You are on page 1of 36

Vulkanologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Erupsi Gunung St Helens Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi. Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra (seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya.

Gunung Merapi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari Gunung merapi) Untuk nama gunung di Sumatera Barat dengan nama yang mirip, lihat Gunung Marapi.

Merapi

Ketinggian Daftar

2.968 m (9.737 kaki) Ribu, Gunung api Tipe A Lokasi

Lokasi

Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Sleman (DI Yogyakarta) 732'30" LS 11026'30" BT Geologi

Koordinat

Jenis Letusan terakhir

stratovolcano 2010

Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara

dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[rujukan?] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1]

Daftar isi

1 Geologi o 1.1 Erupsi 2006 o 1.2 Erupsi 2010 2 Vegetasi 3 Rute pendakian 4 Lihat pula 5 Galeri 6 Rujukan 7 Pranala luar

[sunting] Geologi

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn.

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng IndoAustralia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.[2]

Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya.[3] Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap.[4] Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra. Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nue ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.[2] Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5] Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia[6].

Puncak Merapi pada tahun 1930.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[rujukan?] Ahli geologi Belanda, van Bemmelen,

berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.[rujukan?] Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872[7] dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010)[8], meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km. Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliurang.
[sunting] Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan. Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi. 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [9] 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman. [10]

[sunting] Erupsi 2010 Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Gunung Merapi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman. Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.[11] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan. Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.[12] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah. Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[13] dan Bogor.[14] Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert). [15][rujukan?] Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.[16]

[sunting] Vegetasi
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika. Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.

[sunting] Rute pendakian


Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Slo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak. Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

[sunting] Lihat pula


Taman Nasional Gunung Merapi. Daftar gunung di Indonesia Daftar gunung berapi di Indonesia

[sunting] Galeri
Foto-foto Merapi dari sisi sebelah utara, setelah letusan 2006.

Merapi dari arah Ketep, Magelang.

Dari arah Jrakah, Boyolali.

Dari arah Selo, Boyolali. Tampak puncak Batulawang (puncak Merapi tua) di sebelah kiri.

Dari arah depan

Akibat letusan gunung berapi


January 24, 2012 | In: Pendidikan, Tips

Akibat letusan gunung berapi Berdasarkan jumlah gunung berapi dan jumlah korban jiwa manusia akibat letusannya, Indonesia termasuk kategori negara rawan bencana letusan gunung berapi. Bahaya letusan gunung berapi dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia. Bahaya langsung yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi sebagai berikut. 1. Leleran lava Leleran lava gunung berapi merupakan cairan lava yang pekat dan panas sehingga merusak segala kehidupan serta sarana dan prasarana yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava sangat tergantung pada kekentalan magma dalam perut gunung. Semakin rendah kekentalannya maka semakin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan atau dimuntahkan berkisar antara 8001.200C. Di Indonesia leleran lava yang dimuntahkan gunung berapi berkomposisi menengah dan bergerak cukup lamban sehingga kita dapat menghindari dari terjangannya. 2. Aliran piroklasik (awan panas) Aliran piroklasik dapat terjadi akibat runtuhan asap erupsi, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava, dan aliran pada permukaan tanah. Aliran piroklasik sangat dipengaruhi oleh gravitasi dan cenderung mengaliri melalui daerah rendah atau lembah. Kecepatan aliran piroklasik mampu mencapai 150-250 km/jam dan alirannya mampu menjangkau jarak puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air laut. 3. Jatuhan piroklasik (hujan abu vulkanik) jatuhan piroklasik atau hujan abu terjadi dari letusan gunung berapi yang membentuk asap cukup tinggi. Ketika energi letusan habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi di permukaan bumi. Hujan abu ini tidak hanya menjadi bahaya langsung bagi manusia tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan angkasa beberapa saat dan membahayakan jalur udara serta transportasi darat maupun laut. 4. Letusan lahar Umumnya lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air kawah cukup besar maka akan menjadi ancaman langsung bagi kehidupan makhluk hidup ketika terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas. 5. Gas vulkanik beracun Ternyata letusan gunung berapi bisa menyebabkan munculnya gas beracun. Gas ini umumnya

