You are on page 1of 37

1

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Perbedaan dalam pengetahuan, minat dan budaya, serta faktor lingkungan di mana seseorang berada, akan menentukan karier seperti yang mereka inginkan di masa depan. Sebagian orang mungkin lebih tertarik untuk meniti karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) walaupun mungkin awalnya gaji tidak terlalu besar, namun ada harapan menjadi pejabat dengan fasilitas yang memadai dan dapat uang pensiun. Sebagian orang lainnya tertarik menjadi pegawai swasta profesional yang umumnya menjanjikan gaji besar, tunjangan dan fasilitas lain yang menarik serta uang pesangon. Hanya sebagian kecil yang tertarik untuk terjun menjadi pengusaha (wiraswastawan), mungkin karena penghasilan tidak menentu, risiko terlalu besar, dan alasan paling klasik yaitu tidak mempunyai modal. Berdasarkan berbagai pengalaman pengusaha sukses, ternyata menjadi pengusaha menjanjikan masa depan yang sangat cemerlang, penghasilan tidak terbatas dan dapat mengatur waktu sendiri. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa semakin banyak dibutuhkan wira usahawan baru? jawabnya karena tingkat pengangguran setiap jenjang pendidikan sudah semakin parah dan perlu segera dicari pemecahannya melalui penciptaan lapangan kerja di berbagai sektor usaha. Dengan demikian, menjadi wira usahawan saat ini sangat diperlukan, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi yang paling penting adalah mengabdi untuk bangsa dan Negara dengan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Bahkan sesuai dengan ajaran agama, dinyatakan bahwa memberi adalah lebih baik dari pada menerima. Merupakan tantangan bagi para sarjana saat ini, yaitu di tengahtengah terbatasnya lapangan kerja dan sulitnya mencari pekerjaan, terdapat peluang yang sangat besar untuk mengembangkan usaha, baik usaha kecil, menengah, maupun besar untuk menciptakan lapangan kerja

bagi dirinya sendiri, bagi orang lain yang memperoleh pekerjaan, maupun bagi bangsa dan Negara sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Tertarikah anda menjadi wira usahawan?

1.2

Perumusan Masalah Apa saja ciri-ciri seorang wirausaha? Bagaimana mental seorang pengusaha? Seperti apakah pengembangan kepercayaan diri??

1.3

Tujuan Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan ciri seorang wirausaha Untuk mengetahui mental seorang pengusaha?. Dapat melakukan pengembangan kepercayaan diri.

1.4

Sistematika Penulisan Menentukan topik, judul dan masalah yang akan dipaparkan. Mencari referensi buku yang dibutuhkan, yaitu dengan studi pustaka. Mencari referensi tambahan yang berasal dari internet. Membuat ikhtisar dari masing-masing referensi yang sudah dikumpulkan.

II. CIRI-CIRI KHUSUS SEORANG WIRAUSAHAWAN


Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Apapun jenis pekerjaan dan usaha kita, tanpa kerja keras tidak akan membuahkan hasil. Ujian tanpa belajar tidak akan menghasilkan IPK yang bagus, kursus bahasa Inggris tanpa berlatih tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Begitu pula dalam menjalankan usaha, jika ingin menjadi wira usahawan yang berhasil maka syarat utamanya adalah harus bekerja keras. Wira usahawan yang sukses haruslah orang yang mampu melihat ke depan, berfikir dengan penuh perhitungan, serta mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan solusinya. Geolfrey G. Meredith (1996) mengemukakan ciri-ciri wira usahawan sebagai berikut : 1. Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan

menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan

ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan 2. Berorientasi Pada Tugas dan Hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang.

3. Berani Mengambil Risiko Setiap proses bisnis harus memiliki risikonya masing-masing, dan apa bila Anda ingin memperoleh keuntungan, maka Anda harus mau mengeluarkan biaya sekecil apapun itu. Risiko usaha pasti ada, tidak ada jaminan usaha akan untung atau sukses terus-menerus. Oleh sebab itu, untuk memperkecil kegagalan usaha maka seorang wira usahawan harus mengetahui peluang kegagalan. Dengan mengetahui sumber kegagalan, maka kita dapat berusaha memperkecil risiko. Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya

secara realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. 4. Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi risiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.

5. Keorsinilan Nilai keorsinilan dari semua yang dihasilkan oleh wira usahawan akan sangat menentukan keberhasilan mereka dan mencapai keunggulan bersaing. Keorsinilan dan keunikan dari suatu barang atau jasa merupakan hasil inovasi dan kreativitas yang diterapkan, mereka harus bertindak dengan cara yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Intinya bahwa kewirausahaan harus menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 6. Motif Berprestasi Tinggi Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (selfactualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu: Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34) 1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya. 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan. 3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah. Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin movere yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif sama dengan drive. Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan drive sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang. Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75). Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan. Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam

penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

Gambar 1faktor pendorong dan pemelihara

7. Selalu Perspektif Seorang wira usahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke5 masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus

mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

8. Memiliki Kreativitas Tinggi Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan caracara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku entrepreneurship And The New Venture Formation, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang opportunities to enhance or to enrich peoples live). Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in colaborating on the present, in putting old things together in the new ways, or in taking something away to create something simpler or better. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu : a. b. c. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

Menurut Zimmerer(1996:7), creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and think something new or different. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities that

10

people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu: Tahap 1: Persiapan (Preparation) Tahap 2: Penyelidikan (Investigation) Tahap 3: Transformasi (Transpormation) Tahap 4: Penetasan (Incubation) Tahap 5: Penerangan (Illumination) Tahap 6: Pengujian (Verification) Tahap 7: Implementasi (Implementation) 9. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam intuisi yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. Intuisi ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal?

11

Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini? Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. digerakkan oleh ide dan impian, lebih mengandalkan kreativitas, menunjukkan keberanian, percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata, melihat masalah sebagai peluang, memilih usaha sesuai hobi dan minat, mulai dengan modal seandainya, senang mencoba hal baru, selalu bangkit dari kegagalan, dan tak mengandalkan gelar akademis.

Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orangorang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya. 10. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat di dalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, di dalam menjalankan usaha tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengahsetengah dalam berusaha, berani menanggung risiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada di pasar. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.

12

11. Mandiri atau Tidak Ketergantungan Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif di dalam mengembangkan ide dan pikiranya terutama di dalam menciptakan peluang usaha di dalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. 12. Selalu Mencari Peluang Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat. 13. Memiliki Kemampuan Manajerial Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha,

mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan

13

managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh. 14. Memiliki Keterampilan Personal Wira usahawan Andal. Wira usahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara sebagai berikut: Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya. Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut. Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien. Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli. Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin. Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya. Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership/managerialship) serta melakukan perluasan dan

pengembangan usaha dgn risiko yang moderat.

