You are on page 1of 20

2.

Pemberian Pakan Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun. HAMA DAN PENYAKIT Penyakit Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut: 1) Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip. Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya: Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK) Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati. Adapun asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal. Dengan demikian, ikan yang dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurami berupa benih dan ikan gurami konsumsi.

Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian perut berwarna kekuningkuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm. Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah dewasa. Namun demikian belum ada penetapan strain gurami yang standar dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu. Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut : Makanan GURAMI Seperti dikatakan bahwa Gurami adalah mahluk Vegetarian, atau kata anak saya Herbivor. Keuntungannya segala macam daun-daunan yang lembut strukturnya bisa di empan kan kepada gurami dewasa. Petani-petani jabar, selalu menjemur daun-daun yang akan diberikan kepada peliharannya terlebih dahulu sehingga layu, dengan demikian getah yang beracun bisa dinetralisir. Daun talas/keladi atau sente (jabar) yang tua, biasanya seberapapun makanan ini diberikan, akan ditarik-tarik oleh gurami sampai tinggal tulang-tulangnya. Dianjurkan menanam sendiri talas ini di tegalan kolam, dihalaman rumah, karena gurame tidak bisa hidup tanpa keladi, sampai menjadi tua-tua keladi. Daun ketela Singkong Daun Pepaya Kurang dianjurkan diberikan untuk biang Gurame karena merusak kantung telur. Daun Kangkung Daun ubi jalar juga tidak dianjurkan untuk diberikan kepada biang gurame.

Ketimun Tauge, bisa tauge kacang hijau, tauge kacang merah dan tauge dari bibit padi muda. Labu Talas Pellets Beberapa peternak membuat sendiri pellet yang terdiri Katul, tepung ikan, bungkil kedelai, protein Tepung Daging dan tambahan 10 tablet anti biotik untuk per 100 kg pelet. Jagung rebus. Sangat baik untuk mempercepat kematangan gonade sehingga memperpendek waktu pemijahan. Jumlah jagung rebus yang diberikan 3-5% berat badan induk. Menurut Heru Susanto, telur yang matang pada usia 45-60 hari bisa diperpendek menjadi 25-30 hari. Cara pemberiannya dengan menempatkan jagung pada anyaman bambu 0,5 x 0,5 meter, lalu ditenggelamkan sekitar 15 cm dengan jarak 0,5 m dari pinggir kolam. Pilih tempat yang terlindung dan tempat ikan berkumpul. Sekalipun kita beranggapan bahwa gurame adalah mahluk vegetarian, tetapi mereka tidak menolak anak semut (kroto), dedak, ampas tahu, bungkil kacang. Bahkan beberapa petani memasang lampu teplok dipinggiran kolam jika dilihatnya banyak serangka beterbangan. Serangga-serangga ini tertarik kepada cahaya lampu, dan ketika mereka mendekat lalu jatuh, maka gurame dengan suka cita melahapnya. Telor Gurami Sebelum ikan gurami mampu bertelur, tentunya ikan harus dimasukkan secara berpasangan dan kawin secara masal. Kawin campur dalam kolam tidak dibicarakan disini. Sebagai rule of thumb, seekor biang gurami memerlukan kavling 15-20 meter persegi. Pemacek (pejantan) boleh mengawini empat ekor biang. Mengintip gurami pacaran kata yang sering melihat adalah pengalaman mengasyikkan. Bila pejantan sudah mulai mengejar yang biang, maka kolam pemijahan harus disiapkan. Setahun, ikan bisa bertelur sampai dua kali. Beberapa petani berpengalaman bahkan bisa mencium bau amis yang ditimbulkan dari kolam sebagai tanda kesiapan berpijah peliharaannya. Perbaikan Kolam Kolam harus sudah dikeringkan, dan ditaburi kapur 100-200 gr/meter persegi guna membunuh hama dan parasit.