muncul pada gunung berapi aktif, berbentuk gas CO, CO2, HCN, H2S, atau SO2. Pada konsentrasi di atas ambang batas gas ini dapat menimbulkan kematian jika terisap. Selain mengakibatkan dampak secara langsung, saat atau setelah terjadi letusan gunung berapi juga dapat menyebabkan hal-hal berikut. a. Lahar hujan Lahar hujan akan terjadi jika endapan material yang lepas hasil erupsi atau letusan gunung berapi yang diendapkan di puncak dan lereng terbawa oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berbentuk aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Lahar hujan ini juga dapat mengubah topografi (bentuk) sungai yang dilaluinya dan merusak sarana yang lain. b. Banjir bandang Letusan gunung berapi juga dapat mengakibatkan banjir bandang. Banjir ini disebabkan longsoran laterial vulkanik lama pada lereng gunung berapi dan dipicu oleh curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur ini tidak begitu pekat seperti lahar tetapi cukup membahayakan penduduk yang bekerja di sungai jika tiba-tiba terjadi banjir lumpur. c. Longsoran vulkanik Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung berapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung berapi sehingga menjadi rapuh atau terkena gempa bumi berkekuatan tinggi. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunung berapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsor vulkanik. Jangan salah sangka bahwa gunung berapi ketika meletus hanya merugikan dan membahayakan kehidupan kita. Ternyata gunung meletus memberikan manfaat bagi kehidupan khususnya di daerah-daerah sekitar letusan gunung. Berikut ini merupakan manfaat letusan gunung berapi bagi kehidupan manusia. - Gunung berapi mampu menghasilkan panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga bagi pembangkit listrik. - Menghasilkan bahan-bahan bermanfaat berikut.

Abu vulkanik dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung. Bahan yarosit dan belerang dapat dipakai untuk bahan kimia. Bahan tawas dapat dipakai sebagai penjernih air dan pasir. Pasir, kerikil dan batuan dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

- Panorama keindahan gunung dapat untuk menarik wisatawan. - Gunung yang memiliki kawasan hutan dapat digunakan sebagai pengatur tata air dan sumber mata air.

Jenis-jenis gunung berapi


jenis gunung berapi | aktivitas vulkanik | gempa bumi | geologi | ledakan magma | kilauea hawaii | video youtube gunung berapi FOR ENGLISH CLICK HERE

Aktivitas gunung berapi terjadi pada setiap kondisi yang memungkinkan. Seperti seorang pemurung, mereka dapat meledak dengan dasyat atau beruap dengan tenangnya, merayap dengan malasnya atau merusak dirinya sendiri. Asal muasal gunung berapi menentukan daya ledaknya. Banyak gunung berapi meletus sepanjang area subduksi.

Image via Wikipedia Di sini, lempengan tektonik yang besar dari permukaan planet kita mendorong terhadap salah satunya ke yang lain. Sepanjang garis batas di mana satu lempengan diputar di bawah lempengan lainnya, kita mendapatkan gunung berapi paling berbahaya. Letusan dasyat memenuhi pikiran kita tentang sebuah gunung berapi. Gunung-gunung berapi menciptakan pegunungan besar berbentuk kerucut. Gunung-gunung api ini meletus ketika magma di bawahnya mendesak mulut gunung. Di tenagai oleh gas yang menyebar dan air tanah yang mendidih, ekses panaspun menghembus. Gunung berapi seperti ini sering memiliki lapisan-lapisan alternatif dari bahan-bahan vulkanik yang berbeda-beda, debu, bara dan lava. Ketiganya yang melapisi kerucut disebut gunung berapi komposisi. Hawaii tidak berada di dekat dua lempengan yang bergabung, tetapi hawaii merupakan sebuah titik panas aktivitas vulkanik. Apa yang mentenagainya? Kepulauan Hawaii adalah kepulauan titik panas, tercipta ketika sejumlah magma menerobos sebuah titik tipis pada lapisan permukaan. Ketika ia menyemburkan api, lempengan bergerak sepanjang 4 inchi per tahun. Satu pulau telah terdinginkan, sementara yang lain terciptakan, betapa sebuah pertunjukan perakitan berkesinambungan. Di pulau terbesar Hawaii, Kilauea telah meletus sejak 1983, dan mempertunjukan tidak adanya tanda-tanda beristirahat. Ini adalah sebuah contoh dari jenis kedua gunung berapi, gunung berapi perisai. Kawah di bagian tengahnya disebut kaldera. Kawah itu masih hangat tetapi kelihatannya tidak akan meletus lagi. Jauh keluar, lava yang meresap keluar dan mengalir, menciptakan dataran baru ketika ia mendingin.