(Kewirausahaan (ed. 1), Oleh Oleh Suharyadi:9-10) (Kewirausahaan, Memahami Karakteristik Kewirausahaan, oleh kang Amin: http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/)

14

III.

MENTAL USAHA
Menjadi wirausahawan ibarat masuk sebuah Perguruan Tinggi yang

bernama : Universitas Tahan Menderita, Fakultas Elit (Ekonomi Sulit), Jurusan Mau Maju, Program Studi Tahan Banting. Untuk masuk universitas, fakultas, jurusan dan program studi yang demikian, sangat diperlukan mental baja, keberanian yang luar biasa, kesabaran yang indah, serta tekad yang kuat serta bulat. Oleh sebab itu mental wirausahawan harus ditanamkan sejak dini. Ciputra, salah seorang pengusaha real estate, yang sudah terkenal, dalam wawancara talk show Kick Andi, mengatakan bahwa dia sudah ditanamkan mental berwirausaha sejak masih kecil, menumpang di rumah pamannya, bangun tidur pagi yang dilihat terigu, beras, gula berkarung-karung. Begitu susahnya melatih diri untuk mempunyai jiwa dagang, melayani pembeli, menjaga hubungan dengan pembeli, supaya pelanggan yang sudah ada tidak kabur, bagaimana pula merekrut pelanggan baru. Keahlian macam begini tidak akan datang secara mendadak, atau tidak akan turun dari langit secara gratis. Melainkan harus dilatih sejak dini, ditanamkan sejak dini. Jadi tidak usah heran, kalau banyak dari wirausahawan yang berhasil kebanyakannya dari etnis Tionghoa, karena mereka sudah kental dengan hal demikian sejak dini. Banyak alumni universitas negeri atau swasta yang tidak tahan menjadi wirausahawan, karena mental yang tidak disiapkan. Mereka tahu teori, tapi setelah terjun, disuruh berjualan malu, disuruh jadi seles tidak berani mengetuk pintu. Menurut data, jumlah pengangguran, baik yang terbuka atau terselubung, kebanyakannya adalah dari Fakultas Ekonomi, Jurusan manajemen. Bayangan mereka, setelah lulus akan jadi manajer, beberapa tahun kemudian jadi general manajer. lalu jadi direktur. Mereka jadi lebih terperanjat, setelah lulus mereka malah langsung direktur, direken batur (dianggap pembantu), disuruh ke sana kemari, yang kadang tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang dipelajarinya di bangku kuliah

14

15

Bagi yang tidak tahan, dia akan frustrasi. Tetapi, bagi yang punya mental wirausaha sejak dini, hal demikian dianggap Training. Sebelum jadi manajer, dia harus tahu kesulitan yang dihadapi anak buahnya. Saya melihat di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Menjadi wirausahawan jangan berpikir anda langsung jadi bos. Tapi ibaratkanlah masuk universitas, fakultas, jurusan dan program studi seperti diibaratkan di awal tulisan ini. Itu kalau anda mau maju. (Menanamkan Mental Wirausaha Sejak DIni, Oleh Nur Tjahjadi: http://edukasi.kompasiana.com/2009/01/12/menanamkanmental-wirausaha-sejak-dini/)

3.1. Peluang dalam Pengembangan Mental Kewirausahaan 1. Bangsa ini memiliki kekuatan sumber daya alam (laut, hutan, minyak, dan tambang) yang sesungguhnya melimpah dan membutuhkan tenagatenaga terampil untuk dapat mengolahnya secara efektif dan produktif. Hanya saja, sumber daya manusia yang ada kurang memadai untuk mengelola kekayaan tersebut, yang akhirnya harus diserahkan pada pihak asing untuk mengelola dan menikmatinya, sementara masyarakat hanya menjadi penonton. Bangsa ini memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan merupakan pangsa pasar (konsumen) yang cukup prospektif. Akan tetapi, ironi yang terjadi, etnik Cina yang hanya 10 persen dari jumlah penduduk negeri ini justru menguasai 70 persen dari perekonomian di Indonesia. 2. Bangsa ini masih terbelakang dan hanya sebagai konsumen, sehingga memberikan peluang besar bagi mereka yang memiliki Kemauan kuat dan keras untuk maju. Apresiasi dan atensi pemerintah pun sebenarnya cukup tinggi terhadap dunia usaha. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang kondusif terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah. 3. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, dalam sejarah dikenal sebagai bangsa yang tekun berdagang. Di sini wirausaha memiliki akar budaya dan sejarah panjang yang cukup kuat, di samping infra struktur

16

yang mendukung dan peluang yang banyak Pengembangan Mental Wirausahawan

Hambatan dalam

Dalam kenyataan dapat dibaca bahwa upaya pengembangan spirit kewirausahaan akan menghadapi berbagai kendala, antara lain sebagai berikut. 1. Belum banyak lembaga pendidikan yang secara konseptual praktek

mengembangkan

program-program

kewirausahaan,

dan

kewirausahaan belum banyak dilakukan, kalaupun ada itu merupakan kegiatan yang bersifat spontan dan masih terbatas pada lembaga tertentu yang jumlahnya relatif sedikit. 2. Iklim investasi belum kondusif, baik dalam perizinan, informasi usaha, jaringan usaha, dan sebagainya, sehingga Wira Usaha Baru (WUB) sulit membaca peluang yang muncul. Dalam konteks ini, pemerintah paling bertanggung jawab untuk menciptakan iklim yang kondusif melalui kebijakan yang longgar. Tetapi yang terjadi adalah aturan yang ada sering kali tidak dilaksanakan secara konsekuen, karena banyak terjadi in-efisiensi (berbagai pungutan liar) yang akhirnya menimbulkan high cost economic. 4. Kultur masyarakat Indonesia, yang hidup lama berada di bawah kekuasaan penjajah, telah menjadikan masyarakat ini selalu dibayangbayangi oleh serba ketidakmampuan (hopeless). Penjajah Belanda yang bercokol selama 350 tahun telah menjauhkan dan menciptakan image yang sedemikian menakutkan tentang wirausaha sehingga membuat masyarakat menjadi penuh ketergantungan (dependen), takut, tidak mampu, dan asing dari aktivitas wirausaha ini. 5. Hambatan yang bersifat psikologis adalah suasana tidak secure (tidak berani bergandengan dengan orang lain, takut kehilangan kekuasaan, takut dibohongi, selalu memandang orang lain dari sudut dirinya sendiri)28

17

Kelemahan mental bangsa Indonesia, menurut Prof. Koentjaraningrat : 1. 2. 3. 4. 5. Sifat mental yang meremehkan waktu. Sifat mental yang suka menerobos. Sifat tidak percaya pada diri sendiri Sifat tidak berdisiplin murni. Sifat mental yang suka mengorbankan tanggung jawab yang kokoh.

