You are on page 1of 15

II.

Frekuensi dan Periodisitas Gerhana


1. Musim Gerhana
Gerhana terjadi saat Bulan berada kira-kira segaris dengan Bumi dan Matahari, dan saat itu Bulan berada di salah satu titik simpulnya. Dengan kata lain, gerhana bisa terjadi jika garis nodal searah dengan arah garis hubung Bumi-Matahari (lihat Gambar 2.1). Bumi bergerak dengan arah A-B-C-D. Jika Bumi berada pada posisi A dan C, maka saat bulan baru dan bulan purnama, akan terjadi gerhana. Sedangkan saat Bumi berada di posisi B dan D, tidak akan terjadi gerhana saat fase bulan baru atau purnama.
Gambar 2.1 Musim gerhana [Klik gambar untuk versi lebih besar]

Saat posisi B dan D pada Gambar 2.1, bayangan bulan tidak mencapai Bumi saat fase bulan baru. Sedangkan saat bulan purnama, bayangan Bumipun tidak mengenai Bulan (lihat Gambar 2.1). Saat-saat konfigurasi Bumi-Matahari-garis nodal seperti pada A dan C pada Gambar 2.1, maka pada waktu fase bulan baru pasti akan terjadi gerhana matahari, dan saat fase bulan purnama akan terjadi gerhana bulan. Saat-saat seperti itu dinamakan musim gerhana, dan pada saat musim gerhana, dikatakan Bumi berada dalam zona gerhana. Dalam satu tahun, terjadi dua musim gerhana, yaitu saat konfigurasi A dan saat konfigurasi C tercapai. Namun musim gerhana tidak tepat terpisah 6 bulan, karena garis nodal sendiri bergeser dengan laju 19 pertahun ke arah barat (lihat Gambar 2.2). Akibatnya musim gerhana terjadi dalam interval yang lebih pendek, yaitu 173,3 hari.
Gambar 2.2 Gerak garis nodal Bulan

Interval waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari dari konfigurasi Bumi-Matahari segaris dengan garis nodal seperti posisi A (Gambar 2.3) kembali ke konfigurasi semula (posisi B

pada Gambar 2.3), dinamakan tahun gerhana. Satu tahun gerhana terdiri dari 2 musim gerhana. Karena gerak garis nodal tadi, maka satu tahun gerhana tidak sama dengan satu tahun sideris, tetapi lebih pendek. Tahun sideris ini adalah selang waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari (dari A kembali ke A pada Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Tahun gerhana (Klik gambar untuk versi lebih besar)

Bulan dan Matahari terlihat sebagai piringan di langit. Karena itu, saat gerhana terjadi, posisi posisi Bumi-Bulan-Matahari tidak mesti tepat segaris. Dilihat dari Bumi, gerhana matahari bisa terjadi jika Matahari (dilihat dari Bumi) berada sekitar 18,5 dari titik node, baik di sebelah timur ataupun barat. Selama Matahari berada dalam interval tersebut, pada fase bulan mati akan terjadi gerhana matahari. Hal yang sama terjadi juga untuk Bulan. Gerhana bulan bisa terjadi jika bulan berada 16,5 dari titik node, baik di sebelah timur ataupun barat. Maka selama Bulan berada dalam interval itu, saat purnama akan terjadi gerhana bulan. Gerhana matahari terjadi jika Matahari berada dalam selang 37 yang berpusat di titik node. Karena Matahari di langit bergerak dengan kecepatan ~1 perhari, dibutuhkan kira-kira 37 hari untuk melintasi daerah tersebut. Sedangkan fase bulan baru terjadi tiap 29,5 hari. Karena itu, ketika Matahari berada dalam selang tersebut, minimal terjadi satu kali fase bulan baru. Dengan kata lain, setiap musim gerhana, dipastikan akan terjadi gerhana matahari. Minimal dalam satu tahun, bisa terjadi 2 kali gerhana matahari, dan maksimal 5 kali gerhana matahari. Bumi bergerak mengitari Matahari dengan kecepatan ~1 perhari, dan membutuhkan waktu 22 hari untuk melintasi daerah yang memungkinkan terjadinya gerhana. Karena waktu yang dibutuhkan lebih pendek dari selang bulan baru ke bulan baru, maka mungkin saja selama Bumi berada di zona gerhana tersebut, tidak terjadi bulan baru. Dengan kata lain, dalam musim gerhana, mungkin saja tidak terjadi gerhana bulan. Dalam satu tahun, bisa terjadi 3 gerhana bulan, bisa juga tidak terjadi gerhana bulan sama sekali.

