You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Namun, akhir-akhir ini muncul gugatan terhadap sistem pendidikan yang dianggap tidak mampu menghasilkan generasi yang berkualitas, memiliki visi, transparansi dan pandangan jauh kedepan seperti yang ingin dicapai oleh tujuan pendidikan Nasional tersebut diatas. Bahkan yang dihasilkan justru cenderung tidak memiliki orientasi masa depan yang jelas, sementara krisis yang terjadi dalam berbagai kehidupan belakangan ini adalah bersumber dari rendahnya kualitas SDM, kemampuan dan semangat kerja. Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dirinya dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian, yaitu emosional, intelektual, sosial, moral dan religius. Beberapa upaya dalam pendidikan diarahkan untuk membina perkembangan kepribadian

manusia secara menyeluruh dalam berbagai aspek kognitip, afektif, psikomotoris, dan nilai-nilai serta keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Persoalannya dalam implementasi di sekolah aspek kognitif lebih mendominasi jika dibandingkan dengan dua aspek lainnya yaitu afektif dan psikomotorik sehingga hasilnya kualitas sumber daya manusia masih jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya. Menurut catatan Human Development Indexs-Standard PBB untuk tingkat kesejahteraan negara yang salah satu indikatornya adalah pendidikan, Indonesia menduduki urutan 102 dari 174 negara, antara lain penyebabnya ialah disorientasi pendidikan di masyarakat. Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, terutama yang berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya. Sorotan tersebut, sebagaimana dapat dilihat sekarang ini, lebih bermuara kepada kompetensi guru dalam berbagai aspek, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada sistem yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi. Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan, bagaimana kompetensi akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Sistem pendidikan nasional memiliki sejumlah kelemahan yang mendasar, dengan berganti-ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada 2

pengembangan kompetensi guru dalam hal pengelolaan pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional rata-rata atau di bawah rata-rata. Salah satu permasalahan lainnya dalam sistem pendidikan di negara ini adalah penerapan konsep pendidikan barat yang tidak menyeluruh (unintegrated), dengan kata lain konsep yang diadopsi tersebut terkesan terkotak-kotak, tidak utuh dalam penerapannya di sekolah. Hal ini terjadi karena dalam mengimplementasi konsep tersebut diperlukan dana yang cukup besar serta sarana dan prasarana yang memadai, sementara dalam RAPBN sektor pendidikan selalu memperoleh dana yang sangat kecil, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, yang pada akhirnya berdampak pengadopsian konsep pendidikan barat tersebut tidak utuh pelaksanaannya sehingga tidak pernah mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kondisi apapun upaya peningkatan kualitas maupun kuantitas pendidikan seharusnya harus tetap diperhatikan. Peningkatan kualitas SDM merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan bangsa dan wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah pendidikan. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnyalah jika pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan (IMTAK). Proses pengembangan pendidikan merupakan upaya dasar, terorganisasi dan dilakukan untuk mewujudkan kualitas peserta didik dalam mempertahankan 3

hidup dan mengembangkan potensinya. Penyelenggaraan pendidikan di negara kita mempunyai misi luhur, yaitu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa memlalui pemberian dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, penyelenggaraan di sekolah bukan hanya berperan sosialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang berlangsung selama ini, melainkan juga mempunyai peran pewarisan nilai-nilai luhur bangsa kepada peserta didik dan masyarakat. Untuk kepentingan tersebut di atas, sebagai kebijakan, program, metode dan konsep pendidikan telah diterapkan, misalnya link and mactch, local content curriculum, total quality management, school based management, competence based curriculum, quantum learning and teaching, accelerated learning, life skill, dan masih banyak bentuk kebijakan pendidikan lainnya. Tujuan dari masingmasing program pendidikan tersebut relatif sama yaitu ingin mendongkrak keterpurukan sistem pendidikan yang ada, dan nantinya mampu menghasilkan generasi cerdas dan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan siap untuk menghadapi dunia global. Harapan ke depan, terbentuknya sinergi baru dalam lingkungan persekolahan dan yang perlu menjadi perhatian, adalah terjalinnya kinerja yang efektif dan efisien pada setiap struktur yang ada di persekolahan. Kinerja terbentuk bilamana masing-masing struktur memiliki tanggung jawab dan memahami tugas dan kewajiban masing-masing. Sebab, ukuran kompetensi guru yang sesungguhnya