Aliran yang lebar yang membuat sebuah gunung berapi perisai berbeda dibanding gunung api kerucut. Penutup yangtidak stabil ini merupakan batu basal murni. Kadang, aliran hanya beberapa inchi saja dari permukaan. Lava tebal seperti madu, ciri khas Hawaii, menjadi dingin membentuk daerah tandus yang memerlukan bertahun-tahun untuk dapat didiami. Kerucut batu bara adalah jenis ketiga gunung berapi. Paracutin di Meksiko adalah contoh yang menarik. Seperti halnya gunung berapikomposisi, mereka mungkin saja para tamu yang berdaya ledak tinggi di permukaan planet kita. Mereka menyembur dengan banyak debu, bara api dan kepingan-kepingan lava. Mereka menciptakan pegunungan vulkanik secara cepat, tetapi tidak selebar gunung berapi perisai atau setinggi gunung berapi komposisi. Bentuk kerucut batu bara ditentukan oleh ukuran material yang dikeluarkannya.

Gunung berapi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah Kaldera Tengger termasuk Bromo, Jawa Timur, Indonesia.

Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk terhadap margasatwa lokal, dan juga manusia.

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

Aliran lava. Letusan gunung berapi. Aliran lumpur. Abu. Kebakaran hutan. Gas beracun. Gelombang tsunami. Gempa bumi. Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia

Status

Makna

Tindakan

AWAS

Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam

Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh

SIAGA

Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh

waktu 2 minggu

WASPA DA

Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar

Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas

NORMA L

Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan

[sunting] Jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya


Stratovolcano Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini. Perisai Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai. Cinder Cone Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya. Kaldera Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

[sunting] Klasifikasi gunung berapi di Indonesia


Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.

Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurangkurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara. Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Gunung meletus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Letusan gunung berapi St. Helens (AS), 22 Juli 1980

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.

Daftar isi

1 Berbagai Tipe Gunung Berapi 2 Ciri-ciri gunung berapi akan meletus 3 Hasil letusan gunung berapi 4 Lihat pula 5 Pranala luar

[sunting] Berbagai Tipe Gunung Berapi


1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano) 2. Gunung berapi perisai (shield volcano) 3. Gunung berapi maar\\\jhk

[sunting] Ciri-ciri gunung berapi akan meletus


Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain

Suhu di sekitar gunung naik. Mata air menjadi kering Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa) Tumbuhan di sekitar gunung layu Binatang di sekitar gunung bermigrasi

[sunting] Hasil letusan gunung berapi


Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
Gas vulkanik Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia. Lava dan aliran pasir serta batu panas Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan. Lahar

Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi. Hujan Abu Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan. Awan panas Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.

Vulkanologi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Erupsi Gunung St Helens Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi. Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra (seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya.

Daftar gunung berapi di Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Daftar gunung berapi di Indonesia

Peta sebaran gunung berapi di Indonesia


Agung Api Siau Argopuro Arjuno Barujari Batur Bromo Bur ni Telong Ciremai Galunggung Gamkonora Gede Guntur Ibu Ine Like

Iya Kawah Ijen Kelimutu Kelud Kerinci Krakatau Lawu Leuser Lokon Lurus Mahameru Merapi Merbabu Papandayan Raung Rinjani Sago Salak Semeru Sibayak Sinabung Singgalang Sirung Soputan Talamau Talang Tambora Tandikat Tangkuban Perahu Welirang

Stratovolcano
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Stratovolcano, juga dikenal sebagai gunung berapi komposit, ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung berapi itu secara khas curam tampaknya karena aliran lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh. Lava seperti itu dikelompokkan asam karena tingginya konsentrasi silikat. Di ujung lain spektrum itu ialah gunung berapi pelindung (seperti Mauna Loa di Hawaii), yang terbentuk dari lava yang kurang kental, memberinya dasar kuat dan dengan hati-hati raut yang melandai. Banyak stratovolcano yang melampaui ketinggian 2500 m. Sering tercipta oleh subduksi lempeng tektonik. Meski stratovolcano kadang-kadang disebut gunung berapi gabungan, para ahli gunung berapi lebih memilih menggunakan istilah stratovolcano untuk membedakannya dari gunung berapi karena semua gunung berapi dari bentuk apapun memiliki struktur gabungan (berlapis) yakni terbentuk dari penumpahan berangkai material eruptif.

Daftar isi

1 2 3 4

Contoh Penciptaan Bahaya Efek Iklim

5 Lumpur

[sunting] Contoh

Gunung St. Helens sebuah stratovolcano sehari sebelum 18 Mei 1980, erupsi yang menghilangkan sebagian besar puncak pegunungan.

