You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum ketentuan kurban dan dalil-dalilnya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran, Pendidikan Agama Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Purwakarta, Desember 2011

Penyusun

Daftar Isi
1|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Kata Pengantar.1 Daftar isi........2 Pendahuluan .....3 Hukum Kurban11 Petunjuk teknis penanganan dan pengelolaan hewan kurban.15 Lampiran.23

2|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

A. PENDAHULUAN Pada awalnya berqurban dalam Islam merupakan syariat yang dibawa oleh nabi Ibrahim as., seperti yang termaktub dalam al-Quran surat as-Shaffat ayat 107 yang berbunyi :

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar Kemudian Allah swt. Memerintahkan kepada nabi Muhammad saw. untuk meneruskan syariat tersebut setiap idhul Adha. Ibadah qurban mulai diyariatkan pada tahun kedua hijrah, bersamaan dengan pensyariatan zakat serta shalat idhul Fitri dan Idhul Adha. Pensyariatan itu didasarkan pada Firman Allah swt. Dan Hadits Nabi saw. B. PENGERTIAN Qurban berasal dari bahasa Arab QORUBA yang berarti : dekat. Qurban berarti Pendekatan. Maksudnya ibadah qurban ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam al-Quran, surat al-Kautsar ayat 2 Qurban dikenal dengan istilah NAHR yang artinya sembelihan, maksudnya menyembelih binatang ternak, seperti Domba/kambing, sapi/kerbau dan unta. Dalam fiqh qurban dikenal dengan istilah UDHIYYAH, yang berasal dari kata Dluha yang berarti waktu ketika matahari sedang naik di pagi hari. Karena menyembelih binatang qurban dimulai ketika matahari naik di pagi hari (waktu Dluha). Menurut istilah, Qurban berarti acara penyembelihan binatang ternak yang dilakukan pada hari raya haji, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. C. DASAR HUKUM 1. Al-Quran surat al-Kautsar ayat 2

3|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah binatang (qurban) 2. Al-Quran surat al-Hajj ayat 36 :

Dan telah kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah 3. Hadits riwayat Ahmad dan ibnu Majah Barang siapa yang telah mempunyai kemapuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat shalat kami. 4. Hadits riwayat at-Tirmidzi, ibnu Majah dan al-Hakim Tidak ada amal keturunan Adam yang lebih disukai Allah pada hari Idhul Adha selain menyembelih qurban. Sesungguhnya binatang itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, dan bulunya. Dan sesungguhnya darah qurban lebih dahulu tercurah karena Allah sebelum ia tercurah ke bumi, yang membuat jiwa menjadi senang. 5. Hadits riwayat jamaah Rasulullah saw. sendiri senantiasa berqurban dengan dua ekor domba pada setiap hari raya qurban; satu untuk dirinya dan satu lagi diniatkan bagi ummatnya. 6. Hadits riwayat jamaah kecuali al-Bukhari Apabila kelihatan hilal dzulhijjah, sedangkan salah seorang diantara kamu ingin berqurban, maka hendaklah ia menahan diri dari memotong bulu dan kuku (binatang kurban)nya. 7. Hadits riwayat Ahmad bin Hambal, al-Hakim dan Daruquthni Ada tiga hal yang wajib atasku dan sunnah bagimu; Shalat witr, menyembelih qurban, dan shalat Dluha. 8. Hadits riwayat at-Tirmidzi Saya diperintahkan menyembelih qurban dan qurban itu sunnah bagi kamu
4|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

9. Hadits Riwayat Daruquthni. Diwajibkan kepadaku berqurban, dan tidak wajib atas kamu Hadits No. 1374 Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasanya berkurban dua ekor kambing kibas bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan kaki beliau di atas dahi binatang itu. Dalam suatu lafadz: Beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri. Dalam suatu lafadz: Dua ekor kambing gemuk. Menurut riwayat Abu Awanah dalam kitab Shahihnya: Dua ekor kambing mahal -dengan menggunakan huruf tsa' bukan sin- Dalam suatu lafadz riwayat Muslim: Beliau membaca bismillahi wallaahu akbar. Hadits No. 1375 Menurut riwayatnya dari hadits 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa beliau pernah menyuruh dibawakan dua ekor kambing kibas bertanduk yang kaki, perut, dan sekitar matanya berwarna hitam. Maka dibawakanlah hewai itu kepada beliau. Beliau bersabda kepada 'Aisyah: "Wahai 'Aisyah, ambillah pisau." Kemudian bersabda lagi: "Asahlah dengan batu." 'Aisyah melaksanakannya. Setelah itu beliau mengambil pisau dan kambing, lalu membaringkannya, dan menyembelihnya seraya berdoa: "Dengan nama Allah. Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarganya, dan umatnya." Kemudian beliau berkurban dengannya. Hadits No. 1376

( , , , , ) . : : ( ) : ( ) , : ( )