2. Seri Saros
Semenjak zaman Babilonia, catatan observasi gerhana telah rutin dilakukan. Bahkan semenjak abad ke-9, pengulangan gerhana telah diamati oleh bangsa Chaldean. Dari pengamatan mereka, diketahui bahwa gerhana yang mirip akan terulang tiap kira-kira 18 tahun 10 hari. Periode ini dikenal dengan istilah: saros. Gerhana-gerhana yang dipisahkan oleh satu periode saros memiliki karakteristik yang sangat mirip, dan dikelompokkan ke dalam satu keluarga yang dinamakan seri saros. Seri Saros berkaitan dengan panjang interval-interval sebagai berikut: Bulan Sinodis (Synodic Month): interval waktu dari fase bulan baru Panjang bulan sinodis: 29,53059 hari = 29h 12j 44m.

kembali

ke

bulan

baru.

Bulan Drakonis (Draconic Month): interval waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari satu node kembali ke node tersebut. Panjang bulan drakonis: 27,21222 hari = 27h 05j 06m. Bulan Anomalistis (Anomalistic Month): interval waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari perigee kembali ke perigee. Panjang bulan anomalistis: 27,55455 hari = 27h 13j 19m. Periode saros (18 tahun 10 hari lebih 1/3 hari) adalah 223 kali bulan sinodis. Kenapa gerhana yang dipisahkan oleh 223 bulan sinodis memiliki karakteristik yang sama? Gerhana yang

dipisahkan oleh 223 bulan sinodis memiliki karakteristik yang sama karena 223 bulan sinodis (6585,321 hari) itu kurang lebih sama dengan 242 bulan drakonis (6585,357 hari). Artinya pada selang satu periode saros, Bulan kembali pada fase yang sama pada titik node yang sama juga. Sementara itu, 223 bulan sinodis itu juga kurang lebih sama dengan 239 bulan anomalistis (6585,537 hari). Ini membuat selang satu periode saros selain mengembalikan Bulan pada fase yang sama pada titik node yang sama, juga mengembalikan Bulan pada jarak yang (kurang lebih) sama dari Bumi. Karenanya, gerhana yang dipisahkan oleh periode saros akan memiliki karakteristik yang mirip. Akibat panjang periode saros yang panjang harinya memiliki pecahan (kira-kira 1/3), maka saat gerhana berikutnya yang terpisahkan oleh satu periode saros terjadi, bumi telah berputar kirakira 1/3 hari. Karena itu, lintasan gerhana yang dipisahkan oleh satu periode saros akan bergeser 120 ke arah barat. Dan setiap 3 siklus saros (54 tahun 31 hari, atau 19756 hari), gerhana bisa diamati pada wilayah geografi yang sama. Seperti yang disebutkan di atas, gerhana-gerhana yang dipisahkan oleh periode saros dikelompokkan menjadi sebuah seri saros. Sebuah seri saros tidak akan bertahan selamanya. Seri saros lahir dan mati, dan beranggotakan sejumlah tertentu gerhana. Seri saros ini tidak bertahan selamanya karena satu periode saros itu lebih pendek 1/2 hari dari 19 tahun gerhana. Akibatnya, setelah satu periode saros, titik node akan bergeser 0,5 ke arah timur. Karenanya, setelah lewat sejumlah periode saros tertentu, jarak titik node sudah sedemikian jauh dari Matahari/Bulan sehingga tidak memungkinkan lagi terjadinya gerhana. Saat itu terjadi, seri saros yang bersangkutan akan mati, dan seri saros baru akan lahir.

III. Gerhana Matahari


1. Macam-macam Gerhana Matahari
Berdasarkan penampakannya saat puncak gerhana, gerhana matahari dapat dibedakan menjadi: 1. 2. 3. 4. Gerhana Gerhana Gerhana Gerhana matahari matahari matahari matahari total cincin cincin-total (gerhana matahari hibrid) sebagian 1. Gerhana Matahari Total Pada gerhana matahari total, seluruh piringan matahari tertutup oleh piringan bulan. Saat gerhana matahari total ini, ukuran piringan bulan sama besar atau lebih besar dari piringan matahari. 2. Gerhana Matahari Cincin

Foto gerhana matahari cincin 28 Agustus 1998 (saat puncak gerhana) oleh Tim Gerhana Matahari Dep. Astronomi dan Obs. Bosscha ITB.

Pada gerhana matahari cincin, ujung umbra tidak mencapai permukaan Bumi. Hanya perpanjangan umbra saja (yang disebut antumbra atau anti umbra) yang mencapai permukaan Bumi. Meski seluruh piringan bulan berada di depan piringan matahari, tetapi ukurannya lebih kecil dari piringan matahari,

