You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Non destructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak atau diskontinuitas lain tanpa merusak struktur benda yang di inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan memiliki mutu yang baik sesuai dengan standar yang berlaku. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen dalam proses produksi terutama untuk indusri fabrikasi. Dalam apikasinya, NDT menggunakan bermacam-macam metode yang sekarang ini terus berkembang dengan pesat untuk memperoleh cara yang lebih baik. Ada beberapa metode dalam Non Destructive Testing antara lain, Visual Inspection (VT), Liquid Penetrant Test (PT), Magnetic Particle Inspection (MT), Eddy Current Test atau Electromagnetic Test (ET), Ultrasonic Inspection (UT), Radiographic Inspection (RT), Accoustic Emissin Testing (AE) dan Leak Test (LT). Dalam makalah ini, akan dibahas penggunaan metode Magnetic Particle Inspection (MT) yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui cacat permukaan (Surface) dan permukaan bawah (Subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik. Dengan menggunakan prinsip memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi cacat adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik di permukaan. Partikel-parikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet atau arah medan magnet akan berbelok sehingga terjadi kebocoran fluks magnetik. Bocoran fluks magnetik akan menarik butir-butir ferromagnetik di permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditunjukkan.

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

1.2 Perumusan Masalah


1.

Bagaimanakah prinsip kerja inspeksi dengan metode Magnetic Particle Inspection (MT) Metode-metode apa saja yang digunakan pada Magnetic Particle Inspection (MT) ? Bagaimana prosedur untuk melakukan Magnetic Particle Inspection (MT) ? Apa keunggulan dan kelemahan Magnetic Particle Inspection (MT) dibandingkan

terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak atau diskontinuitas pada benda?
2. 3. 4.

dengan metode pengujian tak merusak lainnya? 1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk dapat mengetahui prinsip kerja Magnetic Particle Inspection (MT) dalam memberi

gambaran tentang kondisi spesiment / benda uji.


2. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan pada pengujian Magnetic Particle

Inspection (MT).
3. Untuk mengetahui prosedur kerja

untuk melakukan pengujian Magnetic Particle

Inspection (MT).
4. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan metode Magnetic Particle

Inspection (MT) bila dibandingkan dengan metode inspeksi tak merusak lainnya.

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnet Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi dan selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan magnet di setiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah dari kutub selatan ke utara didalam magnet. Adapun jenis-jenis magnet dapat dijelaskan sebagai berikut : Magnet Permanen merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama (permanen). Elektromagnet merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferromagnetik jika dialirkan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan hilang. 2.2 Prinsip Dasar Magnetic Particle Inspection (MT) Metode Magnetic Particle Inspection (MPI) yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui cacat permukaan (Surface) dan permukaan bawah (Subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik. Dengan menggunakan prinsip memagnetisasi bahan yang akan diuji yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik dalam bahan yang diinspeksi. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi cacat adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik di permukaan. Partikel-parikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet atau arah medan magnet akan berbelok sehingga terjadi kebocoran fluks magnetik. Bocoran fluks magnetik akan menarik butir-butir ferromagnetik di permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditunjukkan.

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

Gambar. 1 Aliran magnet dan pertikel-partikel magnet Untuk menciptakan medan magnet pada Magnetic Particle Inspection digunakan arus listrilk. Ada beberapa jenis arus listrik yang digunakan di MPI yaitu alternating current (AC) dan direct current. Alternating current (AC) digunakan untuk mendeteksi diskontinuitas permukaan. Sedangkan kemampuannya untuk mendeteksi diskontinuitas bawah permukaan terbatas. Untuk itu

digunakan direct current (DC) yang berfungsi untuk mendeteksi diskontinuitas bagian bawah permukaan yang tidak mampu ditembus oleh arus AC. Jumlah penetrasi magnet tergantung pada jumlah arus melewati bagian DC juga terbatas pada bagian-bagian yang sangat besar cross sectional seberapa efektif akan menarik bagian.