Aragats, Armenia Ar Da, Turki Pulau Barren (Kepulauan Andaman) - Satu-satunya gunung berapi aktif di anak benua India Beerenberg, Jan Mayen - gunung berapi paling utara di dunia Cotopaxi di Ekuador Gunung Elbrus Kaukasus, Rusia Gunung Erebus di Antarktika Gunung Etna di Italia Gunung Fuji di Jepang Gunung Hood di Oregon utara, Amerika Serikat Gunung Merapi di Jateng, Indonesia Gunung Vesuvius di Italia Kazbek, Kaukasus, Georgia Kollttadyngja di Eslandia timur laut. Lann di perbatasan antara Argentina dan Chili Mayon di Filipina El Misti dekat kota di selatan Peru, Arequipa Gunung Pele di Martinique Teide di Tenerife, Kepulauan Canary Krakatau di Indonesia

[sunting] Penciptaan
Stratovolcanoes adalah umum di zona subduksi, membentuk rantai sepanjang batas lempeng tektonik di mana kerak samudera yang diambil di bawah kerak benua (Continental Arc Vulkanisme, misalnya Cascade Range, Andes pusat) atau lain lempeng samudera (Pulau Vulkanisme busur, misalnya Jepang, Pulau Aleutian). Magma yang terbentuk oleh stratovolcanoes naik ketika air terperangkap baik dalam mineral terhidrasi dan di batuan basalt berpori dari kerak samudera atas, dilepaskan ke batuan mantel dari astenosfer di atas lempengan laut yang tenggelam. Pelepasan air dari mineral terhidrasi disebut "pengeringan," dan terjadi pada tekanan tertentu dan suhu untuk setiap mineral, seperti piring turun ke kedalaman yang lebih besar. Air dibebaskan dari batuan menurunkan titik leleh batuan mantel atasnya, yang kemudian mengalami pelelehan parsial dan naik karena densitasnya lebih ringan dibandingkan dengan batuan mantel sekitarnya, dan kolam sementara di dasar lithosfer. Magma kemudian naik melalui kerak, menggabungkan batuan kerak yang kaya akan silika, yang mengarah ke komposisi akhir. Saat magma mendekati permukaan atas, kolam dalam kamar magma itu ada di bawah atau dalam gunung berapi. Di sana, tekanan relatif rendah memungkinkan air dan volatil lainnya (terutama CO2, SO2, Cl2, dan H2O) yang dilarutkan dalam magma untuk melarikan diri dari larutan, seperti yang terjadi ketika sebotol air berkarbonasi dibuka, melepaskan CO2. Setelah volume kritis dari magma dan gas terakumulasi, hambatan (massa penyumbatan) dari kerucut vulkanik diatasi, mengarah ke letusan ledakan mendadak. Zona subduksi-stratovolcanoes, seperti Gunung St Helens dan [[Gunung Pinatubo], biasanya meledak dengan kekuatan ledakan: magma terlalu kaku untuk memungkinkan melepaskan gas vulkanik. Sebagai akibatnya tekanan internal yang luar biasa dari gas-gas vulkanik

tetap terperangkap dalam magma seperti bubur. Setelah menerobos dari ruang magma, magma mengeluarkan gas secara eksplosif. Seperti proses ledakan dapat disamakan dengan gemetar sebotol air berkarbonasi keras, dan kemudian dengan cepat melepas tutup. Tindakan gemetar nukleasi pembubaran CO2 dari cairan sebagai gelembung, meningkatkan volume internal. Gas dan air menyembur keluar dengan cepat dan kuat. Dua Dekade Gunung berapi yang meletus pada tahun 1991 memberikan contoh bahaya stratovolcano. Pada tanggal 15 Juni, Gunung Pinatubo memuntahkan abu 40 kilometer (25 mil) ke udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang besar dan lumpur yang menghancurkan area yang luas di sekitar gunung berapi. Pinatubo, terletak 90 km (56 mil) dari Manila, telah aktif selama 600 tahun sebelum letusan 1991, yang peringkat sebagai salah satu letusan terbesar di abad ke-20. Juga pada tahun 1991, Gunung Berapi Unzen, Jepang , yang terletak di pulau Kyushu sekitar 40 km (25 mil) timur [[Nagasaki], terbangun dari tidur yang 200-tahun untuk menghasilkan kubah lava baru di puncaknya. Awal pada bulan Juni, mengulangi runtuhnya kubah ini meletus menghasilkan arus abu yang menyapu menuruni lereng gunung dengan kecepatan setinggi 200 kmh (120 mil per jam).