akibatnya tidak seluruh piringan matahari tertutupi. Bagian pinggiran piringan matahari yang tidak tertutupi piringan bulan tersebut, masih bercahaya, sementara bagian tengahnya gelap tertutup piringan bulan. Karena itu gerhana ini dinamakan gerhana matahari cincin. 3. Gerhana Matahari Cincin-Total (Gerhana Matahari Hibrid) Gerhana matahari cincin - total adalah gerhana matahari yang jarang terjadi. Pada gerhana matahari jenis ini, di sebagian tempat di muka Bumi, yang teramati adalah gerhana matahari cincin, sedangkan di tempat lain gerhana matahari total. Hal ini bisa terjadi karena pada saat puncak gerhana, puncak kerucut umbra Bulan berada (hampir) tepat di permukaan Bumi, dan pada lokasi ini akan teramati gerhana matahari total. Sedangkan pada lokasi di timur dan barat lokasi tadi, bayangan gelap yang jatuh di permukaan Bumi bukanlah umbra, tetapi perpanjangan umbra (antumbra), sehingga untuk fase total pada lokasi ini yang teramati adalah gerhana matahari cincin. 4. Gerhana Matahari Sebagian Pada gerhana matahari sebagian, saat puncak gerhana terjadi, tidak seluruh piringan bulan menutupi piringan matahari dan tidak seluruh piringan bulan berada di depan piringan matahari. Dikenal juga istilah gerhana sentral dan gerhana non-sentral. Gerhana sentral adalah gerhana yang terjadi dengan garis penghubung Matahari-Bulan berpotongan dengan permukaan Bumi. Jika garis hubung tersebut tidak memotong permukaan Bumi, gerhana tersebut dinamakan gerhana nonsentral. Gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, dan gerhana cincin-total termasuk gerhana sentral. Sedangkan gerhana matahari sebagian, ada yang sentral ada yang tidak.

2. Waktu-waktu Kontak dan Fase-fase Gerhana Matahari


Momen terjadinya gerhana matahari berdasarkan urutan terjadinya: Kontak I Kontak I adalah saat piringan bulan dan piringan matahari mulai bersinggungan. Kontak I ini menandai dimulainya peristiwa gerhana. Kontak II Kontak II adalah saat pertama seluruh piringan matahari tertutup oleh piringan bulan (untuk peristiwa gerhana matahari total), atau saat seluruh piringan bulan seluruhnya berada 'di dalam' piringan matahari (untuk peristiwa gerhana matahari cincin). Kontak II ini menandai dimulainya fase total (untuk gerhana matahari total), atau fase cincin (untuk gerhana matahari cincin) Puncak gerhana Puncak gerhana adalah saat jarak antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari mencapai minimum. Kontak III Kontak III adalah kebalikan Kontak II. Kontak III ini adalah saat piringan matahari mulai keluar dari belakang piringan bulan (untuk peristiwa gerhana matahari total), atau saat piringan bulan mulai meninggalkan piringan matahari (untuk peristiwa gerhana matahari cincin). Interval antara Kontak II dan kontak III adalah panjangnya fase gerhana total. Pada gerhana matahari sebagian, fase Kontak II dan Kontak III ini tidak kita amati. Kontak IV Kontak IV adalah saat piringan matahari dan piringan bulan bersinggungan ketika piringan bulan meninggalkan piringan matahari. Kontak IV ini adalah kebalikan dari Kontak I, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana secara keseluruhan. Interval antara Kontak I dan Kontak IV adalah panjangnya peristiwa gerhana matahari. Berdasarkan waktu-waktu kontak ini, peristiwa gerhana matahari melalui fase-fase:

fase gerhana sebagian: selang antara kontak I dan kontak II, dan antara kontak III dan kontak IV fase gerhana total atau fase gerhana cincin (tergantung gerhana matahari total atau cincin): selang antara kontak II dan kontak III Fase gerhana matahari mana saja yang diamati saat terjadinya sebuah gerhana matahari, bergantung pada jenis gerhana matahari dan darimana kita mengamati. Secara prinsip:

pada gerhana matahari total: terjadi fase gerhana sebagian dan fase gerhana total pada gerhana matahari cincin: terjadi fase gerhana sebagian dan fase gerhana cincin pada gerhana matahari sebagian: hanya terjadi fase gerhana sebagian.

Namun dalam pengamatannya, pengamat di daerah yang berbeda akan mengamati waktu kontak yang berbeda, dan karenanya akan mengamati fase gerhana yang berbeda pula. Ini tergantung pada posisi pengamat relatif terhadap jalur yang dilalui umbra/penumbra Bulan. Karena itu, untuk melakukan pengamatan gerhana matahari, perlu perencanaan dan pemilihan lokasi pengamatan.

3. Seri Saros Gerhana Matahari


Seri saros gerhana matahari dapat disarikan sbb: Jika sebuah seri saros dimulai saat Bulan berada ~ 18 dari titik tanjak turun, maka:

Umbra akan melewati 3500 km dari pusat Bumi. Saat itu, terjadi gerhana matahari sebagian di kutub selatan Gerhana berikutnya terjadi dengan umbra berada 300 km lebih dekat Setelah sekitar 10-11 gerhana matahari (dalam rentang sekitar 200 tahun), maka akan terjadi gerhana matahari sentral yang pertama di kutub selatan Sampai sekitar 950 tahun berikutnya, terjadi gerhana sentral yang bergeser dari selatan menuju ke utara dengan pergeseran ~ 300 km Pada sekitar pertengahan periode ~950 tahun pada poin di atas, akan terjadi gerhana matahari terpanjang yang terjadi di equator Satu seri saros dari mulai lahir sampai matinya, memakan waktu kurang lebih 13 abad. Setiap seri saros ini beranggotakan 70-80 buah gerhana, dengan ~50 diantaranya adalah gerhana sentral

Jika sebuah seri saros gerhana matahari dimulai saat Bulan berada di sekitar titik tanjak naik, maka akan terjadi hal yang sama dengan arah yang berlawanan.

