You are on page 1of 25

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Cabai ( Capsicum annum L ) tumbuh di dataran Amerika Selatan dan Amerika Tengah termasuk Meksiko, masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mengembangkan cabai adalah orang Inca di Amerika Selatan, orang maya di Amerika Tengah da orang Aztek di Amerika. Mereka memanfaatkan buah cabai sebagai bumbu penyedap masakan ( Bernardinus T, 2008 ). Hingga kini, cabai menjadi salah satu bumbu pemberi rasa pedas yang sering digunakan sebagai pengguguah selera masakan, sama halnya dengan lada dan jahe. Cabai sampai saat ini merupakan salah satu jenis sayuran yang telah sangat membudaya dikalangan petani. Serta produsen cabai tidak hanya di pulau jawa, tetepi juga mulai dikembangkan diluar pulau Jawa (Redaksi AgroMedia, 2008 ). Selain berguna sebagai penyedap masakan cabai juga banyak mengandung gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia, cabai mengandung Kalori 31,0 kal, Protein 1,0 gram, Lemak 0,3 gram Karbohidrat 7,3 gram, Kalsium 29,0 mg, Fospor 24,0 mg, Besi 0,5 mg, Vitamin A 470 SI, Vitamin C 18,0 mg, Vitamin B1 0,05 mg, Vitamin B2 0,03 mg, Niasin

0,20 mg, Kapsaikin 1,5 %, Pektin 2,33 % , Pentosan 8,57 %, Pati 1,4 % ( Bernardinus T, 2008 ).

Cabai merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya, cabai termasuk dalam golongan komoditas sayuran yang dieksport Indonesai akhir-akhir ini. Indonesia mengeksport cabai ke Hongkong, Amerika dan Eropa ( Redaksi Agromedia, 2008 ). Cabai mempunyai banyak kegunaan, di antaranya untuk bumbu masak, bahan obat-obatan ramuan tradisional. Cabai yang dikonsumsi sehari-hari mengandung berbagai zat yang dibutuhkan tubuh. Buah yang masih mentah pun umumnya di manfaatkan sebagai pelengkap makanan gorengan. Cabai yang dikonsumi tidak hanya dimakan segar tetapi sudah banyak diolah menjadi berbagai produk olahan, seperti saos cabai, sambal cabai dan bubuk cabai ( Final Prajnanta, 2003 Mencoba berbagai varietas cabai Besar bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan masing-masing perbedaan dari varietas tersebut, seperti: hasil produksi, kualitas buah, ketahanan terhadap serangan penyakit, serta mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan di tempat praktek penelitian. Memberikan perlakuan pupuk pada berbagai varietas cabai Besar di harapkan dapat memberikan perbedaan nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah, bobot buah per tanaman dan hasil produksi. Pemberian pupuk optimal kepada tanaman cabai belum banyak dilakukan petani, baik penggunaan pupuk kimia maupun pupuk organik. Hal ini disebabkan pengetahuan petani tentang jenis pupuk, dosis pupuk yang tepat sesuai kebutuhan tanaman cabai setiap daerah belum ada.

Karena itu perlu suatu upaya untuk mencoba mencari alternatif penggunaan jenis pupuk tertentu dengan dosis yang sesuai melalui hasil percobaan ( Pinus Lingga, 2009 ). Dalam penggunaan pupuk tentu dapat memilih pupuk organik atau pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandunng secara alami. Sementara pupuk anorganik merupakan pupuk buatan pabrik dengan jenis dan kadar unsur hara yang sengaja ditambahkan atau diatur dalam jumlah tertentu. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah ( Effi Ismawati Musnawar, 2007 ). Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair ( urine ) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia ( sapi, kambing, kuda ) dan unggas ( ayam, burung ), dikombinasikan perlakuannya dengan pupuk SP 36 diharapkan akan memberikan pengaruh yang makin baik terhadap pertumbuhan dan produksi cabai Besar. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan tentang pengaruh dosis berbagai varietas dan pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi cabai Besar.