3.2. Pembelajaran yang Menumbuhkan Spirit Usaha)

Entrepreneurship (Mental

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan pintu gerbang dalam membentuk dan menumbuhkan pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas yang bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Oleh karena itu, mencermati dinamika kehidupan yang kian kompetitif, praktisi pendidikan dituntut untuk cerdas dalam menciptakan ruang yang kondusif bagi tumbuhnya spirit entrepreneurship. Sementara itu, memperkuat mental dan mempertajam minat serta kemampuan kewirausahaan perlu dilakukan melalui proses pembelajaran. Oleh karena terkait dengan pembangunan mental, maka perlu adanya revolusi cara belajar yang mengutamakan belajar siswa secara aktif dan praktis.30 Artinya, bahwa dalam proses pembelajaran yang memiliki peran aktif adalah siswa, atau dalam preferensi yang sedang ramai diwacanakan adalah pembelajaran individual, individual learning. Terkait dengan proses pembelajaran mental entrepreneurship,

sebenarnya tidak ada kunci yang bersifat deterministic bagi aktivitas pendidik dalam mendesain proses pembelajaran ini, namun ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut. 1. Dalam setiap proses pembelajaran hendaknya lebih banyak menekankan dan membiasakan kepada proses belajar yang dapat menumbuhkan ide, kreativitas berfikir (memacu perkembangan tak kanan dan kiri), kemandirian (menekankan model latihan, tugas mandiri dengan bobot tanggung jawab yang lebih besar) kepercayaan diri, pemecahan masalah,

18

mengambil Keputusan, menemukan peluang, dst. Model pembelajaran dengan pendekatan active learning yang diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan di Indonesia belakangan ini sebenarnya mengadopsi dari strategi pembelajaran alternatif yang sering digunakan pada lembaga-lembaga pendidikan profesi yang menyelenggarakan program entrepreneurship di Amerika.31 Tentu saja penggunaan pendekatan active learning yang telah berjalan itu harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi, baik dari sisi kualitas, kuantitas, maupun intensitasnya. Secara jujur, adopsi terhadap berbagai strategi pembelajaran aktif dari luar yang mampu menumbuhkan jiwa mandiri harus terus diupayakan, meskipun model active learning ini banyak menghadapi hambatan jika diterapkan pada pendidikan dengan model sistem klasikal seperti yang ada di Indonesia 2. Menanamkan sikap dan perilaku jujur sebagai hal yang penting dalam konteks membangun mental wirausaha. Sikap jujur akan mengundang banyak simpati, senang, dan relasi, serta membuat orang lain dengan senang hati untuk menaruh dan memberikan kepercayaan. Kejujuran akan menjadi modal utama dan kunci sukses dalam kegiatan wiraswasta, mengingat orang bekerja itu dengan hati dan jiwa. 3. Pendidikan mental merupakan proses yang membutuhkan waktu panjang atau lama, bahkan menurut Nurkholis Madjid bisa memakan waktu sampai satu generasi. Oleh karena itu, proses pembentukan mental entrepreneurship yang lebih alami (natural) harus dilakukan ketika peserta didik mulai masuk lembaga pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. 4. Seperti dikatakan oleh Toto Tasmara, bahwa jiwa (mental)

entrepreneurship memiliki ciri-ciri 10 C: Commitment (niat yang sangat kuat dan bulat), Confident (rasa percaya yang total pada kemampuan yang ada pada dirinya), Cooperative (terbuka untuk bekerjasama dengan siapapun),

19

Care (perhatian terhadap hal yang sangat kecil sekalipun), Creative (tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai dan selalu berusaha keras untuk terus berkembang, seperti diasumsikan oleh Ralph Stacey, kreativitas cenderung meningkat jika situasi semakin parah/kepepet), Challenge (melihat kesulitan sebagai tantangan dan pelajaran untuk lebih maju), Calculaty (dalam melangkah selalu didasarkan pada perhitungan yang matang), Communication (pandai berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain), Competitivenes (senang berhadapan dengan pesaing yang lain) dan Change (selalu mendambakan adanya perubahan yang lebih baik dan maju). Oleh karena itu, jiwa/mental tersebut sebenarnya dapat dikembangkan secara fungsional maupun intensional dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran di setiap lembaga pendidikan manapun.33 5. Sejak dalam pendidikan, peserta didik perlu membiasakan diri bersikap dengan penuh friendship, persahabatan dan kesejajaran, menggunakan kata yang cukup mengundang simpati, seperti ungkapan terima kasih dan ungkapkan selalu kata maaf dan tolong, ketika berjabat tangan gunakan dua tangan dan ketika mulai pekerjaan buatlah perencanaan. Kebiasaan tersebut akan memiliki efek psikis yang sangat positif bagi orang yang akan menekuni kegiatan wirausaha. 6. Fenomena yang berkembang di sebagian Pondok Pesantren di tanah air sebenarnya telah memberikan warna tersendiri dalam konteks

pengembangan kewirausahaan ini. Secara teoretis, Pondok Pesantren memang tidak memiliki program kewirausahaan, tetapi dalam prakteknya banyak pondok pesantren yang secara spontanitas mengembangkan kegiatan kewirausahaan. Pada waktu sore dan malam hari para santri mengaji, tetapi di waktu siang mereka menggunakan kesempatan yang