[sunting] Bahaya
Dalam catatan sejarah, letusan ledakan di zona subduksi (konvergen-batas) gunung berapi telah menimbulkan bahaya terbesar bagi peradaban.

[sunting] Efek Iklim


Selain mungkin mempengaruhi iklim, awan vulkanis dari letusan ledakan juga menimbulkan bahaya untuk keselamatan penerbangan. Sebagai contoh, pada letusan 1982 Galunggung di Jawa; 9 Penerbangan British Airways terbang ke dalam awan abu, menderita kegagalan mesin sementara dan kerusakan struktural. Selama dua dekade terakhir, lebih dari 60 pesawat terbang, sebagian besar jetliners komersial, telah rusak oleh pertemuan dalam penerbangan dengan abu vulkanik. Beberapa pertemuan telah mengakibatkan hilangnya kekuatan semua mesin, mengharuskan pendaratan darurat. Untungnya, sampai saat ini tidak ada kecelakaan telah terjadi karena pesawat jet terbang ke dalam abu vulkanik. Hujan abu adalah ancaman bagi kesehatan ketika dihirup, dan juga merupakan ancaman untuk properti dengan akumulasi yang cukup tinggi. Lebih besar dari 30 cm (12 inci) akumulasi cukup untuk sebagian besar bangunan runtuh.

[sunting] Lumpur
Sejak tahun 1600 Masehi, hampir 300.000 orang telah tewas akibat letusan gunung berapi. Sebagian besar kematian disebabkan oleh aliran piroklastik dan lumpur, bahaya mematikan yang sering menyertai letusan eksplosif-zona subduksi stratovolcanoes. Aliran piroklastik yang bergerak cepat, longsoran seperti, campuran tanah-pijar memeluk puing vulkanik panas, abu, dan gas yang dapat bergerak pada kecepatan lebih dari 100 mil per jam (160 km / jam). Sekitar 30.000 orang tewas oleh aliran piroklastik pada letusan 1902 Mont Pelee di pulau Martinique di Karibia. Pada bulan Maret-April 1982, tiga ledakan letusan Gunung Berapi El Chichn di Negara Bagian Chiapas, Meksiko tenggara, menyebabkan bencana gunung berapi terburuk dalam sejarah negara itu. Desa dalam 8 km (5.0 mil) dari gunung berapi dihancurkan oleh aliran piroklastik, menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Lumpur (juga disebut aliran puing-puing atau lahar, sebuah istilah bahasa Indonesia untuk lumpur gunung berapi) adalah campuran dari puing-puing vulkanik dan air. Air biasanya datang dari dua sumber: curah hujan atau mencairnya salju dan es dengan puing-puing vulkanik panas. Tergantung pada proporsi air untuk bahan vulkanik, lumpur dapat berkisar dari banjir tebal ke arus tebal yang memiliki konsistensi semen basah. Seperti menyapu lumpur menurunkan sisi curam gunung berapi komposit, mereka memiliki kekuatan dan kecepatan untuk meratakan atau mengubur segala sesuatu di jalan mereka. Panas abu dan aliran piroklastik dari letusan 1985 dari Gunung Berapi Nevado del Ruiz di Kolombia, Amerika Selatan, salju mencair dan es di atas puncak Andes (tinggi : 5390 Meter) yang berikutnya lumpur mengubur kota Armero, membunuh 25.000

Kaldera
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Citra Landsat dari danau Toba, di Sumatera. Kubah yang timbul kembali membentuk pulau Samosir. (panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer, kaldera terbesar kelas dunia)

Gambar Santorini dari udara.

Kaldera adalah fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. Contoh di Indonesia adalah danau Toba yang berawal dari letusan gunung purba. Kaldera sering tertukar dengan kawah vulkanik. Kata "kaldera" berasal dari bahasa Spanyol, yang artinya wajan. Pada tahun 1815, seorang ahli geologi Jerman Leopold van Buch mengunjungi kaldera Las Caadas dari Teide di Tenerife, dan Caldera de Taburiente di La Palma, keduanya di Kepulauan Canaria. Ketika catatannya dipublikasikan, ia memperkenalkan istilah caldera kedalam perbendaharaan kata geologi.