terletak pada kemampuan guru dalam menempatkan dirinya secara proporsional dan profesional pada lingkungan kerjanya. Indikator kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indikator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru yang berkompeten. Bila diamati di lapangan, guru sesungguhnya telah menunjukkan wujud kinerja maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Akan tetapi, barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, belum menunjukkan kompetensi yang sesungguhnya. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian atas sikap prefesionalitas dan kompetensi secara makro. Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan disertai pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.

Kinerja dan kompetensi guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini seluruh bangsa dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini. Akar dari permasalahan dalam sistem pendidikan di negeri ini adalah karena sekolah dan madrasah telah dipisahkan dari soal-soal kehidupan seharihari. Sekolah telah berubah menjadi semacam pendidikan militer, ajang indoktrinasi dan kaderisasi manusia muda yang harus belajar untuk patuh sepenuhnya kepada sang komandan. Tak ada ruang yang cukup untuk eksperimen, mengembangkan kreativitas, dan belajar menggugat kemapanan status quo yang membelengu dan menjajah jiwa-jiwa anak muda, tak ada upaya yang dianggap sebagai membangun jiwa bangsa kecuali membangun raga bangsa. Semuanya serba terpola, terprogram, seolah-olah teratur dan dapat dikontrol. Siswa dijejali

oleh begitu banya pelajaran, dan bukan oleh diskusi-diskusi mendalam hakikat proses pembelajaran dan pendidikan. Adegan di sekolah selalu monoton, yakni setiap siswa datang ke sekolah lalu duduk dengan rapi, baris demi baris lalu dengan patuhnya mendengarkan guru mengajar di hadapan mereka. Adegan ini sudah merupakan pemandangan yang lazim semenjak bertahun-tahun. Kurikulum sekolah membebani para siswa dengan IPA, Matematika, Geografi, IPS dan lainnya, di mana informasi tanggal, bilangan/angka dan fakta yang tanpa henti dijejalkan ke dalam benak siswa dalam subjek-subjek mata pelajaran yang terpisah-pisah. Semua dilakukan tanpa mengetahui seberapa jauh anak didik dapat memetik menfaat dari pelajaranpelajaran itu. Layanan pembelajaran yang diberikan selama ini melalui pendekatan klasikal cenderung menyamaratakan kemampuan peserta didik. Kondisi ini mengabaikan kenyataan bahwa setiap orang dilahirkan sebagai individu yang berbeda. Berbeda dalam kemampuan, potensi, sifat dan bakat. Keberagaman bakat, minat, dan karakter anak ini sering tidak dapat dilayani oleh guru akibat pemilihan metode dan pendekatan yang kurang tepat. Untuk mengatasi keberagaman tersebut di atas, diperlukan penguasaan yang lebih luas dan mendalam dari para guru dalam hal strategi belajar mengajar. Pada konteks ini, guru sangat diberi penekanan mengembangkan kemampuannya dalam pengelolaan pembelajaran di kelas. Penguasaan berbagai model pembelajaran sangat diperlukan dan menjadi modal dasar bagi guru dalam upaya mengembangkan minat belajar siswa. 7

Oleh karena itu, diperlukan pemikiran-pemikiran komprehensif tentang bagaimana mengaktifkan pembelajaran di dalam kelas sehingga minat siswa dalam belajar dapat tumbuh secara wajar yang pada gilirannya siswa akan mengalami proses belajar yang menyenangkan, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terdiri atas sub mata pelajaran Fiqih, Al-Quran & Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam, serta Aqidah dan Akhlaq. Atas dasar uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 20102011). B. Rumusan Masalah Agar masalah yang akan diteliti teridentifikasi dengan jelas dan operasional, maka perlu dirumuskan masalahnya. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah struktur isi perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur dipersiapkan? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis AlQuran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur?

3. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1. Struktur isi perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur. 2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur. 3. Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur. D. Kerangka Pemikiran Kemampuan profesional guru pada dasarnya adalah kompetensi guru. Kompetensi itu sendiri didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2003:5).

Menurut Spencer, dalam Yulaelawati (Puskur, 2003:3), kompetensi adalah karakteristik mendasar yang merupakan hubungan kausalitas antara referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada situasi tertentu. Karakteristik mendasar pada pendapat di atas mengadung arti bahwa kompetensi tersebut tertanam mendalam dan bertahan lama dalam penampilan seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang ketika berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas. Hubungan kausal memiliki makna bahwa suatu kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi perubahan tingkah laku dan kinerja seseorang. Sedangkan referensi kriteria menentukan dan memprediksi apakah seseorang dapat bekerja dengan baik atau tidak dalam ukuran yang spesifik atau standar. Kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah kemampuan guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning what to be learnt), tetapi guru dituntut harus mampu menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan kompetensinya, sehingga mereka/anak dapat memahami belajar yaitu bagaimana anak dapat belajar (learning how to learn). Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Pada konteks ini harus terjadi interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekitarnya. Banyak terjadi kegiatan belajar mengajar terasa sangat menjemukan dan melelahkan, baik bagi 10

guru maupun siswa. Kondisi ini sesungguhnya diakibatkan oleh kesalahan guru dalam memilih pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena itu, penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan baik akan menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pada konteks ini, minat dan motivasi siswa dalam belajar akan tumbuh secara optimal dan wajar tanpa harus diberi tekanan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual sesungguhnya merupakan landasan pendidikan yang dikembangkan dalam Islam. Islam mengajari kita untuk bersikap lemah lembut sesuai dengan kondisi yang terdapat pada konteks. Bahkan Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surah AliImran ayat 159 berikut ini.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (keduniaan) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Bachtiar Surin, 1986:286) Sifat lemah lembut adalah karakter yang diberikan Allah kepada manusia untuk dapat bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini berlaku pula dalam

11

dunia pendidikan, yakni pada proses belajar mengajar, pada saat terjadinya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa. Firman Allah SWT pula dalam surah An-Nahl ayat 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Bachtiar Surin, 1986:1139). Bachtiar Surin (1986:1139) memberikan penafsiran tentang kandungan ayat di atas bahwa dalam mengajak orang kepada agama Allah, Islam menganjurkan supaya dipakai cara kebijaksanaan, dengan ilmu hikmah serta pengajaran yang baik. Jika terjadi perbedaan pendapat, kebijaksanaan itu harus lebih ditingkatkan lagi dengan mengemukakan dalil-dalil yang meyakinkan dengan penuh toleransi. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai

12

dengan konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya yang berlaku di lingkungan SMA Al-Muawanah Cianjur.. 2. Manfaat Praktis Sekecil apapun makna penelitian ini, penulis berharap memiliki makna yang bermanfaat bagi siswa, guru, maupun lembaga pendidikan yang terkait, terutama bagi penulis sendiri. Bagi guru, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan model dan metode pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru yang bijaksana adalah guru yang mampu menerapkan metode teknik yang tepat dalam situasi pembelajaran yang tepat. Sesederhana apa pun model pembinaan siswa yang dipaparkan dalam penelitian ini akan menjadi pilihan yang tepat jika diterapkan dalam situasi yang tepat pula. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar pemikiran guru dan calon guru untuk dapat memilih metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas Selanjutnya, bagi lembaga pendidikan terkait, diharapkan keberhasilan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran. Lebih jauh lagi, penulis berharap pula jika hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang berminat melakukan penelitian serupa di masa mendatang.

