You are on page 1of 44

METODOLOGI PEMBELAJARAN

DESKRIPSI Dalam modul ini akan diuraikan beberapa hal antara lain, guru dalam pembelajaran, peranan guru dalam pembelajaran, pengertian, peranan metode dalam pembelajaran, model-model pembelajaran media pembelajaran, asessmen dan teknik penilaian berbasis kelas dan akhirnya peserta diklat membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan memilih salah satu model pembelajaran atau pendekatan dalam pembelajaran, memilih salah satu media, teknik penilaian sesuai dengan materi pelajaran Fisika. KOMPETENSI Peserta Diklat mampu membuat/menyusun RPP yang komprehensip dari suatu model atau pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi yang mau diajarkan. TUJUAN Setelah membaca modul ini diharapkan peserta Diklat mampu untuk: 1. Menjelaskan hakekat guru professional 2. menjelaskan peranan guru dala pembelajaran 3. mendeskripsikan jenis-jenis metode pembelajaran 4. menjelaskan jenis-jenis model pembelajaran 5. membedakan pengertian metode dengan model pembelajaran 6. menjelaskan memilih media pendidikan 7. menjelaskan tentang assessmen

PETUNJUK MENGGUNAKAN MODUL Modul ini berisi materi tentang hakekat guru, metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran, teknik penilaian, media pembelajaran dan pembuatan RPP. Masingmasing materi dikemas dalam unit-unit kecil dalam bentuk kegiatan belajar, agar peserta diklat dapat memahami dengan baik.

Kegiatan Belajar 1 A. Hakikat Metode Pembelajaran Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar ini, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, antara lain; 1. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curiosity); 2. Metode mengajar harus memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam seni; 3. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah; 4. Metode mengajar harus dapat memotivasi siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu; 5. Metode mengajar harus dapat memotivasi siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri) terhadap sesuatu topic permasalahan 6. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri Prinsip-prinsip tersebut dalamprosesnya merupakan esensi dan karakteristik dari masing-masing metode mengajar. Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi sebagai: 1. Alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran atau membentuk kompetensi siswa 2. Gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru dalamkegiatan pembelajaran 3. Bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. 4. Bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam perlu diberikan

bimbingan secara individu atau kelompok. Menurut taxonomy Bloom ada 3 ranah yaitu; ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 1. Ranah Kognitif a. pengetahuan, lebih menitik beratkan pada kemampuan mengetahui, atau untuk mengingat sesuatu b. Pemahaman, lebih menekankan pada kemampuan menerjemahkan, memahami sesuatu c. Penerapan, lebih menekankan pada kemampuan membuat, mengerjakan atau menggunakan teori atau rumus d. Analisis, lebih menekankan pada kemampuan mengkaji, menguraikan, membedakan, mengidentifikasi e. Sintesis, lebih menekankan pada kemampuan menggabungkan, mengelompokkan, menyusun, membuat rencana program dan seterusnya. f. Evaluasi, lebih menekakan pada kemampuan menilai berdasarkan norma atau kemampuan menilai pekerjaan sesuatu. 2.Ranah Efektif a. Penerimaan, lebih menekankan pada kemampuan peka, atau kemampuan menerima b. Partisipasi, lebih menekankan pada turut serta pada kegiatan dan kerelaan hati c. Penilaian d. Organisasi e. Pembentukkan pola hidup, lebih menekankan pada penghayatan dan pegangan hidup. 3. Ranah Psikomotorik a. Persepsi, lebih menekankan pada kemampuan berpendapat terhadap sesuatu b. Kesiapan, kemampuan bersiap diri secara fisik c. Gerakan terbimbing, kemampuan dalam meniru pekerjaan yang lain d. Gerakan terbiasa, keterampilan yan gberpegang pada pola e. Gerakan yang kompleks, keterampilan yang lincah, cepat dan lancer. B. JENIS-JENIS METODE 1. Maksud dan Arti Metode Ceramah Menurut Surahmad yang dimaksud dengan ceramah adalah sebagai metode mengajar adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh Guru terhadap siswa di kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu 3

seperti gambar-gambar bagan, agar uraiannya menjadi jelas. Tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan murid-murid/sisiwa adalah berbicara. Sedangkan peranan murid dalam metode ceramah yang penting adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru. Berkenan dengan sifatnya metode yang demikian maka biasanya secara wajar metode ceramah dilaksanakan dalam hal apabila: a. Guru akan menyampaikan fakta-fakta/kenyataan atau pendapat-pendapat di mana tidak ada bahan bacaan yang menerangkan fakta-fakta terssebut. b. Guru harus menyampaikan fakta kepada murid yang besar jumlahnya, sehingga metode yang lain tak mungkin dipakai. c. Guru menghendaki berbicara yang bersemangat untuk merangsang murid-murid mengerjakan sesuatu. d. Guru akan menyimpulkan pokok penting yang telah dipelajari untuk memperjelas murid dalam melihat hubungan antara hal-hal yang penting lainnya. e. Guru akan memperkenalkan hal-hal baru dalam rangka pelajaran yang lalu. Keuntungan/Kebaikan Metode Ceramah Sebagai metode maka pemberian pelajaran cara berceramah memberi keuntungan dalam hal sebagi berikut : a. Guru dapat menguasai seluruh arah kelas Sebab guru semata-mata berbicara langsung sehingga ia dapat menentukan arah itu dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan diperbicarakan. b. Organisasi kelas sederhana Dengan berceramah, persiapan satu-satunya yang diperlukan guru ialah buku catatan/bahan pelajaran. Pembicara ada kemungkinan sambil duduk atau berdiri. Murid-murid diharapkan mendengarkan secara diam. Maka mudah dimengerti bahwa jalan ini adalah yang paling sederhana untuk mengatur kelas dari pada penggunaan metode lain misalnya demonstrasi yang perlu alat-alat banyak, atau metode kelompok yang memerlukan pembagian kelas dalam kesatuan-kesatuan kecil untuk sesuatu tugas dan lain sebagainya.

Kelemahan Metode Ceramah

Beberapa kelemahan dalam metode ceramah adalah; 1. sulit bagi siswa yan gkurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat yang baik 2. kemungkinan menimbulkan verbalisme 3. sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara total (hanya proses mental, tetapi sulit dikontrol; 4. peran guru lebih banyak sebagai sumber pelajaran 5. materi pelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan 6. proses pembelajaran ada dalam otoritas guru. 2. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemacahan atas sesuatu masalah. Beberapa Keuntungan Metode Diskusi antara lain: 1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar 2. Setiap siswa dapat mengujji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing. 3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah. 4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri. 5. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. Beberapa Kelemahan Metode Diskusi 1. Sesuatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnyansebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggotaanggotanya. 2. Sesuatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah 5

dipelajari sebelumnya. 3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat. 4. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi (sub topik). Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi di mana seluruh pekan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya. 5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang di perlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut kelemahan metode diskusi dapat di kurangi. Tentu saja, pada akhirnya berhasil atau tidaknya penggunaan metode diskusi ini banyak bergantung pada kecakapan guru di dalam membimbing murid-muridnya berdiskusi. 3. Metode Simulasi Metode simulasi merupakan salah metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda yang sebenarnya. Keunggulan a. siswa dapat melakukan interaksi social dan komunikasi dalam kelompoknya b. aktivitas siswa cukup tinggi c. dapat membangkitkan imajinasi Kelemahan a. relative memerlukan waktu yang cukup kelemahan b. sangat bergantung pada aktivitas siswa c. cenderung memrlukan pemanfaatan sumber belajar