20

baik untuk melakukan berbagai kegiatan pengembangan keterampilan (bengkel, bata, home industri, dll). Kegiatan ini terjadi di Pondok Pesantren yang berada di pelosok atau pinggiran perkotaan. Mereka belajar sambil bekerja, learning by doing, dengan suatu harapan kelak menjadi bidang keahliannya setelah selesai dari pondok. Pengembangan mental kemandirian di sini sangat ditekankan. Oleh karena itu, Pondok Pesantren tidak membekali santrinya dengan formalitas ijazah setelah mereka keluar dari pondok. Model pengembangan keterampilan seperti ini sebenarnya telah banyak ditiru oleh lembaga pendidikan formal, meskipun dengan modifikasi baru yang disebut dengan istilah life school/skill life. 7. Para praktisi pendidikan juga perlu sharing dan memberi support atas komitmen pendidikan mental entrepreneurship ini kepada lembaga-

lembaga terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar benar-benar berfungsi dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk mempermudah dan melayani masyarakat. Praktisi pendidikan penting juga menjalin hubungan erat dengan dunia usaha agar benar-benar terjadi proses learning by doing. 8. Dalam konteks kehidupan manusia yang sedang berikhtiar menuju sukses, tidak dilupakan pula faktor yang bersifat non-teknis, yang dimaksudkan adalah meningkatkan intensitas dan kualitas spiritual. Dorongan untuk melakukan upaya yang bersifat sepiritual ini tercermin dalam firman Allah, Barang siapa yang bertakwa dan bertawakal kepada Allah, maka akan diberi jalan keluar, kemudahan, dan diberi rizki dengan jalan yang tiada disangka-sangka Sementara dalam ayat yang lain juga dijelaskan, Barang siapa yang bertakwa pada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusan.Dengan kualitas takwa dan tawakkal yang ada pada dirinya, manusia tidak gampang stress. (Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidika, INSANIA|Vol. 12|No. 3|Sep-Des 2007|341-354)

21

IV.

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI

4.1. Membangun Kepercayaan Diri Kepercayaan Diri merupakan hal yang harus di asah. Jika kita mengandaikan bahwa Kepercayaan Diri adalah sebuah batang baja berpenampang bulat yang dipesiapkan untuk menjadi pedang maka baja tersebut tidaklah dapat menjadi tajam hanya dengan di panaskan, dipukul hingga pipih dengan palu godam, dipanaskan lagi dan di celup dalam air dingin. Proses itu hanya akan membuatnya berubah dari penampang bulat menjadi pipih, dengan tepian yang lebih tipis. Ketika di panaskan lagi dan kemudian dicelup ke dalam air dingin, ia akan menjadi lebih kuat, namun tetap belum tajam. Untuk menjadi tajam, bentuk baja pipih dengan tepian yang menipis ini tetap harus di asah dengan memakai gerinda atau batu asah. Demikian pula dengan kepercayaan diri, harus di asah agar menjadi tajam. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi segala tantangan yang mungkin dihadapi, seorang pengikut Belaka dapat berubah menjadi Pemimpin tangguh, dan kemudian jika terus diasah maka sangat mungkin berubah menjadi pemimpin Utama. Kepercayaan Diri Merupakan salah satu masalah yang dihadapi bangsa kita. Banyak orang yang tidak yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu dengan kemampuan sendiri. Untuk mencapai tujuan atau cita-cita, mereka lebih suka mengambil jalan pintas dan tidak mau berlatih maju atau mengasah keterampilannya yang dapat meningkatkan rasa percaya diri. (Leadership metamorphosis, Oleh Yudistira S. A Soedarsono dan Kusuma A : 70) Hanya ada satu sudut di alam semesta ini yang membuat anda semua akan membaik, dan itu adalah diri anda sendiri (Aldous Huxley, dalam Buku 101 Tips Kilat personality Plus oleh Hegar Pangarep: 21)

21

22

Sebuah kenyataan, orang yang memiliki potensi luar biasa, tetapi tidak memiliki kepercayaan diri, maka akan kalah dengan orang biasa yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Percaya diri itu layaknya sebuah kekuatan keyakinan, jika seseorang telah memiliki keyakinan tentunya apa yang akan ia perbuat akan menjadi lebih mudah. Misalnya, di saat anda jatuh cinta, tentu untuk mengungkapkan butuh kepercayaan diri, tanpa kepercayaan diri tentu tidak akan pernah berani untuk mengatakannya dan cinta itu tidak akan pernah sampai. (101 Tips Kilat personality Plus oleh Hegar pangarep: 21) Rasa percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup Anda. Apa alasannya? Karena tanpa rasa percaya diri, anda tidak akan sukses dalam berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu, tanpa rasa percaya diri, Anda niscaya tidak akan bias mencapai keinginan yang anda idam-idamkan. Bahkan vitalitas, daya kreativitas dan jiwa petualangan yang anda miliki spontan akan beralih menjadi depresi, frustrasi dan patah semangat. Karena pada prinsipnya, rasa percaya diri secara alami bisa memberikan Anda efektivitas kerja, kesehatan, daya kreativitas, jiwa petualangan, kemampuan mengambil Keputusan yang tepat, Control diri, kematangan etika, rendah hati, sikap toleran, rasa puas dalam diri maupun jiwa serta ketenangan jiwa. (Percaya Diri Itu Pasti, Oleh Yusuf al-Uqshari:6) Kepercayaan Diri adalah merasa mampu, nyaman dan puas terhadap diri Anda sendiri dan pada akhirnya, tanpa perlu persetujuan dari orang-orang di sekitar Anda. Mampukah Anda secara jujur mengevaluasi kepercayaan diri Anda dan berujar bahwa Anda menyukai diri Anda sepenuhnya, punya pandangan yang seimbang mengenai kekuatan pribadi Anda, percaya bahwa anda adalah seorang yang baik dan menganggap diri Anda berharga? Jawabnya ada pada diri Anda masing-masing, ia, tidak atau ragu. Jika anda mengiakan setiap pertanyaan tadi, maka Anda sudah pada jalur yang benar untuk menggunakan kepercayaan diri Anda dalam membangun sukses. Namun, jika Anda ragu atau bimbang dengan jawaban