1.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang dan SP36 terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar. 2. Untuk mengetahui pengaruh berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar. 3. Untuk mengetahui intraksi antara pupuk kandang,SP36 dan berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar. 1.3 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi mengenai pemberian pupuk kandang, SP36 dan berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi cabai Besar. 2. Sebagi bahan pembanding pada penelitian selanjutnya. 3. Sebagai informasi petani dalam kegiatan budidaya pertanian, khususnya petani cabai Besar. 1.4 Hipotesis 1. Terdapat satu perlakuan pupuk kandang dan SP36 yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar. 2. Terdapat satu perlakuan varietas yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar. 3. Terdapat intraksi antara pupuk kandang,SP36 dan berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Cabai

Tanaman cabai ( Capsicum annum L.) merupakan tanaman yang cocok tumbuh di daerah daratan rendah sampai menengah. Namun dewasa ini para produsen benih sudah mampu menghasilkan benih cabai yang bisa tumbuh di daratan rendah, menengah, sampai daratan tinggi sampai sekitar 2.500m dpl ( Bernardinus T, 2002 ). Tanaman cabai merupakan tanaman perdu famili dari ( solanaceae ) terung - terungan. Famili ini terdiri dari lebih kurang 75 marga ( genus ) dan 2000 jenis ( species ), ada yang berbentuk tanaman pendek, tanaman semak perdu atau pohon kecil ( Pracaya, 1993 ). 2.2 Klasifikasi Tanaman Cabai adalah Sebagai Berikut : Divisio Sub-divisio Kelas Subkelas Ordo Familli : : : : : : Spermathophyta Angiospermae Dycotyledoneae Sympetalae Tubiflorae (Solanales) Solanaceae

Genus Spesies

: :

Capsicum Capsicum annum L. ( Bernardinus T, 2002 ).

Dari klasifikasi diatas terlihat bahwa tanaman cabai termasuk ke dalam Famili solanaceae. Tanaman lain yang masih sekerabat dengan cabai antara lain kentang, terung, dan tomat. Tanaman cabai mempunyai banyak jenis dan varietas. Jenis-jenisnya antara lain cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, cabai paprika dll. Namun yang umum di budidayakan orang untuk keperluan konsumsi adalah cabai besar, keriting, rawit dan paprika ( Dalam jumlah sedikit ) ( Bernardinus T, 2002 ). 2.3 Morfologi Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi akar, batang dan cabang daun bunga, serta buah dan biji. Adapun uraian morfologi tanaman cabai Besar adalah sebagai berikut : 2.3.1 Akar Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang-cabang ke samping membentuk akar serabut. Akar serabut cabai bisa menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm ( Redaksi AgroMedia, 2008 ).

2.3.2 Batang Tanaman cabai berbentuk semak, batangnya berkayu. Tipe

percabangannya tegak dan menyebar dengan tajuk yang berbeda-beda, tergantung pada varietasnya. Tinggi tanaman cabai mencapai 100 120 cm dengan lebar tajuk cabangnya bisa sampai 90 cm ( Bernardinus T, 2002 ). 2.3.3 Daun Daun cabai merupakan daun tunggal, muncul di tunas-tunas samping yang tumbuh berurutan di batang utama. Daun cabai tersusun spiral,

umumnya berwarna hijau dan hijau tua ( Redaksi AgroMedia, 2008 ). 2.3.4 Bunga Bunga cabai bersifat tunggal dan tumbuh di ujung ruas tunas, mahkotanya berwarna putih atau unggu, tergantung pada varietasnya. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bungga, sehingga termasuk bunga sempurna atau hermaprodit ( Bernardinus T, 2002 ). 2.3.5 Buah Ukuran buah cabai beragam dari pendek sampai panjang dengan ujung runcing atau tumpul. Bentuk buah memanjang keriting. Buah cabai memiliki rongga dengan jumlah berbeda-beda sesuai dengan varietasnya. Di dalam buah terdapat plasenta tempat biji melekat. Daging buah cabai umumnya renyah dan kadang-kadang lunak ( Redaksi AgroMedia, 2008 ).

2.3.6 Biji Biji cabai terletak di dalam buah, melekat sepanjang plasenta. Warnanya putih atau kuning jerami dan memiliki lapisan kulit keras di bagian luarnya ( Redaksi AgroMedia, 2008 ). 2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Besar 2.4.1 Iklim Pada dasarnya tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian antara 01800 meter diatas permukaan laut. pertumbuhan cabai adalah 18-28C. Suhu rata-rata yang baik untuk Meskipun demikian suhu yang

benar-benar optimum adalah 21 - 28C.