: ( , , , , : : , , , , , , )

5|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu : bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi ( wa Sallam bersabda: "Barangsiapa , ) mempunyai kemudahan untuk berkurban, namun ia belum berkurban, , , , maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami." Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Hadits mauquf menurut para imam hadits selainnya. Hadits No. 1377 Jundab Ibnu Sufyan Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mengalami hari raya Adlha bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Setelah beliau selesai sholat bersama orang-orang, beliau melihat seekor kambing telah disembelih. Beliau bersabda: "Barangsiapa menyembelih sebelum sholat, hendaknya ia menyembelih seekor kambing lagi sebagai gantinya; dan barangsiapa belum menyembelih, hendaknya ia menyembelih dengan nama Allah." Muttafaq Alaihi. Hadits No. 1378 Al-Bara' Ibnu 'Azib Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berdiri di tengah-tengah kami dan bersabda: "Empat macam hewan yang tidak boleh dijadikan kurban, yaitu: yang tampak jelas butanya, tampak jelas sakitnya, tampak jelas pincangnya, dan hewan tua yang tidak bersum-sum." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi dna Ibnu Hibban. Hadits No. 1379 Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

( : , , : , )

: : ( : , , ) ,

: , (
6|Page

HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

bersabda: "Jangan menyembelih kecuali hewan yang umurnya masuk ) tahun ketiga. Bila engkau sulit mendapatkannya, sembelihlah kambing yang umurnya masuk tahun kelima." Riwayat Muslim.
Hadits No. 1380 Ali Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami agar memeriksa mata dan telinga, dan agar kami tidak mengurbankan hewan yang buta, yang terpotong telinga bagian depannya atau belakangnya, yang robek telinganya, dan tidak pula yang ompong gigi depannya. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut TIrmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim. Hadits No. 1381 Ali Ibnu Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepadaku untuk mengurusi kurbankurbannya; membagi-bagikan daging, kulit dan pakaiannya kepada orangorang miskin, dan aku tidak diperbolehkan memberi suatu apapun dari kurban kepada penyembelihnya. Muttafaq Alaihi. Hadits No. 1382 Jabir Ibnu Abdullah berkata: Kami pernah menyembelih bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada tahun Hudaibiyyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang. Riwayat Muslim. D. HUKUMNYA

: ( , , , , , ) , , ,

: ( , , )

: ( : , )

7|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan Ulama mengenai hukumnya berqurban; yaitu : 1. Menurut imam Abu Hanifah Qurban itu wajib dilakukan satu kali dalam setahun bagi orang yang mampu, bernazar, atau orang yang sudah menyediakan/membeli binatang qurban. Hukum wajib ini didasarkan pada al-Quran no.1 dan hadits nabi saw. no. 3 diatas. Pada ayat itu digunakan fiil amr (perintah) dan setiap perintah menunjukkan wajib. Dan hadits tersebut menyebutkan adanya ancaman Rasulullah saw., sehingga menunjukkan wajib, karena apabila sunnah tentu Nabi sw. tidak akan menyebutkan ancaman. 2. Menurut jumhur Ulama ( Madzhab Maliki, Syafii dan Hambali ) Qurban itu sunnah muakkad ( Sunnah yang dikuatkan ) dan makruh bagi orang yang mampu tetapi tidak melaksanakan qurban. Kendati demikian, Madzhab Maliki menyebutkan bahwa hukum sunnah itu hanya berlaku bagi orang selain jamaah haji, sedangkan bagi jemaah haji wajib menyembelih qurban di Mina. Dan Imam Abu Hanifah justru mentidak-sahkan qurban bagi jemaah haji, karena mereka dalam keadaan bepergian (musafir). Dasar hukum sunnah ini didasarkan pada hadits no.6, 7, 8, dan 9 diatas, dengan pemahaman, bahwa pada hadits no. 6 disitu ada kata-kata kamu ingin berqurban. Hal ini menunjukkan, bahwa orang yang ingin berqurban boleh melakukannya dan hukumnya sunnah. Sedangkan bagi orang yang tidak ingin melakukannya tidak dibebani dosa. Madzhab Syafii, memahami al-Quran surat al-Kautsar ayat 2 diatas tidak sebagai wajib walaupun menggunakan kata perintah (amr), karena perintah tersebut tidak mengendaki pengulangan (Laa yaqtadit tiqraar). E. SYARAT ORANG YANG BERQURBAN Para fuqaha sepakat, bahwa syarat-syarat bagi orang yang melakukan qurban adalah Muslim, merdeka, baligh, berakal, penduduk tetap suatu wilayah dan mampu. Yang dimaksud mampu, menurut madzhab Hanafi berarti memiliki senisab zakat di luar kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarganya. Sedangkan menurut madzhab Maliki berarti memiliki harta lebih dari kebutuhan primer dalam tahun itu. Dan madzhab Syafii mampu berarti ia memiliki harta seharga binatang qurban di luar kebutuhannya dan kebutuhan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Bagi madzhab Hambali menafsirkan kemampuan
8|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