4. Metode Penemuan Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan katakata. Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mangarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Kebaikan dan Kelemahan Metode Penemuan 1. Kebaikan metode penemuan: a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. b. pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi dan transfer. c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. d. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus. f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan. g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya. Kelemahan metode ini: a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara balajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan 7

pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa lain. b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. d. Mengejar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. 5. Metode Demontrasi Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran denga mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demontrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topic dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demontrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemontrasikan. Selama proses demontrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demontrasi. Demontrasi digunakan semata-mata hanya untuk: 1) mengkonkretkan suaut konsep yang abstrak; 2) mengajarkan bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur secara tepat; 3) meyakinkan bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan; 4) membangkitkan minat menggunakan alat dan prosedur. Beberapa Keunggulan Metode Demontrasi yaitu: 1. Siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya 2. dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa 3. dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis 4. dapat mengetahui hubungan yang structural atau urutan objek 5. dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek

Beberapa Kelemahan antara lain: 1. hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkrit saja 2. jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demontrasi tidak efekitf 3. bergantung pada alat Bantu yang sebenarnya 4. sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktek yang didemontrasikan 6. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah suatu metode mengajr yang dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan sesuatu serta mengamati secara proses. Eksperimen dapat dilakukan secara kelompok maupun individu di dalam laboratorium atau di kelas atau di luar kelas. Perlu diperhatikan bahwa setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis, yaitu harus dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan kajian hasil. Lebih mendalam siswa harus membuat laporan, kemudian disajikan di depan teman-teman yang lain. Laporan tersebut dijadikan dasar untuk melihat seberapa jauh penerapan kemampuan berpikir siswa, memberi penjelsan, berargumentasi dan menyimpulkan hasil eksperimen Beberapa Keunggulan Metode Eksperimen yaitu: 1. membangkitkan rasa ingin tahu siswa 2. membangkitkan sikap ilmiah siswa 3. membuat pembelajaran bersifat actual 4. membina kebiasaan kelompok maupun invidu Beberapa Kelemahan Metode eksperimen yaitu: 1. memerlukan alat dan biaya 2. memerlukan waktu relative lama 3. sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen 4. guru dan siswa banyak yang belum terbiasa melakukan eksperimen 7.Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah suatu metode belajar yang di bawa ke luar kelas. Karya wisata lebih menitikberatkan pada perjalanan yan grelatif jauh dari kelas/sekolah untuk mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan topic bahasan yang bersifat 9

umum, misalnya mengunjungi peninggalan sejarah, perjalanan mengunjungi kebun binatang, atau tempat rekreasi dengan mempertimbangkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian hasil belajar. Beberapa Keunggulan Metode Karyawisata yaitu; 1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata, praktis dan konkret; 2. dapat menumbuhkan rasa senang minat, dan motivasi terhadap objek tertentu; 3. memberikan masukan terhadap program sekolah; 4. mendekatkan siswa dengan lingkungan Beberapa Kelemahan antara lain: 1. memerlukan alokasi waktu yang cukup banyak; 2. memerlukan pengawasan dan bimbingan ekstra ketat terhadap aktivitas siswa 3. akan banyak menggunakan biaya; 4. jika tidak dikontrol maka siswa selalu terlena dengan bermainnya dari pada belajarnya. 8. Metode Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan salah satu cara yang harus banyak digunakan dalam pembelajaran karena metode pemecahan masalah merupakan metode mengajar yang banyak mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah sering juga digunakan dalam implementasi pembelajaran terpadu maupun kontekstual karena pembelajaran ini dikembangkan secara integritas antara kemampuan siswa dengan topik bahasa maupun lingkungan. Topik masalah yang akan diselesaikan siswa harus sesuai dengan perkembangan iptek yang berkembang. Beberapa Keunggulan Metode Pemecahan Masalah adalah: 1. mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah 2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis 3. mempelajari bahan pelajaran yang actual denga kebutuhan dan perkembangan masyarakat 4. jika dilaksanakan secara kelompok dapat mengembangkan kemampuan social siswa 5. mengoptimalkan kemampuan siswa

Kelemahan 1. memerlukan waktu yang banyak 2. sulit mencari problem yang menantang untuk di diskusikan 9. Metode Forum Metode forum merupakan salah satu bentuk sidang umum di mana setiap orang memiliki kesempatan berbicara untuk mengemukan pandangannya masing-masing mengenai satu topik yang telah ditentukan pembahasannya. Misalnya: topic pembahasan tentang kinematika, Pembicara 1 membahas tentang gerak lurus, pembicara 2, tentang gerak lurus berubah beraturan, pembicara 3, tentang gerak jatuh bebas. Keunggulan 1. dapat diatur untuk melakukan diskusi. Setelah ada pengantar tentang topic yang akan dibahas yang disampaikan oleh pembawa acara, secara panel oleh panitia, melalui peneyangan film, atau berbagai cara lainnya 2. dapat membantu mengukur opini masyarakat mengenai beberapa isu yang controversial 3. sebagai ajang bagi siswa untuk mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif 4. membantu kontribusi dalam mengembangkan ide yang dapat dipergunakan oleh kelompok untuk melakukan sesuatu. Kelemahan 1. Sulit untuk mencari siswa yang mau untuk berpartisipasi 2. siswa merasa takut untuk memulai membuat tulisan 10. Metode Curah Pendapat (Brainstorming) Metode curah pendapat atau brainstorming sangat sesuai untuk mengumpulkan ide atau pendapat yan gdikemukan oleh seluruh siswa baik secara individual atau berkelompok. Baik yang bersifat maupun non praktis sesuai dengan permasalahan yan gdibicarakan. Sehingga dari curah pendapat ini akan dihasilkan bermacam-macam pendapat yang mungkin beberapa memiliki kesamaan dan mungkin beberapa berbeda, tetapi seluruh pendapat ini satu teknik untuk memperkirakan sejauhmana pengetahuan yang telah dimilikinya. Keunggulan 11

1. Meningkatkan daya ingat agar terlatih berpikir tentang sesuatu yan gbersifat kuantitas, di samping permasalahan sehari-hari. 2. mengembangkankan berpikir kreatif 3. menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk ikut terlibat menyampaikan pendapatnya.

RANGKUMAN
Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar efektif. Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal Jenis-jenis metode adalah metode ceramah, diskusi, demontrasi, eksperimen. Curah pendapat, simulasi, karyawisata, metode forum, diskusi panel, pemecahan masalah. LATIHAN 1. Apakah yang dimaksud dengan metode? 2. Menurut pendapat anda, apa yang akan terjadi apabila anda tidak menentukan terlebih dahulu metode yang akan digunakan ketika akan membahas materi tentang gerak lurus berubah beraturan. Sebutkan langkah apa yang akan anda lakukan? 3. Tulis kan 5 jenis metode pembelajaran dan jelaskan apa maksudnya? 4. Sesungguhnya apa saja yang harus dilakukan oleh guru apabla memilih metode ceramah? 5. Mengapa anda perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai metode pembelajaran?