Daftar isi

1 Pembentukan kaldera o 1.1 Kaldera karena letusan 1.1.1 Danau Toba o 1.2 Kaldera bukan karena letusan o 1.3 Kaldera diluar bumi 1.3.1 Bulan 1.3.2 Mars 1.3.3 Venus 1.3.4 Io 2 Catatan 3 Referensi 4 Pranala luar

[sunting] Pembentukan kaldera

Contoh pembentukan kaldera, gambar menunjukkan garis waktu meletusnya gunung Mazama

Animasi eksperimen penggambaran pembentukan kaldera dalam kotak berisi tepung

Keruntuhan permukaan terjadi karena kosongnya kantung magma di bawah gunung berapi, biasanya terjadi karena gunung meletus. Jika cukup banyak magma dikeluarkan, kantung magma yang kosong tidak bisa mendukung berat struktur gunung berapi di atasnya. Patahan melingkar berbentuk cincin terbentuk di sekililing kantung magma. Patahan cincin juga menjadi pemicu keluarnya isi magma lain melalui jalan keluar sekeliling puncak gunung berapi. Dengan kosongnya kantung magma, bagian tengah gunung api mulai runtuh. Runtuhnya gunung bisa berupa satu letusan dahsyat atau sebuah seri letusan. Luas bagian yang runtuh bisa ratusan atau ribuan kilometer besarnya.
[sunting] Kaldera karena letusan

Jika magma kaya dengan silika, kaldera biasanya terisi dengan ignimbrit, tuff, riolit, dan batuan beku lainnya. Magma yang kaya silika memiliki viskositas/kelekatan yang tinggi, sehingga tidak bisa mengalir dengan mudah seperti basal. Sebagai akibatnya gas-gas cenderung terjebak dengan tekanan tinggi di dalam magma. Ketika magma mendekati permukaan Bumi, tersingkirnya beban yang demikian cepat dari tumpukan material di atasnya membuat tekanan gas yang terjebak berkurang dengan cepat, berakibat pada letusan yang merusak magma dan menyebarkan debu vulkanik ke daerah yang luas. Lava dari kaldera yang meletus disebut A'a (dari Bahasa Hawaii). Lava yang mengalir juga masih bisa meletup. Jika kegiatan vulkanik berlanjut, bagian tengah kaldera bisa naik dan membentuk kubah baru seperti yang terlihat di Cerro Galn, Danau Toba, Yellowstone, dan sebaginya, sebagai akibat keluarnya magma. Sebuah kaldera yang kaya silika atau yang membentuk kubah baru bisa meletus dengan ratusan atau bahkan ribuan kilometer kubik material pada satu kali letusan. Bahkan kaldera kecilpun bisa menjadi letusan seperti Krakatau pada 1883 atau Gunung Pinatubo pada 1991, berakibat pada kerusakan sekitar dan tercatat menurunkan suhu udara di seluruh permukaan bumi. Kaldera yang lebih besar tentunya berakibat yang lebih dahsyat lagi. Ketika Kaldera Yellowstone terakhir meletus sekitar 640.000 tahun lalu, terlepas material sekitar 1.000 km (sesuai ukuran dense rock equivalent (DRE)), menutup sebagian besar Amerika Utara sampai 2 meter dengan debu dan material vulkanik. Sebagai perbandingan ketika Gunung St. Helens meletus pada 1980, melepaskan kira-kira 1,2 km (DRE). Dampak ekologis dari letusan kaldera bisa dilihat dari catatan meletusnya Danau Toba di Indonesia.

[sunting] Danau Toba


Sekitar 75.000 tahun lalu, gunung api Indonesia ini melontarkan sekitar 2.800 km material letusan, terbesar yang pernah diketahui di Periode Kuaternari (dari 1,8 juta tahun lalu) dan kemungkinan letusan terbesar sejak 25 juta tahun lalu. Di akhir 1990-an antropologis Stanley Ambrose[1] menyimpulkan bahwa musim dingin vulkanis yang terjadi karena letusan ini mengurangi populasi manusia menjadi sekitar 2.000 - 20.000 orang saja yang bisa bertahan hidup, menghasilkan leher botol populasi (lihat Teori bencana Toba). Kemudian ahli genetika, termasuk Lynn Jorde and Henry Harpending menyimpulkan bahwa manusia berkurang hingga hanya 5.000 10.000 orang.[2] Kemungkinan pendapat para tokoh itu benar, fakta berbicara bahwa ras manusia hampir punah sekitar 75.000 tahun lalu. Pembentukan kaldera karena letusan yang diketahui, khususnya Kaldera La Garita di Pegunungan San Juan Colorado, dimana 5.000 km Fish Canyon Tuff terlontar dalam satu letusan hebat sekitar 27,8 juta tahun lalu. Pada beberapa titik dalam skala waktu geologis, kaldera riolitik telah muncul dalam kelompok yang berbeda. Sisa-sisa kelompok tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat seperti Pegunungan San Juan Colorado (meletus dalam Periode Tersier) atau Saint Francois Mountain Range di Missouri (meletus selama Proterozoikum).