itu dengan kemungkinan mendapatkan harta seharga binatang qurban, sekalipun dalam bentuk utang, tetapi yang bersangkutan sanggup membayarnya. F. SYARAT SAH Syarat sah melakukan qurban adalah sebagai berikut : 1. Binatang qurban hendaknya tidak cacat, seperti rusak matanya, sakit, pincang, kurus yang tidak berdaya. 2. Binatang qurban telah mencapai umur tertentu; Bagi domba telah berumur satu tahun lebih atau telah berganti gigi, kambing telah berumur dua tahun lebih dan sapi atau kerbau telah berumur dua tahun lebih. Bagi sapi atau kerbau berlaku untuk 7 orang berdasarkan riwayat Jabir bin Abdullah yang mengatakan, bahwa Kami telah menyembelih qurban bersama Rasulullah saw. pada tahun Hudaibiyah, satu ekot unta untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang. Sedangkan satu ekor domba/kambing untuk satu orang diqiaskan kepada denda (dam) meninggalkan wajib haji. 3. Qurban dilakukan pada waktu yang telah ditentukan; Yaitu mulai terbit fajar, sebaiknya setelah melaksanakan shalat idhul adha tanggal 10 sampai sebelum terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. G. HAL-HAL YANG DISUNNAHKAN 1. Memilih binatang qurban yang gemuk 2. Mengikat binatang qurban beberapa hari menjelang idhul Adha sebagai syiar. 3. Tidak memotong kuku dan bulu binatang qurban sejak awal bulan Dzulhijjah. 4. Membaca basmallaah ketika menyembelih hewan qurban. 5. Membaca shalawat atas nabi saw. dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt. 6. Membaca takbir. 7. Berdoa agar diterima qurbannya, dengan doa misalnya 8. Binatang yang akan disembelih dihadapkan ke kiblat. 9. Melakukan penyembelihan qurbannya dengan tangannya sendiri bagi pria, sedangkan bagi wanita mewakilkan kepada pria. 10. Yang berkurban menghadiri penyembelihan kurbannya. 11. Menggunakan alat yang tajam. H. MEMAKAN DAGING QURBAN

9|Page HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Madzhab Hanafi dan Syafii mewajibkan pembagian daging qurban nazar dan haram bagi orang yang bernazar memakannya. Karena hukum qurban nazar sama dengan nazar lainnya, tidak boleh diambil manfaat oleh yang bernazar. Tetapi madzhab Maliki dan Hambali membolehkan memakan sedikit saja dari daging qurbannya. Karena qurban nazar sama dengan qurban biasa, yang membolehkan yang berqurban memakan dagingnya. Adapun mengenai qurban biasa, sepakat para fuqaha, bahwa daging qurban diberikan kepada; orang yang berqurban, kaum kerabat (walaupun orang kaya) dan untuk orang miskin. I. LAIN-LAIN Mengenai qurban bagi orang yang sudah meninggal, menurut Imam asy-Syafii tidak boleh, kecuali ada wasiat. Sedangkan menurut Madzhab Maliki makruh hukumnya kalau tidak ada wasiat. Dan menurut madzhab Hanafi dan Hambali tidak ada halangan untuk berqurban bagi orang yang sudah meninggal, sekalipun tidak ada wasiat, karena orang yang telah meninggal lebih mengharap bantuan berupa doa dan sedekah dari saudaranya yang masih hidup. Rasulullah saw. sendiri pernah meletakkan pelepah-pelepah kurma basah di atas kuburan orang yang meninggal dunia dan menyatakan, bahwa hal itu memberi manfaat kepadanya (H.R.Bukhari dan Muslim)

Hukum Qurban
Kurban adalah kambing yang disembelih setelah melaksanakan shalat Idul Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, karena Dia Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman (yang artinya) : Katakanlah :
10 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