Kegiatan Belajar 3

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Pengertian Model Sebelum lebih jauh membahas tentang model desain system pembelajaran, terlebih dahulu kita perlu mengenal istilah model. Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berfikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori dan sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Sedang model mengajar adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pembelajaran. Dan menurut (Joyce, 2009) model mengajar ialah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pengajaran. Model mengajar mengandung strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan instruksional yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Sedangkan di dalam strategi mengajar terdapat strategi instruksional dan keterampilan teknis mengajar yang amat spesifik, seperti keterampilan mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan pengarahan, menstruktur dan mereaksi terhadap jawaban murid, dan lain-lain. Di dalam strategi mengajar guru juga menerapkan sejumlah teknik-teknik mengajar, atau teknik-teknik instruksional, seperti bagaimana menata kelas, bagaimana mengelompokkan murid, bagaimana cara berinteraksi, dan menerapkan beraneka macam pendekatan dalam penggunaan alat-alat pengajaran. Pengertian model itu sendiri seringkali memang menimbulkan kekaburan, pengertiannya bisa bermacam-macam bagi setiap orang. Model, ialah penyederhanaan atau simplifikasi dari sejumlah aspek dunia nyata. Jadi, model itu tidak lain adalah pola yang mewakili dunia nyata secara benar dan tepat. Bentuknya memang bermacammacam. Suatu model, umpamanya, dapat berbentuk tiruan mini dari dunia fisik atau dunia nyata, seperti globe atau bola bumi buatan, atau juga mungkin hanya berbentuk suatu diagram, atau berbentuk suatu konsep, ataupun berbentuk sebagai suatu persamaan matematis atau rumus. Model mereduksi dan menata informasi yang begitu banyak menjadi sederhana, baik dalam ukurannya maupun bentuknya dan dapat digunakan sebagai alat menganalisa sesuatu. Model dan strategi mengajar memang tidak ada yang baru. Umumnya merupakan pengembangan dan bermacam-macam pola pendekatan yang sudah lama dikenal, bergerak antara pola pendekatan Sokratik dan didaktik, antara 13

pendekatan induktif dan deduktif, antara pendekatan langsung dan tidak langsung. Hal yang baru yang terjadi dalam tiga puluh tahunan terakhir ini adalah antara guru-guru dan para peneliti terdapat kerja sama dalam mengembangkan berbagai model dan strategi mengajar. Banyak model mengajar yang telah dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan percobaan atas praktek-praktek pengajaran secara luas. Sehingga berbagai model mengajar yang diperkenalkan dewasa ini paling tidak didasarkan atas tiga hal, pertama atas pengalaman praktek, kedua didasarkan atas telaah teori-teori tertentu, dan ketiga didasarkan atas hasil-hasil penelitian. Dari hasil observasi dan penelitian yang telah dilakukan terhadap pendekatan mengajar-belajar yang beraneka ragam dan telah banyak diprektekkan di sekolah-sekolah secara luas, serta penelitian terhadap berbagai teori belajar-mengajar yang muncul dalam periode tiga puluh tahunan ini, disimpulkan paling tidak terdapat empat Rumpun Besarmodel Mengajar, yaitu : 1. Rumpun Model Pemrosesan Informasi; 2. Rumpun Model Personal; 3. Rumpun Model Sosial; 4. Rumpun Model Perilaku; Setiap rumpun model mengajar terdiri dari sejumlah model mengajar. Rumpun model pemrosesan informasi terdiri dari tujuh model, rumpun model personal terdiri dari empat model, rumpun model sosial terdiri dari lima model, dan rumpun model perilaku terdiri dari empat model. Di dalam setiap model biasanya dibicarakan strategi mengajar yang digunakan guru di dalam kelas, kemudian penjelasan tentang tujuan, asumsi teoretik, prinsip dan konsep umumyang mendasari setiap model. Lebih operasional, setiap model mempunyai langkah-langkah atau syntax, penjelasan system sosial yang diperlukan mendukung pelaksanaan setiap model, prinsip-prinsip reaksi murid dan guru, serta penjelasan tentang system penunjang yang diisyaratkan. Pengaruh atau dampak pelaksanaan suatu model terhadap perubahan perilaku anak didik dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu : dampak langsung atau disebut juga sebagai efek instruksional. Dan dampak tak langsung yaitu secara implisit ikut memberikan perubahan, biasanya disebut sebagai dampak penyerta, atau disebut juga sebagai efek nurturan. Contoh : tujuan belajar yang ingin menimbulkan persaingan sehat yang tinggi, secara tak langsung suasana kompetitif ini dapat menimbulkan rasa

keterasingan satu sama lain di kalangan anak didik. Dampak pertama akibat dari arahan yang diberikan secara sengaja pada anak didik, atau dampak instruksional, sedangkan dampak kedua datang sebagai pengalaman yang lahir dari lingkungan belajar yang secara tidak sengaja muncul mengiringi dampak instruksional itu. Pengetahuan kita tentang kedua jenis pengaruh ini amat diperlukan agar dapat memperkirakan efisiensi penggunaan suatu model. Efek instruksional dan efek nurturan dapat digunakan sebagai criteria efisiensi sesuatu model. Guru dalam menggunakan suatu model harus dapat mempertimbangkan keseimbangan efisiensi instruksional dengan pengaruh-pengaruh nurturan yang diramalkan akan muncul. Pemilihan terhadap efesiensi penggunaan beberapa model antara lain perlu dipertimbangkan dari segi keseimbangan antara efek instruksional dan efek nurturan yang mungkin akan terjadi. Prosedur dasar atau langkah-langkah penggunaan sesuatu model disebut syntax. Syntax inilah yang menggambarkan bagaimana penampilan suatu model itu dalam pelaksanaannya, kegiatan apa saja yang akan dilakukan, bagaimana memulainya, apa tindakan berikutnya. Dengan demikian, syntax ini menjelaskan urutan model aktivitas dalam bentuk fase-fase. Setiap model mempunyai karakteristik tersendiri dalam urutan aktivitasnya. Contoh syntax untuk dua model : Nama Model Model 1 Model 2 Fase 1 Presentasi konsep Presentasi data Fase 2 Presentasi data Pengembangan kategoris oleh siswa Fase 3 Menghubungkan konsep dan data Identifikasi dan penanaman konsep

System sosial tertentu perlu dikembangkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan setiap model. System sosial suatu model ialah menjelaskan bagaimana rencana penataan hubungan antara murid dan guru, serta norma-norma apa yang menggerakkan dan menjiwai hubungan tersebut. Peranan guru dan murid dalam setiap model bisa berubah-ubah, sekalipun memang peranan kepemimpinan guru dalam setiap model adalah amat besar. Dalam sejumlah model guru mungkin berperan sebagai reflector atau fasilitator kegiatan kelompok, sedangkan dalam model lain mungkin sebagai konselor, dan untuk model lainnya lagi sebagai pemberi tugas. Model mengajar yang meletakkan guru sebagai pusat, antara lain guru berperan sebagai sumber informasi, pengorganisasian kelas dan menjadi contoh yang harus diikuti. Terlihat guru amat aktif.sistem social kelas seperti disebut berstruktur tinggi. 15