2.3 Magnetisasi dan demagnetisasi pada Magnetic Particle Inspection Dalam proses pengujian magnetic particle inspection ini, ada yang disebut dengan magnetisasi dan demagnetisasi. Magnetisasi adalah proses yang dilakukan untuk membangkitkan medan magnet pada benda yang akan di inspeksi. Ada beberapa metode dalam magnetisasi suatu benda kerja yang akan diuji, yaitu : Magnetisasi Longitudinal yang dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil. Magnetisasi Yoke, dengan cara ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi. Magnetisasi Siskular yang terdiri dari :

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

a) Magnetik Tak Langsung, dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke konduktor sentral. Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya. b) Magnetisasi Langsung, dilakukan dengan mengalirkan arus listrik pada bahan yang akan di magnetisasi. c) Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetik dililiti dengan logam tembaga kemudian dialiri listrik.

Setelah benda memiliki medan magnet, benda itu harus di demagnetisasi untuk membalikkan ke keadaan benda semula, yaitu tidak mengandung medan magnet. Demagnetisasi adalah proses penghilangan magnet sisa pada benda uji setelah dilakukan pengujian. Tujuan dilakukannya proses demagnetisasi adalah agar setelah pengujian benda yang diuji tidak mengganggu atau mempengaruhi proses yang berikutnya dilakukan. Demagnetisasi dapat dilakukan menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan dengan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC maka dengan step down bolak-balik berulang.
Demagnetisasi DC. Setelah bagian telah magnet perlu untuk menjadi mengalami kerusakan

magnetik. Hal ini memerlukan peralatan khusus yang bekerja kebalikan dari peralatan magnetizing. Magnetizing biasanya dilakukan dengan pulsa arus tinggi yang sangat cepat mencapai puncaknya saat ini dan cepat mati meninggalkan bagian magnet. Untuk demagnetize bagian bidang saat ini atau magnet yang diperlukan, harus sama atau lebih besar dari arus medan atau magnet yang digunakan untuk bagian magnet, medan magnet maka saat ini atau secara perlahan atau dikurangi menjadi nol meninggalkan bagian mengalami kerusakan magnetik.
Demagnetisasi AC. Demagnetisasi AC adalah perangkat bertenaga yang menghasilkan medan

magnet tinggi di mana bagian tersebut secara perlahan ditarik melalui dengan tangan atau pada suatu konveyor. Tindakan menarik sebagian melalui dan jauh dari medan magnet koil memperlambat tetes medan magnet di bagian. Catatan kumparan banyak AC demagnetizing memiliki siklus kekuatan beberapa detik, jadi bagian harus melewati kumparan dan beberapa meter (meter) pergi sebelum selesai siklus demagnetizing atau bagian akan memiliki magnet
Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta 5

residu. AC langkah down demagnetizing: ini dibangun hanya dalam beberapa peralatan MPI, proses ini di mana bagian terkena AC sama atau lebih besar saat ini, saat ini dikurangi dengan ampli X di pulsa beberapa sekuensial sampai nol saat ini tercapai. Jumlah langkah yang diperlukan untuk demagnetizing sebagian merupakan fungsi dari jumlah arus magnetik bagian. Reversing DC demagnetizing. Metode ini hanya membalikkan arus pulsa magnetizing membatalkan aliran magnetik

2.4 Partikel Magnetik Bubuk Partikel yang umum digunakan untuk mendeteksi retak adalah oksida besi, baik untuk sistem kering dan maupun sistem basah. Sistem partikel basah menggunakan berbagai ukuran dari <0,5 sampai 10 mikrometer untuk digunakan dengan operator air atau minyak. Partikel yang digunakan dalam sistem basah memiliki pigmen yang digunakan yaitu fluoresce di 365 nm (ultraviolet A) dan membutuhkan 1000 W/cm2 (10 W/m2) pada permukaan bagian untuk pemeriksaan yang tepat. Jika partikel tidak memiliki lampu yang benar diterapkan dalam ruang gelap partikel tidak dapat dideteksi / terlihat. Selain itu digunakan kacamata UV / kacamata untuk menyaring sinar UV dan memperkuat spektrum cahaya tampak normal Hijau dan Kuning yang diciptakan oleh partikel fluorescing. Hijau dan Kuning fluoresensi dipilih karena mata manusia bereaksi baik untuk warna-warna ini. SErbuk partake kering berukuran 5-170 mikrometer, yang dirancang untuk dilihat dalam kondisi cahaya putih. Partikel tidak dirancang untuk digunakan di lingkungan basah. Bubuk kering ini biasanya diterapkan menggunakan aplikator tangan bubuk udara yang dioperasikan Aerosol diterapkan partikel mirip dengan sistem basah, dijual dalam kaleng aerosol premixed mirip dengan hair spray.