sesungguhnya shalatku, kurbanku (nusuk), hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb semesta alam tidak ada sekutu bagi-Nya [Al-An'am : 162] Nusuk dalam ayat di atas adalah menyembelih hewan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Taala.[ Minhajul Muslim (355-356)] Ulama berselisih pendapat tentang hukum kurban. Yang tampak paling rajih (tepat) dari dalil-dalil yang beragam adalah hukumnya wajib. Berikut ini akan aku sebutkan untukmu -wahai saudaraku muslim- beberapa hadits yang dijadikan sebagai dalil oleh mereka yang mewajibkan : Pertama. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata : Bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. (yang artinya) : Siapa yang memiliki kelapangan (harta) tapi ia tidak menyembelih kurban maka jangan sekalikali ia mendekati mushalla kami [Riwayat Ahmad (1/321), Ibnu Majah (3123), Ad-Daruquthni (4/277), Al-Hakim (2/349) dan (4/231) dan sanadnya hasan] Sisi pendalilannya adalah beliau melarang orang yang memiliki kelapangan harta untuk mendekati mushalla jika ia tidak menyembelih kurban. Ini menunjukkan bahwa ia telah meninggalkan kewajiban, seakan-akan tidak ada faedah mendekatkan diri kepada Allah bersamaan dengan meninggalkan kewajiban ini. Kedua. Dari Jundab bin Abdullah Al-Bajali, ia berkata : Pada hari raya kurban, aku menyaksikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. (yang artinya) : Siapa yang menyembelih sebelum melaksanakan shalat maka hendaklah ia mengulang dengan hewan lain, dan siapa yang belum menyembelih kurban maka sembelihlah [Diriwayatkan oleh Bukhari (5562), Muslim (1960), An-Nasa'i (7/224), Ibnu Majah (3152), Ath-Thayalisi (936) dan Ahmad (4/312,3131).] Perintah secara dhahir menunjukkan wajib, dan tidak ada [Akan disebutkan bantahan-bantahan terhadap dalil yang dipakai oleh orang-orang yang berpendapat bahwa hukum menyembelih kurban adalah sunnah, nantikanlah.] perkara yang memalingkan dari dhahirnya. Ketiga. Mikhnaf bin Sulaim menyatakan bahwa ia pernah menyaksikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah pada hari Arafah, beliau bersabda
11 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

(yang artinya) : Bagi setiap keluarga wajib untuk menyembelih atirah [Berkata Abu Ubaid dalam "Gharibul Hadits" (1/195) : "Atirah adalah sembelihan di bulan Rajab yang orang-orang jahiliyah mendekatkan diri kepada Allah dengannya, kemudian datang Islam dan kebiasaan itu dibiarkan hingga dihapus setelahnya.] setiap tahun. Tahukah kalian apa itu atirah ? Inilah yang biasa dikatakan orang dengan nama rajabiyah [Diriwayatkan Ahmad (4/215), Ibnu Majah (3125) Abu Daud (2788) Al-Baghawi (1128), At-Tirmidzi (1518), An-Nasa'i (7/167) dan dalam sanadnya ada rawi be7rnama Abu Ramlah, dia majhul (tidak dikenal). Hadits ini memiliki jalan lain yang diriwayatkan Ahmad (5/76) namun sanadnya lemah. Tirmidzi menghasankannya dalam "Sunannya" dan dikuatkan Al-Hafidzh dalam Fathul Bari (10/4), Lihat Al-Ishabah (9/151)] Perintah dalam hadits ini menunjukkan wajib. Adapun atirah telah dihapus hukumnya (mansukh), dan penghapusan kewajiban atirah tidak mengharuskan dihapuskannya kewajiban kurban, bahkan hukumnya tetap sebagaimana asalnya. Berkata Ibnul Atsir :Atirah hukumnya mansukh, hal ini hanya dilakukan pada awal Islam.[ Jami ul-ushul (3/317) dan lihat 'Al-Adilah Al-Muthmainah ala Tsubutin naskh fii Kitab was Sunnah (103-105) dan "Al-Mughni" (8/650-651).] Adapun orang-orang yang menyelisihi pendapat wajibnya kurban, maka syubhat mereka yang paling besar untuk menunjukkan (bahwa) menyembelih kurban hukumnya sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (yang artinya) : Apabila masuk sepuluh hari (yang awal dari bulan Dzulhijjah -pen), lalu salah seorang dari kalian ingin menyembelih kurban maka janganlah ia menyentuh sedikitpun dari rambutnya dan tidak pula kulitnya. [Diriwayatkan Muslim (1977), Abu Daud (2791), An-Nasa'i (7/211dan 212), Al-Baghawi (1127), Ibnu Majah (3149), Al-Baihaqi (9/266), Ahmad (6/289) dan (6/301 dan 311), Al-Hakim (4/220) dan Ath-Thahawi dalam "Syarhu Ma'anil Atsar" (4/181) dan jalan-jalan Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha] Mereka berkata ["Al-majmu" 98/302) dan Mughni Al-Muhtaj" (4/282) 'Syarhus Sunnah" (4/348) dan "Al-Muhalla" 98/3)] : Dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan bahwa menyembelih hewan kurban tidak wajib, karena beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Jika salah seorang dari kalian ingin

