You are on page 1of 10

Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi

Data Digitalization of Conservation and Research of the Three Species of Endangered Orchid in East Java Based on Geographic Information System Diah Harnoni Apriyanti1), Nina Dwi Yulia2)
1,2)

Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI Jl. Raya Surabaya Malang Km. 65, Purwodadi, Pasuruan Jawa Timur Telepon: 0341-426046, Faksimil: 0341-426046 E-mail: diah007@lipi.go.id1), nina002@lipi.go.id2) Abstrak

Data-data eksplorasi yang masih tersebar akan menyulitkan dalam pengambilan suatu kebijakan. Untuk itu sangat diperlukan knowledge management yang dapat mempermudah para pengguna data konservasi ini mengakses data-data tersebut. Knowledge management berupa digitalisasi data konservasi tiga jenis anggrek langka meliputi visualisasi daerah konservasi tiga jenis anggrek langka dalam bentuk peta beserta informasi tentang anggrek tersebut, baik yang didapat pada saat eksplorasi maupun informasi lain dari studi literatur. Tiga jenis anggrek langka yang dimaksud yaitu Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Sm., Ascocentrum miniatum, dan Dendrobium capra. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data eksplorasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Selanjutnya data yang didapat diolah mengggunakan software GIS (Geographic Information System) dan disusun menjadi sebuah program aplikasi berbasis komputer sehingga bersifat user friendly. Hasil yang diharapkan adalah data-data konservasi Anggrek terkumpul dan terangkum dalam satu aplikasi sehingga memudahkan dalam mengakses, menganalisa, pencarian data kembali maupun dalam mendukung pengambilan keputusan baik di tingkat peneliti Kebun Raya Purwodadi sendiri maupun di tingkat lembaga baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kata kunci: knowledge management, digitalisasi, data, konservasi, anggrek langka, aplikasi, komputer, Geographic Information System

Abstract Exploration data that still spread will be difficult for taking a policy. So that, it was needed knowledge management that could facilitate the users of conservation data to access the data easily. Knowledge management form is digitalization of conservation data of three species of endangered orchids, that cover of visualization of the orchids conservation area in map with information about its, both information that gathered from exploration and other information from study literature. The three species of endangered orchids are Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Sm., Ascocentrum miniatum and Dendrobium capra. The research method was collecting the exploration data from 2006 to 2008. Then the data that was received was processed using software GIS (Geographic Information System) and compiled into a application program based of computer so it was can be user friendly. The result that can be hoped is the orchids conservation data were gathered and summarised in one application so that it can be easily to access, analysis, search data again and support decision making both in the level of Purwodadi Botanic Garden researcher also the organization in short time and long time. Keywords: knowledge management, digitalization, data, conservation, endangered orchid, application, computer, Geographic Information System

Pendahuluan Kebun Raya memiliki peran penting dalam program konservasi tumbuhan khususnya tumbuhan langka termasuk didalamnya anggrek langka. Anggrek merupakan salah satu koleksi penting dan menarik di Kebun Raya Purwodadi, terutama jenis anggrek langka. Tidak sedikit jenis anggrek Indonesia mulai terancam keberadaannya di habitat alaminya, karena adanya bencana alam, kebakaran hutan, penebangan dan eksploitasi hutan yang tidak terkendali. Selain itu banyak jenis anggrek yang penyebarannya terbatas (endemik), diperkirakan sudah punah di tempat aslinya. Eksplorasi dan konservasi anggrek langka yang dilakukan oleh Kebun Raya Purwodadi dimulai tahun 2006 sampai dengan 2008. Ada 3 jenis anggrek langka yang berhasil dikonservasi oleh Kebun Raya PurwodadiLIPI. Tiga jenis anggrek langka yang dimaksud yaitu Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Sm., Ascocentrum miniatum, dan Dendrobium capra. Paphiopedilum merupakan kelompok anggrek yang mempunyai penyebaran terbatas akan tetapi banyak dicari untuk diperdagangkan. Cribb (1997) menyatakan bahwa 25 dari 60 jenis Papiophedilum sangat terancam keberadaannya di alam. Paphiopedilum glaucophyllum merupakan jenis anggrek endemik Jawa Timur. Jenis ini ditemukan di lereng G. Semeru