Kedalaman kolam harus 60-100 meter persegi Mempersiapkan sarang, di Jawa Barat, petani biasanya menyiapkan pengki atau sosok yang terbuat dari anyaman bambu, atau membuat lubang bergaris tengah 30 cm sedalam 35 cm untuk merangsang gurami menaruh telur ditempat yang sudah disediakan. Untuk bahan pembuatan sarang dapat menggunakan ijuk halus atau sabut kelapa. Petani Jawa Barat bahkan membuat bahan sarang dari karung plastik yang sudah di cabik-cabik memanjang seperti kertas pelindung barang pecah belah. Supaya tidak bertebaran di dalam kolam, maka ijuk yang sudah direndam semalaman dan disisir halus, dijepit dengan sebilah bambu secara longgar agar supaya mudah ditarik-tarik oleh ikan. Banyaknya ijuk sekitar 1-1,5 kg untuk sebuah sarang. Untuk mengetahui bahwa gurami sudah bertelur, masukkan lidi kedalam sarang, perhatikan apakah ada lapisan minyak keluar dari sarang untuk memastikan bahwa telur sudah ditempatkan didalamnya Penetasan Telur Gurami Membiarkan telur menetas secara alami biasanya tidak membawa hasil yang menggembirakan. Campur tangan petani sangat diperlukan. Memetik Sarang. Mengambil telur dari sarangnya harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bawa ember berisi air , lalu dekatilah sarang seperti orang mau menangkap burung, sebab sarang selalu dijaga oleh orang tuanya, sehingga diperlukan keahlian khusus. Cara membawa sarang harus dengan tutup sarang berada diatas. Membersihkan telur. Telur harus dipisahkan dari kotorannya. telur yang baik berwarna kuning mengkilat, sedangkan yang busuk berwarna putih susu dan keruh. Ambil hanya telur yang baik. Penetasan di petakan kolam Kolam yang dipakai biasanya yang berukuran kecil atau lebih sering dinamakan anak kolam atau petakan kolam. Kolam petakan terlebih dahulu harus disterilkan dengan cara mengeringkan dasr kolam, pemberian kapur sebanyak 100-200 gram per meter persegi, pemberian pupuk kandang 150-200 gr per meter persegi, pemberian pupuk urea 15-20 gr per meter persegi sehingga terciptta suasana kolam yang bersih, namun subur akan mikroorganisme yang dibutuhkan ikan kelak. Alirkan air kedalam kolam setinggi 35 cm dan biarkan sekitar 7-10 hari untuk memberikan kesempatan makanan alamiah pythoplankton berkembang biak dan menetralkan racun akibat pemupukan dan pengapuran.

Setelah telur dimasukkan kedalam kolam diberi tenda untuk melindungi telur dari sengatan terik matahari, dalam jangka waktu 20-30 hari akan muncul larva gurami. Cara ini memiliki kelemahan seperti sulit mengontrol adanya jamur parasit, kondisi air yang berubah-ubah, ancaman hama pengganggu terhadap larva yang masih lemah. Penetasan dalam wadah Cara ini sekalipun memerlukan perhatian terus menerus namun hasilnya lebih memuaskan karena selain lebih aman dari hama penyakit pengawasannya lebih mudah, sehat dan kaya oksigen serta lebih banyak kemungkinan telur menetas. Siapkan gentong, jamban dari tanah liat sebanyak dua buah, satu sarang memerlukan dua gentong. Lalu isi dengan air jernih sekitar separuh lebih sedikit. Letakkan gentong terapung diatas kolam penetasan, beri atap agar supaya tidak terkena air hujan yang bisa menggagalkan telur. Usahakan agar mendapat matahari pagi Pindahkan sarang yang berisi telur kedalam gentong. lalu uraikan ijuk dan telur akan jatuh kedalam gentong. Letakkan daun tebu diatas permukaan air dalam gentong. Air dalam pasu diganti setiap dua kali sehari. Caranya, masukkan saringan halus kedalam air. Air yang terkumpul di dalam saringan dikeluarkan melalui selang. Usahakan pergantian secara bertahap sehingga tidak terjadi goncangan pada telur dan tidak terjadi perubahan suhu mendadak. Minyak yang mengapung dalam gentong sebaiknya dibuang Lama penetasan adalah 2 minggu, telur yang tidak menetas (busuk) dibuang karena akan mencemarkan air. Selesai menetas biarkan anak gurami selama 10 hari dan jangan diberi makan. Setelah 10 hari diberi dedak campuran kuning telur.

Anatomi Kolam GURAMI Pengetahuan mengenai anatomi kolam dibutuhkan agar terhindar kesalahan konstruksi setelah kolam diisi ikan. PEMATANG