Dalam struktur yang lebih moderat, guru membuat keseimbangan antara peranan guru dan murid, aktivitas guru dan murid sama, sedangkan struktur yang rendah, muridlah yang diletakkan sebagai pemeran pusat atau pemeran utama. A. Rumpun Model Pemrosesan Informasi Rumpun model informasi mencakup sejumlah model mengajar, yang cirri utamanya adalah bagaimana caranya mempertinggi kesadaran siswa atau murid terhadap dunia luarnya, yaitu kemmpuan memproses dunia informasi. Secara umummodel-model mengajar dalam rumpun ini amat berguna bagi pelajaran yang ingin mencapai tujuan pendidikan personal dan social. Tiga dari tujuh mengajar yang termasuk dalam rumpun ini adalah: 1. Model mengajar Inkuiri 2. Model presentasi Kerangka Dasar atau Advance Organizer, dan 3. Model Pengembangan Berpikir 1. Model Mengajar Inkuiri Model mengajar inkuiri adalah suatu model yang bekerja atas dasar kenyataan (data) dan atas dasar konsep (teori). Tujuan penggunaan model mengajar inkuiri adalah menolong anak didik untuk mengembangkan disiplin intelektual da keterampilan yang dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan mereka. Di dalam proses pembelajaran dengan inkuiri siswa mulai dihadapkan dengan peritiwa atau problem yang menimbulkan teka-teki yang memotivasi siswa untuk memecahkannya. Oleh karena itu, karekteristik kegiatan pembelajaran dengan model inkuiri terdiri dari: a. Penentuan problema atau masalah b. Perumusan hipotesis atau jawaban tentatif (sementara) c. Pengumpulan dan pengolahan data d. Merumuskan kesimpulan Menurut Suchman dalam (Nasution, N, 1991) telah mengembangakn salah satu jenis model inkuiri yang disebut Latihan Inkuiri atau Inquiry Training dengan pola sebagai berikut: 1) Tahap-tahap Model (Syntax) Latihan inkuiri mempunyai lima tahapan yaitu:

Tahap-tahap Pertama Kedua

Aktivitas Penyajian masalah Pengumpulan dan verifikasi data dengan bentuk kegiatan membuktikan hakikat objek dan kondisi, serta menyelidiki peristiwa atau situasi masalah Mengadakan eksprimen dan pengumpulan data, kegiatannya adalah mengelompokkan dan memisahkan variable, merumuskan hipotesis dan mengetes hubungan sebab akibat Merumuskan penjelasan, antara lain dalam bentuk kegiatan menyususn kaidah atau penjelasan Mengadakan analisis tentang proses inkuiri.

Ketiga

Keempat Kelima

2) Sistem Sosial System social yang amat penting utnuk menunjang model inkuiri ini ialah perlu ditumbuhkan kerjasama (cooperative) yan gbaik antara guru dan siswa serta antar sesame siswa sendiri, serta perlu ada kerapian dan ketepatan dalam bekerja. Model latihan inkuiri termasuk kelompok yang berstruktur tinggi, karena peran guru cukup besar dalam memonitor dan mengontrol interaksi dan dalam menentukan prosedur inkuiri. Walaupun demikian, kondisi intelektual tetap harus bersifat terbuka terhadap semua ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa adalah sama, hanya guru harus mampu mendorong siswa mengambil insiatif sebanyak mungkin. 3) Prinsip Mereaksi Ketepatan reaksi guru yang amat diperlukan terletak dalam tahap kedua dan ketiga, karena di sini siswa masih amat perlu dibangkitkan dan diarahkan dalam berinkuiri.tugas dalam tahap kedua adalah membantu siswa untuk mampu bertanya. Apabila guru ditanyai pertanyaan yang tidak dapat dijawab hanya dengan ya atau tidak, sebaiknya guru meminta siswa memperbaiki pertanyaan, atau mengemukakan data yang berhubungan dengan problem atau masalah. Dalam fase terakhir peranan guru adalah menjaga agar inkuiri langsung terarah pada proses pembuktian dan penemuan itu sendiri.

3) Sistem Penunjang Perlunya penguasaan atas factor-faktor yang mungkin bertentangan dengan model, seperti perlunya pengertian yang mendalam dari guru sendiri akan proses 17

kebebasan intelektual dan strategi inkuiri itu sendiri. Penyediaan sumber material yan gdiperlukan bagi pemecahan masalah. 2. Model Mengajar Advance Organizer Model Mengajar Advance Organizer ini didesain sebagai alat untuk memperkuat struktur kognitif pengetahuan siswa. Struktur kognitif adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang studi tertentu yang setiap saat tersimpan dan terorganisasi secara baik, jelas dan selalu stabil dalam ingatan. 1.) Langkah-langkah/tahapan Model Advance Organizer ada 3 yaitu: Tahap-tahap Kesatu Aktivitas Menjelaskan tujuan pembelajaran Menyajikan secara singkat Merangsang kembali pengetahuan Melakukan pengulangan materi Memperkuat struktur kognitif anak

Kedua Ketiga

2). Sistem Sosial Kemampuan guru mengolah interaksi guru dan murid amat menentukan, antara lain dapat mengembangkan dari peran guru yan gaktif (fase pertama) menjadi peran siswa yang aktif (fase ketiga). 3) Prinsip Mereaksi Reaksi guru terhadap reaksi siswa banyak ditentukan oleh jelas tidaknya keberartian dan kebermaknaan materi baru yang diajarkan, apa bedanya dengan apa yang sudah diketahui, relevansinya dengan kebutuhan pribadi siswa, dan ditentukan oleh bagaimana perkembangan berpikir kritisnya siswa. 4) System Penunjang Kunci utama keberhasilan model advance Organizer terletak pada adanya pengorganisasian yang baik dalam materi yang diajarkan. Materi yang terorganisasi dengan baik antara lain ditandai oleh adanya hubungan yang terintegrasi dan tepat antara kerangka utama dengan isi materi yang diajarkan

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memproleh pengetahuan dan konsep yang esensial dan materi pelajaran. Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Pengajaran berbasis masalah mempunyai 4 ciri yaitu : d. Pengajuan pertanyaan atau masalah Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk sosial. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial) masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan Autentik Pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa dan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, serta menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Pengajaran berbasis masalah mempunyai lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Tabel 1. Tahapan pengajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 19

Tahapan Tahap 1 : Orientasi siswa kepada masalah Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar

Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat dalam menyelesaikan masalah Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap 3 : Guru mendorong siswa untuk Membimbing penyelidikan individual mengumpulkan informasi yang sesuai, dan kelompok melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Tahap 4 : Guru mendorong siswa merencanakan dan Mengembangkan dan menyajikan hasil menyiapkan karya yang sesuai seperti, karya laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Tahap 5 : Guru membantu siswa melakukan refreksi Menganalisis dan mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap penyelidikan pemecahan masalah mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