12 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

menyembelih kurban . , seandainya wajib tentunya beliau tidak menyandarkan hal itu pada keinginan (iradah) seseorang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah telah membantah syubhat ini setelah beliau menguatkan pendapat wajibnya hukum, dengan perkataannya [Majmu Al-Fatawa (22/162-163)] Orang-orang yang menolak wajibnya menyembelih kurban tidak ada pada mereka satu dalil. Sandaran mereka adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : Siapa yang ingin menyembelih kurban .. Mereka berkata : Sesuatu yang wajib tidak akan dikaitkan dengan iradah (kehendak/keinginan) ! Ini merupakan ucapan yang global, karena kewajiban tidak disandarkan kepada keinginan hamba maka dikatakan : Jika engkau mau lakukanlah, tetapi terkadang kewajiban itu digandengkan dengan syarat untuk menerangkan satu hukum dari hukum-hukum yang ada. Seperti firman Allah : (yang artinya) : Apabila kalian hendak mengerjakan shalat maka basuhlah . [Al-Maidah : 6] Dikatakan : Jika kalian ingin shalat. Dan dikatakan pula : Jika kalian ingin membaca Al-Quran maka bertaawudzlah (mintalah perlindungan kepada Allah). Thaharah (bersuci) itu hukumnya wajib dan membaca Al-Quran (AlFatihah-pent) di dalam shalat itu wajib. Dalam ayat ini Allah berfirman (yang artinya) : Al-Quran itu hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kalian yang ingin menempuh jalan yang lurus [At-Takwir : 27] Allah berfirman demikian sedangkan keinginan untuk istiqamah itu wajib. Kemudian beliau rahimahullah berkata [Sama dengan di atas] : Dan juga, tidaklah setiap orang diwajibkan padanya untuk menyembelih kurban. Kewajiban hanya dibebankan bagi orang yang mampu, maka dialah yang dimaksudkan ingin menyembelih kurban, sebagaimana beliau berkata (yang artinya) : Siapa yang ingin menunaikan ibadah haji hendaklah ia bersegera menunaikannya .. [Diriwayatkan Ahmad (1/214,323, 355), Ibnu Majah (3883), Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (1/114) dari Al-Fadl, namun pada isnadnya ada kelemahan. Akan tetapi ada jalan lain di sisi Abi Daud (1732), Ad-Darimi (2/28), Al-Hakim (1/448), Ahmad (1/225) dan padanya ada kelemahan juga, akan tetapi dengan dua jalan haditsnya hasan Insya Allah. Lihat 'Irwaul Ghalil" oleh ustadz kami Al-Albani (4/168-169)]
13 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu, maka sabda beliau : Siapa yang ingin menyembelih kurban sama halnya dengan sabda beliau : Siapa yang ingin menunaikan ibadah haji .. Imam Al-Aini [Dalam 'Al-Binayah fi Syarhil Hadayah" (9/106-114)] rahimahullah telah memberikan jawaban atas dalil mereka yang telah disebutkan -dalam rangka menjelaskan ucapan penulis kitab Al-Hadayah[ Yang dimaksud adalah kitab "Al-Hadayah Syarhul Bidayah" dalam fiqih Hanafiyah. Kitab ini termasuk di antara kitab-kitab yang biasa digunakan dalam madzhab ini. Sebagaimana dalam "Kasyfudh Dhunun" (2/2031-2040). Kitab ini merupakan karya Imam Ali bin Abi Bakar Al-Marghinani, wafat tahun (593H), biografinya bisa dilihat dalam 'Al-Fawaidul Bahiyah" (141).] yang berbunyi : Yang dimaksudkan dengan iradah (keinginan/kehendak) dalam hadits yang diriwayatkan -wallahu alam- adalah lawan dari sahwu (lupa) bukan takhyir (pilihan, boleh tidaknya -pent). Al-Aini rahimahullah menjelaskan : Yakni : Tidaklah yang dimaksudka takhyir antara meninggalkan dan kebolehan, maka jadilah seakan-akan ia berkata : Siapa yang bermaksud untuk menyembelih hewan kurban di antara kalian, dan ini tidak menunjukkan dinafikannya kewajiban, sebagaimana sabdanya : (yang artinya) : Siapa yang ingin shalat maka hendaklah ia berwudlu [Aku tidak mendapat lafadh seperti iin, dan apa yang setelahnya cukup sebagai pengambilan dalil] Dan sabda beliau (yang artinya) : Siapa diantara kalian ingin menunaikan shalat Jumat maka hendaklah ia mandi [Diriwayatkan dengan lafadh ini oleh Muslim (844) dan Ibnu Umar. Adapun Bukhari, ia meriwayatkannya dan Ibnu Umar dengan lafadh yang lain, nomor (877), 9894) dan (919]. Yakni siapa yang bermaksud shalat Jumat, (jadi) bukanlah takhyir . Adapun pengambilan dalil tidak wajibnya kurban dengan riwayat bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyembelih kurban untuk umatnya sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Abi Daud (2810), Sunan AtTirmidzi (1574) dan Musnad Ahmad (3/356) dengan sanad yang shahih dari Jabir- bukanlah pengambilan dalil yang tepat karena Nabi melakukan hal itu untuk orang yang tidak mampu dari umatnya. Bagi orang yang tidak mampu menyembelih kurban, maka gugurlah darinya kewajiban ini. Wallahu alam
14 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN DAN PENGELOLAAN HEWAN QURBAN