Membuat sebuah kolam sebetulnya membuat pematang atau tegalan. Bentuk pematang yang disukai dewasa ini adalah trapesium yang melebar di bagian bawahnya. Pematang retak atau bocor harus segera ditambal dengan tanah liat. Belut atau kepiting suka membuat lubang di pematang sehingga harus ditutup secepatnya. Pada saat bertelur nanti, gurami cenderung mengorek lunag berukuran 30 cm sedalam 30 cm sehingga hal-hal seperti ini harus diantisipasi oleh peternak. Idealnya bagian atas pematang dibuat selebar 1 meter, bagian bawahnya 1,5 meter dengan ketinggian 1 meter. Tegalan ini nantinya ditanami rumput untuk mencegah kelongsoran dan tanaman keladi, tanaman singkong yang bisa dimanfaatkan sebagai catu makanan gurami. SALURAN MASUK AIR Parit-parit air dibuat harus lebih tinggi daripada kolam. Bila air dibendung dengan bendungan sementara yang terdiri dari tumpukan bata, batu, papan dan bambu, maka permukaan air akan naik sehingga bisa mengairi kolam. Untuk menahan parit agar tidak longsor, sisi parit di tahan dengan anyaman bambu. SALURAN PEMBUANGAN AIR atau drainase Saluran pembuangan atau drainase sangat vital, biasanya saluran ini harus lebih besar sehingga kalau terpaksanya harus mengeringkan lebih dari satu kolam secara bersamaan, lubang saluran tidak kewalahan sampai sampai meluap. Tentu saja saluran ini dibuat lebih rendah daripada kolam. PINTU AIR MASUK Dipilih yang terbuat dari bahan pralon 4 yang dilengkali dengan elbo (knee) di kedua ujungnya. Kalau elbo ini diarahkan keatas bisa berubah fungsi sebagai pintu penutup. Sebuah saringan yang terbuat dari anyaman bambu kelak dipasang pada elbo sehingga berfungsi menyaring sampah, menyaring ikan gabus, sepat, ikan sapu-sapu yang tidak diinginkan memasuki kawasan kolam. Saluran air selain dibuat lebih tinggi dari 0,75 m, juga menjorok kedalam kolam sehingga terjadi efek grojogan, yang akhirnya merupakan suply oksigen PINTU AIR KELUAR Pintu ini harus dibuat agar supaya ikan kita tidak terbawa keluar. KEMALIR Sebuah parit kecil didalam kolam, tujuannya ketika kolam dikeringkan, ikan bisa digiring mengumpul kesuatu tempat yang lebih miring sehingga mudah ditangkap. Menurut Heru Susanto, ukuran yang ideal adalah lebar 40 cm, kedalaman 20 cm.

KOBAKAN Sama dengan kemalir, hanya dibuat lebih lebar misalnya panjang 1 meter lebah 2 meter. Tujuannya ya untuk menangkap ikan. PELATARAN Pelataran adalah kata lain dari dasar kolam secara keseluruhan. Pelataran dibuat miring ke arah saluran pembuangan. Lumpur dalam kolam harus kaya akan unsur hara yang sangat dibutuhkan ikan. Untuk mendapatkan harga yang baik, umumnya gurami dijual dalam keadaan hidup-hidup dan dagingnya tidak berbau lumpur.

Bau lumpur dalam tubuh Gurami diduga akibat senyawa geosmin akibat pekerjaan bakteri dan plankton. Dalam kolam yang tidak mengalir, akan terjadi penumpukan bahan organik secara terus menerus. Usia plankton sangat singkat, dan ketika mati menimbulkan bau busuk pada kolam dan pada ikan. MENCEGAH BAU LUMPUR Mengurangi intensitas matahari Jenis plankton akan tumbuh cepat bila terkena sinar matahari. Jika separuh kolam diberi naungan, maka populasi plankton dapat ditekan. Pemupukan yang seimbang Pemberian pupuk N dan P dengan perbandingan 4:1 akan menghambat pertumbuhan alga biru. Dosis pemberian adalah 7-14 mg setiap meter kubik air dapat dilakukan setiap minggu Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat

Usahakan pakan ikan jangan sampai tersisa sebab akan menjadi penyebab peningkatan mikro organisme Penyaringan air kolam Penebaran ikan pemakan plankton