Untuk fase pembungaan

dibutuhkan suhu udara antara 18,3 - 26,7C, suhu rata-rata yang terlalu tinggi dapat menurunkan jumlah buah ( Wahyu Dwi Widodo,1996 ). Curah hujan atau iklim basah tidak terlalu baik untuk pertumbuhan cabai, karena menyebabkan kerontokan bakal bunga, serta bisa membuat bunga dan buah tumbuh kecil. Selain itu, kelembaban yang tinggi akan meransang pertumbuhan jamur yang berpotensi mengundang penyakit. Curah hujan yang cocok adalah sebesar 600-1250 mm, dan tersebar merata di sepanjang pertumbuhannya ( Redaksi AgroMedia, 2008 ). 2.4.2 Tanah Tanah yang baik untuk tanaman cabai adalah tanah yang lempung berpasir atau tanah yang ringan yang banyak memgandung bahan organik
8

dan banyak unsur hara.

Cabai bisa ditanam disegala jenis tanah asal

gembur, cukup unsur hara dan tidak tergenang air. Tanah yang asam kurang baik untuk pertumbuhan cabai, maka perlu ditaburi kapur pertanian. Tanah yang baik bila memiliki pH 6,5 ( Pracaya, 1993 ). Tanaman cabai sendiri merupakan kelompok tanaman yang tidak tahan terhadap kelebihan air dalam tanah atau kekurangan udara. Tanaman cabai yang di tanam pada tanah yang sering terendam air, tumbuhnya kurang baik dan mudah terserang penyakit layu ( Wahyu Dwi Widodo, 1996). Kesuburan kimia adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah yang subur berarti kaya akan unsur hara. Tanaman cabai merupakan jenis tanaman sayuran yang sangat

membutuhkan unsur nitrogen dan fospor ( Wahyu Dwi Widodo, 1996 ). Kandungan unsur nitrogen yang dikehendaki untuk pertumbuhan cabai yang optimal 0,2% dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Disamping itu kandungan unsur fospor yang harus

cukup ( Wahyu Dwi Widodo, 1996 ). 2.5 Pupuk Kandang Kambing

Pupuk kandang kambing mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang kambing mengandung unsur makro seperti Nitrogen ( N ) 2,46 % (padat), Fospor (P)

0,76 % ( padat ), Kalium ( K ) 2,03 % ( padat ), 1,50% dan kandungan unsur hara mikro Mn 3773,0 Kg ( padat), Zn 111,0 Kg ( padat ), B 8,67 Kg ( padat ). Unsur fospor dalam pupuk kandang kambing sebagian besar berasal dari kotoran padat, Sedangkan nitrogen dan kalium berasal dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan nitrogen dalam kotoran cair hanya 2 3 kali lebih besar dari kotoran padat ( Effi Ismawati Musnawar, 2007 ). Seperti halnya tanaman lain tanaman cabai juga menggunakan pupuk kandang. Pemberian pupuk dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Tujuan dari pemberian pupuk kandang kambing antara lain untuk memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki tekstur tanah, dan menambah unsur hara yang diperlukan tanaman (Anonim,2001 ). Menurut ( Effi Ismawati Musnamar, 2007 ) fungsi pupuk kandang terhadap tanah adalah: Kesuburan tanah bertambah Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup Keamanan penggunanya dapat dijamin. Menurut ( Sarwono Hardjowigeno, 2003 ) keuntungan penggunaan pupuk kandang adalah:

10

Menambah hara dan memperbaiki tekstur tanah Menambah kemampuan tanah menahan air Tidak menimbulkan polusi lingkungan Menurut ( Sarwono Hardjowigeno, 2003 ) pupuk kandang adalah: Dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit akar tanaman Mudah terurai habis di daerah tropika Menyulitkan transportasi dan pemberian sehingga kurang ekonomis Kandungan unsur hara nya rendah. 2.6 Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan, serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan pada suatu tempat lalu mengalami dekomposisi ( Saifuddin,1990 ). Pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin, artinya dalam proses perombakannya secara perlahan dan kurang menimbulkan panas ( Mul Mulyani,1999 ). Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap, karena selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman,juga kerugian penggunaan

mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Jasad renik dalam tanah sangat penting bagi kesuburan tanah, disamping itu seresahseresah dan sisa-sisa tanaman dapat di ubahnya menjadi humus ( Mul Mulyani, 1999 ).