Melalui pelaksanaan ibadah Qurban 1432H, menjadi momentum besar untuk mendorong masyarakat peternak Indonesia bangkit memberikan kontribusi nyata dalam upaya menggerakan perekonomian nasional dan pemenuhan konsumsi gizi masyarakat (protein) terutama dari sektor peternakan. Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP), sebagai institusi pemerintah yang berlokasi di Batu Malang merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan ibadah Qurban, sehingga dapat mendorong kesadaran bersama bahwa Ibadah Qurban sebagai perintah Allah untuk meningkatkan Iman dan Takwa kita kepada Allah, serta untuk mengasah kepedulian sosial kita kepada fakir miskin, sehingga pelaksanaannya sudah semestinya dilaksanakan berdasarkan pada tuntunan secara syari dan memperhatikan faktor-foktor kesehatan sebagai berikut: I. Dasar Hukum:

Dasar Hukum Qurban dalam Al Quran dan Hadits: A. Firman Allah dalam Al Quran: a. Surat Al Kautsar 1-2 Sesungguhnya Kami telah memberi engkau (Ya Muhammad) akan kebajikan/nimat yang banyak. Maka dirikanlah Sholat, dan ber Qurban-lah. b. Dan telah kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari pada syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika menyembelih dalam keadaan berdiri (dan telah terikat ). Dan apabila roboh ( dan telah mati ), maka makanlah dengan sebahagianya dan berilah makan orang yang rela dengan apa yang ada padanya ( yang tidak meminta-minta ) dan orang yang meminta. Demikianlah kami telah menundukkan unta-unta itu padamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. ( QS. 22:36 ). B. Hadist Nabi:
15 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

a. Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah. Nabi bersabda: Barang siapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat shalat kami b. Riwayat Bucharu\i, Nabi bersabda: Barang siapa menyembelih qurban sebelum Shalat Hari Rya Haji, maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri dan barang siapa menyembelih qurban sesudah shalat Hari Raya dan doa kutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya dan ia telah menjalani Islam. C. Dasar Hukum Nasional a. Undang-undang No. 6 1967, tentang ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan hewan. b. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1977, Tentang Penolakan, Pemberantasan, dan pengobatan penyakit Hewan. c. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983, tantang Kesehatan Veteriner. II. Persyaratan Hewan Qurban: A. Hewan sehat: a. Tidak cacat misalnya tidak pincang, tidak buta, telinganya tidak rusak. b. Gemuk, tidak kurus serta ekornya tidak terpotong. c. Lubang alami (mulut, hidung, anus, telinga, mata, kelamin) terlihat bersih dan normal tidal ada gejala sakit, seperti keluar lendir, atau cairan tubuh lainnya secara tidak wajar. Mata Cerah bersinar. d. Kulit halus mengkilat tidak kusam bediri (Njegrik).

B. Umur hewan untuk qurban. a. Domba atau kambing yang telah berumur satu tahun atau lebih (yang telah berganti gigi / poel)
16 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

b. Sapi / kerbau yang telah berumur minimal 2 tahun atau yang telah berganti gigi. Penentuan umur kambing/domba dapat dilakukan dengan memperhatikan pergantian gigi gigi pertama menjadi gigi terasah. III. SYARAT PENYEMBELIH (Modin) 1. Laki-laki muslim dewasa (baligh), 2. Sehat jasmani dan rohani serta mengetahui prinsip dasar kurban, 3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis dalam penyembelihan secara halal yang baik dan benar.

IV. SYARAT PERALATAN 1. 2. Pisau yang digunakan harus tajam, cukup panjang. Bersih, tidak berkarat.

3. Peralatan pendukukung: Ember, plastik, wadah, talenan, pisau dan seluruh peralatan yang kontak dengan daging maupun jeroan harus bersih, dan senantiasa dijaga kebersihannya.

V. SYARAT SARANA 1. Kandang penampung sementara harus bersih, kering dan mampu melindungi hewan dari panas matahari dan hujan. Pada kandang tersebut, tersedia pula air minum bersih dan pakan yang cukup untuk hewan, 2. Tempat penyembelihan harus kering dan terpisah dari sarana umum 3. Lubang penampung darah berukuran: panjang 0,5 m x lebar 0,5 m x kedalaman 1 m untuk tiap 10 ekor kambing . Sedangkan untuk 10 ekor sapi, panjang 1 m x Lebar 0,5 m x panjang 1 m. 4. Tersedia air bersih untuk mencuci peralatan dan membersihkan jeroan, 5. Jeroan yang telah bersih di cuci, untuk lebih menjamin kebersihannya dan tampak segar, bersih dan keset dapat di celupkan dalam air mendidih selama 2-3 menit, kemudian di tiriskan dan di siram dengan air secukupnya.