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

BAB III PEMBAHASAN

Pengujian tidak merusak dengan metode magnetic particle inspection pada dasarnya yaitu dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetic di permukaan. Partikelpartikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet.

Gambar. 2 garis medan magnet Pada metode Magnetic Particle Inspection ( MPI ) terdapat tiga metode pengujian. Pada prinsipnya ketiga metode tersebut sama, namun yang membedakannya adalah serbuk magnet yang digunakan. Adapun ketiga metode yaitu :
a. Metode Dry Visible. Dalam proses ini, digunakan serbuk yang kering.

Serbuk tersebut

ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini adalah untuk mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukan dimana letak cacat tersebut.
b. Metode Wet Visible. Metode ini dalam prosenya sama dengan metode dry visible. Yang

membedakan adalah serbuk yang digunakan. Jika dry vible menggunakan serbuk magnet basah tetapi wet visible menggunakan serbuk magnet bertipe basah. Serbuk tersebut ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini adalah untuk
Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta 7

mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukan dimana cacat tersebut.
c. Metode Wet Flourescent.

Dalam metode ini, menggunakan serbuk yang basah. Serbuk

tersebut ditaburkan pada saat magnetisasi benda uji. Tujuan pemberian serbuk ini adalah untuk mendeteksi adanya cacat pada benda uji, karena jika terjadi cacat, serbuk ini akan menunjukkan dimana letak cacat tersebut. Untuk melakukan pengujian magnetic particle inspection ini diperlukan alat-alat dan bahan serta prosedur pengujian yang benar. Alat-alat yang digunakan seperti yoke, black Light, senter, sikat kawat dan penggaris. Sedangkan untuk bahan-bahannya digunakan seperti benda uji, white contrast paint (WCP), cleaner, wet particle, wet particle of fluorescent dan dry particle. Untuk metode Dry Visible dibutuhkan serbuk bertipe kering. Kelemahannya adalah jika terkena angin maka serbuk magnet tersebut mudah hilang. Kemudian, metode Wet Visible dibutuhkan serbuk magnet bertipe basah. Dan menggunakan Apply WCP-2. Dan terakhir, metode Wet Fluorescent. Menggunakan tambahan alat yaitu Black Light fungsinya untuk memudahkan melihat cairan / serbuk magnet bertipe basah dalam gelap.

Gambar. 3 alat-alat pengujian


Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta 8

Gambar. 4 bahan-bahan pengujian Prosedur pengujian berbeda-beda untuk setiap metode. Hal ini disesuaikan peralatan dan bahan yang digunakan untuk setiap metode. Prosedur Pengujian Dry Visible a. Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain b. Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulaidimagnetisasi. c. Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk kering. d. Inspection :Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji.
e. Demagnetisasi : Lakukan menggunakan arus AC atau DC , jika menggunakan arus AC,

benda uji dimasukkan kedalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahanlahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang.
Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta 9

f. Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian. Prosedur Pengujian Wet Visible a.Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain b.Apply WCP-2 : Semprotkan WCP-2 secara merata setelah permukaan dipastikan bersih dan kering. Hal ini untuk memudahkan mendeteksi adanya cacat. Karena warna dari WCP-2 leih kontras daripada serbuk ferromagnetik. c.Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai dimagnetisasi. d.Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk basah. e.Inspection :Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji. f. Demagnetisasi : lakukan menggunakan arus AC atau DC , jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan kedalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahanlahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang. g.Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian. Prosedur Pengujian Wet Fluorescent a.Cleaning : Perhatikan kondisi permukaan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain b.Nyalakan Black Light c.Setting Penerangan : Atur intensitas uv light (20 lux) dan black light (1000lux) d.Apply AC/DC Yoke : Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai dimagnetisasi.
Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta 10