11

Pupuk kandang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah, serta mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Walaupun lambat diserap oleh tanah, tetapi hasil penguraiannya dapat meningkatkan kadar humus sehingga tanah mudah diolah serta struktur tanah dapat dipertahankan Kartasepoetra,1998 ). Pupuk kandang selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur-unsur mikro yang dapat menyediakan unsur-unsur atau zat-zat makanan baik bagi kepentingan pertumbuhan tanaman ( Sutejo dan Kartasepoetra,1998 ). Faktor-faktor yang mempengaruhi susunan dan nilai dari pupuk kandang adalah makanan dari hewan dan jenis atau makanan hewan (Saefuddin, 1990 ). Apabila komposisi makanan ternak itu baik, maka nilai pupuk kandang akan lebih baik pula. Secara umum pupuk kandang mengandung beberapa unsur hara. Dalam bentuk padat terdiri atas 85% H2 O, 0,40% N, 0,20 %P2O5 ( Sutejo dan Kartasepoetra, 1998 ). Pupuk yang diperlukan tanaman berbeda tergantung jenis tanaman dan ketersediaannya di dalam tanah. Diantara pupuk yang diperlukan itu, ada yang lambat tersedia dalam tanah misalnya pupuk kandang ( Mul Mulyani, 1999 ). ( Sutejo dan

12

2.7 Pupuk SP36 Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia berkadar hara tinggi. Pada

awalnya jenis-jenis pupuk anorganik tidak begitu banyak. Akan tetapi, saat ini hampir tak terhitung jumlahnya. Bentuk, warna dan cara penggunaannya pun jadi beragam. Kalau dulu pupuk anorganik cukup diberikan dengan cara ditaburkan atau dibenakan merata dekat tanaman, kini ada pupuk akar yang harus ditumpuk dibawah atau sekitar akar, diselipkan dekat akar, dan diberikan lewat daun ( Pinus Lingga, 2009 ) Menurut ( Pinus Lingga, 2009 ) keuntungan penggunaan pupuk anorganik adalah : Pemberiannya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya takaran haranya pas. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Pupuk SP36 merupakan salah satu dari sekian banyak produk- produk pupuk anorganik yang beredar dipasaran. Pupuk anorganik dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan kandungannya, yaitu pupuk

13

tunggal, pupuk majemuk, dan pupuk lengkap. Pupuk SP36 merupakan pupuk tunggal kadar P2O5 36 % ( Heru Prihmantoro, 2005 ).

14

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang di gunakan dalam penelitian adalah cangkul, parang, gembor, meteran, timbangan, alat tulis, kamera. Bahan yang benih digunakan

cabai varietas Universal F1, Maraton F1, dan Salero F1, pupuk

kandang kambing, pupuk kandang sapi, pupuk SP36. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Peneletian dilaksanakan bulan Agustus hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian yaitu di Tanah grogot, kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser.

3.3 Rancangan Percobaan Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) dengan pola percobaan faktorial dua faktor dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan yaitu terdiri atas : Faktor pertama : Pupuk Kandang dan pupuk SP36 ( P ) terdiri atas tiga taraf yaitu : p1 p2 p3 : Pupuk kandang kambing : Pupuk kandang sapi : Pupuk SP 36

15

Faktor Kedua : Varietas ( V ) terdiri atas tiga taraf : v1 v2 v3 : Varietas Universal F1 : Varietas Maraton F1 : Varietas Salero F1

Masing - masing kombinasi perlakuan di ulang sebanyak tiga kali sehingga jumlah seluruhnya : 3 x 3 x 3 = 27 petak. 3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Bibit Cabai Besar Sebelum persemaian dilakukan, benih direndam dulu di dalam air hangat perendaman dilakukan sekitar 5 jam setelah itu, benih dibungkus dengan kain basah selama semalam. Keesokan harinya biji cabai besar akan pecah dan berkecambah. Biji cabai Besar yang siap digunakan sebagai bibit harus disemaikan di lahan pembibitan. Lahan pembibitan bisa berupa bedengan atau plastik kecil ( plastik semai ). Setelah persemaian dilakukan, pemeliharaan

persemaian yaitu meliputi : penyiraman, pengendalian gulma hingga bibit siap dipindah ke lapangan. 3.4.2 Pengolahan Lahan Pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul dengan kedalaman

40 cm. Tanah harus benar-benar gembur dan bebas dari gumpalan-

16

gumpalan tanah, akar-akar kayu dan batu. Selanjutnya dibuat 3 kelompok kemudian dibuat petakan petakan dengan ukuran 3,5 x 4,5 m sebanyak 27 petak. Dengan jarak antar petak 75 cm dan jarak antar kelompok 100 cm. Setelah selesai maka lahan di istirahatkan dulu selama 14 hari

sebelum masa tanam. 3.4.3 Persemaian Persemaian kotak dibuat dari papan, dengan ukuran yang tidak terlalu besar, lebar kotak 80 cm, panjang 120 cm, tinggi 30 cm. Pada bagian bawah kotak di campur dengan pupuk kandang yang masak, setinggi 25 cm. Untuk menghindari curah air hujan dan terik matahari dapat di tempatkan ditempat yang teduh atau diberi naungan daun alang-alang. Setelah 7 - 10 hari disemaikan maka benih-benih mulai tumbuh.

