You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Setiap tenaga pendidik menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Peserta didik antusias mengacungkan tangan untuk menjawab merayakan memberikan

pertanyaan keberhasilan

atau

memberikan bertukar

pendapat, informasi

bersorak saling

mereka,

dan

semangat. Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan. Sikap peserta didik sering bermain game, kurang membaca, kurang bergairah, kurang aktif, kelas tidak berpusat pada peserta didik kurang bergairah, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah yang dihadapi MTs PKP JIS, khususnya untuk mata pelajaran TIK pada peserta didik kelas 7-1. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan ketuntasan belajar mereka dibawah KKM. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Sebenarnya tenaga pendidik telah berusaha menciptakan

pembelajaran agar peserta didik lebih aktif, diantaranya: pengamatan objek langsung, membuat modul, menggunakan media yang ada di

sekolah, dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan aktivitas secara maksimal Jika kondisi yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka tenaga pendidik tetap sebagai sumber informasi satusatunya dikelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan konsep dan hasil belajar TIK peserta didik tetap tidak maksimal, dan pembelajaran TIK jadi membosankan.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh metode number head together terhadap kemampuan TIK pada peserta didik ? 2. Apakah suasana belajar yang kurang menyenangkan

disebabkan karena pendekatan yang selama ini digunakan di kelas kurang tepat ? 3. Bagaimana fungsi pengajaran melalui metode number head together ? 4. Apakah kendala yang muncul pada pembelajaran TIKdengan metode number head together ?

C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar TIK Peserta didik Kelas 71 MTs PKP JIS Melalui Kuis Numbered-Head-Together E learning E-dukasi.net

D. Tujian Penelitian 1. Tujuan Umum Meningkatkan hasil prestasi belajar dalam pembelajaran TIK. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan penerapan cooperative learning untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar. b. Memberikan peserta didik pengalaman belajar yang

menyenangkan melalui penerapan number head together. c. Menanamkan kepada peserta didik sikap belajar yang mandiri dan kelompok dalam penerapan number head together.

E. Manfaat Penelitian Harapan peneliti semoga penelitian ini dapat bermanfaat : 1. Bagi Tenaga pendidik : Memiliki pengalaman professional untuk meningkatkan kualitas pengajaran dengan penerapan metode number head together. Tenaga pendidik sedikit demi sedikit dapat meningkatkan kompetensinya dalam merancang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dan tidak membosankan 2. Bagi Peserta didik : a. Meningkatkan motivasi belajar b. Mengatasi kesulitan belajar peserta didik. c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. d. Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapatnya dengan baik dan benar. 3. Bagi Sekolah a. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. b. Memberikan masukan bagi para tenaga pendidik ntuk menggunakan pendekatan yang tepat dalam upaya

meningkatkan kemampuan peserta didik. c. Memiliki referensi contoh penelitian yang mungkin dapat dijadikan acuan bagi tenaga pendidik mata pelajaran lain yang menghadapi masalah yang sama.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran kooperatif Menurut Nasution (2000: 94) Pelajaran akan lebih menarik dan berhasil, apabila dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman di mana anak dapat melihat, meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berfikir, dan sebagainya. Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat emosional. kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil pelajaran. Nur (1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik memahami konsepkonsep, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan tingkah laku kooperatif antar peserta didik sekaligus membantu peserta didik dalam pelajaran akademisnya. Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif. Setiap pendekatan memberi

penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

B. Model Pembelajaran Numbered head together Numbered head together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan tenaga pendidik dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab. Pada hakikatnya belajar adalah wujud aktivitas pada saat terjadinya pembelajaran di kelas. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas fisik dan mental peserta didik. Piaget (dalam Nasution: 2000) berpendapat bahwa, seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat, anak tak berfikir. Agar anak berfikir, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok memberikan aktivitas lebih banyak pada peserta didik. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution (2000 : 92), bahwa metode diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan diperpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada anak-anak. Pengintegrasian kuis seperti acara-acara di TV atau radio ke dalam proses pembelajaran bukan hal yang tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik.

DePorter (2005) mengatakan bahwa kegembiraan membuat peserta didik siap belajar lebih mudah dan dapat mengubah sikap negatif. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan mengintegrasikan kuis ke dalam proses pembelajaran, dengan harapan pembelajaran TIK jadi menyenangkan, peserta didik lebih aktif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

C. Hipotesa Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diformulasikan, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Penerapan Kuis Numbered-Head-Together E learning E-dukasi.net dapat menjadikan proses pembelajaran yang menyenangkan dan terdapat peningkatan hasil nilai pelajaran TIK pada peserta didik kelas 7-1 MTs PKP JIS

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian Setting dalam penelitian meliputi : tempat, waktu dan siklus PTK (Kunandar, 2008 : 278)

B. Tempat Penelitian MTs PKP JIS

C. Waktu Penelitian Januari sd Maret 2012

D. Subyek Penelitian Peserta didik kelas 7-2 MTs PKP JIS Jumlah peserta didik 27 orang Materi Pelajaran TIK, Kelas 7 Semester 2 Standar kompetensi, Mempraktekkan Keterampilan dasar komputer

E. Persiapan Untuk mendapatkan refleksi awal, peneliti melakukan tes awal yang berbentuk tes interview. Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi peserta didik sebenarnya tentang kemampuan penggunaan alat bantu TIK. Setelah peneliti mengetahui gambaran awal, peneliti

melakukan persiapan penelitian yang antara lain, menyusun rencana pengajaran sekaligus menyusun materi pembelajaran dalam number head together, membuat media pembelajaran menggunakan e-dukasi.net dan membuat instrumen penelitian

F. Siklus Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas 7-1 MTs PKP JIS tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 27 orang. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian terdiri dari 2 siklus. Pra Siklus 3 Februari, siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2012 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2012. Setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket.