13

Bagi peneliti sebagai calon pendidik, dapat menjadi bekal untuk terjun ke dunia pendidikan. Bagi siswa supaya memiliki kemandirian belajar yang tinggi agar dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan motivasi meneliti pelajaran lain serta sebagai acuan penelitian berikutnya. F. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi menurut adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2003:11) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Secara sederhana, Subana (2000:12) memberikan batasan tentang populasi sebagai berikut. a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988). b. Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1983). c. Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Vincent, 1989).

14

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai dumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa SMA Al-Muawanah, Kabupaten Cianjur yang seluruhnya berjumlah 92 orang dengan perincian sebagai berikut. Tabel 1.1 Data Populasi Penelitian Jumlah Siswa Laki-laki X XI XII Jumlah 2. Sampel Penelitian Penelitian yang dikembangkan pada kegiatan ini adalah berbentuk penelitian tindakan kelas dengan menetapkan kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat yang terdapat di kelas X. Dengan demikian, subjek tindakan yang dipilih adalah siswa kelas X SMA AlMuawanah Cianjur yang seluruhnya berjumlah 32 orang. 14 18 10 42 Perempuan 17 14 18 49 Jumlah 32 32 28 92

Kelas

15

G. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah metode deskritif, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1982:131), yakni suatu cara untuk menyimpulkan masalah aktual dengan jalan menyimpulkan, menyusun, dan mengklasifikasi data. Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa secara praktis, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh akumulasi data dasar secara deskriptif, tidak saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak membuat ramalan, atau tidak mendapatkan makna implikasi. Selain dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemerian (mendeskripsikan) berupa gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau hal yang diteliti. Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian tindakan, karena permasalahan yang dihadapi dialami oleh guru/peneliti, maka solusinya dirancang berdasarkan kajian teori pembelajaran dan input dari lapangan. Di samping itu, pelaksanaan tindakan juga dilakukan oleh guru/peneliti. Adapun rancangan solusi yang dimaksud adalah tindakan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mengajarkan kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran

16

yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat di SMA. Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut digunakan tindakan berulang/siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua, pembelajaran ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual. Prosedur penelitian dilaksanakan dalam tahap-tahap sebagai berikut. a. Penyusunan perencanaan penelitian yang meliputi langkah-langkah: 1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang digariskan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses, Pedoman Pengembangan Silabus (BSNP, 2006) serta dokumen Pusat Kurikulum tentang pengembangan silabus dan skenario pembelajaran (Pusat Kurikulum, 2004); 2) memilih dan menentukan bahan ajar; 3) menyusun perangkat penilaian sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. b. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan langsung oleh peneliti dengan menyertakan dua orang observer yang terdiri atas kepala sekolah dan seorang guru mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-

17

Quran. Fungsi observer terutama adalah mengamati perilaku pembelajaran yang berlangsung dan memberikan catatan-catatan saran yang dapat dikembangkan pada siklus berikutnya jika hasil pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. c. Penilaian kompetensi siswa dilakukan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung secara kualitatif serta hasil pembelajaran dengan mengacu kepada indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Skala penilaian yang digunakan adalah 0 10 dengan dua angka desimal sesuai kriteria yang ditetapkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). d. Analisis hasil belajar, yakni proses analisis terhadap hasil belajar siswa pada setiap indikator yang telah dirumuskan. Angka KKM yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum Mandiri SMA Al-Muawanah Cianjur) edisi tahun pelajaran 2010-2011 untuk mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran. Selanjutnya disain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di bawah ini.