e.Aplikasi Serbuk Magnet : Sesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Serbuk yang digunakan tipe serbuk basah. f. Inspection :Teliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji. g.Demagnetisasi : lakukan menggunakan arus AC atau DC, jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan kedalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahanlahan. Jika menggunakan arus Dc step down bolak-balik secara berulang. h.Post Cleaning : Bersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian. Cacat merupakan suatu keretakan yang nampak pada benda kerja. Cacat tersebut dapat terlihat setelah dilakukan pengujian tanpa merusak benda tersebut dengan tiga metode yaitu, dry visible, wet visible dan wet fluorescent. Dari ketiga metode tersebut, wet fluorescent adalah metode yang paling baik dari metode-metode lainnya karena cacat dapat terlihat jelas dengan bantuan sinar black light dan juga dapat memperjelas bentuk retakan atau cacat yang ada pada benda yang diujikan. Namun, dari masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap jenis cacat, bentuk cacat, dan faktor keamanan pada saat praktikum berlangsung. Wet fluorescent misalnya, metode ini sangat tidak diperkenankan mempermainkan sinar black light karena apabila terkena mata akan merusak struktur jaringan pada mata sehingga penglihatan menjadi terganggu. Pengujian magnetic particle inspection saat ini sudah banyak dilakukan untuk keperluan industri. Hal ini disebabkan beberapa kemudahan dan keunggulan yang diperoleh, diantaranya yaitu : alat dan bahan yang diguanakan bersifat portable sehingga dapat dibawa kemana-mana; terdapat beberapa metode pengujian yang dapat disesuiakan dengan kondisi bahan uji; dan persiapan terhadap obyek hanya minimal. Sedangkan kelemahan metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi.

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

11

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN 4.1 Kesimpulan


1. Magnetic Particle Inspection (MT) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui cacat

pada benda uji, dengan menggunakan prinsip memagnetisasi bahan yang akan diuji yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik dalam bahan yang diinspeksi. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet.
2. Pada Magnetic Particle Inspection ( MT ) terdapat tiga metode pengujian yaitu dry visible,

wet visible dan wet Flourescent. Pada prinsipnya ketiga metode tersebut sama, namun yang membedakannya adalah serbuk magnet yang digunakan.
3. Prosedur untuk melakukan Magnetic Particle Inspection (MT), berbeda-beda untuk setiap

metode yang digunakan. Namun secara umum, langkah-langkah dalam pengujiannya adalah cleaning (membersihkan segala macam kotoran yang dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli, debu dan lain-lain); Apply AC/DC Yoke (proses magnetisasi benda uji); Aplikasi Serbuk Magnet; Inspection (meneliti bentuk cacat yang terdapat pada benda uji); Demagnetisasi; Post Cleaning (membersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetic).
4. Keunggulan pengujian Magnetic Particle Inspection (MT) diantaranya yaitu alat dan bahan

yang diguanakan bersifat portable; terdapat beberapa metode pengujian;

dan persiapan

terhadap obyek hanya minimal. Sedangkan kelemahannya hanya diterapkan untuk material ferromagnetic dan medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi. 4.2 Saran Untuk dapat lebih memahami Magnetic Particle Inspection (MT) sebaiknya materi ini juga dimasukkan dalam praktikum uji tak rusak. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan mempraktikkan langsung pengujian dengan metode Magnetic Particle Inspection (MT).

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

12

DAFTAR PUSTAKA

Kaingian, Marthen.2006. FISIKA untuk SMA kelas XII. Jakarta:Erlangga Tipler, Paul A.2001.FISIKA untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga http://staff.ui.ac.id/internal/131644678/material/Kuliah1-Karmat09.ppt

http://www.tcreng.com/services/NDT-tests.shtml http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic-particle_inspection

Pengujian dengan Metode Magnetic Particle Inspection (MT) | STTN-BATAN Yogyakarta

13

You might also like