Ikan mola, nilem dan sepat memiliki kemampuan memangsa plankton yang baik. Hanya penebaran ikan pemangsa plangkton harus diperhatikan agr supaya tidak terjadi perebutan pakan. Pengendalian secara Kimiawi. Dengan pemberian planktonsida kuprisulfan dan kuprisandoz. MENGHILANGKAN BAU LUMPUR Pemberaan Selama 3-5 hari ikan disuruh berpuasa dalam air tawar yang mengalir. Hasil penelitian, gurami yang berbobot setengah kiloan setelah diberakan dalam air tawar selama 7 hari ternyata telah terbebas dari bau lumpur dan dagingnya menjadi lebih kenyal. Pengolahan hasil Cara memasak gurami dengan menambahkan bumbu masak tradisional seperti kunyit, bawang merah, daun salam, dan serai dapat mengurangi bau lumpur dalam gurami. JENIS GURAMI Ikan Gurami (giant Gourami), diberi nama di jawa sebagai Gurameh, Brami, di Sumatera sebagai Kalui, dan di Kalimantan sebagai ikan Kali. Ikan gurami (Osphronemus gourami) mempunyai bentuk gepeng (compressed), yang muda bersikap agresif, tetapi sifat ini akan berkurang sejalan dengan umur gurami. Ikan gurami muda berdahi yang normal dan rata, semakin dewasa dahi ini makin tebal dan kelihatan menonjol. Pada ikan muda ada 8 buah garis tegak, yang akan hilang setelah ikan mulai menginjak dewasa. Petani mengenal dua jenis gurami, yaitu Gurami Soang (angsa) ikan ini yang bisa mencapai panjang 65 centimeter dengan berat 8 kilogram. Jenis yang lain Gurami Jepang hanya mampu tumbuh 3,5 kilogram dengan panjang maksimal 45 centimeter. Strain (bakat) yang berbeda inilah yang harus diperhatikan (sayangnya sukar menengarainya) jika ingin beternak Gurami. Gurame bule dan belang juga tidak jarang dijumpai. Bagi yang suka rumit-rumit, dalam kepengurusan partai kerajaan dunia hewan, ikan ini diklasifikasikan sbb: Klas: Pisces Sub klas: Teleostei Ordo: Labyrinthici Sub ordo: Anabantoidae Famili: Anabantidae Genus: Osphronemus Species: Osphronemus gouramy (Lacapede)

Selain lebih mahal, ikan Gurame memiliki banyak penggemar fanatik, sehingga cocok dikembangkan untuk menambang keuntungan. Ikan gurame adalah ikan air tawar yang banyak digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih. Dan, harganya pun lebih mahal kalau dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai perbandingan, harga gurame segar di tingkat konsumen Rp25.000 - Rp 35.00 per kg, sementara ikan mas Rp12.000 - Rp14.000 per kg. Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurame, antara lain: Angsa, Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Gurame Porselen lebih unggul dalam hal menghasilkan telur. Jika induk Bastar hanya mampu menghasilkan 2.000-3.000 butir telur, Porselen memproduksi 10.000 butir. Karena itu Gurame Porselen disebut top of the pop. Kolam yang baik untuk gurame berasal dari jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan gurame dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaan harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pembesaran gurame dapat dilakukan secara polikultur dan monokultur. Polikultur adalah cara pemeliharan gurame secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat pertumbuhan gurame lambat. Sedangkan monokultur, pemeliharaan khusus untuk gurame. Bibit yang ditebar minimal berumur 2 bulan. Debit air kolam yang baik 3 liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik. Dengan keasaman air (pH) 6,5-8, dan suhu berkisar 24-28 derajat C. Kolam budidaya gurame terdiri dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran berfungsi membesarkan benih. Adakalanya diperlukan juga beberapa kolam jaring berukuran 1,25-1,5 cm. Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. Kolam pemberokan adalah tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m. Makanan pokok ikan gurame berupa pelet. Namun, di daerah yang sulit memperoleh pelet dapat menggunakan alternatif lain, berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami. Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP atau Urea, 500 gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam. Panen gurame tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurame berumur 2-3 tahun. Umur

2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor, umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.

ASPEK PEMASARAN, BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN IKAN GURAMI


Januari 21, 2008 in ikan gurami karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di | tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS BERKUALITAS IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain MANAJEMEN AKUNTANSI ILMU KOMUNIKASI ILMU PEMERINTAHAN
022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

PRODUKSI DAN PERMINTAAN BENIH IKAN GURAMI Ikan gurami merupakan produk yang berbasis pada permintaan pasar domestik, dan belum merupakan produk ekspor. Namun demikian berdasarkan pengalaman petani ikan gurami, permintaan domestik terhadap ikan gurami cukup tinggi.

a. Produksi Benih Benih ikan gurami diproduksi oleh Balai Benih atau petani pembenih. Berdasarkan data Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000, jumlah produksi benih ikan gurami tercatat sebesar 280.079.000 ekor. Adapun wilayah yang paling banyak menghasilkan benih ikan gurami adalah di Pulau Jawa dengan proporsi produksi mencapai 72% dari produksi nasional. Adapun provinsi yang menghasilkan benih yang terbesar berdasarkan data tersebut adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 104.904.000 ekor. Tabel 3.1. Produksi Benih Ikan Gurami per Pulau (dalam ribuan ekor)