bagian Selatan pada ketinggian 200-700 m dpl (Comber, 1990). Namun, kerusakan dan penjarahan hutan yang terjadi pada saat ini menyebabkan populasi Paphiopedilum glaucophyllum tergolong dalam kategori extinct. Paphiopedilum glaucophyllum menjadi salah satu jenis tumbuhan prioritas untuk kegiatan konservasi di Kebun Raya Purwodadi. Kepunahan anggrek Paphiopedilum glaucophyllum di alam merupakan suatu kehilangan besar, karena anggrek spesies (anggrek alam) merupakan sumber genetik yang tidak ternilai. Dua jenis anggrek langka lainnya adalah Dendrobium capra dan Ascocentrum miniatum. Dua jenis anggrek langka ini meupakan anggrek epifit dan pada umumnya menempel di pohon Jati sebagai inangnya. Menurut Comber (1990) D. capra merupakan jenis anggrek endemik di kawasan hutan Jati Gunung Penanggungan, Pasuruan Jawa Timur. Banyaknya penebangan pohon Jati tua di kawasan hutan Jati mejadi salah satu penyebab sulitnya diketemukan 2 jenis anggrek tersebut di habitat alaminya. Selain itu D. capra juga dilaporkan pernah ditemui di Nusa Tenggara. Sedangkan A. miniatum memiliki persebaran lebih luas karena juga dijumpai di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi . Pendokumentasian data-data eksplorasi anggrek langka selama ini masih dalam bentuk dokumen-dokumen di atas kertas yang letaknya masih terpisah-pisah sehingga belum terkumpul dalam suatu pangkalan data berbasis komputer secara terpusat. Datadata eksplorasi yang masih tersebar akan menyulitkan dalam pengambilan suatu kebijakan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Oleh karena itu sangat diperlukan knowledge management yang disusun dalam suatu sistem berbasis komputer sehingga dapat mempermudah para pengguna data konservasi ini untuk mengakses data-data tersebut. Pada umumnya data-data hasil eksplorasi tersebut dilengkapi oleh titik koordinat keberadaan tumbuhan tersebut. Selama ini data titik koordinat tersebut hanya dituliskan berupa angka dan belum diaplikasikan secara visual posisi titik koordinat tersebut secara tepat di permukaan bumi ini. Oleh karena itu pemakaian aplikasi Sistem Informasi Geografis diharapkan akan mempermudah pengguna data mengetahui letak koordinat yang dimaksud dan mengetahui persebaran dari tumbuhan yang merupakan hasil kegiatan eksplorasi. Dengan konsep Knowledge Management, data-data konservasi dan hasil penelitian tiga jenis anggrek langka di Jawa Timur tersebut akan diorganisir bersama

komponen knowledge yang lain supaya bisa digunakan oleh orang lain. Skyrme dalam Setiarso, B (2006) mengemukakan definisi: Knowledge management is the explicit and systematic management of vital knowledge and its associated processes of creation, organisation, diffusion, use and exploitation. Knowledge management merupakan manajemen pengetahuan vital secara eksplisit dan sistematis dan proses yang berasosiasi pada pembentukan, pengorganisasian, difusi, penggunaan dan eksploitasi. Kebanyakan organisasi belum atau tidak mengetahui potensi knowledge tersembunyi yang dimiliki oleh anggotanya. Riset Delphi Group menunjukkan bahwa knowledge dalam organisasi tersimpan dalam struktur: - 42 % dipikiran (otak) karyawan; - 26 % dokumen kertas; - 20 % dokumen elektronik; - 12% knowledge base elektronik. Data ini menceritakan bahwa porsi knowledge yang paling besar (42%) tersimpan dalam otak saja. Knowledge semacam ini disebut dengan tacit knowledge, yaitu pengetahuan yang tersembunyi. Sedangkan materialisasi knowledge berbentuk dokumen kertas (26%), dokumen elektronik (20%) dan benda elektronik berbasis knowledge (12%). Potensi tacit knowledge tersebut harus digali untuk kemudian dieksplisitkan untuk kemudian diorganisir bersama komponen knowledge yang lain supaya bisa di-transfer kepada orang lain. Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) menurut Prof. Shunji Murai dari University of Tokyo, diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

Gambar 1. Komponen kunci dalam GIS Berdasarkan Gambar 1 di atas, komponen utama SIG adalah sistem komputer, data geospatial dan pengguna. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi. Bahan dan Metode Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kegiatan eksplorasi anggrek mulai tahun 2006 sampai 2008. Metode penelitian diawali dengan mengumpulkan data eksplorasi dari tahun 2006 sampai 2008. Selanjutnya data yang didapat diolah mengggunakan software GIS (Geographic Information System) dan disusun menjadi sebuah program aplikasi berbasis komputer sehingga bersifat user friendly (mudah digunakan oleh user). Hasil dan pembahasan Data eksplorasi yang dikumpulkan dari tahun 2006 sampai 2008 meliputi titik koordinat yang diambil dengan GPS, nama tempat, jenis anggrek, jumlah anggrek, ketinggian tempat, suhu udara, ketinggian tebing, kemiringan tebing, kelembaban udara, dan pohon inang. Data-data tersebut diolah menggunakan Mapinfo Proffesional 7.0,

database Microsoft Access dan dihubungkan dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 sehingga didapatkan tampilan program yang user friendly. Berikut adalah tampilan dari Sistem Informasi Geografi Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur:

Gambar 2. Tampilan aplikasi Sistem Informasi Geografi konservasi dan penelitian 3 jenis anggrek langka di Jawa Timur Dari aplikasi tersebut, kita dapat menggeser peta menggunakan tool yang telah disediakan, memperkecil dan memperbesar peta, mengukur jarak, membuat grafik, dan memprint peta. Menu yang disediakan di bagian atas antara lain File, Save dan About. Menu File terdiri dari Tampilan dan Exit. Menu Save terdiri dari Save copy, save tabel, save workspace, dan save gambar. Save copy berguna untuk menyimpan tabel dengan nama lain sehingga tidak mempengaruhi tabel yang sudah ada sebelumnya. Save tabel menyimpan tabel yang telah diubah. Save workspace menyimpan gabungan dari beberapa tabel sehingga membentuk suatu peta yang terdiri dari layer-layer. Sedangkan save gambar sendiri, menyimpan peta dalam format image seperti *.bmp,*.jpg, dan lain-lain. Sistem Informasi Geografis ini juga dilengkapi user manual atau menu Help pada Toolbar About sehingga memudahkan user dalam menggunakan sistem.