Foto satelit puncak kaldera di pulau Fernandina di kepulauan Galapagos. [sunting] Kaldera bukan karena letusan

Beberapa gunung api, seperti gunung api perisai Klauea dan Mauna Loa (masing-masing yang paling besar dan aktif di Bumi, keduanya di pulau Hawaii, membentuk kaldera dengan model yang berbeda. Magma yang mengalir di kedua gunung api ini bersifat basal dengan kandungan silika yang rendah. Sebagai akibatnya magma tidak terlalu kental dibanding magma gunung api riolit, dan kantung magma kosong karena lava yang mengalir dibanding karena letusan. Sebagai akibatnya kaldera yang terbentuk dikenal sebagai kaldera susutan, terbentuk bertahap dibanding kaldera karena letusan. Sebagai contoh, kaldera pulau Fernandina runtuh pada tahun 1968, ketika sebagian dari dasar kaldera turun 350 meter.[3] Kaldera Kilauea memiliki kawah dalam yang dikenal sebagai Halemaumau, yang umumnya terisi dengan danau lava. [[Taman Nasional kaldera Taburiente|Kaldera Taburiente dan Caldereta, keduanya di pulau La Palma (Kepulauan Canaria), adalah kaldera yang kosong karena aliran sungai lava sekitar 500.000 tahun lalu.

[sunting] Kaldera diluar bumi

Sejak awal 1960-an telah diketahui bahwa kegiatan vulkanik juga terjadi di planet lain dan bulan. Melalui penggunaan pesawat angkasa berawak dan tidak berawak, kegiatan vulkanik ditemukan di Venus, [[Mars], dan Bulan dan Io, sebuah satelit planet Yupiter. Tidak satupun dari dari benda langit ini memiliki tektonika lempeng, yang mana di bumi sekitar 60% kegiatan vulkanik dari pergeseran tektonika lempeng (sisa 40% adalah gunung berapi) (Wilson 2008). Struktur kaldera adalah mirip di semua benda planet ini, meski ukurannya berbeda-beda. Rata-rata kaldera Venus adalah 68 km. Rata-rata kaldera Io mendekati 40 km, dan Bulan adalah 6 km. Kaldera terbesar di Io adalah Tvashtar Paterae dengan diameter 290 km. Rata-rata kaldera di Mars adalah 48 km, lebih kecil dari Venus. Kaldera di Bumi adalah yang paling kecil dari semua planet yang diketahui mulai dari 1.6 sampai terbesar 80 km.[4]

[sunting] Bulan
Permukaan Bulan memiliki cangkang batu kristalin dengan ketebalan beberapa kilometer, yang terbentuk dengan cepat. Kawah-kawah di bulan bertahan lama melewati waktu dan diduga merupakan hasil dari kegiatan vulkanik luar biasa, namun sebagian terbentuk oleh jatuhan meteor. Pembentukan dimulai sejak ratusan juta awal Bulan terbentuk. Sekitar 500 juta tahun kemudian, kerak Bulan bisa meleleh karena peluruhan elemen radioaktif. Letusan besar umumnya terjadi di bagian bawah kawah hasil tumbukan. Selain itu, letusan juga mungkin terjadi karena ada cadangan magma di dasar kerak. Pembentukan kubah, kemungkinan sama dengan sistem gunung berapi dimana umumnya kaldera terbentuk.[5]

[sunting] Mars
Aktifitas vulkanik di Mars terpusat di dua daerah, Tharsis dan Elysium. Setiap daerah memiliki beberapa deret gunung api perisai yang sama dengan yang bisa dilihat di Bumi dan kemungkinan sebagai hasil dari mantel titik panas. Permukaannya didominasi aliran lava, dan semuanya memiliki satu atau lebih runtuhan kaldera.[5]

[sunting] Venus
Karena tidak ada lempeng tektonik di Venus, panas hanya keluar karena konduksi dengan lithosfer. Hal ini menyebabkan aliran lava yang luar biasa besar, meliputi 80% permukaan Venus. Banyak gunung adalah gunung api perisai dengan diameter antara 150-400 km dan 2-4 kilometer tingginya. Lebih dari 80 gunung api perisai ini memiliki puncak kaldera rata-rata 60 kilometer lebarnya.[5]