Pertumbuhan benih ini harus dipelihara dengan baik sampai menjadi bibit yang siap tanam. Selain dari itu untuk mencegah agar benih tidak

diganggu serangga maka disemprot dengan insektisida. Bibit siap ditanam dilahan jika telah berumur 25 hari atau setidaknya tumbuh daun sebanyak lima helai. 3.4.4 Penanaman Penanaman dilakukan pada benih yang telah berumur 25 hari.

Sebelum bibit ditanam, bedengan disiram terlebih dahulu. Tujuannya agar bibit tidak layu setelah penanaman. Waktu penanaman yang baik adalah

17

pada sore hari pukul 16.00 - 17.00 pada saat mata hari terbenam. Perlakuan dengan jarak tanam 75 x 75 cm. 3.4.5 Pemeliharaan 3.4.5.1 Penyulaman Pertumbuhan bibit harus dikontrol 5 - 7 hari setelah penanaman. Jika ditemukan ada bibit yang mati segera lakukan penyulaman, yaitu menggantinya dengan bibit yang baru. Penyulaman asalnya dari tanaman yang di tanam di polybag yang bersamaan waktu tanamnya. Penyulaman yang baik di lakukan pada sore hari, untuk menghindari setres pada bibit akibat sinar matahari yang terlalu menyengat. Bibit yang diambil untuk penyulaman diambil dari sisa bibit hasil penyemaian terdahulu agar keseragaman ukuran dan umurnya tetap tejaga. 3.4.5.2 Penyiangan dan Mengemburkan Tanah Penyiangan yaitu membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dilahan penanaman, yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Penyiangan ini dilakukan sekaligus pengemburan tanah. Pekerjaan ini dikerjakan setiap 2 minggu sekali sejak bibit ditanam.

Menggemburkan tanah ini perlu dilakukan dengan maksud agar tanah tidak padat. Sehingga peredaran udara dan air lebih sempurna.

18

3.4.5.3 Pemasangan Ajir Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman cabai hibrida ditanam dibedengan. Tinggi ajir umumnya yang digunakan untuk cabai besar adalah 125 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah 25 cm. Ajir ini dipasang tegak disetiap tanaman cabai dengan jarak sekitar 10 cm dari batang tanaman. Dengan tujuan mengoptimalkan sinar

matahari yang menimpa tanaman sehingga fotositensis berlangsung secara maksimal. 3.4.5.4 Perempelan Tunas dan Bunga Perempelan tunas dan bunga pada tanaman bertujuan memperkokoh tanaman, mengoptimalkan sinar matahari dan mengurangi resiko terkena serangan penyakit. Semua tunas atau cabang air yang tumbuh di ketiak daun dan dibawah bunga pertama sebaiknya dihilangkan menggunakan tangan yang steril. Begitu juga dengan bunga pertama dan kedua yang muncul sebaikya dibuang juga. Pasalnya tanaman cabai belum waktunya untuk berbuah. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi, ketika

batang atau tunas masih mudah dipatahkan. 3.4.5.5 Pemupukan Perlakuan pupuk kandang kambing diberikan bersamaan pada saat setelah pengolahan pertama yakni pembuatan petak ( pengolahan tanah kedua ), dengan cara ditabur diatas petak penelitian secara merata 2 minggu sebelum tanam, dengan tujuan meningkatkan unsur hara yang
19

diperlukan tanaman. Dengan dosis 15 ton perhektar setara 23,62 kg perpetak. Perlakuan pupuk kandang sapi diberikan bersamaan pada saat pengolahan tanah, dengan cara ditabur diatas petak penelitian secara merata 2 minggu sebelum tanam, dosis pupuk yang digunakan 20 ton perhektar serata 31,5 kg perpetak. Pemberian pupuk SP36 dilakukan bersamaan pada saat pengolahan tanah 1 hari setelah pemberian pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi dengan cara ditabur diatas petak penelitian secara merata 2 minggu sebelum tanam, pupuk SP36 diberikan sesuai dengan dosis 500 kg perhektar setara 0,7 kg perpetak. 3.4.5.6 Penyiraman Bibit yang baru ditanam sebaiknya disiram setiap hari. Tetapi apabila ada hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman, cukup dengan air hujan saja. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari.