17 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

6. Tersedia tempat khusus untuk penanganan daging dan penanganan jeroan yang harus terpisah antara keduannya, serta selalu dijaga kebersihannya. 7. Tempat penganagan tersebut di atas perlu di jaga agar tidak terkena hujan dan terkena sinar matahari langsung, artinya harus membuat peneduh/pelindung (tratakan). Sehingga daging tidak rusak oleh karena iar hujan dan terik matahari VI. PERLAKUAN PADA HEWAN SEBELUM DISEMBELIH 1. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum penyembelihan atau pemeriksaan antemortem dilaksanakan oleh dokter hewan atau paramedis kesehatan hewan di bawah pengawasan dokter hewan. Pemeriksaan Ante Mortem /Pemeriksaan sebelum hewan Qurban di potong, secara awam mencakup; a. Cek recordingnya, jika ada. b. Periksalah seluruh lubang alami hewan Qurban(normal: tidak keluar lendir/ingus berlebih/berbau busuk, suhu normal, warna pink/tidak merah/merah kebiruan. Cek apakah anus kotor dan periksa kotorannya apakah lembek (diare). c. Mata cerah, reflek bagus. d. Periksa kecepatan nafasnya (normal 30-40 kali per menit). e. Periksalah kondisi kulitnya (normal : halus, mengkilat tidak kusam, berkoreng, kotor dan berdiri/jegrik). f. Periksa cara berjalan (normal: dan tidak pincang). g.Performance bagus, gemuk (Bagian pantat padat berisi daging, bagian tulang punggung dan tulang iga padat tertutup daging. 1. Hewan diperlakukan secara baik dan wajar dengan memperhatikan azas kesejahteraan hewan, agar hewan tidak stres, tersiksa, terluka dan sakit, 2. Hewan diistirahatkan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum disembelih, 3. Hewan diberi pakan dan minum yang cukup, dan di puasakan 12 jam sebelum di potong, agar isi rumen berkurang, darah dapat keluar maksimal dan daging tidak cepat busuk karena kadar glikogen tinggi, serta kadar darah dalam daging rendah.
18 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

4. Saat penyembelihan, hewan direbahkan secara hati-hati, tidak dengan paksa dan kasar, agar hewan tidak stres, takut, tersiksa dan tersakiti/terluka, serta tidak menimbulkan risiko bagi penyembelih. VII. TATA CARA PENYEMBELIHAN Penyembelihan dilakukan menurut syariat Islam, serta memperhatikan persyaratan teknis higiene dan sanitasi, yaitu: 1. Hewan dirobohkan pada bagian sisi kiri dengan kepala menghadap ke arah kiblat, 2. 3. 4. 5. Membaca Bismillah. Membaca Shalawat atas Nabi. Membaca takbir . Berdoa:

Hadzihi udlhiyatu fulan Bin fulan hadzihi minka wailaika Fataqobbal. Artinya: Ya Allah, ini Qurban dari Fulan bin Fulan, ini perbuatan dari perintahMu Fulan kerjakan karenaMu, terimalah amalnya ini. 1. Hewan disembelih di lehernya dengan sekali memutuskan/memotong tiga saluran, yaitu (a) saluran nafas (trakea/hulqum), (b) saluran makanan (esofagus/mari), (c) pembuluh darah (wadajain), 2. Proses selanjutnya dilakukan setelah hewan benar-benar mati, 3. Hewan yang telah disembelih digantung pada kaki belakangnya agar pengeluran darah berlangsung sempurna, kontaminasi silang dapat dicegah dan memudahkan penanganan, 4. Saluran makanan dan anus diikat dengan tali agar isi lambung dan usus tidak mencemari daging, 5. Pengulitan hewan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, diawali dengan membuat sayatan pada bagian tengah sepanjang kulit dada dan perut, dilanjutkan dengan sayatan pada bagian medial kaki, 6. Isi rongga dada dan rongga perut dikeluarkan secara hati-hati agar dinding lambung dan usus tidak tersayat atau terobek, 7. Organ dalam/Jeroan (hati, jantung, paru-paru, limpa, ginjal, lidah) dan jeroan hijau (lambung, usus, esofagus dan lemak) dipisahkan,

19 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

8. Pemeriksaan kesehatan daging (karkas), jeroan dan kepala setelah penyembelihan atau pemeriksaan postmortem dilaksanakan oleh dokter hewan atau paramedis kesehatan hewan di bawah pengawasan dokter hewan,