Provinsi

Tahun 2000

Sumatera Jawa - DKI Jakarta - Jawa Barat - Jawa Tengah - D.I Yogyakarta - Jawa Timur Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Irian Jaya Total

62.406 200.625 117 104.904 35.006 60.598 2.048 15.000 280.079

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000 Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Ket : = tidak ada data b. Permintaan Tidak diperoleh data mengenai jumlah permintaan benih ikan gurami. Namun berdasarkan data yang ada diketahui jumlah benih ikan gurami yang ditebar pada tahun 2000 sebesar 749,9 juta. Tabel 3.2. Jumlah Benih Ikan Gurami yang Ditebar di Kolam per Pulau (dalam ribuan ekor)
Provinsi Tahun 2000 1999 2000

Sumatera Jawa - DKI Jakarta - Jawa Barat - Jawa Tengah - D.I Yogyakarta - Jawa Timur Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Irian Jaya Total

44.003 843.412 301.783 523.264 1.524 16.841 6.270 114 893.799

45.495 747.604 147 122.235 67.667 1.645 554.912 1.801 794.900

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000 Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Ket : = tidak ada data

Sebagai gambaran terhadap permintaan benih, menurut BBI dan Disnakan Kabupaten Banyumas, permintaan telur di Kabupaten Banyumas untuk daerah Jawa Timur dan Yogyakarta saja mencapai 1 juta butir per minggu.

PRODUKSI DAN PERMINTAAN IKAN GURAMI KONSUMSI Produksi ikan gurami di Indonesia dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan berturut-turut dari 9.004 ton, 9.327 ton dan 13.339 ton masing-masing untuk tahun 1998,1999 dan 2000. Produksi ikan gurami terbesar ada di Pulau Jawa, dengan proporsi produksi lebih dari 70% dari produksi nasional. Adapun provinsi yang menghasilkan ikan gurami terbesar adalah provinsi Jawa Tengah dengan jumlah produksi sebesar 4.594 ton pada tahun 2000. Sedangkan provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat berturut-turut menghasilkan ikan gurami sebanyak 2.616 ton dan 2.317 ton. Tabel 3.3 menunjukkan produksi ikan gurami di masing-masing provinsi di Indonesia. Tabel.3.3. Produksi Ikan Gurami dari Kolam di Indonesia per Provinsi (dalam ton) No Provinsi Tahun 1999 10 288 864 773 80 16 40 199 214 1.979 2.588 163 1.822 80 197 11 3

1998 24 96 1.164 117 60 7 11 38 223 2.019 2.962 110 1.888 84 183 16 -

2000 19 282 1.067 1.122 77 24 46 132 252 2.317 4.594 476 2.616 100 209 5 1 -

1 NAD 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 D.K.I Jakarta 10 Jawa Barat 11 Jawa Tengah 12 D. I Yogyakarta 13 Jawa Timur 14 Bali 15 Nusa Tenggara Barat 16 Nusa Tenggara Timur 17 Kalimantan Barat 18 Kalimantan Tengah 19 Kalimantan Selatan 20 Kalimantan Timur 21 Sulawesi Utara 22 Sulawesi Tengah 23 Sulawesi Selatan

24 Sulawesi Tenggara 25 Maluku 26 Irian Jaya Total

2 9.004

9.327

13.339

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000 Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Ket : = tidak ada data Nilai produksi ikan gurami pada tahun 2000 secara nasional juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp 96,77 milyar menjadi Rp 175,1 milyar. Nilai produksi ikan gurami untuk masing-masing provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Nilai Produksi Ikan Gurami dalam Kolam di Indonesia Selama 2 tahun (dalam ribuan rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Provinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung D.K.I Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D. I Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Tahun 1999 38.100 3.004.875 8.549.222 3.019.800 1.163.400 76.781 260.717 1.392.300 2.537.355 23.156.500 5.805.251 1.762.650 39.160.578 826.037 5.788.000 223.100 8.700 2000 22.220 2.440.750 10.129.533 5.648.100 1.002.400 211.600 312.860 986.250 3.022.847 41.149.155 64.216.169 6.499.560 33.762.143 1.251.485 4.364.000 73.200 2.720 -