4. Model Pembelajaraan Kooperatif Menurut Roger dan David Jhonson untuk mencapai hasil yang maksimal ada 5 unsur pembelajaran yaitu : (Lie, 2002 : 30) a. Saling Ketergantungan Positif Didalam kooperatif keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menetapkan kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tugas mereka. Penilaian dilakukan untuk setiap siswa, nilai kelompok ditentukan dari sumbangan setiap anggota. Sehingga setiap siswa akan mempunyai kesempatan memberikan sumbangan. Bagi siswa yang kurang mampu akan merasa minder terhadap rekan mereka karena mereka memberikan sumbangan malahan mereka terpacu untuk usaha mereka. b. Tanggung Jawab Perorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

Kunci keberhasilan kerja kelompok adalah persiapan guru dalam tugasnya. Contoh dalam tipe Jigsaw, bacaan dibagi dalam empat bagian dan masing-masing mempelajari dan membagi satu bagian pelajar yang tidak melakukan tugasnya diketahui dengan jelas dan mudah. c. Tatap Muka Kesempatan bertatap muka dan berdiskusi akan memberikan interaksi untuk membentuk sinergi bagi semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada satu orang. Pada kegiatan ini akan memanfaatkan kelebihan dan saling mengisi kekurangan masing-masing siswa. d. Komunikasi Antar Anggota Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan anggota untuk mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka. Dengan komunikasi antar anggota akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang sangat bermanfaat bagi pengalaman belajar dan pembinaan mental dan emosional para siswa. e. Evaluasi Proses Kelompok Waktu evaluasi dapat diadakan selang beberapa waktu setiap kali ada kerja kelompok atau beberapa sekolah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif (CL) Tahapan/Fase Tingkah Laku Guru

Tahap 1 : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menyampaikan tujuan pembelajaran memotivasi siswa agar terlibat dalam dan memotivasi siswa menyelesaikan masalah Tahap 2 : Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

Tahap 3 : Guru menjelaskan kepada siswa Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana membentuk kelompok belajar kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Tahap 4 : Guru membimbing kelompok belajar pada Membimbing kelompok bekerja dan saat mereka mengerjakan tugas mereka belajar Tahap 5 : Guru membantu siswa melakukan refreksi Evaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 21

Tahap 6 Memberikan penghargaan

Guru menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Jenis-jenis Pembelajaran kooperatif diantaranya : 1. Jigsaw 2. Group Investegation (GI) 3. Team Assisted Individualization(TAI) 4. Team Game Tournament(TGT) 5. Student Teams Achievement Division (STAD) 6. Numbered Heads Together(NHT) 1. Numbered Heads Together(NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : a. Hasil belajar akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai latar belakang. c. Pengembangan keterampilan social. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dinilai lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya. Untuk mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat

langkah sebagai berikut : 1) Langkah 1 Penomoran (Numbering) : Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda. 2) Langkah 2 - Pengajuan Pertanyaan (Questioning) : Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Contoh : pertanyaan yang bersifat spesifik adalah Dimana letak kerajaan Tarumanegara?, sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah Belanda?. 3) Langkah 3 - Berpikir Bersama (Head Together) : Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4) Langkah 4 - Pemberian Jawaban (Answering) : Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. ( Nurhadi : 2004 : 121 ). 2) .Kooperatif Model Jigsaw Langkah-langkah a. Siswa dikelompokkan ke dalam 5 anggota tim b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan d. Anggota dari tim yang berbeda yan gtelah mempelajari bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok f. Asal dan bergantian mengajar teman tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok g. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi h. Guru memberi evaluasi i. Penutup j. 3). Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Kelompok Prestasi (Slavin, 1995) 23

Langkah-langkah; a. membentuk kelompok yang anggotanya = b. guru menyajikan pelajaran c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yan gsudah mengerti dapat menjelaskan pada anggotanya lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu e. Memberi evaluasi f. Kesimpulan 4) Group Investigation (Sharan, 1992) Langkah-langkah a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi yan gberbeda dari kelompok lain d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara koperatif yang bersifat penemuan e. setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan g. Evaluasi dan penutup 5. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada secara langkah demi langkah, karena dalam pembelajaran, peran guru sangat dominant maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menark bagi siswa. Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan menyampaikan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersipkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapkan dan 4- 5 orang,, secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demontrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebutt, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi nyata. Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung Tahapan/Fase Tingkah Laku Guru

Tahap 1 : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menyampaikan tujuan pembelajaran informasi laar belakang pelajaran, dan mempersiapkan siswa pentingnya pelajaran mempersipakan untuk belajar Tahap 2 : Guru mendemontrasikan keterampilan Mendemontrasikan pengetahuan atau yang benar, atau menyajikan informasikan keterampilan demi tahap demi tahap Tahap 3 : Membimbing pelatihan Tahap 4 : Mengecek pemahaman memberikan umpan balik Tahap 5 : Memberikan pemahaman memberikan umpan balik Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Guru mengecek apakah siswa telah dan berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan Guru mempersipakan kesempatan dan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari

6. PENGAJARAN AUTENTIK Pengajaran autentik yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan yang telah mereka dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari karena keterampilan-keterampilan itu lebih diajarkan dalam konteks (situasi yang ada hubungannya dengan sekolah) ketimbang konsep kehidupan nyata. Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks, sehingga tidak bermakna bagi 25

kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas ini dengan apa yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata. 7. PENGAJARAN BERBASIS PROYEK/TUGAS Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Siswa diberikan tugas/proyek kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka. Komponen-komponen suatu tugas kompleks yang suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut. Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, menulis untuk disajikan pada forum pendengar yang sesungguhnya. Ada empat (4) prinsip yang membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif yaitu : 1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menentang Salah satu tantangan yang paling sukar dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah menjaga siswa tetap terlibat. Suatu pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah mandiri yang diberikan guru hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan bermakna. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang harus mereka kerjakan, mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut, dan apa yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas itu. Menurut Anderson, L dalam Nurhadi (2003) menunjukkan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang terlibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh, guru dapat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepada siswa dimana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementara petunjuk tentang apa yang dilakukan adalah penting, guru tidak menyertakan penjelasan tentang mengapa sesuatu harus dikerjakan dan prosesproses pembelajaran yang terlibat.