IV. Gerhana Bulan


Pada peristiwa gerhana bulan, kita mengenal empat macam gerhana, yaitu: gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, gerhana bulan penumbral total, dan gerhana bulan sebagian penumbral. Perbedaan jenis-jenis gerhana bulan tersebut terletak pada bayangan Bumi mana yang jatuh ke permukaan Bulan saat fase maksimum gerhana terjadi.

1. Macam-macam Gerhana Bulan


Gambar 4.1 Macam-macam gerhana bulan

Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana, gerhana bulan dapat dibedakan menjadi: 1. Gerhana Bulan Total

Jika saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit. 2. Gerhana Bulan Sebagian Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan sebagian. 3. Gerhana Bulan Penumbral Total Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan penumbral total. 4. Gerhana Bulan Penumbral Sebagian Dan gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan tersebut dinamakan gerhana bulan penumbral sebagian. Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.

2. Waktu-waktu Kontak dan Fase-fase Gerhana Bulan


Momen terjadinya gerhana Bulan diurut berdasarkan urutan terjadinya: P1 P1 adalah kontak I penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P1 menandai dimulainya gerhana bulan secara keseluruhan. P2 P2 adalah kontak II penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. Saat P2 terjadi, seluruh piringan Bulan berada di dalam piringan penumbra Bumi. U1 adalah kontak I umbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan umbra Bumi. U2 adalah kontak II umbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan umbra Bumi. U2 ini menandai dimulainya fase total dari gerhana bulan.

U1 U2

Puncak Gerhana Puncak gerhana adalah saat jarak pusat piringan Bulan dengan pusat umbra/penumbra mencapai minimum. U3 U3 adalah kontak III umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan umbra Bumi, ketika piringan Bulan tepat mulai akan meninggalkan umbra Bumi. U3 ini menandai berakhirnya fase total dari gerhana bulan. U4 adalah kontak IV umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan umbra Bumi. P3 adalah kontak III penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. P3 adalah kebalikan dari P2. P4 P4 adalah kontak IV penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P4 adalah kebalikan dari P1, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana bulan secara keseluruhan. Berdasarkan waktu-waktu kontak ini, peristiwa gerhana bulan melalui fase-fase:

U4

P3

fase gerhana penumbral: selang antara P1-U1, dan antara U4-P4 fase gerhana umbral: selang antara U1-U4 fase total: selang antara U2-U3
Gambar 4.2. Kontak-kontak penumbra dan umbra [Klik gambar untuk melihat versi besar]

Tidak keseluruhan kontak dan fase akan terjadi saat gerhana bulan. Jenis gerhana bulan menentukan kontak-kontak dan fase gerhana mana saja yang akan terjadi. Misalnya saat gerhana bulan total, keseluruhan kontak dan fase akan dilalui. Untuk gerhana bulan sebagian, karena tidak keseluruhan Bulan masuk dalam umbra Bumi, maka U2 dan U3 tidak akan terjadi, sehingga fase total tidak akan diamati. Untuk gerhana penumbral total, karena Bulan tidak menyentuh umbra Bumi, maka U1, U2, U3, dan U4 tidak akan terjadi, karena itu fase gerhana umbral tidak akan diamati. Sedangkan pada gerhana penumbral sebagian, hanya P1 dan P4 saja yang akan terjadi. Berbeda dengan gerhana matahari, pada gerhana bulan, waktu-waktu kontak dan saat terjadinya suatu fase gerhana, tidak dipengaruhi oleh lokasi pengamat. Semua pengamat yang berada di belahan Bumi yang mengalami gerhana akan mengamati waktu-waktu kontak (umbra dan penumbra) pada saat yang bersamaan.

3. Seri Saros Gerhana Bulan


Seri saros gerhana bulan dapat disarikan sbb:

Seri saros baru dimulai saat Bulan berada sekitar 16,5 di sebelah timur titik node. Jika titik node itu adalah titik node turun, maka seri saros yang baru lahir itu adalah seri saros bernomor ganjil. Saat itu Bulan berada di utara ekliptika. Demikian juga sebaliknya Anggota berikutnya dari seri saros tersebut terjadi dengan posisi Bulan telah bergeser ke barat Sekitar 7 anggota pertama dari seri saros adalah gerhana bulan penumbral 10 - 20 anggota berikutnya adalah gerhana bulan sebagian 12 - 25 anggota berikutnya adalah gerhana bulan total 10 - 20 anggota berikutnya adalah (kembali) gerhana bulan sebagian Sekitar 7 anggota terakhir dari seri saros adalah (kembali) gerhana bulan penumbral Umur seri saros bertahan sampai 13 - 14 abad, dengan anggota 70 - 80 gerhana bulan, dan 40 - 55 diantaranya adalah gerhana umbral.