18

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Keterangan : P : Perencanaan O : Observasi T : Tindakan E/R : Evaluasi / Refleksi Gambar 1.1 Desain Penelitian Siklus pembelajaran berikutnya dilakukan apabila hasil pembelajaran tidak menunjukkan ketuntasan yang dipersyaratkan dalam KTSP. Selain data yang diperoleh dari tindakan pembelajaran di atas, penulis juga menggunakan teknik penelitian sebagai berikut guna melengkapi dan memperkuat perolehan data. a. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati proses pelaksanaan penelitian. Proses pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh tiga orang secara serempak, yakni seorang guru pamong, guru pendamping, dan kepala sekolah. b. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman teoritis tentang pembinaan nilai-nilai pendidikan agama Islam serta aspekaspek yang relevan dengan rumusan masalah serta esensi penelitian ini secara keseluruhan. 19

2. Prosedur Penelitian Analisis data diperlukan untuk melihat sampai sejauh mana pelaksanaan penelitian dan hasilnya dicapai. Analisis data ini pun digunakan untuk mengurangi subjektivitas dan mencapai reliabilitas tertentu pada hasil penelitian sehingga digunakan cara triangulasi dengan memanfaatkan kolaborator atau observer. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi waktu yang menggunakan waktu berkali-kali dalam melakukan penelitian tindakan sehingga hasil yang diperoleh siswa pada pembelajaran ini memiliki validitas dan bukan merupakan suatu kebetulan. Setiap data yang diperoleh dari hasil penelitian pada setiap siklus dianalisis dengan prosedur sebagai berikut. a. Data kualitatif penelitian dihimpun dan dikategorikan berdasarkan permasalahannya untuk dianalisis. Data kualitatif yang dihimpun meliputi catatan observer dalam setiap siklus pembelajaran, wawancara dengan siswa, hasil angket, serta catatan-catatan temuan yang dilakukan selama penelitian. b. Data kuantitatif, berupa nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada setiap siklus pembelajaran, dianalisis dengan cara membandingkannya dengan kriteria ketuntasan minimum kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat dan KKM mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran di kelas X. 20

c. Hasil analisis data kualitatif maupun kuantitatif dijadikan dasar bagi pengembangan perbaikan perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. 3. Prosedur Analisis Data Prosedur pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut. 1) Penentuan kesimpulan atas konsepsi awal siswa diperoleh melalui hasil analisis pembelajaran siklus pertama. Hasil pembelajaran siklus pertama ini dianggap sebagai skemata dasar siswa untuk mengikuti pembelajaran dan dijadikan dasar perbandingan (komparasi) pada akhir pembelajaran dengan hasil tes pembelajaran pada siklus akhir. 2) Kesimpulan pada proses pembelajaran didasarkan kepada kriteria yang ditetapkan dalam lembar pengamatan dan penilaian secara kualitatif dengan skala nilai B C K. Pembelajaran dianggap berhasil jika siswa rata-rata mencapai nilai C pada seluruh aspek dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 3) Kesimpulan pada fase akhir pembelajaran diperoleh setelah dilakukan analisis atas data hasil pembelajaran yakni membandingkannya dengan KKM yang telah ditetapkan. Di samping itu, secara formal dilakukan juga analisis statistik deskriptif pada hasil-hasil pembelajaran setiap siklus sebagai hasil proses pembelajaran kontekstual. 4) Analisis tentang efektivitas pembelajaran dilakukan dengan menggunakan statistik komparatif dengan cara membandingkan hasil pembelajaran siklus

21

I dengan siklus II. Pada analisis ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Proses pembelajaran menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat
dengan menggunakan pembelajaran kooperatid tipe STAD dapat

meningkatkan kemampuan dan dapat mengubah perilaku belajar siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011.

Penentuan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian sebenarnya (authentic assessment), yakni dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran serta proses pembelajaran. Artinya, proses pembelajaran yang telah dinilai secara kualitatif ditafsirkan dan dikonversikan menjadi nilai kuantitatif untuk kemudian dipadukan dengan nilai hasil pembelajaran. Jika nilai (secara individual) hasil penggabungan ini sama dengan atau lebih besar daripada KKM (kriteria ketuntasan minimum), maka siswa yang bersangkutan dianggap telah tuntas dan berhasil menyelesaikan pembelajaran dan hipotesis tindakan yang diajukan telah terbukti. H. Kajian Kepustakaan Beberapa penelitian yang dilakukan berkenaan dengan pembelajaran Al-Quran dan Al-Hadits dapat dikemukakan sebagai berikut. Penelitian berjudul Pelaksanaan Teknik Menghapal Al-Quran dan Efeknya terhadap Pengamalan Ibadah Siswa di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kawali, Ciamis oleh Muhammad Idris pada tahun 2004-2005 menunjukkan 22