2. Menganekaragamkan Tuga-tugas Keanekaragaman menambah gaya tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Siswa kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik dari pada rutin dan monoton. 3. Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup, sehingga kebanyakan siswa memendangnya sebagai suatu yang menentang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tersebut atas jerih payah sendiri. 4. Memonitoring Kemajuan Siswa Tugas Guru memonitoring tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. 8. PENGAJARAN BERBASIS KERJA Pengajaran berbasis kerja (Work-Based Learning) memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mengunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja. Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransfera model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktivitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut. 9. PENGAJARAN BERBASIS JASA LAYANAN (Service Learning) Strategi pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Dalam industri modern, kata kunci yang digunakan adalah layanan yang baik. Untuk itu, sejak usia dini, siswa dibiasakan untuk melayani oranglain. Contoh : 1. Ada bencana alam, lalu siswa diajak untuk melaksanakan kegiatan penggalangan dan, kemudian membantu korban 2. Ada panti asuhan yang memerlukan bantuan, lalu anak diminta untuk melaksanakan kegiatan membantu panti asuhan. 3. Ada tamu yang akan dating ke sekolah, lalu siswa diminta untuk melaksanakan 27

kegiatan penyambungan 4. Ada teman yang mendapat musibah, lalu siswa diminta membantu 5. Ada fasilitas umum yang rusak dan kotor, lalu siswa mengadakan kegiatan perbaikan dan pembersihan fasilitas umum. RANGKUMAN Menurut (Joyce, 2009) model mengajar ialah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang digunakan untuk mendesain pengajaran. Model mengajar mengandung strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan instruksional yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan Jenis-jenis Model Pembelajaran : model pembelajaran langsung, model kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis proyek. LATIHAN 1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran? 2. Mengapa kita perlu tahu tentang model-mdel pembelajaran/ 3. Pilihlah salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan materi Fisika yang anda pilih dalam pembuatan RPP. DAFTAR PUSTAKA Joyce, B., & Marsha W, dan Emily C., (2009). Models of Teaching. Boston: Pearson Kardi, S., Nur, M.(2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: UNESA Majid, A., (2007). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Nasution, Noehi, (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nur, M.Ibrahim, (2000). Pengajaran Berdasrkan Masalah. Surabaya: Unesa Nur, M. (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengjaran. Surabaya: Unesa Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slavin,Robert., (1995), Cooperative Learning- Theory, Reseach,and Practice Second Edition, A. Simon & Schuster Company, Needham Heights, Massachusetts. Sunarto dan Agung Hartono, (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, Muhibbin, (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, B.H., (2007). Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, Model Menciptakan B.H, Proses (2008). Belajar

Pembelajaran

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: bumi Aksara Kegiatan Belajar 1. HAKEKAT GURU Dalam kehidupan sehari-hari bahwa guru merupakan orang yang dapat digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan pendidik formal di sekolah yang bertugas membelajarkan siswasiswanya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang semakin sempurna kedewasaan atau pribadinya. Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan walaupun kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang pendidikan. Menurut Surya (2005), guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggng jawab sebgai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru professional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri dan mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagan yang terpisahkan dari lingkungan social serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkann melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya 29

senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Lebih lanjut Surya (2005) berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: 1. profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum, 2. profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah 3. profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Kualitas profesionalisme ditunjukkan oleh lima sikap, yakni: (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal; (2) meningkatkan dan memelihara citra profesi; (3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya; (4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi; dan (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan m endiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang professional. Dalam upaya memajukan jabatan guru sebagai jabatan professional, kita belum sepenuhnya menganut pendidikann professional seperti yang dianut oleh jabatan professional lainnya yang lebih tua, seperti dokter. Pemerintah melalui Presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004. Guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) sistem pendidikan; (2) sistem penjaminan mutu; (3) sistem manajemen; (4) sistem remunerasi; (5) sistem pendukung profesi guru. Dengan pengembangan guru sebagai profesi diharapkan mampu: (1) membentuk, membangun, dan mengelola guru yang memiliki profesi

harkat dan martabat yang tinggi di tengah masyarakat; (2) meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera, dan (3) meningkatkan mutu pelajaran yang mampu mendukung terwujudnya lulusan yang kompeten dan terstandar dalam kerangka pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan nasional pada masa mendatang. Selain itu, juga diharapkan akan mendorong terwujudnya guru yang cerdas, berbudaya, bermartabat, sejahtera, canggih, elok, unggul, dan professional. Guru masa depan diharapkan semakin konsisten dalam mengedepankan nilai-nilai budaya mutu, keterbukaan, demokratis, dan menjunjung akuntabilitas dalam melaksanakan tuugas dan fungsi sehari-hari. Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya. Dengan persyaratan semacam ini, maka tugas seorang guru bukan lagi knowledge based, seperti sekarang ini, tetapi lebih bersifat competency based yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai-nilai etika dan moral. Konsekuensinya, seorang guru tidak lagi menggunakan komunikasi satu arahyan gselama ini dilakukan, melainkan menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga terjadi komunikasi dua arah secara demokratis antara guru dengan siswa. Kondisi yang demikian diharapkan mampu menggali potensi dan kreativitas peserta didik (Sidi, 2003). Dengan professionalisme guru, maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager). Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih oleh raga. Ia mendorong siswanya untuk mengusai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengandung rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing, mengembangkan kreativitas, dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi 31

yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global. Sikap guru yang baik adalah: (1) bersikap adil; (2) percaya dan suka kepada murid-muridnya; (3) sabar dan rela berkorban; (4) memiliki wibawa di hadapan peserta didik; (5) pengembira; (6) bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benar-benar menguasai mata pelajarannya; (9) suka dengan mata pelajaran yang diberikannya, dan (10) berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto, 2002). Guru adalah pendidik professional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keperofesionalan secara berkelanjutandengan belajar sepanjang hayat; (8) memilki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesinalan; (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. (UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Adapun komponen-komponen yang menunjukkan kualitas guru untuk mengajar akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas mengajarnya. Dengan demikian, berarti bahwa setiap guru itu memungkinkan untuk dapat memiliki kompetensi mengajar secara baik dan menjadi seorang guru yang bermutu. No 1 Tabel 1. Kemampuan Dasar Profesional Guru. Kemampuan Dasar Pengalaman Belajar Menguasai Bahan 1.1.menguasai bahan 1.1.1.Mengkaji bahan kurikulum mapel mata pelajaran dan 1.1.2.Mengkaji isi buku-buku teks mapel yang kurikulum sekolah bersangkutan 1.1.3.Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mapel yang bersangkutan 1.2.Menguasai bahan 1.2.1. mempelajari ilmu yang relevan

pendalaman/aplikasi pelajaran

1.2.2. mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain (untuk program-program studi tertentu) 1.2.3. mempelajari cara menilai kurikulum

Mengelola Program Belajar Mengajar 2.1. Merumuskan tujuan 2.1.1. Mengkaji kurikulum mapel instruksional 2.1.2.Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional 2.1.3. Mempelajari tujuan instruksional mapel yang bersangkutan 2.2.Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar 2.3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat 2.2.1. Mempelajari macam-macam metode mengajar 2.2.2.menggunakan macam-macam metode mengajar 2.3.1. Mempelajari criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar 2.3.2. Menggunakan criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar 2.3.3. Merencanakan program pelajaran 2.3.4. Menyusun satuan pelajaran

2.4. Melaksanakan prog 2.4.1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam ram belajar mengajar instruksi belajar mengajar 2.4.2. Menggunakan alat bantu criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar 2.4.3. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar 2.4.4. Memonitor proses belajar siswa 2.4.5. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas 2.5. Mengenal puan anak didik kemam 2.5.1. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar 2.5.2.Mempelajari prosedur dan teknik mengi dentifikasi kemampuan siswa

