You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berdasarkan data yang didapatkan dari laporan world Health Organization (WHO) pada tahun 2005, angka kematian anak usia dibawah 5 tahun adalah sebesar 6,6 juta dan 4 juta diantaranya meninggal sebelum usia 28 hari kehidupannya. Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Asia lebih dari 40% kematian bayi global terjadi disini dan sebanyak 75% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kelahiran . Menurut data yang didapat pada profil kesehatan Indonesia tahun 2008, angka kematian balita adalah sebesar 44 setiap 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34 setiap kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatus secara umum disebabkan oleh adanya kelahiran prematur (28%), infeksi yang berat (26%) dan asfiksia (23%).

Di seluruh dunia, setiap tahunnya lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. Jumlah tersebut adalah setara dengan 15,5% dari seluruh bayi yang dilahirkan. berkembang. Dari jumlah tersebut di atas, 95,5%nya dilahirkan di negara

Di Kecamatan Keruak, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 1992 1993 Ronoatmodjo menemukan angka kematian neonatus sebesar 58 per 1000 kelahiran hidup. Saat ini angka kematian bayi diperkirakan 110 per kelahiran hidup (Ronoatdmojo, 1996).

Adapun penyebab utama kematian neonatus antara lain gangguan perinatal (42,3%) dan tetanus nenonatarum (39,5%) (Depkes RI, 1995). Pada gangguan perinatal, penyebab utamanya ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yang dimaksud BBLR adalah lahir kurang dari 2500 gram (FKUI, 1981 dan Depkes RI, 1995). Kematian nenonatus dan kejadian BBLR ini saling berhubungan dan kematian neonatal yang disebabkan oleh BBLR memang cukup tinggi (Depkes RI-Unicef, 1988).

Penelitian di Kecamatan Keruak, Nusa Tenggara Barat, tahun 1992-1993 menemukan bayi yang lahir hidup dan meninggal sampai hari ke-7 sebanyak 33,8 per 1000 kelahiran bayi. Dan lebih 50% dari bayi yang mati itu adalah anak dengan BBLR (Ronoatdmojo, 1996). Kenyataan tersebut didukung oleh fakta yang masih berlangsung hingga kini di masyarakat dengan ciri khas sosial budaya sederhana, bahwa kematian neonatus belum dianggap sebagai suatu masalah. Keluarga maupun masyarakat tidak mengenal sang bayi sebelum ia mampu bertahan hidup melewati masa krisis, yaitu umur satu minggu sampai 40 hari atau lebih. Oleh karena itu, pada masyarakat tertentu seringkali nama bayi baru lahir diberikan setelah melalui priode krisis ini. Seandainya bayi itu meninggal sebelum berumur 40 hari, kehamilan tersebut dihapus dari ingatan si ibu dan keluarga (WHO, 1993).

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga. Oleh karena

itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan di negara

manapun. Hal ini disebabkan karena perawatan bayi BBLR ini memerlukan biaya yang tinggi karena bayi tersebut memerlukan perawatan dalam inkubator. Selain itu perawatan inkubator memIliki kendala yaitu adanya keterbatasan jumlah inkubator, pengetahuan dan kemampuan dari staf rumah sakit sehingga hal ini dapat mempengaruhi angka kematian pada neonatus dinegara tersebut. Inkubator juga menyebabkan bayi terpisah dari ibunya dan kurang adanya kontak dengan ibu.

Sebuah studi penerapan Metode Kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki inkubator dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di Manama Mission Hospital, Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan survival bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram dari 10% menjadi 50% dan bayi berat lahir 1.500-1.999 gram meningkat dari 70% menjadi 90 persen.

Studi multisenter oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care dilakukan selama setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia), Yogyakarta (Indonesia), dan Merida (Meksi-ko). Tujuannya, menilai kelayakan, penerimaan, efektivitas, dan biaya metode kanguru dibandingkan cara konvensional (ruang hangat dan inkubator). Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru secara signifikan lebih rendah dibandingkan cara konvensional. Kelompok bayi yang dirawat dengan metode kanguru juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat badan lebih baik, dan lama perawatan di rumah sakit lebih pendek. Metode kangguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan alat dibanding cara konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai Metode Kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman.

Penelitian yang dituangkan dalam bukunya sentuhan manusia yang paling berati adalah kulit. Ternyata menyentuh, membawa, mengayun dam merawat bayi prematur merupakan pengalaman dasar Metode Kangguru (Ashley Montagu Colombia, 1971).

Asi melindungi bayi dari infeksi dan bayi yang mendapat ASI memiliki pertumbuhan pada usia 18 bulan yang lebih baik daripada mendapat susu formula. Ibu yang berencana menyusu sebaiknya menggunakan pompa payudara setelah bayi lahir untuk merangsang payudara. Apabila bayi mampu menghisap, ibu harus menyusui untuk mendorong produksi susu lebih lanjut. Pada waktu pemulangan dari rumah sakit sebagian besar bayi prematur membutuhkan pemberian ASI paling sedikit 1,5-2 jam.

