dan presentasi hasil pemecahan masalah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil kinerja

mahasiswa yang memuaskan (rata-rata diatas 66) Keaktifan mahasiswa saat berdiskusi telah menimbulkan suatu kondisi pembelajaran kondusif serta aktif. 2) Peneliti diharapkan mampu memberi motivasi pada mahasiswa, agar semangat mahasiswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah tidak menurun. Peneliti hendaknya memberi reward bagi kelompok yang mampu mempresentasikan hasil terbaik. Motivasi tersebut diharapkan menambah semangat mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. 3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pembelajaran berdasarkan masalah telah sesuai dengan sintask pembelajaran berdasarkan masalah. Untuk siklus selanjutnya hendaknya peneliti memberi motivasi lebih pada mahasiswa sebagai sarana untuk membentuk cara belajar siswa yang baik. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, peneliti bersama-sama mahasiswa merangkum materi yang dipelajari bersama. Berdasarkan hasil releksi dan evaluasi tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Peneliti telah memberikan motivasi pada mahasiswa dengan cukup baik, tapi hendaknya memberi motivasi yang lebih lagi pada mahasiswa. Hal ini dilakukan agar mahasiswa tetap aktif saat melakukan diskusi atau pemecahan amsalah b. Peneliti hendaknya memberikan reward bagi kelompok yang mampu menyajikan hasil pemecahan terbaik Berdasarakan hasil releksi diatas, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar telah mengalami peningkatan yang baik, sehingga siklus III dapat dilakukan. Tapi perlu adanya perbaikan atau tambahan sebagai berikut. a. Peneliti seharusnya lebih antusias lagi dalam memotivasi mahasiswa sehingga semangat mahasiswa tidak menurun. b. Sebaiknya peneliti memberi reward atau hadiah yang diberikan pada kelompok yang mampu menyajikan hasil pemecahan masalah paling baik. c. Penemuan masalah pada kasus di siklus II ini berasal dari mahasiswa sendiri. Artinya mahasiswa mencari sendiri masalah tentang strategi brand management dan kelanggengan merek yang dikaitkan dengan produk dan citra perusahaan. Kemudian, mahasiswa diharapkan mampu menganalisisnya atau memberikan solusi dari permasalahannya. Dan diharapkan tiap kelompok telah mengusai masalah serta pemecahannya yang akan disajikan pada siklus selanjutnya. Siklus Ketiga

Pada tahap siklus ini sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti telah mempersiapkan beberapa perencanaan dan instrument penelitian. Adapun perencanaan tersebut antara lain: a. Pada putaran sebelumnya antusias mahasiswa sudah baik, dan diharapkan pada siklus ketiga mahasiswa tetap mempunyai sikap yang sama. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dan motivasi peneliti yang makin meningkat dan lebih baik kepada mahasiswa sehingga mereka lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar b. Pada siklus ketiga peneliti juga memberi reward atau hadiah pada suatu kelompok yang mampu menyajikan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah terbaik. Reward atau hadiah diberikan atas prestasi yang dicapai oleh mahasiswa dengan tujuan untuk merangsang mahasiswa memperoleh prestasi yang lebih dikemudian hari. (Djamarah, 1996:167) c. Instrumen penelitian juga digunakan pada siklus ini, meliputi rencana pembelajaran, lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, lembar aktivitas mahasiswa dan lembar posttest untuk tahap terakhir. Perencanaan dalam siklus ketiga ini diharapkan mampu merangsang minat belajar mahasiswa tidak hanya minat belajar di kampus namun juga saat di rumah, sehingga diharapkan ada ketuntasan dalam hasil belajar seluruh mahasiswa. Dari hasil posttest siklus ketiga semua mahasiswa dikatakan tuntas dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari semua rata-rata nilai mahasiswa yang mencapai hampir 80. Pada siklus ketiga ini, dapat disimpulkan prosentase ketuntasan belajar mencapai 99% dan ini sesuai dengan harapan peniliti. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakakukan oleh peneliti pada siklus ketiga diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti pada siklus ketiga secara keseluruhan sudah baik, bahkan saat diskusi dan presentasi hasil pemecahan masalah kondisi kelas mulai aktif dan kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam belajar dan menyampaikan pendapat. 2. Pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar telah sesuai dengan sintaks pembelajaran berdasarkan masalah yanga ada dan ini dapat dinyatakan positif karena mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Pada siklus ketiga, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah baik sehingga tidak perlu ada perbaikan. Berdasarkan data pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah yang peneliti peroleh pada siklus ketiga sudah baik. Hasil yang diperoleh adalah peneliti telah sukses menerapkan