2.6. Merencanakan dan 2.6.1. Mempelajari faktor-faktor penyebab kesulitan melaksanakan pengajaran belajar remedial 2.6.2. Mendiagnosa kesulitan belajar 2.6.3. menyusun pengajaran remedial 2.6.4. Melaksanakan pengajaran remedial 3 Mengelola Kelas 3.1. Mengatur tata ruang 3.1.1.Mempelajari macam-macam pengaturan tempat kelas untuk pengajaran duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai 3.1.2.Mempelajari criteria penggunaan macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan 3.2. Menciptakan iklim 3.2.1. Mempelajari factor-faktor yang mengganggu 33

belajar serasi

mengajar

yang

iklim mengajar yan g serasi 3.2.2. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif 3.2.3. Menggunakan strategi dan prosedur penge lolaan kelas yang bersifat preventif

Menggunakan Media Sumber 4.1. Mnegenal, memilih 4.1.1. Mempelajari macam-macam media pendidikan dan menggunakan media 4.1.2.Mempelajari Kriteri pemilihan media pendidikam 4.1.3. Menggunakan Media Pendidikan 4.1.4. Merawat alat-alat Bantu belajar mengajar 4.2. Membuat alat-alat 4.2.1. Mengenali bahan-bahan yang tersedia di Bantu pelajaran lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat sederhana bantu 4.2.2. Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar 4.2.3.Menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat Bantu mengajar 4.3. Menggunakan dn 4.3.1. Mempelajari cara menggunakan laboratorium mengelola laboratorium 4.3.2. Mempelajari cara dan aturan penglaman kerja dalam rangka proses di laboratorium pembelajaran 4.3.3. Berlatih mengatur tata ruang laboratorium 4.3.4. Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat 4.4. Mengembangkan la 4.4.1.Mempelajari fungsi laboratorium dalam proses boratorium belajar mengajar 4..4.2. Mempelajari criteria pemilihan alat 4.4.3. Mempelajari berbagai desain laboratorium 4.4.4. Menilai keefektifan kegiatan laboratorium 4.4.5. Mengembangkan eksperimen baru 4.5. Menggunakan per 4.5.1. Mempelajari fungsi perpustakaan dalam proses pustakaan dalam proses pembelajaran belajar mengajar 4.5.2. Mempelajari berbagai sumber perpustakaan 4.5.3. Menggunakan macam sumber perpustakaan 4.5.4.Mempelajari criteria pemilihan sumber perpustakaan 4.5.5. Menilai sumber-sumber perpustakaan 4.6.Menggunakan micro 4.6.1. Mempelajari fungsi micro teaching dalam teaching unit dalam proses belajar mengajar proses belajar mengajar 4.6.2. Menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar mengajar 4.6.3. Menyusun program micro teaching dengan atau tanpa hardware 4.6.4. Melaksanakan program micro teaching dengan atau tanpa hardware

4.6.5.Menilai program dan pelaksanaan micro teaching 5 Menguasai Kependidikan Landasan 5.5.1. Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filsafats, historis dan psikologis 5.5.2. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat

Mengelola Interaksi 6.6.1. Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk Belajar Mengajar belajar 6.6.2. Menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar 6.6.3.Mempelajari macam-macam bentuk pertanyaan 6.6.4.Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat 6.6.5.Mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah 6.6.6. mengkaji factor-faktor positif dan negative dalam proses pembelajaran 6.6.7. Mempelajari cara-cara berkomunikasi antar pribadi 6.6.8. Menggunakan cara-cara berkomunikasi antar pribadi. Menilai Prestasi Sisiwa 7.7.1. Mempelajari fungsi penilaian untuk kepentingan 7.7.2. Mempelajari bermacam-macam teknik dan pengajaran prosedur penilaian 7.7.3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian 7.7.4. Mempelajari criteria penilaian teknik dan prosedur penilaian 7.7.5. Menggunakan teknik dan prosedur penilaian 7.7.6. Mengolah dan menginterprestasikan hasil penilaian 7.7.7. Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar 7.7.8. Menilai teknik dan prosedur penilaian 7.7.9. Menilai keefektifan program pengajaran Mengenal Fungsi dan Program Pelayanan BP 8.1.Mengenal fungsi dan 8.1.1. Mempelajari fungsi BP di sekolah program layanan BP di 8.1.2. Mempelajari program layanan BP sekolah 8.1.3.Mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing di sekolah 8.2. Menyelenggarakan 8.2.1.Mengidentifikasi program layanan BP di dihadapi siswa 35 kesulitan-kesulitan yang

sekolah 9

8.2.2.Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar.

Mengenal dan Menye -lenggarakan Administrasi Sekolah 9.1. Mengenal penyeleng 9.1.1.Mempelajari struktur organisasi dan garaan administrasi seko administrasi persekolahan lah 9.1.2.Mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan kantor wilayah Depdiknas 9.1.3.Mempelajari peraturan-peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan kepegaian guru pada khususnya 9.2. Menyelenggarakan 9.2.1. Menyelenggarakan administrasi sekolah Administrasi Sekolah 9.2.2.Mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akademik

10

Memahami Prinsip- 10.1. mempelajari dasar-dasar penggunaan metode prinsip dan mentafsirkan ilmiah dalam penelitian pendidikan hasil-hasil Penelitian 10.2. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian Pendidikan Guna Keper pendidikan, terutama sebagai konsumen hasilluan Pengajaran hasil penelitian pendidikan 10.3. Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran

B. PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PRIBADI, PENDIDIKAN DAN KARIER 1. Perkembangan Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya Kehidupan pribadi sukar untuk dirumuskan, hal ini amat kompleks dan unik. Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, seseorang pribadi menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Kebutuhan diei tersebut meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosio-psikologis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seseorang. Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh lengkap dan memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektuam yang terpadu secara integratf dengan factor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap,

seorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai dengan m engatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan penguasaan situasi untuk menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kstabilan pribadinya. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi Seseorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, factor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Perkembangan anak yang menyangkut perkembangan psikofisis dipengaruhi oleh: status social ekonomi, filsafat hidup keluarga dan pola hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan ketertiban termasuk ketertiban menjalankan agama. Bahwa perkembangan kehidupan seseorang ditentukan pula oleh factor keturunan dan lingkungan. Aliran nativisme menyatakan bahwa seorang individu akan menjadi orang sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan san sifatnya yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran empirisme mengatakan sebaliknya bahwa seorang individu diibaratkan sebagai kertas/lilin yang masih putih bersih. Ia akan menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersam-sama saling memberi andil menjadikan manusia sebagai manusia. Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah aliran konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut aliran ini, seperti dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. 3. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan yang akan dating banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan 37

kejadian-kejadian saat sekarang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejahwantahan berbgai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yan g mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku mantap, yaitu mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalhan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin dan penuh tanggung jawab. 4. Karateristik Kehidupan Pendidikan dan Karier Belajar akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Citacita tentang jenis pekerjaan di masa yang akan dating meupakan factor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhannya untuk belajar. Pada usia remaja, telah mulai jelas terbentuknya cita-cita dewasa nanti. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa renaja telah memiliki minat yang jelas terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu remaja secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan sarana pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Pada dasarnya belajar belajar merupakan persiapan baginya untuk suatu pekerjaan. Hal inilah yang membimbing remaja menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti. Anak masuk SMP pada usia 12-14 tahun atau awal usia remaja (pre-adolescence). Mereka mulai mengenal system baru dalam sekolah, antara lain perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemmpuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Begitu pula anak mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai karekteristiknya. Di SMP belum ada masalah pemilihan jurusan, tetapi untuk tingkat SMA, saat anak berusia sekitar 15-18 tahun, pemilihan jurusan itu telah pula diperkenalkan. Di samping pengenalan terhadap system pendidikan, para remaja tersebut memiliki teman sejawat yagn semakin luas lingkungannya dan ia mulai mengenal anak lain dengan berbagai macam latar belakang keadaan keluarga. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda serta masingmasing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialahkeluarga, sekolah dan masyarakat. 5. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier terhadap tingkah Laku dan