hasil sebagai berikut. (1) Pelaksanaan teknik menghapal Al-Quran di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kawali Ciamis dapat dikatakan cukup baik. Lihat rata-rata prosentase 61,25 %. Dan juga terlihat dari kondisi proses belajar mengajar, metode yang diterapkan guru serta sarana-sarana penunjang yang terdapat di sekolah tersebut. (2) Pengamalan ibadah siswa masih kurang berdasarkan rata-rata prosentase hanya mencapai 44,40 %. (3) Efek pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah ada, tetapi kecil sekali. Muammar Khadafi (2001) melakukan penelitian dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Melalui Pembelajaran Al-Quran Hadits di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini menghasilkan hal-hal sebagai berikut. Internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan tugas guru untuk menciptakan siswa siswi yang berakhlakul karimah. Sehingga terciptanya masyarakat yang berlingkungan yang islami dan tatanan masyarakat yang ideal sesuai norma-norma yang berlaku. Akhlak merupakan tolok ukur suatu bangsa dan keberhasilan pendidikan. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh terjadinya dekadensi moral atau kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para taraf yang mengkhawatirkan. Internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran AlQuran Hadits telah dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta yang menggunakan sistem full day school. Rumusan masalah ini adalah nilai-nilai akhlak apa yang diinternalisasikan melalui pembelajaran Al-Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Apa faktor pendudukung, dan penghambat

23

internalisasi nilai-nilai akhlak pada pelajaran Al-Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Tujuan penelitiaan adalah untuk mengetahui (1) nilai-nilai akhlak yang diinternalisasikan melalui pembelajaran Al-Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, (2) faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran Al-Quran Hadits di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Adapun penelitian ini dianalisis dengan deskriptif kualitatif (berupa kata-kata tertulis dari orang dan prilaku yang diamati). Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Kesimpulan penelitian ini adalah Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran Al-Quran hadits di SMP Muahmmadiyah 8 Surakarta bisa dikatakan baik, dengan penanaman akhlakul karimah, seperti hormat pada guru, hormat pada orang tua, akhlak sesama manusia, akhlak dalam bermuamalah, akhlak beribadah serta untuk menunjang materi ini SMP Muhammadiyah 8 Surakarta menambah materi penunjang seperti takhsin, BTQ, takhfiz juz amma serta shalat sunnah. namun perlu usaha yang lebih keras untuk untuk meningkatkannya. Andre Wirawan (2011) melakukan penelitian tentang Efektivitas Pembelajaran Bidang Studi Al-Quran Hadits Melalui Metode Menghafal Bagi Siswa Kelas VII MTs Begeri Batu, Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen tentang penerapan metode menghapal dalam memahami dan menguasai bacaan Al-Quran dan Hadits. Hipotesis dari penelitian ini

24

adalah metode menghafal lebih efektif daripada metode ceramah dalam peningkatan nilai siswa. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIA MTs Negeri Batu dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa. Hasil penelitian dari data kuantitatif yang diperoleh dari tes dan hasil tes bidang studi Al-Quran Hadits adalah sebagai berikut: Berdasarkan analisis statistik menggunakan tes-t dibahas dalam bab IV, thitung yang didapat dari tes akhir yaitu 0,473 lebih kecil daripada ttabel yang memiliki taraf signifikan 95% yaitu 1,68. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode menghafal pada pelajaran Al-Quran Hadits dan dari mereka yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ceramah pada siswa kelas VII di MTs Negeri Batu Tahun ajaran 2010/2011. Sehingga, hipotesis penelitian ini terbukti. Sementara itu, pencapaian kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol karena nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 14,50 sedangkan kelompok kontrol adalah 14,15. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode menghafal lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah.

25

You might also like