You are on page 1of 2

MAKNA HARI KARTINI (21 April 2010)

Hari kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April , merupakan salah satu hari penting di negara Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan. Hari ini , Rabu tanggal 21 April 2010 seluruh Indonesia memperingati hari kartini, peringatan tersebut dilakukan secara langsung, maupun tidak langsung, namun penghargaan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini masih dapat dirasakan eksistensinya, salah satunya melalui tulisan ini. Sebagai seorang mahasiswa yang mencintai negaranya , seharusnya bisa menghargai perjuangan yang dilakukan oleh pahlawan bangsa. Salah satunya perjuangan yang dilakukan oleh Nyi Raden Ajeng Kartini . Bentuk perjuangan yang dilakukan oleh Kartini secara garis besar adalah memperjuangkan Keadilan untuk kaumnya , yaitu kaum perempuan. Keadilan itu mencirikan adanya hukum, sebagaimana dapat dikatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk mendapatkan keadilan. Meskipun dalam prakteknya ada tujuan untuk kepastian hukum dan juga ketertiban hukum. Namun Keadilan adalah suatu tujuan yang dimaknai secara meluas oleh berbagai kalangan, tidak hanya kalangan akademisi, bahkan FREAKMAN (orang awam) seperti yang disebut dalam buku Van Apeldorn Pengantar Ilmu Hukum pun demikian. Demikian secara singkat dapat dikatakan adanya korelasi antara peringatan R.A. Kartini dengan kita sebagai mahasiswa Fakutas Hukum yang seharusnya dapat berfikir dan memaknai peringatan Hari Kartini ini dilihat dari sudut pandang Ilmu Hukum. Hari Kartini merupakan bentuk penghargaan negara Indonesia terhadap perjuangan seorang wanita yang bernama Nyi Raden Ajeng Kartini. Beliau memperjuangkan hak-hak perempuan melalui surat-suratnya yang beliau kirimkan ke teman-temannya di Belanda. Dimana pada saat itu R.A Kartini merasakan adanya pengekangan kebebasan untuk kaumnya, yaitu kaum perempuan dalam hal peran perempuan di dalam masyarakat. Tuntutan dalam hati beliau yang membuat suatu kesimpulan bahwa seharusnya perempuan bisa melakukan hal lebih , dari sekedar yang ditentukan oleh ke pakeman adatnya pada saat itu. Kata-kata dalam surat-suratnya yang dianggap hebat dan selalu diulang adalah kata Aku mau.. yang mencerminkan keinginan yang sangat dalam. Sehingga beliau akhirnya membuka sekolah perempuan di Betawi setelah menikah. Walaupun pada awalnya terjadi pertentangan. Bagaimana pertentangan itu terjadi , surat apa yang dibuat oleh R.A Kartini , dan hal-hal lain yang bersifat historis tidak akan dibahas dalam tulisan ini,sehingga yang akan dibahas adalah mengenai apa yang beliau perjuangkan dan bagaimana bentuk perjuangan tersebut dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya secara singkat. R.A. Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan dengan cara membuat sekolah perempuan dan membuat tulisan dalam bentuk surat yang berisi ketidaknyamanan beliau dengan kondisi yang ada pada saat itu, yaitu dengan kondisi perempuan tidak mempunyai peran, dan perempuan dikekang oleh adat serta tradisi yang berlaku di daerahnya. Dimana beliau terinspirasi dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, sehingga pengetahuan yang beliau dapatkan dari buku-buku tersebut diperbandingkan dengan kenyataan yang ada di lingkungannya saat itu. R.A. Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa,sehingga Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Sosok R.A. Kartini merupakan sosok yang patut untuk diteladani, perjuangan yang telah dilakukannya harus kita maknai dengan hikmat. Dimana saat ini diperlukan Kartini-kartini lainnya, yang diharapkan memberikan sumbangsih pada negeri dan menjadi teladan untuk generasi selanjutnya. Mahasiswa Hukum seharusnya melihat suatu permasalahan dari sudut pandang hukum, dimana yang perlu diperhatikan adalah perjuangan Kartini terhadap hak-hak perempuan, dan pengekangan kebebasan yang ingin beliau hapuskan. Hakhak perempuan yang seharusnya dilindungi oleh hukum dan kebebasan perempuan yang juga merupakan subjek hukum serta mempunyai hak asasi manusia, yang tentunya dilindungi oleh hukum. Pada masanya R.A Kartini hidup di lingkungan yang kental akan hukum adatnya, dimana ada anggapan dan perlakuan khusus terhadap perempuan yang dinilai beliau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Hari Kartini melambangkan adanya emansipasi wanita dengan menuntut adanya persamaan Gender antara lakilaki dan perempuan, dimana sebagai seorang subjek hukum yang didalamnya terdapat asas Equality before the