pembelajaran berdasarkan masalah. Mulai tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap penutup semua fase kegiatan memperoleh rata-rata kategori baik. Pengelolaan waktu yang dilaksanakan sudah berjalan baik, karena mahasiswa telah terbiasa dengan penerapan metode problem based instruction (PBI) dan juga telah memahami masalah yang dihadapi sehingga mereka tidak sulit dalam mencari solusi masalah. Pada siklus ketiga ini, suasana pembelajaran dalam kelas terlihat aktif. Masing-masing mahasiswa dalam kelompok sangat antusias mengikuti diskusi dalam kelas. Tiap kelompok berusaha mempertahankan pendapatnya dan sering mengajukan pertanyaan pada kelompok lain. Meskipun banyak silang pendapat antar kelompok, namun masih terjalin sikap tenggang rasa dan saling menghargai pendapat antar kelompok. Hasil pengelolaan pembelajaran berdasar masalah secara keseluruhan mempunyai nilai rata-rata baik. Hal ini dikarenakan, mahasiswa telah terbiasa dengan metode PBI dan telah menguasai masalah yang harus dipecahkan sendiri. Begitu pula, hasil kinerja mahasiswa yang juga mengalami peningkatan. Pada siklus ketiga ini, terjadi perdebatan masing-masing kelompok saat diskusi namun masih mampu dikendalikan oleh peneliti. Mahasiswa berusaha memperoleh reward sebanyak-banyaknya dari peneliti berupa tambahan nilai. Berdasarkan hasil refleksi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada siklus ketiga telah baik. Sebaiknya pada pembelajaran berdasarkan masalah diberikan suatu permasalahan autentik dan mudah mengena pada pemikiran mahasiswa. Selain itu, peneliti juga memberi reward bagi kelompok yang mampu menyajikan hasil pemecahan masalah terbaik, karena kondisi ini mampu memotivasi mahasiswa dalam belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah sebaiknya harus mampu memprediksi waktu dengan baik, karena pada metode ini terdapat tahap diskusi dan penyajian hasil pemecahan masalah yang tidak memerlukan waktu cukup lama. Pada metode ini, peneliti juga diharapkan mampu menguasai kelas karena tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacammacam kegiatan belajar mahasiswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang ada memungkinkan mahasiswa belajar dan bekerja dengan baik, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Sudirman N. dalam Djamarah, 1996). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian melalui model PBI, pengelolaan PBI, hasil belajar mahasiswa, dan respon mahasiswa diuraikan sebagai berikut:

a.

Berdasarkan tabel penilaian pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah pada

siklus satu, siklus dua, dan siklus ketiga diperoleh data sebagai berikut: Diagram 1. Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 siklus 1 siklus 2 siklus 3 % hsl kinerja

Berdasarkan hasil sebelumnya diketahui bahwa pada siklus pertama nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah sebesar 2,67%, selanjutnya siklus kedua sebesar 3,2%. Sedangkan siklus ketiga mencapai 4%. Peningkatan ini disebabkan pada setiap siklus dilakukan refleksi dan revisi. Pada setiap akhir pembelajaran berdasarkan masalah, peneliti berdiskusi dengan team teaching untuk menyampaikan kekurangan dan kelebihan yang ada sehingga dapat dilakukan proses perbaikan pada siklus selanjutnya. b. Hasil belajar pada penelitian ini meliputi dua hal, yaitu hasil belajar mahasiswa 1) Hasil belajar mahasiswa Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan yang siginifikan untuk semua siklus. Pada kegiatan pembelajaran ini peneliti menetapkan nilai kelulusan yang diperoleh mahasiswa adalah 66, sehingga mahasiswa yang mendapat nilai dibawah 66 dinyatakan belum tuntas dalam belajar. Pada siklus pertama hasil belajar mahasiswa mencapai 81%, hasil belajar mahasiswa pada siklus kedua meningkat menjadi 85% dan pada siklus ketiga meningkat menjadi 100%. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan mahasiswa telah memahami materi yang telah disampaikan melalui diskusi dan pemecahan masalah. yang diperoleh melalui posttest dan hasil kinerja mahasiswa.