26 Irian Jaya Total

96.773.366

175.094.992

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Indonesia tahun 2000 Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Ket : = tidak ada data b. Permintaan ikan gurami Sama halnya dengan benih ikan gurami, tidak ditemukan data mengenai jumlah permintaan terhadap ikan gurami konsumsi. Namun bagi pembudidaya ikan di Banyumas, permintaan ikan gurami konsumsi dikatakan cukup tinggi. Beberapa sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan ikan gurami di Jakarta dan Jawa Barat di perlukan sekitar 12 ton/minggu dan belum dapat dipenuhi seluruhnya. PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR Dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, ikan gurami dapat dianggap memiliki keunggulan baik dari segi harga maupun permintaan konsumen sehingga dari segi persaingan dirasakan tidak ada masalah. Sementara itu permintaan yang cukup besar belum dapat dipenuhi dari produksi ikan gurami yang ada. Hal ini disebabkan oleh belum intensifnya teknologi budidaya ikan gurami. Dengan demikian, walaupun hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, peluang pasar masih terbuka. JALUR PEMASARAN Terdapat berbagai pihak yang terlibat dalam pemasaran ikan gurami mulai dari pembudidaya gurami (baik pembenih maupun pembesar), pengepul, banda, pedagang besar, pengecer dan konsumen. Pengepul adalah pedagang yang mengumpulkan atau membeli ikan gurami dari petani sedang bandar adalah pedagang pengumpul dengan modal dan skala usaha lebih besar dari pada pengepul. Selain dapat membeli gurami langsung dari petani, bandar juga dapat mengumpulkan gurami dari pengepul. Pedagang besar juga merupakan pedagang pengumpul, namun bergerak di sektor bisnis yang lebih luas, berbadan hukum dan telah terorganisir seperti pasar swalayan, supermarket dan supermarket grosir. Pengecer adalah pedagang lapak, pemilik kios, tukang sayur, hotel, restoran, katering, supermarket dan supermarket grosir. Konsumen adalah konsumen akhir yang membeli gurami untuk dikonsumsi dan tidak dijual lagi (Tim Lentera, Cermat dan Tepat Memasarkan Gurami, 2003). Pemasaran benih ikan dan ikan gurami konsumsi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada jalur pemasaran benih, pemasaran secara langsung dilakukan oleh petani pembenih kepada petani pembesar ikan, sedangkan pada jalur pemasaran ikan gurami konsumsi dilakukan oleh petani pembesar kepada konsumen akhir (misalnya konsumen rumah tangga di pasar). Pemasaran tidak langsung dilakukan melalui lembaga perantara (pengepul, bandar, pedagang besar dan pengecer). Pola distribusi secara tidak langsung bervariasi dapat menggunakan satu sampai empat lembaga perantara. Sehingga, karena pada setiap cabang pemasaran pelaku mengambil keuntungan, maka dengan semakin panjangnya jalur distribusi

pemasaran mengakibatkan harga ikan gurami yang diterima konsumen akhir menjadi semakin tinggi. a. Pemasaran benih Benih yang dihasilkan oleh pendeder dapat langsung di jual kepada pembesar ikan yang menjadi langganannya secara langsung atau melalui pedagang parantara. Penjualan benih biasanya disertai jaminan terhadap resiko kematian selama beberapa waktu tertentu (biasanya 1 sampai dengan 2 minggu), tergantung kesepakatan antara pembeli dengan penjual. Transaksi penjualan benih dapat dilakukan di pasar ikan atau di kolam ikan. Biasanya permintaan benih meningkat setelah hari raya yaitu untuk memenuhi kebutuhan benih yang akan dibesarkan setelah ikan gurami ukuran konsumsi habis di panen untuk hari raya. Adapun jalur pemasaran benih ikan gurami oleh pembudidaya di Banyumas Utara adalah sebagai berikut : pendeder menjual berupa telur kepada pembudidaya di Jawa Timur sedangkan benih ikan di jual kepada produsen ikan gurami konsumsi di Banyumas Selatan yang merupakan wilayah usaha pembesaran. Disana ikan gurami mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan di Banyumas Utara yang merupakan wilayah usaha pendederan (lihat pembagian wilayah pada Box 1). Setelah mencapai ukuran konsumsi, ikan gurami konsumsi (GK) dijual kembali kepada pendeder yang sekaligus berusaha sebagai penjual ikan. Biasanya ikan gurami konsumsi akan dikarantina dan diberokan dulu di kolam pemberokan sebelum di jual kepada pengecer di Jawa Barat. Pola jual beli ikan seperti ini tidak berdasarkan pada suatu perjanjian tertulis, namun dapat menjamin pasokan pedagang karena pedagang ikan biasanya telah mempunyai pelanggap tetap. Jalur pemasaran tersebut diilustrasikan pada Skema 3.1. Skema 3.1. Jalur pemasaran benih ikan gurami

b. Pemasaran gurami konsumsi Ikan gurami konsumsi di jual dari pembudidaya kepada pedagang pengumpul untuk selanjutnya di jual kepada pengecer yang diteruskan kepada konsumen akhir. Namun demikian ada kalanya

pembudidaya ikan langsung menjual kepada konsumen akhir. Biasanya penjualan ikan gurami konsumsi meningkat pada saat perayaan hari-hari besar. Jalur pemasaran tersebut diilustrasikan pada skema 3.2. Skema 3.2. Jalur pemasaran ikan gurami konsumsi

