You are on page 1of 10

1

KATA PENGANTAR

Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kebaikanNya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kesenian daerah yang kita miliki sarat akan makna serta nilai-nilai luhur tentang kehidupan. Kekayaan ini harus tetap dijaga dan dikembangkan untuk menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya. Dalam tulisan ini penulis menyampaikan bagaimana kita dapat mengenal Gendang Guro-Guro Aron sebagai kesenian Karo secara lebih mendalam, untuk mengerti tentang arti, tata cara, tujuan serta fungsi-fungsi yang terkandung dalam kesenian ini. Penulis berharap melalui makalah sederhana ini para pembaca dapat memahami dan meningkatkan rasa bangga dan cinta kita terhadap kesenian Gendang Guro-Guro Aron yang dimiliki masyarakat Karo, yang merupakan aset kekayaan kebudayaan kita. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, kami meminta maaf atas segala keterbatasan kami dalam penulisan makalah ini. Kami juga sangat mengharapkan kritik serta saran membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini.

Medan, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 3 1.2. Tujuan....................................................................................................................... 3 1.3. Manfaat..................................................................................................................... 3 Bab II Pembahasan 2.1. Pengertian.................................................................................................................. 4 2.2. Tujuan........................................................................................................................ 4 2.3. Tata cara..................................................................................................................... 5 2.4. Fungsi........................................................................................................................ 5 2.5. Tanya jawab........................................................................................................... 6 Bab III Penutup 3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 8 3.2. Saran........................................................................................................................... 8 Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Masyarakat Karo yang tinggal di dataran tinggi Tanah Karo, yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabutapen Karo sering disebut sebagai Karo Gugung. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986), menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan dan salah satu diantaranya adalah yang berhubungan dengan kesenian. Kesenian selalu muncul dalam berbagai upacara tradisional di tengah-tengah masyarakat seperti upacara keagamaan, upacara kematian, upacara perkawinan, dan berbagai macam aktivitas keseharian masyarakat tradisional lainnya. Kesenian sudah menjadi tradisi secara turun temurun mewarisi kekayaan budaya dari para leluhur, yang pada masa lalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pola kehidupan masyarakatnya. Kesenian Karo terbentuk sejak adanya masyarakat Karo, walaupun tidak diketahui secara tepat kapan adanya masyarakat Karo tersebut.

1.2. Tujuan Setiap kegiatan senantiasa berorientasi pada tujuan. Tanpa ada tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak terarah dan tidak dapat diketahui apa yang hendak dicapai dari kegiatan tersebut. Untuk penulisan ini dirumuskan hal yang merupakan tujuan, yaitu untuk mendeskripsikan Gendang Guro-guro Aron pada masyarakat Karo baik pengertian, tujuan, tata cara serta fungsifungsi kesenian yang terdapat pada Gendang Guro-guro Aron.

1.3. Manfaat Manfaat penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan komponen masyarakat dari lembagalembaga kesenian maupun praktisi kesenian. Setelah melihat dan membaca tujuan diatas maka manfaat yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah menjadi media informasi dan data tertulis bagi masyarakat umum dan secara khusus bagi masyarakat mengenai jenis kesenian tradisi khususnya kesenian Gendang Guro-guro Aron pada masyarakat Karo. BAB II

PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Gendang Guro-guro Aron merupakan sebuah tradisi masyarakat Karo yang ada sebagai bentuk ucapan syukur terhadap Sang Pencipta atas anugerahNya melalui alam semesta yang menjadi tempat hidup manusia khususnya dilakukan seusai musim panen hasil bumi. Pengertian Gendang Guro-guro Aron sendiri bisa diartikan dari 2 asal kata yaitu guro-guro dan aron. Guro-guro yang berarti main-main, jagar-jagar, bersenda gurau; dan aron yang artinya muda-mudi (usia tidak dibatasi), anak perana dan singuda-nguda yang dalam tradisi mengerjakan ladang bersama-sama. Kemudian Kata gendang didepannya yang diartikan sebagai sebuah kerja, pesta, upacara dengan tari-tarian. Jadi pengertian Gendang Guro-guro Aron merupakan kerja, pesta, upacara yang diperuntukkan sebagai ajang muda-mudi erguro-guro.

2.2. Tujuan Dalam tradisi ini ada beberapa tujuan diadakannya Gendang Guro-guro Aron ini, antara lain: Sebagai bentuk ucapan syukur atas musim panen yang telah dilalui. Sebagai doa dan harapan agar musim selanjutnya seperti ungkapan Mbuah page nisuan, merih manuk niasuh (Padi berbuah banyak, ayam berkembang biak dengan banyak) yang merupakan salah satu simbol kemakmuran pada masyarakat Karo. Agar anak perana & singuda-nguda belajar ertutur dan mengetahui adat. Agar beberapa anak perana yang diangkat sebagai pengulu aron, dan singuda-nguda yang jadi nande aron, bisa berlatih kepemimpinan. Agar aron ini semua tetap semangat dan rajin mengerjakan ladang. Sebagai wadah bertemunya pemuda dan pemudi, tempat pencarian jodoh. Sebagai tempat belajar mempercantik diri, bersolek, memakaikan kain-kain tradisional (metik) Sebagai hiburan di desa