Prinsip Pemeiksaan setelah hewan Qurban di sembelih (Post Mortem): 1. Pemeriksaan daging: Hewan Qurban yang telah di kuliti, di periksa. perhatikan warnanya (normal: Merah segar), dan konsistensi (normal: tidak terlalu lembek dan terlalu keras). 2. Pemeriksaan Organ dalam: a. Periksa konsistensinya semua organ dalam : Secara normal organ tidak terlalu lembek dan keras serta tidak rapuh. b. Ukuran normal tidak terjadi radang/abuh. c. Warna merah segar, tidak merah kehitaman atau kebiruan/memar. d. Sayat seluruh organ dalam secukupnya untuk mengecek kondisi dalam organ tersebut kemudian Cek organ satu per satu: 1) Cek dan periksa warna (secara normal merah segar). 2) Sayat hati, apakah terdapat cacing hati (berbentuk daun 1-2 cm), atau ada cairan/eksudat berwarna kuning dan atau keras terdapat pengapuran. 3) Sayat trakea, Bronkus sampai Paru paru. secara normal tidak ada cacing paru, tidak berlendir berlebihan, tidak terdapat cairan atau gumpalan merah/biru pada paru-paru. Secara normal Paru merah segar agak pucat, dan ringan. 4) Sayat Jantung.
20 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

5) Sayat Limpa, secara normal Limpa merah tua. 6) Sayat Ginjal, cek apakah ada pengapuran. Ingat: Jika terdapat kelainan organ tersebut segera laporkan kepada petugas Dokter Hewan atau mantri setempat untuk mendapatkan saran-saran, sehingga organ tersebut aman di konsumsi dan terhindar penularan penyakit dari hewan tersebut ke para penerima hewan Qurban. 1. Daging segera dipindahkan ke tempat khusus untuk penanganan lebih lanjut. Ingat...!! Daging harus dipisahkan tempatnya dengan pengelolaan Jeroan. 1. Jeroan dicuci dengan air bersih, dan limbah cucian tidak dibuang pada selokan, sungai/kali. Lebih Baik kotoran tersebut di masukan dalam lubang tempat penyembelihan di atas lalu di tutup lagi dengan tanah. 2. Jeroan yang telah bersih di cuci, untuk lebih menjamin kebersihannya dan tampak segar, bersih dan keset dapat di celupkan dalam air mendidih selama 2-3 menit, kemudian di tiriskan dan di siram dengan air secukupnya

VIII. PENANGANAN DAGING QURBAN YANG HIGIENIS 1. Petugas yang menangani daging harus senantiasa menjaga kebersihan tangan, tempat dan pakaian. 2. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menangani daging, setelah keluar dari kamar mandi/toilet, jika tangan terkena/memegang kotoran atau bahan-bahan yang kotor, misalnya setelah menyentuh rambut, muka, mulut, lubang telinga, lubang hidung, setelah menggaruk, sebelum dan setelah makan 3. Daging harus selalu terpisah dari jeroan (jangan disatukan dan bercampur). Tempat penyimpanan, penanganan dan pemotongan menjadi potongan daging dan jeroan harus terpisah, mengingat jeroan lebih banyak mengandung kuman dibandingkan dengan daging. 4. Daging dan jeroan yang ditangani harus selalu dicegah terhadap pencemaran dari tangan manusia yang kotor, air yang kotor, peralatan

21 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

5. 6. 7. 8.

(pisau, talenan, meja, wadah) yang kotor, lalat atau serangga lainnya dan alas daging yang kotor. Alas plastik atau wadah daging dan jeroan harus bersih dan senantiasa dijaga kebersihannya. Jika memang perlu daging di timbang dengan timbangan yang bersih, untuk mengetahui jatah masing-masing penerima hewan Qurban. Bagikan potongan daging dalam kantong/wadah yang bersih dan terpisah dari jeroan. Usahakan daging dan jeroan tidak dibiarkan tersimpan pada suhu ruang/kamar (25-300C) lebih dari 4 jam. Daging dan jeroan harus disimpan pada lemari pendingin (suhu di bawah 40C) atau dibekukan.

IX. PENYALURAN DAGING QURBAN A. Setelah daging Qurban di bungkus dalam wadah/plastik, siap di distribusikan kepada yang berhak. B. Penyaluran hewan Qurban seyogyanya di laksanakan secepatnya, karena untuk menghindari kerusakan daging Kurban. Demikian Pedoman teknis ini kami sampaikan, atas saran dan masukan terhadap pedoman ini demi semakin sempurnanya pedoman teknis ini kami mengucapkan banyak terimakasih.

LAMPIRAN
Sumber : Ahkaamu Al Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi

22 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

Al-Atsari, Pustaka Al-Haura, penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein, dinukil darihttp://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=494 Sumber: 1. Kumpulan Perundangan Kementerian Pertanian, 2010. 2. Syekh Hasan Ayyub, Pedoman menuju haji Mabrur, 2002. 3. RA. Lawrie, Ilmu Daging, terjemahan, Prof. Dr. Aminuddin Parakkasi, 2003. 4. http://alquran-sunnah.com/kitab/bulughulmaram/source/12.%20Kitab%20Makanan/3.%20Bab%20Kurban.ht m 5. http://www.theonlyquran.com/quran/AsSaffat/English_Abdullah_Yusuf_Ali/?ayat=1&pagesize=0 6. http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=108

23 | P a g e HUKUM KETENTUAN KURBAN DAN DALIL-DALILNYA

You might also like