Penyiraman pada pagi hari dilakukan kira-kira pukul 06.00 - 08.00. Sedangkan pada sore hari penyiraman di lakukan setelah pukul 16.00. 3.4.5.7 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan sejak dini. Pemantauan dan perawatan intensif lebih diutamakan dari pada mengobati tanam yang telah sakit. Pengendaliannya berdasarkan konsep

pemberantasan hama tepadu ( PHT ) yaitu pestisida sebagai alternatif terakhir jika pengendalian non kimia kurang efektif. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan jenis serangan. Tidak dianjurkan menggunakan secara

20

berlebihan, karena bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada hama, dan meningkatkan kandungan residu berbahaya bagi konsumen cabai Besar. 3.4.6 Panen Panen merupakan tahap akhir dari budidaya cabai Besar. Pemanenan dilakukan dengan manual menggunakan tangan. Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati - hati agar mutu cabai tetap terjaga. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Hal itu untuk menjaga kesegaran buah, selain itu pemetikan pada pagi hari akan memperberat timbangan buah karena belum banyak kandungan air yang menguap. Proses

pemetikan ini biasanya tiap tiga hari sekali. Adapuun proses pemetikan sendiri tidak boleh asal petik, sebab dapat berakibat pada rusaknya tangkai, dan rusaknya tangkai akan mengakibatkan perkembangan tanaman terganggu. 3.5 Pengambilan Data

3.5.1 Tinggi Tanaman ( cm ) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman sampel,sejak tanaman berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam sebanyak 5 tanaman.

21

3.5.2 Jumlah Cabang Jumlah cabang dihitung pada saat tanaman berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam dengan cara menghitung batang yang telah tumbuh pada tanaman sample. 3.5.3 Jumlah Buah ( buah ) Jumlah buah dihitung pada saat setelah panen pada tanaman sampel sebanyak 5 kali panen. 3.5.4 Bobot Buah Per Tanaman ( g ) Berat buah dihitung pada saat setelah panen pada tanaman sampel sebanyak 5 kali. 3.5.5 Produksi Perpetak ( kg ) Produksi perpetak dihitung pada saat setelah panen. Sebanyak 5 kali panen pada seluruh tanaman. 3.5.6 Produksi Perhektar ( Mg ) Produksi buah diketahui perpetak selanjutnya dikonversikan dalam ( kg ha1 ) 10.000 m2
Mgha-1 = Luas petak Produksi ( m2) x 1000 kg

Produksi / Petak ( kg )

22

3.6 Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh pupuk dan berbagai varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai Besar, maka dilakukan analisa data dengan menggunakan sidik ragam. Bila sidik ragam berpengaruh tidak nyata ( F hitung < F tabel 0,05 ) tidak dilakukan uji lanjutan, Sedangkan apabila sidik ragam berpengaruh nyata ( F hitung > F tabel 0,05 ), maka dilakukan uji lanjutan untuk membandingkan dua perlakuan yang berbeda dengan menggunakan BNJ taraf 5 %.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Pupuk Organik Cair Lengkap, Anugrah Cemerlang Indonesia. Ujung Pandang. Bernardinus T. Wahyu Wiryanta, 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Penerbit Agromedia pustaka. Jakarta. Effi Ismawati Musnawar, 2007, Pupuk Organik, Cair & Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Final Prajnanta, 2003, Mengatasi Masalah Bertanam Cabai. Swadaya. Jakarta. Penerbit

Heru Prihmantoro, 2005, Memupuk Tanaman Sayur. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Mul Mulyani Sutedja, 1999. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta. Pinus Linga dan Marsono, 2009. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Pracaya, 1993, Bertanam Lombok. Salatiga; Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Redaksi AgroMedia, 2007, Budi Daya Cabai hibrida. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta. Redaksi AgroMedia, 2007, Budi daya Cabai Merah pada Musim Hujan. Penerbit Agromedia pustaka. Jakarta. Saefuddin S, 1990. Kesuburan Tanah dan Pengapuran, Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Sarwono Hardjowigeno, 2003. Ilmu Tanah. Akamedika Presindo, Jakarta. Sutejo dan Kartasapoetra, 1998. Pupuk dan Cara Pemupukan, Bina Aksara. Bandung.

24

Widodo Dwi Wahyu, 1996, Memperpanjang Umur Produktip Cabai. Surabaya. PT. Trubus Agrisirana. Jakarta.

25

You might also like