2.3. Tata Cara

Penyanyi terdiri dari pria dan wanita (sepasang) yang disebut perkolong-kolong. Biduan ini mengenakan pakaian adat karo dan biasanya memiliki suara yang enak didengar serta pintar saling beradu pantun atau ejekan dalam konteks halus dan canda. Lagu-lagu yang dinyanyikan disesuaikan dengan acara yang telah tertata oleh kelaziman yang ada. Lagu pertama biasanya adalah lagu Pemasu-masun dengan lirik mendoakan agar segenap masyarakat yang ada pada acara tersebut diberikan kelimpahan rahmat, rezeki, kesehatan dan umur panjang serta kedamaian dari Yang Maha Kuasa. Sembari biduan bernyanyi, semua panitia dan tamu undangan diajak menari di atas panggung. Lagu pembukaan bernada sentimentil ini diringi serunai, penganak, gong dan anak gung (semacam gamelan) membuat suasana menjadi khidmat dan syahdu. Seusai lagu Pemasumasun, selanjutnya biduan menyanyikan lagu-lagu permintaan yang diikuti dengan tarian dari masing-masing marga (pam) yang hadir. Para penari harus berpasangan dengan istrinya atau jika belum menikah berpasangan dengan impal (pariban)nya. Kesempatan ini biasanya digunakan muda-mudi untuk berkenalan atau lebih mengintensifkan perkenalan yang telah dijalin. Setelah semua merga (ada lima marga dalam masyarakat Karo), panitia, petugas keamanan dan kelompok-kelompok lain yang ada pada acara usai mendapat giliran menari maka kedua biduan diadu bernyanyi dengan saling membalas pantun atau ejekan sambil mengerahkan kemampuan menari yang dimiliki. Adegan ini biasanya diadakan menjelang tengah malam, yang merupakan puncak acara. Gendang Guro-guro Aron ini diiringi dengan Gendang Lima Sendalanen, sebuah perangkat musik tradisional Karo yang terdiri dari lima alat musik; Sarune (alat musik tiup), Gendang Singindungi, Gendang Singanaki, Gong dan Penganak (gong kecil) sebagai pengatur ritme. Namun, beberapa tahun terakhir banyak yang menggunakan hanya kibot Karo (organ tunggal), atau kolaborasi Kibot dengan Gendang Lima Sendalanen.

2.4. Fungsi Fungsi kesenian Gendang Guro-guro Aron:


1. Fungsi kesinambungan kebudayaaan: karena melalui acara seperti ini para anak perana dan

singuda-nguda belajar ertutur dan mengetahui adat.


2. Fungsi norma-norma sosial dan seksual: karena acara ini juga sebagai wadah bertemunya

para pemuda-pemudi dan ajang mencari jodoh.


3. Fungsi reaksi jasmani: karena pada acara ini orang menari-nari / landek 4. Fungsi pengintergasian masyarakat: karena dihadiri semua orang di kampung tersebut

bahkan didatangi oleh warga-warga dari desa tetangga.

5. Fungsi hiburan: karena pada acara ini masyarakat karo bernyanyi, menari dan bersukaria.
6. Fungsi komunikasi: karena terdapat doa doa yang disampaikan kepada Tuhan agar panen

selanjutnya lebih banyak lagi. Juga mengkominikasikan harapan harapan kepada semua masyarakat yang hadir.
7. Fungsi ekonomi: karena acara ini digunakan oleh perkolong kolong serta pemain musik

sebagai mata pencarian (untuk menghasilkan uang). 8. Fungsi pengungkapan emosi: karena acara ini diadakan sebagai syukuran / kebahagiaan atas hasil panen yang didapatkan.

2.5. Tanya - Jawab 1. Kenapa Gendang Guro-guro Aron diadakan pada saat bulan purnama? (Pertanyaan dari Eva Sigalingging). Sebenarnya Gendang Guro-guro Aron tidak harus diadakan pada saat bulan purnama. Namun memang acara Gendang Guro-guro Aron ini memang selalu diadakan saat malam hari dan puncaknya hingga menjelang tengah malam dimana kedua biduan diadu bernyanyi dengan saling membalas pantun atau ejekan sambil mengerahkan kemampuan menari yang dimiliki. Karena acara ini diadakan pada malam hari sampai jelang tengah malam maka memang biasanya biasanya disertai dengan terang bulan tetapi ini bukanlah suatu keharusan. 2. Apakah Gendang Guro-guro Aron ini memang merupakan kesenian suku Karo?

(Pertanyaan dari Berniana Malau). Ya, benar. Gendang Guro-guro Aron memang merupakan kesenian suku Karo. Kesenian ini biasanya diadakan saat kerja tahun, antara bulan Juni atau Juli (tiap-tiap kampung / daerah berbeda tanggalnya) yang rutin diadakan sekali setahun. Dalam momen kerja tahun inilah Gendang Guro-guro Aron ditampilkan. 3. Kenapa harus Gendang Guro-guro Aron yang diadakan sebagai syukuran setelah panen?