4. Skala Danjon
Andr Danjon (1890-1967), seorang astronom Perancis, melakukan klasifikasi gerhana bulan total berdasarkan penampakan dan kecerlangan gerhana. Dalam skala Danjon ini, gerhana bulan dibagi menjadi 5 tingkatan (yang disimbolkan dengan huruf L) sbb: L=0 Gerhana bulan total diberi skala L = 0 jika saat fase gerhana totalnya, Bulan terlihat sangat gelap, hampir-hampir tidak terlihat terutama saat puncak gerhana. L=1 Gerhana bulan total diberi skala L = 1 jika saat fase gerhana totalnya, Bulan terlihat gelap, keabuabuan, atau berwarna coklat kotor. Detail permukaan Bulan hampir-hampir tidak terlihat. L=2 Gerhana bulan total diberi skala L = 2 jika saat fase gerhana totalnya, Bulan berwarna merah tua atau merah seperti karat besi. Bagian pinggiran umbra terlihat relatif lebih terang. L=3 Gerhana bulan total diberi skala L = 3 jika saat fase gerhana totalnya, Bulan berwarna merah bata. Bagian pinggiran umbra terlihat berwarna terang kekuning-kuningan.

L=4 Gerhana bulan total diberi skala L = 4 jika saat fase gerhana totalnya, Bulan berwarna jingga terang atau seperti warna tembaga. Umbra Bumi terlihat sangat terang.

Gambar 4.3

Penampakan gerhana yang dilukiskan dalam skala Danjon ini menggambarkan keadaan atmosfer bagian atas dari daerah yang sedang mengalami senja / fajar saat gerhana terjadi (lihat Gambar 4.3). Jika pada atmosfer di atas daerah yang mengalami senja / fajar itu relatif bersih, maka saat fase gerhana bulan total, piringan Bulan akan berwarna merah. Ini terjadi karena molekul-molekul udara menghamburkan cahaya matahari yang melaluinya dengan hamburan yang sebanding dengan 1/4 ( = panjang gelombang). Ini berarti semakin kecil panjang gelombang (semakin ke arah biru pada spektrum cahaya tampak/visual), semakin efektif ia dihamburkan. Karena panjang gelombang warna merah adalah yang paling panjang, maka ia yang paling sedikit dihamburkan. Karena itu cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi dan dihamburkan ke umbra/penumbra, saat mencapai Bulan komponen yang dominan adalah warna merah. Sedangkan jika atmosfer (di bagian yang disebutkan di atas) banyak mengandung partikel debu (dari letusan gunung berapi misalnya), hamburan oleh partikel ini berpengaruh sama terhadap seluruh panjang gelombang visual. Karena itu, (terutama) umbra menjadi lebih gelap, dan saat fase gerhana total, piringan Bulan hampir tidak kelihatan.

V. Kalkulasi Gerhana
Dengan alat bantu kalkulator saku, kita bisa menghitung kapan terjadinya gerhana bulan atau gerhana matahari. Tetapi tentu saja tidak dengan ketelitian tinggi. Dalam tulisan bab ini, anda akan diperkenalkan cara menghitung kapan terjadinya gerhana. Perhitungan di sini tidak dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah (karena akurasinya tidak memadai untuk itu), tetapi bisa untuk kegunaan penelusuran historis atau untuk mengetahui kapan akan terjadi gerhana yang akan datang.

1. Gerhana Matahari
Langkah-langkah menghitung kapan terjadinya gerhana matahari: a. Tentukan sebuah tanggal. Gerhana yang kita cari akan berpandukan tanggal ini. Hitung harga k untuk tanggal tersebut, dan tentukan harga k untuk tanggal calon gerhana.

k = (tahun-2000) * 12,3685
Rumus untuk mencari k di atas adalah rumus pendekatan. 'Tahun' yang digunakan dalam rumus di atas adalah tanggal yang dinyatakan dalam tahun. Jadi misalnya tanggalnya adalah 1 Juli 2000, maka 'tahun' di atas diisi dengan 2000,5 Untuk gerhana matahari, k haruslah bilangan bulat (yang menunjukkan saat bulan baru). Untuk gerhana bulan, k harus bilangan bulat ditambah 0,5 (yang menunjukkan saat bulan purnama). Jadi calon gerhana berikutnya (setelah tanggal yang dipilih), memiliki harga k berupa bilangan bulat terdekat yang lebih besar dari harga k untuk tanggal pedoman kita. Calon gerhana sebelumnya

memiliki harga k berupa bilangan bulat terdekat yang lebih kecil dari harga k untuk tanggal pedoman kita. b. Hitung: JDE (Julian Day Ephemeris), M, M', F, dan

T = k/1236,85 JDE = 2.451.550,09765 + 29,530588853*k + 0,0001337*T2 - 0,000000150*T3 + 0,00000000073*T4


JDE adalah waktu terjadinya gerhana (yang ingin dicari) dinyatakan dalam julian day, dimana waktunya dinyatakan dalam waktu efemeris (ET) atau waktu dinamik (DT). (Untuk menghitung julian day, anda bisa menggunakan script yang tersedia.)