Home Posts RSS Comments RSS Edit

Gunung Merapi Meletus - video dan foto

Gunung Merapi Meletus. Telah dikabarkan pada hari selasa 26 okt sekitar pukul 18.00 tadi gunung merapi mengeluarkan letusan ekploitasinya sekitar tiga kali.Sehingga dapat dikatakan bahwa gunung merapi meletus ini akan mengeluarkan abu vulkaniknya.Gunung Merapi telah bererupsi dengan sifat erupsi elusif (aliran) dan bukan eksplosif. Aliran material yang berasal dari gunung berapi itu merupakan bukti letusan. Material letusan mengalir ke selatan Merapi. Gede mengatakan, semburan material Merapi diperkirakan mengarah ke selatan, tepatnya ke arah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Bukti letusan ditandai dengan menggumpalnya awan panas atau wedhus gembel yang membawa material pasir panas versuhu 500 derajat Celcius. "Pasti segitu (500 derajat Celcius) panas material yang ada di wedhus gembel. Itu sudah pucak panas," katanya. Gumpalan awan panas tersebut mampu mencapai 6 kilometer dari sumber letusan. "Kita berharap capaian awan panas hanya mencapai 4 kilometer," ujar Gede. Dua kali gunung merapi meletus ini memuntahkan awan panas atau wedhus gembel sore tadi. Debu akibat gempa vulkanik Merapi telah merambah hutan dan desa di sekitar lereng gunung tersebut. Akibatnya, kawasan hutan yang semula hijau kini tampak memutih. Sirine bahaya di Kaliurang, Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB. Pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan.

Gunung Merapi meletus sore tadi dari video letusan Gunung merapi terlihat Gunung merapi mengeluarkan awan panas pada hari Selasa (26/10). Letusan terjadi sejak pukul 17.02 WIB, letusan terdengar letusan sebanyak tiga kali, kemudian terjadi erupsi dan awan panas. Berikut video letusan gunung merapi dan proses video evakuasi korban letusan gunung merapi yang disiarkan sctv.

Gunung Merapi Meletus | detik-detik Merapi Meletus

27 Oktober 2010
Gunung merapi meletus pada hari Selasa kemarin tepatnya tanggal 25 Oktober 2010 pukul 17.00 wib dan dengan peristiwa meletusnya gunung merapi ini tercatat ada belasan korban yang telah berhil di evakusai ke rumah sakit, dan menurut kabar mbah marijan meninggal dunia dengan peristiwa merapi meletus ini, berikut ini detik-detik gunung yang masuk dalam salah satu gunung berapi paling aktif di dunia ini melakukan aktivitas vulkaniknya

Setelah beberapa hari aktifitas vulkanik G. Merapi terus mengalami peningkatan secara signtfikan baik jumlah maupun energi gempabumi vulkanik, Selasa (26/10) sore G. Merapi memasuki fase erupsi. Berikut dibawah ini kronologis letusan G. Merapi yang terjadi Selasa sore hingga menjelang malam. 1. Pukul 17.02 mulai terjadi awanpanas selama 9 menit 2. Pukul 17.18 terjadi awanpanas selama 4 menit 3. Pukul 17.23 terjadi awanpanas selama 5 menit 4. Pukul 17.30 terjadi awanpanas selama 2 menit 5. Pukul 17.37 terjadi awanpanas selama 2 menit 6. Pukul 17.42 terjadi awanpanas besar selama 33 menit 7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo 8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman 9. Pukul 18.16 terjadi awanpanas selama 5 menit 10. Pukul 18.21 terjadi awanpanas besar selama 33 menit 11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi 12. Pukul 18.54 aktivitas awanpanas mulai mereda

13. Luncuran awanpanas mengarah kesektor Barat-Barat Daya dan sektor SelatanTenggara

Kronologi dikutip dari Letusan Gunung Merapi Tanggal 26 Oktober 2010 yang dikeluarkan oleh a.n Kepala Badan Geologi, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 325' Lintang Selatan dan 110 26.5' Bujur Timur. secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyalali dan Kabupaten Klaten. Status kegiatan G. Merapi ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010, ditingkatkan menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010 dan menjadi Awas, terhitung sejak 25 Oktober 2010 Semenjak Gunung merapi meletus tersebut sudah belasan orang dipastikan meninggal dunia dan telah di bawa ke rumah sakit terdekat,

You might also like