(Pertanyaan dari Perawati Panjaitan). Masyarakat Karo mengenal sistem gotong royong yang disebut aron, dimana sekelompok pemuda pemudi mengerjakan sawah / ladang mereka secara bergantian. Setelah satu tahun bekerja keras mengolah sawah dan ladang maka mereka merasa perlu mengadakan sebuah acara hiburan untuk melepas rasa lelah sekaligus syukuran atas hasil panen yang didapat. Karena hal inilah maka Gendang Guro-guro Aron disebut sebagai acara syukuran setelah panen.

4.

Coba jelaskan secara singkat urutan urutan dalam acara Gendang Guro-guro Aron!

(Pertanyaan dari Risman Situmorang). Acara Gendang Guro-guro Aron dibuka oleh perkolong kolong, yaitu sepasang biduan Karo yang selain pandai bernyanyi juga pintar menari. Pertama tama mereka akan bernyanyi, lagu pembuka biasanya adalah lagu Pemasu-masun yaitu lagu dengan lirik mendoakan agar segenap masyarakat yang ada pada acara tersebut diberikan kelimpahan rahmat, rezeki, kesehatan dan umur panjang serta kedamaian dari Yang Maha Kuasa. Sembari biduan bernyanyi, semua panitia dan tamu undangan diajak menari di atas panggung. Lagu pembukaan bernada sentimentil ini diringi serunai, penganak, gong dan anak gung (semacam gamelan) membuat suasana menjadi khidmat dan syahdu. Seusai lagu Pemasu-masun, selanjutnya biduan menyanyikan lagu-lagu permintaan yang diikuti dengan tarian dari masing-masing marga (ada lima merga besar dalam suku Karo) yang hadir.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ragam pesona. Bangsa yang memiliki banyak keanekaragaman sebagai aset terbesar yang dimiliki Indonesia sendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa keragaman itu memiliki keunikan tersendiri. Jika kita jelajahi nusantara ini, dari Sabang sampai Merauke, kita serta merta akan menjumpai ragam budaya, ragam bahasa, ragam tradisi, ragam busana, dan sebagainya. Terpenting dari kesemuanya ialah keragaman itu diikat dengan Bineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetapi satu juga. Keanekaragaman yang berbeda itu bukan menjadi pemecah melainkan merupakan sebuah kekayaan yang memberikan makna tersendiri dari satu suku ke suku yang lain, khususnya bagi bangsa persada nusantara Indonesia. Keragaman yang demikian itu, salah satunya ialah budaya yang ada di Sumatra Utara, yakni suku Karo. Suku yang memiliki keunikan tersendiri, dan tentunya memberi kekayaan kepada bangsa Indonesia. Banyak hasil karya yang dihasilkan dan salah satunya ialah kesenian yang disebut Gendang Guro-guro Aron. Acara menyanyi dan menari yang diadakan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang didapat. Dengan ini ingin ditonjolkan bahwa masyarakat Karo merupakan masyarakat yang sederhana yang selalu ingat mengucap syukur atas keberhasilan yang didapatkan.

3.2. Saran Dewasa ini banyak peninggalan kebudayaan masa lalu kurang terpelihara. Seandainya masih ada pun kemungkinan hanya merupakan puing-puingnya saja, atau telah di reduplikasi atau sudah ditambah dengan properti lain. Alangkah baiknya kita tetap menjaga kelestarian kesenian asli daerah kita yang merupakan cerminan kekayaan kebudayaan yang kita miliki. Pengenalan akan seni dan budaya masing-masing manusia harus diperkenalkan sejak dini. Dengan hal tersebut kita akan terbantu untuk memberikan suatu sumbangsih yang besar.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Gendang_guro-guro_aron

http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/01/gendang-guro-guro-aron-gbkp-depok-lenteng-agung/ http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/31/gendang-guro-guro-aron/ http://blog.petrabarus.net/2008/02/25/gendang-guro-guro-aron-permata-gbkp-bandung-pusat-2008/ http://www.facebook.com/note.php?note_id=142415799117824 http://www.karo.or.id/gendang-guro-guro-aron-jaranguda/ http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=157574:etnis-karogelar-qgendang-guro-guro-aronq&catid=15&Itemid=28 http://www.youtube.com/watch?v=hRTZdU8TjE0 http://indonesia.mitrasites.com/gendang-guro-guro-aron.html http://www.antarasumut.com/berita-sumut/berita-sumut/etnis-karo-gelar-gendang-guro-guro-aron/ http://pancurbatu.wordpress.com/2010/11/21/etnis-karo-gelar-gendang-guro-guro-aron/ http://delitua.blogspot.com/2010/11/etnis-karo-gelar-gendang-guro-guro-aron.html www.savevid.com http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26174/5/Chapter%20I.pdf http://sosbud.kompasiana.com/2011/11/01/gendang-guro-guro-aron-gbkp-depok-lenteng-agung/

MAKALAH

GENDANG GURO-GURO ARON KARO


D I S

10

U S U N OLEH:

NAMA NPM

: METY KAROLINA. P : 09 071 111 026

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN 2012

You might also like