M = + + -

2,5534 29,10535669*k 0,0000218*T2 0,00000011*T3

M adalah anomali menengah Matahari.

M' = + + + + -

201,5643 385,81693528*k 0,0107438*T2 0,00001239*T3 0,000000058*T4

M' adalah anomali menengah Bulan

F = + + +

160,7108 390,67050274*k 0,0016341*T2 0,00000227*T3 0,000000011*T4

F adalah argument latitud dari Bulan

= + + +

124,7746 1,56375580*k 0,0020691*T2 0,00000215*T3

adalah longitud dari ascending node (titik tanjak naik) orbit Bulan

Jika nilai mutlak dari selisih F dengan kelipatan 180 terdekat:

lebih dari 21, maka tidak akan terjadi gerhana, dan perhitungan tidak perlu dilanjutkan. kurang dari 13,9, maka dipastikan akan terjadi gerhana.

kurang dari 21 dan lebih dari 13,9, maka harus diuji lebih lanjut (lihat bagian akhir pada langkan di bawah).

Jika harga F berada di sekitar 0 atau 360, maka gerhana terjadi disekitar titik tanjak naik (ascending node) Bulan. Sedangkan jika harga F berada di sekita 180, berarti disekitar titik tanjak turun (decending node)

c. Jika terjadi gerhana, hitung: P, Q, , dan u

E = 1 - 0,002516*T - 0,0000074*T2 F1 = F - 0,02665*sin() A1 = 299,77 + 0,107408*k - 0,009173*T2 P = + + + + + Q = + + + 0,2070*E*sin(M) 0,0024*E*sin(2*M) 0,0392*sin(M') 0,0116*sin(2*M') 0,0073*E*sin(M'+M) 0,0067*E*sin(M'-M) 0,0118*sin(2*F1) 5,2207 0,0048*E*cos(M) 0,0020*E*cos(2*M) 0,3299*cos(M') 0,0060*E*cos(M'+M) 0,0041*E*cos(M'-M)

W = |cos(F1)| = (P*cos(F1) + Q*sin(F1))*(1-0,0048*W) u = + + + 0,0059 0,0046*E*cos(M) 0,0182*cos(M') 0,0004*cos(2*M') 0,0005*cos(M+M')

u+0,5461 adalah radius penumbral Bulan pada bidang fundamental (fundamental plane), yaitu bidang yang melalui titik pusat Bumi dan tegak lurus dengan garis sumbu bayangan Bulan. Jika harga > 0, maka gerhana dapat diamati dari belahan Bumi utara, jika < 0, maka gerhana dapat diamati dari belahan Bumi selatan. Jika harga nilai absolut :

kurang dari +0,9972 maka gerhananya adalah gerhana sentral o jika u<0 maka gerhananya adalah gerhana total o jika u>0,0047 maka gerhananya adalah gerhana cincin o jika u antara 0 dan 0,0047 maka: hitung = 0,00464(1- 2)1/2 > 0. Jika u<, maka gerhananya adalah gerhana cincintotal. Jika tidak maka gerhananya adalah cincin antara 0,9972 dan (1,5433+u) maka gerhananya tidak sentral lebih dari 1,5433+u maka tidak terjadi gerhana

d. Hitung: waktu puncak gerhana, dan magnitud gerhana

Untuk menghitung kapan waktu puncak gerhana, hitung koreksi terhadap JDE sbb:

Koreksi_JDE = + + + + + + + -

0,4075* sin(M') 0,1721*E*sin(M) 0,0161* sin(2*M') 0,0097* sin(2*F1) 0,0073*E*sin(M'-M) 0,0050*E*sin(M'+M) 0,0023* sin(M'-2*F1) 0,0021*E*sin(2*M) 0,0012* sin(M'+2*F1) 0,0006*E*sin(2*M'+M) 0,0004* sin(3*M') 0,0003*E*sin(M+2*F1) 0,0003* sin(A1) 0,0002*E*sin(M-2*F1) 0,0002*E*sin(2*M'-M) 0,0002* sin(Omega)

maka waktu puncak gerhana adalah:

Puncak_gerhana = JDE + Koreksi_JDE


Waktu puncak gerhana yang diperoleh di atas, adalah dalam TDT (Terrestrial Dynamical Time). Untuk menyatakan dalam UT:

UT = TD - T
Data T diperoleh dari pengamatan. Untuk memperoleh harga T buat prediksi gerhana yang akan datang, dilakukan dengan mengekstrapolasi data-data yang ada. Magnitud gerhana dihitung dengan rumus:

Magnitud_gerhana = (1,5433 + u - ||) / (0,5461 + 2*u)


Magnitud gerhana adalah fraksi diameter Matahari yang tertutup pada saat maksimum gerhana. Jika gerhana total, magnitud gerhana akan lebih besar atau sama dengan 1,0. Jika magnitud gerhana kurang dari 1,0 maka gerhana tersebut adalah gerhana sebagian atau gerhana cincin. Untuk kasus gerhana matahari sebagian, magnitud gerhana yang dihitung dengan rumus di atas adalah magnitud gerhana yang diamati dari lokasi yang paling dekat dengan sumbu bayangan bulan.