Waktu penjualan ikan gurami ditentukan oleh kebutuhan pembudidaya terhadap uang dan atau permintaan pasar. Apabila petani membutuhkan uang maka dia akan menjual ikannya walaupun belum mencapai ukuran konsumsi. Demikian juga halnya apabila ada permintaan pasar untuk ikan ukuran tertentu akan dijual sepanjang tercapai kesepakatan harga. Hal ini sangat dimungkinkan terutama pada usaha pendederan karena ikan gurami dapat dijual pada berbagai ukuran. Sehingga pembudidaya tidak selalu memelihara benih ikan dengan ukuran yang sama setiap periode pemeliharaan tergantung pada kebutuhan keuangannya dan permintaan pasar. HARGA Harga ikan gurami ditentukan oleh kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Harga ikan gurami di suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh produksi di daerah lain karena sistem transportasi memungkinkan terjadinya perpindahan produk dari satu daerah ke daerah lainnya. Berdasarkan hal ini, produksi ikan yang melimpah pada suatu daerah dapat mengakibatkan pasar ikan gurami di daerah konsumsi ikan mengalami kelebihan penawaran sehingga terjadi penurunan harga. Harga per kilogram ikan gurami konsumsi di tingkat pembudidaya adalah Rp 15.000 sedangkan di tingkat konsumen dapat mencapai Rp 20.000. Pada saat terjadi penurunan harga ikan, harga di tingkat pembudidayaan turun menjadi Rp 12.000 per kg sedangkan di tingkat konsumen turun menjadi Rp 18.500 per kg. KENDALA PEMASARAN Penetapan waktu menjual yang ditentukan oleh kebutuhan keuangan petani dapat mengakibatkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi pembudidaya karena kebutuhan yang mendesak akan memperlemah posisi tawar mereka sehingga dapat mengakibatkan penjualan ikan dengan tingkat harga yang lebih rendah. Apalagi apabila pemasaran ikan dilakukan secara sendiri-sendiri. Sebagai alternatif untuk meningkatkan posisi tawar pembudidaya, pembudidaya hendaknya bergabung pada satu wadah kelompok tani atau koperasi yang berfungsi sebagai lembaga pemasaran sehingga penetapan harga akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Wadah tersebut nantinya dapat bermitra dengan perantara pemasaran. Walaupun di beberapa tempat ditemukan adanya wadah tersebut, namun belum berfungsi sebagai lembaga pemasaran produk secara kolektif.

Ikan gurame adalah ikan air tawar yang banyak digemari konsumen. Dagingnya empuk, rasanya enak dan gurih. Dan, harganya pun lebih mahal kalau dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai perbandingan, harga gurame segar di tingkat konsumen Rp25.000 - Rp 35.00 per kg, sementara ikan mas Rp12.000 - Rp14.000 per kg. Selama ini masyarakat mengenal beberapa jenis gurame, antara lain: Angsa, Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Gurame Porselen lebih unggul dalam hal menghasilkan telur. Jika induk Bastar hanya mampu menghasilkan 2.000-3.000 butir telur, Porselen memproduksi 10.000 butir. Karena itu Gurame Porselen disebut top of the pop. Kolam yang baik untuk gurame berasal dari jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah seperti ini dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Kemiringan tanah berkisar 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan gurame dapat tumbuh normal di daerah pada ketinggian 50-400 m dpl. Kualitas air pemeliharaan harus bersih, dasar kolamnya tidak berlumpur dan tidak terlalu keruh. Kedalaman kolam 70-100 cm. Pengairan yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pembesaran gurame dapat dilakukan secara polikultur dan monokultur. Polikultur adalah cara pemeliharan gurame secara bersama-sama dengan ikan jenis lain, seperti tawes, mas, nilam, atau mujair. Cara ini lebih menguntungkan, mengingat pertumbuhan gurame lambat. Sedangkan monokultur, pemeliharaan khusus untuk gurame. Bibit yang ditebar minimal berumur 2 bulan. Debit air kolam yang baik 3 liter/detik, sedangkan polikultur idealnya 6-12 liter/detik. Dengan keasaman air (pH) 6,5-8, dan suhu berkisar 24-28 derajat C. Kolam budidaya gurame terdiri dari kolam penyimpanan induk, pemijahan, pendederan, pembesaran, dan pemberokan. Kolam pembesaran berfungsi membesarkan benih. Adakalanya diperlukan juga beberapa kolam jaring berukuran 1,25-1,5 cm. Jumlah bibit yang ditebar sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. Kolam pemberokan adalah tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Kolam ini berukuran 10 x 10 m. Lebar pematang bagian atas 0,5 m, dan bagian bawah 1 m dengan ketinggian 1 m. Makanan pokok ikan gurame berupa pelet. Namun, di daerah yang sulit memperoleh pelet dapat menggunakan alternatif lain, berupa daun-daunan, seperti: pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemupukan sebaiknya dilakukan setiap kali pemeliharaan, dan pada saat kolam dikeringkan, dengan tujuan untuk meningkatkan makanan alami. Caranya, pertama-tama diberi pupuk kandang 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam. Air disisakan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 10 cm, dan dibiarkan selama 3 hari. Kemudian dilanjutkan pupuk buatan (kimia), seperti TSP