23

Anda atau bahkan menjawab TIDAK maka Anda dapat belajar untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan diri Anda. 1. Jangan Terjebak Stereotip Anda akan tahu bahwa anda telah mengembangkan kepercayaan diri saat anda yakin pada diri sendiri, mempercayai intuisi, menghormati diri anda sendiri, menghargai tubuh anda dan menyukai Citra diri anda, bahkan jika tidak sesuai dengan dunia Stereotip di dunia modern kita. Secara terus menerus stereotip melingkupi diri kita melalui iklan, majalah, televisi dan video musik. Sejumlah sutradara kreatif berpendapat bahwa cita - cita ini merupakan inspirasi (dan saya yakin memang betul-betul menjadi inspirasi) bagi orang-orang yang berada dalam tahap penemuan kepercayaan diri mereka. Akan tetapi, stereotip ini sebenarnya berpotensi menimbulkan efek buruk bagi mereka. Ingatlah bahwa semua orang bias tampil menawan seperti bintang favorit mereka dengan bantuan make-up, penata rambut pribadi, pencahayaan yang cermat dan efek tertentu dalam fotografi. Secara umum tingkat kepercayaan diri kita berfariasi tergantung pada mood kita dan situasi yang kita hadapi. Anda mungkin bias menjadi super percaya diri di kantor namun kurang percaya diri saat menemui masalah dalam urusan hubungan. Atau menjadi seorang anggota tim olahraga yang tangguh di lapangan, tetapi gagal saat mencoba mendekati seorang teman kencan yang menarik. 2. Berawal Dari Belajar Banyak orang menyia-nyiakan hidup mereka dengan mencemburui orang yang percaya diri. Dengan sembrono berfikir bahwa memang sudah dari sononya mereka kurang percaya diri. Kepercayaan diri, bagaimanapun juga, diperoleh lewat pembelajaran. Saat beranjak dewasa kita mengenal keluarga, teman, dan media. Pesan yang kita serap dari sejumlah sumber ini mempunyai peluang yang sama untuk membentuk atau bahkan menggerogoti kepercayaan diri anda.

24

Kepercayaan diri tidaklah terbatas pada satu aspek dalam hidup anda dan tidak seorang terlahir dengan kepercayaan diri berlimpah yang meliputi seluruh aspek hidupnya. Dengan kepercayaan diri dan sikap positif anda akan mampu bergerak menuju semua target dan impian anda. 3. Percaya Diri = Merasa Mampu Kepercayaan diri datang dari perasaan bahwa diri kita mampu. Anda perlu belajar untuk menilai diri anda sendiri dan meyakini kemampuan anda, baru kemudian akan memancarkan kepercayaan diri. Ingat-ingatlah terakhir kali anda membersihkan rumah atau mengetik sebuah email. Ataupun saat anda berencana untuk malam mingguan dengan sang pujaan. Tidak diragukan lagi bahwa anda mampu menyelesaikan pekerjaan ini secara otomatis dan tidak perlu merasa cemas akan pencapaian. Dalam situasi ini anda merasa percaya diri secara total dan yakin pada kemampuan anda untuk mencapainya. Ini disebut dengan kompetensi yang tidak disadari. 4. Empat Tahapan Belajar Untuk mengembangkan kepercayaan diri kita harus melewati empat tahapan belajar yang dirumuskan oleh Robinson. Dimulai dari : Unconscious Incompetence (saat anda tidak sadar bahwa anda sanggup melakukan sesuatu) ke tahap, Conscious Incompetence (anda sadar bahwa anda tidak sanggup melakukan sesuatu) dan kemuadian pada tahap kompetensi, Conscious competence (memiliki keterampilan tetapi anda perlu memikirkan apa yang anda lakukan) dan terakhir, Unconscious competence (saat keterampilan baru anda menjadi begitu alami sampai-sampai andah bahkan tidak sadar bahwa anda tengah menggunakannya) Perubahan ke empat tahap ini terjadi sepanjang waktu dan hanya dengan ketekunan dan latihanlah anda bisa mencapainya.

25

Setiap orang juga punya cara belajar masing-masing, baik itu visual, auditoria atau kinesterik, yaitu cara belajar dengan melihat,

mendengarkan atau melalui praktek. Satu cara mudah untuk menentukan pilihan anda adalah dengan mencermati yang lazim anda ucapkan dalam percakapan sehari-hari. Ucapan seperti ya aku bias melihatnya dapat menunjukan bahwa orang itu termasuk orang bertipe visual, sementara Aku rasa mungkin bergaya kinestetik dan ya aku mendengarnya adalah tipikal orang auditor .Identifikasi metode belajar terbaik anda dan gunakan metode tersebut untuk mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan tingkat kompetensi anda. 5. Hati-hati Jebakan Bagaimana Jika Jika anda melakukan sesuatu dengan baik, kepercayaan diri anda akan meningkat secara alam. Jadi, untuk meningkatkan kepercayaan diri anda perlu berlatih, baik itu berkenaan dengan orang baru, berbicara di depan umum, mengatur orang lain, atau menjadi orang tua, jangan tunggu sampai anda percaya diri untuk melakukannya. Bayangkan menjalani hidup anda dengan rasa penasaran bagaimana ya jika aku misalnya telah bicara pada orang itu atau bagaimana ya jika menerima promosi jabatan itu. Anda akan segera menyadari bahwa pengandaian bagaimana jika menunjukan hilangnya kesempatan, mungkin kesempatan untuk bertemu dengan pasangan hidup idaman Anda atau menemukan karier yang sempurna. Kepercayaan diri adalah satu dari banyak cara yang anda perlukan untuk menjaga dan menyelesaikan target anda. Kepercayaan diri akan menanamkan keyakinan diri bahwa anda bias melakukannya baik dalam menghadiri pesta sendirian atau mempresentasikan suatu ide bisnis baru pada bank anda. Saat anda kurang percaya diri, orang lain akan kurang menganggap tidak ada gunanya mereka berurusan dengan anda. Atau mereka akan berpikir akan berfikir bahwa anda justru tidak yakin dengan hal yang tengah anda

26

bicarakan. Anda perlu kepercayaan diri untuk bias mencapai kesuksesan pribadi, karena dengan menumpuk dan memelihara kepercayaan diri, akan banyak terbuka peluang untuk anda. Kita semua punya aspek berbeda dalam hidup yang ingin kita capai dengan kepercayaan diri. Gunakan ceklis cepat berikut ini sebagai titik awal yang bias membantu anda mengidentifikasi aspek hidup anda yang ingin anda kembangkan dan pertahankan dengan meningkatkan kepercayaan diri. Kemudian kita akan menentukan cara yang dapat anda gunakan untuk melakukannya. a. Karier dan Pendidikan Wawancara kerja Presentasi Belajar ilmu/keterampilan Ujian Memulai bisnis baru Lainnya

b. Keuangan Hidup sesuai dengan pendapatan yang diperoleh Membeli barang-barang mahal Lainnya

c. Kesehatan dan Fitnes Mulai berolah raga Merasa nyaman tanpa futsal Mengatasi masalah kesehatan Mengembangkan gaya sesuai selera anda sendiri Lainnya

d. Keluarga dan Hubungan Sosial Berkenalan dengan orang baru di pesta Mengejak seorang berkencan Menyampaikan pidato pada upacara keluarga Lainnya

27

6.