law adanya persamaan dalam hukum. Yang dalam hal ini menjelaskan bahwa setiap orang , lebih tepatnya subjek hukum memiliki persamaan dalam hukum, tidak melihat gender, ras, agama, dll. Berbicara mengenai persamaan dalam hukum, saat ini hukum di Indonesia memberikan sarana untuk hal itu, dan saat ini kebebasan seorang perempuan untuk berperan di dalam masyarakat dilindungi oleh hukum kita, baik oleh konstitusi , yaitu dalam pasal 28D UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan,perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum, undang-undang, maupun peraturan lain dibawah undang-undang. Saat ini banyak produk hukum yang membela kepentingan dan hak- hak perempuan, namun perlu disadari bahwa seorang perempuanpun adalah subjek hukum dimana ketika menuntut haknya harus pula melaksanakan kewajibannya. Jangan sampai makna emansipasi itu meluas dan bergeser kearah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan serta bersifat negatif. Asas persamaan dalam hukum hendaknya dilaksanakan dengan benar, jangan sampai dalam kenyatannya terjadi penyimpangan-penyimpangan, dimana dalam prakteknya apabila kita membandingkan dua kasus yang berbeda mengenai perlakuan hukum terhadap perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya. Contohnya ketika seorang perempuan bernama Nunung Nurbaiti dalam kasus korupsi dalam hal travel check mengenai pemilihan Gubernur Deputi Bank Indonesia telah dipanggil secara patut sebanyak tiga kali dan tidak memenuhi panggilan karena dikatakan sedang sakit , dimaklumi ketidakhadirannya oleh penegak hukum, dan diperbolehkan. Sedangkan ketika seorang nenek tua renta yang bernama nenek Inah yang jauh lebih lemah kondisinya langsung diproses tanpa ada kelonggaran, padahal apabila kita bandingkan dan telaah seharusnya nenek Inah lah yang bisa mendapat kelonggaran. Inilah potret hukum saat ini, persamaan dalam hukum harus kita perhatikan kembali, dalam satu gender saja sudah ada ketidaksamaan perlakuan yang diberikan oleh penegak hukum, apalagi dalam hal lainnya. Hal ini seharusnya membuat kita berfikir akan makna dari emansipasi wanita, emansipasi wanita dari kalangan mana yang sebenarnya diakui saat ini? Apakah kalangan elit? atau?,hendaklah hal ini menjadi perenungan kita sebagai generasi penerus agar tidak mengartikan perjuangan R.A Kartini setengah-setengah, dan tidak memaknainya secara menyeluruh. Peringatan hari Kartini saat ini haruslah menjadi moment perenungan untuk kita semua dimana harapan dan kenyataan tidak sama. Apa yang seharusnya dilakukan oleh perempuan dalam memanfaatkan hak-haknya dengan baik , serta tidak lupa pada kewajibannya. Dan haruslah difikirkan bagaimana menjadi seorang Kartini di jaman sekarang. Perjuangan Kartini yang melihat adanya penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu pada masa itu, haruslah dapat diambil sisi baiknya yang mana Sosok kartini sebagai inspirasi untuk memperjuangkan hak-haknya. nasib kaumnya yang dibelenggu oleh adat, kultur, dan tradisi.Namun saat ini sudah bukan saatnya lagi posisi kunci di sektor publik dibeda-bedakan secara seksis dan stereotipe berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki peluang untuk menggapai sukses karier di luar pagar rumah tangga. Meskipun demikian, situasi kesetaraan yang sudah demikian masif dan progresif, jangan sampai membuat kaum perempuan terjangkiti sindrom euforia hingga melupakan dan mengabaikan sentuhan kelembutan, perhatian, dan kasih sayang dalam lingkup domestik. Betapapun suksesnya kaum perempuan menggapai puncak karier, secara kodrati kehidupan rumah tangga amat membutuhkan kiprah kaum perempuan sebagai pencerah peradaban yang diharapkan mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas, santun, dan berakal budi. Perlu disadari dan diperhatikan bahwa Kartini hanya membuka jalan, selebihnya perlu ada upaya serius utk melanjutkan rintisan jalan kartini. Penulis Liely Noor Qadarwati Kabiro Kajian Ilmiah & Penalaran BEM FH Unpad *Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2010-2011 mengucapkan selamat hari Kartini , semoga kita semua dapat melanjutkan perjuangan R.A Kartini.*

You might also like