Diagram 2. Hasil Belajar Mahasiswa

100 80 60 40 20 0 S LUS1 IK S LUS2 IK S L 3 IK US % TUNTAS HSL BLJR

2) Hasil kinerja mahasiswa


Tugas kinerja mahasiswa diberikan setiap siklus yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kinerja mahasiswa dalam memecahkan masalah. Analisis data hasil tugas kinerja kelompok ditunjukkan pada tabel berikut ini:

TABEL 1 DESKRIPSI HASIL KINERJA


Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Siklus I 75 70 70 70 75 68 75 80 67 70 73 70 Siklus II 70 70 75 80 70 75 70 75 85 75 70 75 Siklus III 70 75 70 75 80 85 70 75 80 75 70 75 RataRata 71.6 71.6 71.6 75 75 76 71.6 76.6 77.3 73.3 71 73.3 Keterangan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan

Berdasarkan tabel tersebut, hasil kinerja mahasiswa secara keseluruhan sudah mencapai ketuntasan, karena rata-rata nilai yang mahasiswa mencapai diatas 66. semua kelompok mencapai hasil memuaskan. Hal ini karena semua kelompok dalam berdiskusi maupun menyajikan hasil karyanya telah masksimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik prosentase hasil kinerja mahasiswa berikut ini.

2)

Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap pembelajaran berdasarkan masalah peneliti memberikan angket yang harus diikuti oleh mahasiswa. Dari hasil angket yang telah disebarkan, ternyata 95% mahasiswa menyatakan senang belajar mata kuliah strategi pemasaran dengan materi manajemen produk yang terdiri dari positioning, strategi brand management, dan program manajemen produk melalui model pembelajaran berdasarkan masalah. Adanya model pembelajaran berdasarkan masalah ini mampu mendorong mahasiswa berani dalam menyampaikan pendapat dan menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar (95%).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.
2.

Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe problem based Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas proses belajar mengajar. pada pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada siklus I sampai dengan siklus II nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran semakin meningkat. Peningkatan ini karena mahasiswa sudah terbiasa dalam melakukan pembelajaran berdasarkan masalah. 3. belajar secara kelompok. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasanya mahasiswa dengan

4.

Aktivitas hasil kerja mahasiswa dalam kelompok telah mencapai

kesempurnaan setelah siklus III. Ini dapat dilihat dari peningkatan hasil kerja mahasiswa yang mana semua kelompok mampu mencapai nilai rata-rata 66. 5. Penguasaan mahasiswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar pada siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan, dan mencapai hasil 100% untuk siklus III.

6. 7.

Pembelajaran model problem based instruction (PBI) ini relevan Melalui pembelajaran problem based instruction (PBI),

dengan pembelajaran kontekstual. mahasiswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasi oleh mahasiswa secara kelompok

8.

Pembelajaran mata kuliah strategi pemasaran dengan model

problem based instruction (PBI) pada materi media strategi pemasaran lebih menyenangkan. Hal ini terlihat dari respon mahasiswa yang menyatakan 95% mahasiswa senang belajar dengan menggunakan model PBI dan terlihat aktif dalam menyampaikan pendapat mereka Saran Telah terbuktinya pembelajaran problem based instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah strategi pemasaran, maka kami sarankan halhal sebagai berikut:

1.

Pembelajaran problem based instruction

(PBI) dapat digunakan bagi dosen sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menyampaikan mata kuliah strategi pemasaran dengan materi manajemen produk.

2.

Problem

based

instruction

(PBI)

merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sehingga dalam pemilihan topik permasalahan hendaknya terkait dengan masalah yang autentik dan aktual. Begitu pula, dalam pemecahan masalah harus mampu mencakup semua sub pokok bahasan yang terdapat dalam materi.

3.

Penelitian yang dilakukan masih dalam

satu materi dengan penggunaan strategi yang terbatas. Oleh sebab itu, peneliti lain diharapkan dapat lebih variatif dalam menerapkan strategi pembelajaran agar dapat menunjukkan hal-hal penting yang tidak dapat ditunjukkan dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN Arends, Richard. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: MCGraw-Hill Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Djamarah, S.B. dan Awan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1996. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon

Saripuddin, Udin W dan T. Sukamto. 1996. Teori-teori Belajar dan Modelmodel Pembelajaran. PAU untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Ditjen DIKTI Sujana. 1989. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Karunia

You might also like