Belajar Untuk Nyaman Dengan Diri Sendiri Penerimaan diri adalah proses belajar untuk menyukai diri anda sendiri, dan itu akan meningkatkan kepercayaan diri sepuluh kali lipat lebih besar. Pertama-tama anda harus memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna, tidak terkecuali anda. Jika anda bertujuan menghabiskan seumur hidup anda bekerja keras untuk mencapai kesempurnaan maka anda hanya akan diliputi kekecewaan dan stres. Tak ada yang salah dengan menginginkan segalanya berjalan dengan baik, namun

gunakanlah prinsip SMART dalam merancang target. 7. Satu Tidak Berarti Semua Teruslah fokus pada laju gerak anda. Jika gagal ujian, gagal mencapai target jangka pendek, atau mengalami perceraian, tidaklah berarti anda seorang yang tidak berguna secara keseluruhan. Carilah dukungan dari teman, keluarga, atau seorang coach, dan bangunlah komitmen untuk terus bergerak maju dalam hidup anda, menerima kesalahan anda dan menonjolkan sifat-sifat positif anda. 8. Hadapi Ketakutan Anda Rasa takut adalah hambatan utama dalam mencapai kepercayaan diri. Ketakutan hadir dalam wujud keraguan diri, kecemasan, kepanikan dan kegelisaan. Cara terbaik untuk mengatasinya, berusaha dengan langsung menghadapinya, berurusan dengannya dan pada giliranya akan mampu membangun kepercayaan diri anda. 9. Berakting Dulu, Terwujud Kemudian Ini adalah konsep terbaik yang bias dilakukan saat anda tengah menumbuhkan kepercayaan diri. Berpura-puralah sampai ia menjadi nyata. Seolah-olah anda adalah seorang aktor. Saat anda mulai meliat diri anda dengan cara ini, akan lebih mudah untuk bersikap lebih percaya diri. Satu tahap dari meningkatkan kepercayaan diri anda secara fisik sampai anda mempercayai ucapan anda adalah juga dengan meluangkan waktu berkualitas memvisualisasikan diri anda berakting secara percaya diri.

28

10. Gali Inspirasi Dari Tokoh Panutan Saat anda berpura-pura mungkin anda akan mencari tokoh panutan yang bias menginspirasi. Melihat kesuksesan orang lain adalah cara jitu untuk bias sukses. Identifikasi hal-hal yang anda kagumi dari mereka dan pikirkan bagaimana agar anda juga bias mencapainya. Semakin banyak orang yang positif di sekitar anda, semakin banyak pula pelajaran yang bias diperoleh. 11. Bahaya Sugesti Pribadi Selain pesan non verbal yang anda pancarkan kepada orang lain, jika anda membisikan pada diri sendiri bahwa anda bodoh dan jelek, maka hal ini akan tercermin melalui bahasa tubuh anda dan ini tentu saja tidak akan memikat orang-orang di sekitar anda. Kepercayaan diri anda akan memancar melalui bahasa tubuh anda manakala anda bias berjabat tangan dengan menatap, berdiri tegap, melakukan kontak mata, berbicara dengan lancar dan jelas agar dapat dipahami, menambah dengan gesture seperlunya, mengikutsertakan semua orang dalam diskusi serta menggunakan lelucon atau humor jika memungkinkan.

12. Kiat Cepat Menumbuhkan Kepercayaan Diri Tersenyum dan bernafaslah dalam-dalam Berdiri dengan tegap dan tegak, ini akan membantu pernafasan anda dan akan membangkitkan kepercayaan diri dengan cepat. Lakukan kontak mata, ini menunjukan ketertarikan atau minat anda Berbicara secara perlahan dan jelas untuk menghindari menceracau atau sebentar-sebentar minta maaf Berbusanalah dengan pantas dan percaya diri, namun juga nyaman Berperilakulah secara asersif untuk menumbukah kepercayaan diri anda

29

Pikirkan tentang tokoh panutan favorit anda dan bayangkan apa yang akan ia katakana jika menemui situasi yang anda hadapi sekarang. Pelajari orang-orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi

Gunakan afirmasi positif dan visualisasi, bicaralah pada diri sendiri dengan percaya diri, jika anda tidak mempercayai anda sendiri, maka demikian juga dengan orang lain.

Hidup surut atau berkembang Bergantung pada keberanian seseorang (ANAIS NIN) (Coach Yourself to Success, oleh Andrea Molloy: 138-157)

4.2. Hambatan Pengembangan Percaya Diri Banyak orang yang tidak bisa mengembangkan diri karena memiliki hambatan di dalam diri mereka. Sering kali mereka tidak sadar hal apa yang menghambat mereka. Mereka menganggap semua berjalan dengan baik dan tidak ada hal yang perlu dirisaukan. Hanya saja mereka tidak mengerti mengapa hidup mereka tidak mengalami perubahan. Karier mereka tetap seperti itu saja. Tidak ada lompatan yang dilakukannya. Tidak ada terobosan setelah hidup beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Masalahnya di mana? Salah satunya adalah mereka memiliki hambatan dalam

pengembangan diri. Ada lima hambatan yang saya pelajari melalui membaca buku maupun mengamati orang-orang di sekitar saya. Hambatan

pengembangan diri pertama yang akan saya bahas adalah percaya diri. 1. Kurang Percaya Diri Sering kali orang akan berkata, memang kalau orang tidak memiliki percaya diri maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memajukan dirinya sendiri. Percaya diri tidak berhubungan dengan setinggi apa posisi And adi dalam kantor Anda. Mungkin saja Anda seorang manager atau direktur tetapi tidak memiliki percaya diri. Anda sering mengalihkan tugas Anda ke orang lain terutama tugas yang

30

berhubungan dengan banyak orang. Anda tidak berani berbicara di depan banyak orang atau Anda tidak berani mempertahankan pendapat Anda di muka umum. Ketika Anda terpaksa melakukannya maka Anda akan membuat alasan supaya Anda tidak dianggap salah. Anda mengatakan tubuh Anda sedang sakit sehingga orang akan merasa wajar jika Anda berbuat salah. Atau Anda mengatakan suara Anda sedang parau sehingga lawan bicara Anda akan maklum terhadap itu semua. Seorang yang tidak percaya diri mencoba menutupi