Sikap Sikap remaja terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karekteristik guru yang mengajarnya. Guru yang baik di mata para siswa tidak hanya tergantung kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan tergantung pada banyak factor. Guru yang baik adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswa dalam pelajaran. Hal ini sering di salah artikan, karena menolong atau membantu disamakan dengan memberikan nilai tinggi atau meluluskan. Padahal sekolah, dalam hal ini para guru, memberikan bimbingan dan menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai factor emosional. Sekolah bermaksud untuk mampu memberikan epada para peserta didik apa yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaannya. 6. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pendidikan dan Karier Pencapaian tingkat pendidikan seseorang dipengaruhi oleh tingkat kercedasan IQ. Dalam kenyataannya I setiap individu berbeda-beda, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasiatau berbada-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir pada diri siswa. Berhubung kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya. Kehidupan karier seseorang juga berbeda-beda. 7. Perkembangan Kognitif Siswa Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Proses perkembangan kognitif manusia mulai sejak ia baru lahir. Pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak mendayagunakan kapasitor motor dan kapasitas sensorisnya. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget berdasarkan dari Daehler & Bukatko (1985) dan Anderson (1990) ada 4 yaitu: Tabel 2. Tahap Perkembangan Kognitif Anak No Tahapan Perkembangan Kognitif 39 Usia Perkembangan kognitif manusia mulai

1 2 3 4

Sensory-motor (sensori-motor) Preoperasional (praoperasional) Concrete-operational (konkret-operasional) Formal-operational (formal operasional)

0 - 2 tahun 2 - 7 tahun 7 - 11 tahun 11 15 tahun

1. Tahap Sensori-motor Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis yang berfaedah bagi anak usia 0 -2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang diperbuat. Anak pada periode ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia perbuat. 2. Tahap Praoperasional Pada periode ini perkembangan bermula pada saat anak telah memilki penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnyasuatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut dari pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatannya belaka. 3. Tahap Konkret-Operasional Pada tahap ini berlangsung hingga menjelang remja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam system pemikirannya sendiri. Satuan langkah anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya inteligensi intuitif. Inteligensi, menurut Piaget, bukan biasanya digambarkan dengan skor IQ. Inteligensi adalah proses yang dalam hal ini berupa tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, di samping merupakan proses pembentukan pemahaman. 4. Tahap Formal Operasional Dalam tahap perkembangan formal-oprasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11 -15 tahun, akan dapat mengatasi masalah

keterbatasan pemikiran konkrit-operasional seperti yang telah disinggung dalam uraian sebelumnya. Tahap perkembangan kognitif terakhir yang menghapus keterbatasanketerbatasan tersebut sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi remaja hingga usia 15 tahun, tetapi juga bagi remaja dan bahkan orang dewasa yang berusia lebih tua. Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkooordinasikan baik secara simultan (serentak) naupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu: 1) kapasitas menggunakan hipotesis ; 2) kapsitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. C. RAGAM-RAGAM BELAJAR Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbada antara studi dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. 1. Ragam Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak dperlukan peranan akal yang kuat di sampig penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya, belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi , dan materi agama seperti tauhid. 2. Ragam Keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujannya adalah untuk memperoleh dan mengusai ketrampilan jasmaniah tertentu.dalam belajar jenis ini latihan-latiahan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya, belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elekronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji. 3. Ragam Sosial Belajar social pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk mengusai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok dana masalahlain yang bersifat kemasyarakatan. 41

Belajar social juga bertujuan untuk mengatr dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memnuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang studi yang termasuk bahan pelajran social adalah pelajaran PPKN dan agama. 4.Ragam Pemecahan Masalah Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metodemetode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecaapan kognitif untuk memcahkan masalah secara rasional, lugas, dan tntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight amat diperlukan. Dalam hal ini, hamper semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah (Lawson, 1991). 5. Ragam Rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuan adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1988). Bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya adalah belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi non eksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional. 6. Ragam Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.

Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual) 7. Ragam Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar sisiwa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yaitu kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya, apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya. 8. Ragam Pengetahuan Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk mengusai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan. Contoh: kegiatan siswa dalam bidang studi fisika mengenai gerak menurut hokum Newton I. dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktilan bahwa setiap benda tetap diam atau bergerak secara beraturan, kecuali kalau ada gaya luar yang mempengaruhinya. Contoh lainnya, kegiatan siswa dalam bidang studi biologi mengenai protoplasma, yakni zat hidup yang ada pada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini siswa melakukan investigasi terhadap senyawa organic yang terdapat dalam protoplasma yang meliputi, karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukliat. RANGKUMAN Dalam kehidupan sehari-hari bahwa guru merupakan orang yang dapat digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki karisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan pendidik formal di sekolah yang bertugas membelajarkan siswasiswanya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang semakin sempurna kedewasaan atau pribadinya. Menurut Surya (2005), guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan 43

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Adapun komponen-komponen yang menunjukkan kualitas guru untuk mengajar akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas mengajarnya yaitu: 1) menguasai bahan; 2) mengelola program belajar mengajar; 3) Mengelola kelas; 4) menggunakan media sumber; 5) menguasai pendidikan; 6) mengelola interaksi belajar mengajar; 7) menilai siswa untu kepentingan pengajaran; 8) mengenal fungsi dan program pelayanan BP; 9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; 10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Tahap Perkembangan Kognitif Anak ada 4 yaitu: 1) Preoperasional (praoperasional); 2) Sensory-motor (sensori-motor); 3) Concrete-operational (konkretoperasional); 4) Formal-operational (formal operasional). LATIHAN 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan guru yang profesional! 2. Jelaskan perbedaan antara profesi guru dan profesi non guru! 3. Berikan 4 contoh profesi-profesi lain yang memiliki kedudukan yang sama dengan profesi keguruan. 4. Jelaskan 4 perkembangan kepribadian anak! 5. Sebutkan 8 jenis ragam belajar dan jelaskan maksudnya! DAFTAR PUSTKA Kunandar, (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press. Mulyasa, ( 2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Nasution, Noehi, (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sunarto dan Agung Hartono, (1995). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, Muhibbin, (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

You might also like