2. Gerhana Bulan
Langkah-langkah menghitung kapan terjadinya gerhana bulan: a. Tentukan sebuah tanggal. Gerhana yang kita cari akan berpandukan tanggal ini. Hitung harga k untuk tanggal tersebut, dan tentukan harga k untuk tanggal calon gerhana.

k = (tahun-2000) * 12,3685
Tentang k ini, lihat pada bagian Gerhana Matahari di atas. Untuk gerhana bulan, k adalah bilangan bulat ditambah 0,5 (yang menunjukkan saat bulan purnama). Jadi calon gerhana berikutnya (setelah tanggal yang dipilih), memiliki harga k berupa bilangan_bulat_ditambah_0,5 terdekat yang lebih besar dari harga k untuk tanggal pedoman kita. Calon gerhana sebelumnya memiliki harga k berupa bilangan_bulat_ditambah_0,5 terdekat yang lebih kecil dari harga k untuk tanggal pedoman kita.

b. Hitung: JDE (Julian Day Ephemeris), M, M', F, dan (sama seperti untuk gerhana matahari)

T = k/1236,85 JDE = 2.451.550,09765 + 29,530588853*k + 0,0001337*T2 - 0,000000150*T3 + 0,00000000073*T4 M = + + 2,5534 29,10535669*k 0,0000218*T2 0,00000011*T3 201,5643 385,81693528*k 0,0107438*T2 0,00001239*T3 0,000000058*T4

M' = + + + + F = + + +

160,7108 390,67050274*k 0,0016341*T2 0,00000227*T3 0,000000011*T4

= + 124,7746 - 1,56375580*k + 0,0020691*T2 +0,00000215*T3


Jika nilai mutlak dari selisih F dengan kelipatan 180 terdekat:

lebih dari 21, maka tidak akan terjadi gerhana, dan perhitungan tidak perlu dilanjutkan. kurang dari 13,9, maka dipastikan akan terjadi gerhana. kurang dari 21 dan lebih dari 13,9, maka harus diuji lebih lanjut.

c. Jika terjadi gerhana, hitung: P, Q, , dan u (sama seperti untuk gerhana matahari)

E = 1 - 0,002516*T - 0,0000074*T2 F1 = F - 0,02665*sin() A1 = 299,77 + 0,107408*k - 0,009173*T2 P = + + + + + 0,2070*E*sin(M) 0,0024*E*sin(2*M) 0,0392*sin(M') 0,0116*sin(2*M') 0,0073*E*sin(M'+M) 0,0067*E*sin(M'-M) 0,0118*sin(2*F1)

Q = + 5,2207 - 0,0048*E*cos(M) + 0,0020*E*cos(2*M)

- 0,3299*cos(M') - 0,0060*E*cos(M'+M) + 0,0041*E*cos(M'-M) W = |cos(F1)| = (P*cos(F1) + Q*sin(F1))*(1-0,0048*W) u = + + + 0,0059 0,0046*E*cos(M) 0,0182*cos(M') 0,0004*cos(2*M') 0,0005*cos(M+M')

Jika harga nilai absolut :

kurang dari +0,9972 maka gerhananya adalah gerhana sentral o jika u<0 maka gerhananya adalah gerhana total o jika u>0,0047 maka gerhananya adalah gerhana cincin o jika u antara 0 dan 0,0047 maka: hitung = 0,00464(1- 2)1/2 > 0. Jika u<, maka gerhananya adalah gerhana cincintotal. Jika tidak maka gerhananya adalah cincin antara 0,9972 dan (1,5433+u) maka gerhananya tidak sentral lebih dari 1,5433+u maka tidak terjadi gerhana

d. Hitung: waktu puncak gerhana, dan magnitud gerhana Untuk menghitung kapan waktu puncak gerhana, hitung koreksi terhadap JDE sbb:

Koreksi_JDE = + + + + + + + -

0,4065* sin(M') 0,1727*E*sin(M) 0,0161* sin(2*M') 0,0097* sin(2*F1) 0,0073*E*sin(M'-M) 0,0050*E*sin(M'+M) 0,0023* sin(M'-2*F1) 0,0021*E*sin(2*M) 0,0012* sin(M'+2*F1) 0,0006*E*sin(2*M'+M) 0,0004* sin(3*M') 0,0003*E*sin(M+2*F1) 0,0003* sin(A1) 0,0002*E*sin(M-2*F1) 0,0002*E*sin(2*M'-M) 0,0002* sin(Omega)

maka waktu puncak gerhana adalah:

Puncak_gerhana = JDE + Koreksi_JDE


Sama seperti dalam perhitungan gerhana matahari di atas, waktu puncak gerhana yang diperoleh adalah dalam TDT (Terrestrial Dynamical Time). Untuk menyatakan dalam UT:

UT = TD - T

Rumus koreksi JDE untuk gerhana bulan di atas sedikit berbeda dengan untuk gerhana matahari (Subbab 1). Perbedaannya terletak pada koefisien pertama dan kedua. Untuk gerhana matahari: -0,4075 dan +0,1721, sedangkan untuk gerhana bulan: -0,4065 dan 0,1727. Magnitud gerhana dihitung dengan rumus:

Untuk gerhana penumbral:

Magnitud_gerhana = (1,5573 + u - ||) / (0,5450)

Untuk gerhana umbral

Magnitud_gerhana = (1,0128 - u - ||) / (0,5450)


Bila harga magnitud (umbral atau penumbral) kurang dari 0 (dengan kata lain: negatif), berarti tidak terjadi gerhana ybs.

e. hitung: waktu-waktu kontak dengan umbra dan penumbra

P = 1,0128 - u T = 0,4678 - u n = 0,5358 + 0,0400 cos (M') H = 1,5573 + u Semi_durasi_fase_parsial = 60/n * (|P2 - 2|)0,5 Semi_durasi_fase_total = 60/n * (|T2 - 2|)0,5 Semi_durasi_fase_parsial_di_penumbra = 60/n * (|H2 - 2|)0,5
Semi durasi yang dihitung di atas adalah dalam satuan menit. Maka:

Kontak 1 penumbra (P1) = Puncak_gerhana - Semi_durasi_fase_parsial_di_penumbra Kontak 1 umbra (U1) = Puncak_gerhana - Semi_durasi_fase_parsial Kontak 2 umbra (U2) = Puncak_gerhana - Semi_durasi_fase_total Ini adalah saat dimulainya fase gerhana total Kontak 3 umbra (U3) = Puncak_gerhana + Semi_durasi_fase_total Ini adalah saat berakhirnya fase gerhana total Kontak 4 umbra (U4) = Puncak_gerhana + Semi_durasi_fase_parsial Kontak 4 penumbra (P4) = Puncak_gerhana + Semi_durasi_fase_parsial_di_penumbra

3. Contoh Kalkulasi
1. Tentukan kapan gerhana matahari pertama pada milenium ke-3! Milenium ke-3 dimulai tanggal 1 Januari 2001. Ini adalah tanggal panduan kita. Harga k untuk tanggal 1 Januari 2001 ini adalah: k = 12,37. Maka gerhana matahari berikutnya adalah gerhana matahari yang terjadi pada tanggal yang berasosiasi dengan harga k > 12 dan berupa bilangan bulat. Untuk k = 13, 14, 15, 16, dan 17, tidak terjadi gerhana Untuk k = 18, terjadi gerhana matahari, dengan hasil perhitungan sbb:

k = 18 JDE = 2452081,6482

M = 166,4498 M' = 306,2691 = 96,6270 F = 352,7798 F1 = 352,7534 nilai mutlak selisih F dengan kelipatan 180 yang terdekat = 7,2202, dipastikan ada gerhana = -0,5698 u = -0,0093 tipe gerhana: gerhana total (sentral) Puncak gerhana: 21 Juni 2001 jam 12:05:22 TD Magnitud = 1,8276

Data gerhana matahari dari website gerhana Fred Espenak (NASA) memberikan puncak gerhana: 21 Juni 2001 jam 12:04 UT 2. Tentukan kapan gerhana bulan terakhir abad ke-19! Akhir abad ke-19 adalah 31 Desember 1900. Ini adalah tanggal panduan kita. Harga k untuk tanggal ini: -1224,5238. Tanggal gerhana terakhir yang terjadi pada abad ke-19 akan memiliki harga k (bilangan bulat ditambah 0,5) kurang dari harga k = -1224,5238. Sebagai iterasi pertama, ambil k = -1225,5. Kalkulasi memberikan:

k = -1225,5 JDE = 2415360,3611 M = 333,9388 M' = 62,9207 = 241,1594 F = 194,0081 F1 = 194,0314 nilai mutlak selisih F dengan kelipatan 180 yang terdekat = 14,0081, kemungkinan ada gerhana = -1,1149 u = 0,0011 tipe gerhana: gerhana penumbral Puncak gerhana: 6 Desember 1900 jam 10:26:24 TD Magnitud Penumbral = 0,8139 Magnitud Umbral = -0,1892. Karena magnitud umbral berharga negatif, maka gerhana bulannya tidak gerhana umbral. Dengan kata lain, gerhana bulannya adalah gerhana penumbral.

Data gerhana matahari dari website gerhana Fred Espenak (NASA) memberikan:

Puncak gerhana: 6 Desember 1900 10:26 UT. Magnitud Penumbral = 0,844 Magnitud Umbral = -0,180

You might also like