atau Urea, 500 gram setiap 100 m2 kolam. Pupuk ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam. Panen gurame tergantung permintaan konsumen. Umumnya, setelah gurame berumur 2-3 tahun. Umur 2 tahun, ukuran panjangnya mencapai 25 cm, dan berat 0,3 kg/ekor, umur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan beratnya 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor.

Ikan gurame termasuk ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan pasarnya tetap tinggi, namun pasokannya rendah. Keadaan ini mejadikan harga ikan ini tetap tinggi. Bahkan dari semua jenis ikan air tawar, harga ikan gurame selalu stabil dari waktu ke waktu. Pada tahun 2007, gurame konsumsi bisa dijual dengan kisaran harga Rp. 25.000,00 Rp. 35.000,00. Harga ini berlaku di Jawa Barat. Secara garis besar, kegiatan budidaya ikan dibagi kedalam dua tahapan, yaitu pembenihan dan pembesaran. Namun kedua kegiatan itu masih dilakukan secara tradisional, atau masih menggunakan cara-cara lama. Budidaya ikan gurame dianggap tidak maju pesat seperti ikan nila, mas dan ikan-ikan lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sifat-sifat biologis dari ikan gurame itu. Salah satu tanda budidaya ikan tradisional adalah padat penebaran di kolam rendah. Keadaan itu menyebabkan produkstivitas lahan menjadi rendah, karena dalam suatu luasan tidak menghasilkan ikan dalam jumlah tinggi. Dilihat dari segi usaha dianggap tidak maksimal. Berbeda dengan budidaya intensif, dimana dalam satu luasan bisa menghasilkan ikan dalam jumlah yang tinggi. Tanda lainnya adalah pemberian pakan tambahan pada setiap tahapan kegiatan tidak bisa dilakukan dengan dosis tinggi. Ini disebabkan karena sifat ikan gurame yang fasif dalam menangkap pakan tambahan. Jadi jumlah pakan yang dikonsumsinya tidak banyak seperti ikan mas dan nila. Selain itu lingkungan hidup gurame dalam air yang tenang, tidak mengalir deras. Jadi

sisa-sisa pakan dan kotoran tidak bida keluar menyebabkan kualitas air di kolam menurun.

kolam. Hal ini bisa

Selain kedua tanda di atas, tanda dari budidaya tradisional yang bisa dilihat adalah ikan gurame tidak dipijahkan secara buatan, misalnya dengan melalui teknik hipofisasi, mengingat ikan ini bisa memijah secara alami. Pemijahan buatan tidak bisa memberikan keuntungan yang bearti, karena jumlah telur dalam seekor induk sangat sedikit. Selain itu, ketergantungan ikan gurame pada alam sangat tinggi, dimana dalam proses pemijahan harus melalui dulu proses adaftasi terhadap lingkungan. Meski budidaya ikan gurame masih dilakukan secara tradisional, tetapi usaha ini tetap menguntungkan, karena harga jual ikan konsumsi dan benih masih lebih tinggi dari biaya produksi. Jadi masih banyak keuntungan yang bisa diperoleh dalam setiap periode pemeliharaan. Makanya budidaya ikan gurame tetap berkembang dimana-mana. Untuk menguji kelayakan budidaya ikan gurame, baca analisis usaha pembenihan dan analisis usaha pembesaran pada tulisan lain.

You might also like