kelemahannya dengan menyalahkan orang lain atau mencarikan alasan mengapa dia memiliki kelemahan tersebut. Sulit baginya untuk mengakui bahwa dirinya lemah dan memerlukan bantuan orang lain. Ketika dia membutuhkan bantuan orang lain, dia akan berlagak bisa melakukannya. Dia pun cenderung menutup diri dari orang lain. Dia hanya merasa aman di depan beberapa orang untuk menceritakan kelemahan-kelemahannya. Dia menunjukan bagian-bagian di mana dia percaya diri tetapi menutupi bagian di mana dia tidak percaya diri. Dampak sikapnya justru menjauhkannya dari perbaikan. Semua orang tahu kecuali dirinya bahwa alasan yang diberikannya hanya sebuah alasan yang tidak ada hubungannya. Mungkin saja orang-orang disekitarnya akan diam saja tetapi mereka menjadi tidak menghargai dirinya. Akibatnya? Dia merasa orang-orang tidak menghargainya dia merasakannya- dan dia semakin tidak percaya diri. Orang melihat betapa gemetarnya dirinya ketika di depan, tetapi ada yang menutupi dengan sikap yang marah sehingga orang tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Tetapi mereka tidak menghargainya dan dirinya semakin tidak percaya diri. Cara mengatasinya: Kita harus mengakui kalau diri kita tidak percaya diri. Kita ceritakan ke teman kita dan meminta bantuannya. Kita akan merasakan percaya diri ketika ada dukungan dari orang di sekitar kita. Karea tiu, carilah dukungan dari mereka. Anda harus pintar mencari dukungan

31

karena bisa-bisa Anda justru mendapatkan celaan dari orang-orang tertentu. Akui pada diri sendiri kalau Anda memang tidak percaya diri tetapi Anda akan mengatasi masalah itu dengan baik. Gunakan self talk, bicara pada diri sendiri supaya Anda bisa lebih percaya diri lagi. Latihan yang cukup juga membuat Anda semakin percaya diri. Jika posisi Anda sebagai direktur, ikutlah pelatihanpelatihan yang ada. Anda akan bertemu dengan direktur lainnya dan menyadari bahwa ada orang yang mengalami masalah yang sama dengan Anda. Anda pun tidak lagi merasa paling bodoh atau paling tidak berguna. Anda akan lebih percaya diri lagi. Anda bisa mengembangkan diri Anda semakin baik dari hari ke hari. Pelatihan yang ada juga membuat Anda merasa menguasai bidang tersebut. Persiapan yang cukup membuat Anda yakin bisa melakukan yang terbaik. Terkadang, kurang percaya diri disebabkan karena masa lalu Anda. Jika memang demikian, temukan masa lalu Anda. Kejadian apa yang Anda ingat, yang membuat Anda tidak percaya diri. Saya juga mengalaminya tetapi saya beri ampunan terhadap kejadian tersebut. Maklum, masih pemula, demikian yang saya katakana pada kejadian masa lalu tersebut sehingga saya mau belajar lebih baik lagi. Jika berhubungan dengan perkataan orang lain, katakan pada diri sendiri, perkataan tersebut salah. Fakta-fakta di masa lalu harus kita ubah, buat fakta baru yang membuat kita bisa mengembangkan diri lebih baik lagi. Tetapi hati-hati jangan sampai kita justru menjadi terlalu percaya diri. 2. Terlalu Percaya Diri Ketika tren waralaba terjadi, banyak sekali pengusaha yang mewaralabakan usahanya. Bahkan banyak di antara mereka yang sebenarnya belum sukses mengembangkan waralabanya tetapi membuka waralaba dengan janji yang sangat besar. Mereka pun memberikan hitungan, akan kembali modal dalam waktu enam bulan dengan omzet harian sekian juta rupiah. Padahal, pada kenyataannya omzet hariannya

32

tidak sampai satu juta. Maka merugilah orang-orang yang membeli waralaba tersebut. Sang pengusaha terlalu percaya diri dengan menawarkan hasil yang luar biasa besar. Akhirnya, selain waralabanya tidak ada yang membeli, nama baiknya juga tercemar. Orang-orang tidak lagi percaya padanya. Dia jatuh karena ulahnya sendiri. Orang yang terlalu percaya diri sering kali kurang bisa memperhitungkan keadaan yang ada di sekitarnya. Dia tidak terlalu suka melihat fakta, dia berjalan hanya berdasarkan keyakinannya dan tidak terlalu peduli pada risiko yang ada. Dalam beberapa faktor, hal itu memang bagus. Sesekali kita harus berani bergerak. Kita mengenal orang-orang yang demikian. Bill Gates sangat berani ketika menerima proyek dari Dell untuk membuat software. Padahal dirinya tidak memiliki software sama sekali. Tetapi sebenarnya keberanian Bill Gates dikarenakan ada fakta lain yaitu ada orang yang memiliki software tersebut dan Bill Gates bsia membelinya. Keberanian yang merupakan wujud percaya diri Bill Gates bukanlah asal percaya diri. Dia memiliki fakta yang hanya dirinyalah yang mengetahuinya. Demikian juga Steve Jobs. Setiap dirinya tampil pastilah ditunggu-tunggu. Peluncuran produk apa lagi saat ini. Dia menerangkan produknya dengan sangat percaya diri. Seakan-akan pendengarnya sedang di hipnotis olehnya untuk mengikuti kata demi kata yang keluar dari mulutnya. Tetapi sikap sangat percaya diri ini disebabkan karena dia memiliki data yang mendukungnya. Apple melakukan survei tentang konsumennya. Dari hasil survei itulah yang diolahnya dan membuatnya sangat percaya diri. Percaya diri yang berlebihan dan tanpa data itulah yang merusak kita. Kita mengetahui demikian percaya dirinya Presiden Soeharto untuk menjadi presiden ketujuh kalinya. Menurut ketua MPR saat itu, rakyat menginginkan Soeharto menjadi presiden. Dan dengan sangat percaya diri dirinya membentuk cabinet dan memasukan anaknya menjadi salah satu menteri. Masyarakat pun bergejolak, dimotori oleh mahasiswa