Selain Toolbar yang telah disediakan di bagian atas tampilan sistem, user juga dapat mencari data anggrek berdasarkan lokasi. User tinggal memasukkan lokasi, maka akan muncul jenis-jenis anggrek yang ditemukan di daerah tersebut. Misalnya user memasukkan lokasi Pronojiwo, maka akan muncul peta dengan lokasi Pronojiwo disertai data-data anggrek di daerah tersebut mulai dari ketinggian tempat anggrek yg didapat, data kelembaban, suhu, dan lain-lain seperti yang terlihat dalam gambar 3 berikut:

Gambar 3. Data anggrek Selain itu, user juga dapat mencari lokasi anggrek. Caranya dengan memasukkan jenis anggrek yang dicari, maka lokasi-lokasi jenis anggrek tersebut akan muncul dalam bentuk peta disertai keterangan singkat nama lokasi tersebut.

Gambar 4. Keterangan singkat jenis dan lokasi Khusus untuk Ascocentrum miniatum dan Dendrobium capra, dapat dilihat informasi mengenai pohon inang, banyaknya pohon inang dan jumlah anggrek yang menempel pada pohon inang tersebut seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Data Pohon Inang Dengan digitalisasi data eksplorasi dan hasil penelitian tiga jenis anggrek langka ini, salah satu manfaat yang akan diperoleh dari sistem tersebut adalah mengetahui persebaran anggrek hasil eksplorasi. Visualisasi berupa peta, memudahkan user untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana anggrek ditemukan, seperti terlihat pada gambar 6 berikut:

Gambar 6. Peta persebaran tiga jenis anggrek langka di Jawa Timur Dari gambar 6 tersebut, terlihat bahwa di wilayah Pakis banyak ditemukan anggrek Ascocentrum miniatum. Sedangkan untuk Paphiopedillum glaucophyllum banyak ditemukan di daerah Pronojiwo. Dan untuk Dendrobium capra banyak ditemukan di RPH Sukun. Dari ketiga jenis anggrek langka tersebut, jenis anggrek yang paling banyak jumlahnya adalah Ascocentrum miniatum. Di samping itu dengan penggunaan sistem ini pencarian data terhadap suatu jenis tumbuhan tertentu akan lebih cepat dan mudah. Kesimpulan dan saran Dengan penerapan digitalisasi data konservasi dan penelitian tiga jenis anggrek langka di Jawa Timur berbasis sistem informasi geografi ini, dapat mempermudah dan

mempercepat dalam pencarian data anggrek maupun lokasi eksplorasinya, termasuk hasil studi habitat dan populasi yang terangkum dalam satu aplikasi. Daftar Pustaka Anonim. 2008. Knowledge Management, a Practicioners Perspective. http://www.prasanna.org/KnowledgeManagement-101.ppt. Diakses tanggal 25 Mei 2008. Cribb.P.J. 1997. Slipper Orchids of Borneo. Sabah: Natural History of Published. Comber, J. B. 1990. Orchids of Java. England: Royal Botanic Gardens and Kew. Karman, M. 1999. Getting to Know Arcview GIS. California: ESRI Press. Nurfadilah, S. dan W. Santoso. 2006. Studi Habitat dan Inventarisasi Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Sm. di Desa Pronojiwo - Lumajang, Desa Tirtomarto dan Desa Tamanasri Malang. Prosiding Seminar Nasional Biologi IV Tumbuhan dan Peradaban Manusia. Jurusan Biologi Fak. MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pai, S. Nurfadilah dan N.D. Yulia. Studi Habitat Dan Inventarisasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr Di Kab. Malang. (Makalah dipublikasikan pada Seminar Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global di Kebun Raya Eka Karya Bali) Prayitno, T.A. 2009. http://www.geografiana.com/makalah/teknologi/bab-i-gisworkbook-vol-i-pengantar-gis. Diakses tanggal 17 Juni 2009. Risnandar. 2007. Geographic Information System (GIS) Training. Tim Gabungan Jaringan LIPI Jakarta. Setiarso, B. 2006. Teori, Pengembangan Dan Model Organizational Knowledge Management Systems (OKMS). http://ilmukomputer.com/2006/09/12/teoripengembangan-dan-modelorganizational-knowledge-management-systems-okms/, diakses tanggal 20 Mei 2008. Yulia, N.D. dan N.S. Ruseani. 2008. Studi Habitat dan Inventarisasi Dendrobium capra J.J. Smith di Kabupaten Madiun dan Bojonegoro. Jurnal Biodiversitas 9 (3):190193.

You might also like