Keterlaksanaan RPP dianalisis dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta saran dan komentar pengamat. Sedang aktivitas peserta didik dianalisis dengan melihat jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari butir-butir aktivitas peserta didik. Kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang, sedang, baik, dan baik sekali. Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar peserta didik dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal kali

seratus persen. Data yang diperoleh dari pengisian angket yang disebarkan setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan, dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase. Respon peserta didik dikatakan positif jika jumlah persentase kategori sangat setuju dan setuju lebih dari jumlah persentase kategori sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak menjawab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan yang dilakukan dalam 2 Siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

Pra Siklus No Unsur yang diamati RPP 3.1.1 1. 2. 3. 4. Keterlaksanaan RPP Aktivitas Peserta didik Hasil Belajar Respon Peserta didik 80% Tidak baik 75% Tuntas

Siklus I RPP 3.1.2 90% Baik 82% Tuntas

Siklus II RPP 3.2 100% Baik Sekali 100% Tuntas Positif

Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus I terjadi perubahan suasana kelas. Peserta didik dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat antusias untuk menjawab pertanyaan kuis,

mendengarkan soal kuis yang dibacakan dengan penuh perhatian. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan sebelum tindakan, yakni pada umumnya mereka kurang bersemangat bekerja secara kelompok, dan malas menjawab pertanyaan. Walaupun aktivitas

berinteraksi, menyamakan persepsi, saling menanyakan dalam kelompok,

dan kurang disiplin dalam menjawab soal masih merupakan butir yang lemah. Temuan lain pada siklus I adalah waktu tidak cukup, ada peserta didik yang berjalan untuk melihat hasil kerja kelompok lain, masih ada peserta didik yang langsung menjawab kuis sebelum ditunjuk, pertanyaan kuis di edikasi.net sangat bagus karena berhubungan dengan buku pegangan, tetapi dengan redaksi kalimat yang berbeda. Masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I direfleksi kemudian dievaluasi dan didiskusikan antara tenaga pendidik dengan pengamat untuk menemukan alternatif pemecahannya. Hasilnya adalah tenaga pendidik perlu mengelola waktu dengan baik, memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk mengetahui dan memahami jawaban pertanyaan di edukasi.net, perlu bimbingan yang intensif melatihkan pentingnya berfikir bersama, memberikan sanksi bagi anggota kelompok yang tidak disiplin dalam menjawab kuis, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan. Pada Siklus II aktivitas peserta didik dalam mengerjakan tugas , berfikir bersama (saling berinteraksi, saling meyakinkan, menyamakan persepsi, saling menanyakan jawaban) dan menjawab kuis merupakan butir-butir yang kuat. Peserta didik antusias mengerjakan tugas dan menjawab soal kuis.

B. Pembahasan Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak

terlaksananya bagian penutup disebabkan materi yang terlalu banyak dan peserta didik masih belum terampil menggunakan internet. Akibatnya waktu tidak cukup. Masih kemungkinan pembelajaran kurangnya aktivitas berfikir didik bersama belum pada terbiasa siklus I,

disebabkan yang

peserta

dengan

menekankan

pentingnya

saling

berinteraksi,

meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan tenaga pendidik dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. Tenaga pendidik hanya membimbing melakukan pengamatan dan membuat preparat. Ketidaktuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I ada

hubungannya dengan masih ada peserta didik yang bekerja sendiri dalam mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak peserta didik yang lemah dari pada peserta didik yang pintar. Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Peserta didik yang tidak disiplin menjawab soal kuis dapat diatasi dengan memberikan sanksi kepada kelompok berupa tidak boleh menjawab soal berikutnya. Bimbingan intensif baik dari segi

menyelesaikan tugas-tugas kelompok maupun mengajarkan keterampilan

sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas, berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab kuis cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas peserta didik. Sehingga kriteria aktivitas peserta didik baik sekali. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik. Dan dampak positifnya adalah meningkatnya hasil belajar peserta didik. Bentuk pertanyaan kuis yang dirancang tenaga pendidik berupa penggalan-penggalan deskripsi suatu konsep, memotivasi peserta didik harus berkonsentrasi mendengarkan soal yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab. Dari respon yang diberikan peserta didik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan merupakan hal baru, merasa senang mengikuti pelajaran, tugas, tugas merasa lebih siap mudah untuk dikerjakan, menjawab memotivasi pertanyaan,

mengerjakan

memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran TIK yang mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran numbered-head-together mendapat respon positif dari peserta didik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Pembelajaran TIK dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran meningkatkan kooperatif aktivitas numbered-head-together didik dalam dapat

peserta

berkelompok,

mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab kuis. 2. Pembelajaran TIK dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas 7-1 MTs PKP JIS. 3. Respon peserta didik terhadap pembelajaran TIK yang

mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together adalah positif.

B. Saran Hal-hal yang disarankan peneliti untuk tenaga pendidik-tenaga pendidik yang ingin melakukan penelitian yang sama adalah: 1. Pentingnya bekerja sama dalam kelompok sangat menentukan keberhasilan pembelajaran terutama dalam hal meningkatkan aktivitas peserta didik. 2. Dalam merancang pembelajaran ini perlu analisis materi yang akan diajarkan dengan alokasi waktu dan pengetahuan prasyarat peserta didik 3. Pengelompokan peserta didik harus betul-betul heterogen dari segi tingkat kecerdasan karena sangat menentukan keberhasilan kelompok.

Daftar Pustaka

DePorter, Bobbi., Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press UNESA. Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Nur, M. 1996. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun yang Akan Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Umum. Rachmadiarti, Fida. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Suharsimi., Suhardjono., dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Perum Balai Pustaka.

You might also like