33

terjadi kejadian yang sebenarnya tidak mengenakkan. Presiden mengundurkan diri dan digantikan wakil presiden. Sikap terlalu percaya diri membuat kita sulit membaca fakta yang ada. Hati-hati dengan terlalu percaya diri karena kita tidak bisa lagi mengukur kemampuan kita atau orang-orang di sekitar kita. Kita juga tidak mampu membaca data dengan benar. Banyak perusahaan yang mengalami penurunan tajam karena para pimpinannya terlalu percaya diri. Mereka tidak lagi mau mendengarkan fakta-fakta yang buruk di depan mereka. Mereka tidak lagi mengukur kemampuan yang ada di dalam diri mereka bahkan mereka tidak mengakui penurunan produktivitas dikarenakan keadaan mereka. Mereka menganggap penurunan kemampuan masyarakat dunialah atau perubahan kondisi konsumenlah yang menyebabkan mereka mengalami penurunan. Banyak di antara mereka yang terlalu percaya diri akhirnya justru tidak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya. Saya mengenal seorang teman yang sangat menggebu-gebu ketika mengatakan sesuatu. Ketika kita bertanya, maka dia akan menjawab dengan mantap. Dia sangat percaya diri. Sayangnya dia tidak bisa membuktikan apa yang dikatakannya dan akhirnya orang tidak lagi percaya kepadanya. Cara mengatasi: Tetaplah waspada dengan kemampuan diri kita. Kita harus memiliki cara mengukur kemampuan diri dan jujurlah pada diri sendiri ketika kita tidak mampu melakukannya. Memang sangat baik buat kita menantang kita melebihi kemampuan kita tetapi jangan sampai terlalu jauh sehingga tidak mampu kita jangkau. Tantanglah kemampuan Anda sedikit diatas dari waktu ke waktu, tidak perlu langsung ke atas sekaligus. Untuk mencapai titik sepuluh ribu, mulailah dengan menantang seratus lalu seribu barulah sepuluh ribu. Minta pendapat tim Anda tentang target yang harus dipenuhi. Tantang mereka untuk mencapai target tersebut. Jika Anda terlalu percaya diri maka sebagian besar dari mereka justru akan kehilangan

34

semangat karena target tersebut tidak realistis. Tetapi jika mereka menganggap Anda tidak terlalu percaya diri, maka mereka akan bersamasama dengan Anda mengejar target tersebut. Tetaplah perhatikan data yang ada di sekitar Anda. Jangan menjadi sombong seperti kapal titanic yang menyatakan tidak akan ada yang bisa menenggelamkannya. Faktanya bongkahan es yang terlihat diatas hanyalah 10% dari besar keseluruhan sehingga Anda tidak bisa menghadapinya dan tenggelamlah Anda. Carilah orang yang sangat dekat dengan Anda dan minta pertimbangan mereka. Jangan bicara dahulu sebelum ada fakta yang mendukung apa yang Anda bicarakan. Mungkin Anda akan membicarakan strateginya nanti tetapi tetaplah membumi dan memikirkan cara melakukan apa yang Anda katakan. Empat hal lainnya yang menghambat pengembangan diri adalah hubungan, perfeksionis, perubahan, dan emosi. (Hambatan Pengembangan Diri, oleh S. Libe Suryapusoro: http://sayabisa.com/2010/04/06/hambatan-pengembangan-diri-percaya-diri/)

35

KESIMPULAN
Geolfrey G. Meredith (1996) mengemukakan ciri-ciri wira usahawan sebagai berikut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Percaya Diri Berorientasi Pada Tugas dan Hasil Berani Mengambil Risiko Kepemimpinan Keorsinilan Motif Berprestasi Tinggi Selalu Perspektif Memiliki Kreativitas Tinggi Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi

10. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab 11. Mandiri atau Tidak Ketergantungan 12. Selalu Mencari Peluang 13. Memiliki Kemampuan Manajerial 14. Memiliki Kerampilan Personal Menumbuhkan jiwa kewirausahaan merupakan pintu gerbang dalam membentuk dan menumbuhkan pribadi ulet, tanggung jawab, dan berkualitas yang bermuara pada terwujudnya kompetensi kerja. Oleh karena itu, mencermati dinamika kehidupan yang kian kompetitif, praktisi pendidikan dituntut untuk cerdas dalam menciptakan ruang yang kondusif bagi tumbuhnya spirit entrepreneurship. Sementara itu, memperkuat mental dan mempertajam minat serta kemampuan kewirausahaan perlu dilakukan melalui proses pembelajaran. Oleh karena terkait dengan pembangunan mental, maka perlu adanya revolusi cara belajar yang mengutamakan belajar siswa secara aktif dan praktis.30 Artinya, bahwa dalam proses pembelajaran yang memiliki peran aktif adalah siswa, atau dalam preferensi yang sedang ramai diwacanakan adalah pembelajaran individual, individual learning.

36

mengandaikan bahwa Kepercayaan Diri adalah sebuah batang baja berpenampang bulat yang dipesiapkan untuk menjadi pedang maka baja tersebut tidaklah dapat menjadi tajam hanya dengan di panaskan, dipukul hingga pipih dengan palu godam, dipanaskan lagi dan di celup dalam air dingin. Proses itu hanya akan membuatnya berubah dari penampang bulat menjadi pipih, dengan tepian yang lebih tipis. Ketika di panaskan lagi dan kemudian dicelup ke dalam air dingin, ia akan menjadi lebih kuat, namun tetap belum tajam. Untuk menjadi tajam, bentuk baja pipih dengan tepian yang menipis ini tetap harus di asah dengan memakai gerinda atau batu asah. Demikian pula dengan kepercayaan diri, harus di asah agar menjadi tajam. diri Anda sendiri dan pada akhirnya, tanpa perlu persetujuan dari orangorang di sekitar Anda. Mampukah Anda secara jujur mengevaluasi kepercayaan diri Anda dan berujar bahwa Anda menyukai diri Anda sepenuhnya, punya pandangan yang seimbang mengenai kekuatan pribadi Anda, percaya bahwa anda adalah seorang yang baik dan menganggap diri Anda berharga?

37

DAFTAR PUSTAKA

Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani Press. Hambatan Pengembangan Diri, oleh S. Libe Suryapusoro: http://sayabisa.com/2010/04/06/hambatan-pengembangan-diri-percayadiri. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidika, INSANIA|Vol. 12|No. 3|Sep-Des 2007|341-354 P3M STAIN Purwokerto Subur. Kewirausahaan, Memahami Karakteristik Kewirausahaan, oleh kang Amin: http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan. Menanamkan Mental Wirausaha Sejak DIni, Oleh Nur Tjahjadi: http://edukasi.kompasiana.com/2009/01/12/menanamkan-mentalwirausaha-sejak-dini/ Molloy, Andrea. 2010. Coach Yourself To Success, Mimpi Tercapai Target Terpenuhi. Jakarta: raih Asia Sukses. Pangarep, Hegar. 2010. 101 Tips Kilat Personality Plus. Yogyakarta: Media Pressindo. Soedarsono, Yudistira S.A dan Kusuma, Wida A. 2004. Leadership Metamorfosis, Memahami Proses Perubahan dari Pengikut Belaka Menjadi Pemimpin Utama. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI. Suharyadi, dkk. 2007. Kewirausahaan, Membangun Kembali Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.

You might also like