Angka Kematian Bayi, khususnya kematian pada bayi baru lahir (neonatal), masih berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi di Indonesia 80\% penyebab kematian terutama diakibatkan oleh pneumonia, malaria, diare, dan masalah gizi buruk. salah satu solusi dalam mengurangi penyebab kematian pada ibu dan bayi adalah melalui pemberian ASI dalam 1 jam pertama yang dinamakan Inisiasi Menyusu Dini , dan dilanjutkan pemberian secara eksklusif selama 6 bulan, kemudian diteruskan selama 2 tahun pertama atau lebih.

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tahun 2007, memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Berdasarkan SDKI tahun 2007, hanya 32 \% bayi dibawah 6 bulan mendapatkan ASI

eksklusif. Jika dibandingkan dengan SDKI tahun 2003, proporsi bayi dibawah enam bulan yang mendapatkan ASI esklusif menurun sebanyak 6 poin. Rata-rata, bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan pertama, ini terlihat dari penurunan prosentase SDKI 2003 yang sebanyak 64\% menjadi 48\% pada SDKI 2007. Sebaliknya, sebanyak 65 \% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI selama tiga hari pertama.

Dari

beberapa

yang

penelitian

bayi

memakai

Metode

Kangguru

dapat

mempermudahkan bayi minum ASI, produksi ASI lebih meningkat, masa laktasi lebih lama, dan waktu menangis berkurang. Selain itu dengan lamanya menyusu dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi karena meningkatnya produksi ASI. Selain itu dapat meningkatkan berat badan pada bayi sehingga bayi segera dapat pulang.

Dari fenomena diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Metode Kangguru Terhadap Lamanya Menyusu Pada Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Karya Medika I

B. Rumusan Masalah Hampir setiap tahunnya lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah. Jumlah tersebut adalah setara dengan 15,5% dari seluruh bayi yang dilahirkan. Dari jumlah tersebut di atas, 95,5% dilahirkan di negara berkembang. Salah satu solusi mengurangi penyebab terjadinya bayi dengan berat badan lahir rendah adalah

pemberian ASI 1 jam yang pertama. ASI selain mengandung gizi yang cukup lengkap, juga mengandung zat imun untuk kekebalan tubuh.

Perawatan Metode Kangguru merupakan hal yang sangat bermanfaat pada bayi dengan berat lahir rendah untuk pemberian gizi, kekebalan tubuh dan meningkatkan kontak dekat ibu anak. Karena bayi merasakan kenyamanan bersentuhan kulit dengan kulit ibu. Dampak dari perawatan metode kangguru juga meningkatkan berat badan bayi.

C. Pertanyaan Penelitian Apakah ada hubungan perawatan metode kangguru dengan lamanya menyusu pada bayi berat lahir rendah setelah perawatan di Rumah Sakit Karya Medika I.

D. Tujuan Penelitian a) Tujuan Umum

b) Tujuan Khusus E. Manfaat Penelitian a) Institusi Pelayanan Kesehatan b) Institusi Pendidikan

c) Peneliti

d) Klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Perkembangan Bayi Berat Lahir Rendah Biarpun sering dikatakan bahwa kehamilan berakhir sampai sembilan bulan (38 minggu), idealnya bayi lahir 40 minggu. Bayi yang lahir di antara 38-42 minggu dipertimbangkan sudah aterm atau cukup bulan. Sedangkan yang dilahirkan pada umur kehamilan 37 minggu atau kurang disebut prematur atau kurang bulan.

Di Amerika sebesar 7% bayi-bayi dilahirkan prematur diperkirakan sebesar 25.000 bayi lahir dalam satu tahun (Ludington, 1993 :4). Sebagian besar bayi prematur itu mempunyai berat lahir rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram.

Kelahiran prematur telah ditangani sejak tahun 1987 sampai sekarang diperkirakan masih banyak bayi prematur yang memerlukan perawatan

khusus di rumah sakit di berbagai negara. Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran serta keterampilan dokter dan perawat dalam menyelamatkan bayi-bayi yang lahir pada umur kehamilan 24-26 minggu kini tidak diragykan lagi. Ternyata teknologi canggih seperti inkubator yang dapat menolong kelangsungan hidupnya, bayi prematur di rumah sakit memerlukan inkubator pada minggu-minggu pertama atau sampai beberapa bulan kehidupannya. Diperkirakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan 26 minggu harus berada dalam inkubator selama 3 bulan akan tetapi ada juga yang tidak dapat bertahan hidup (Ludington, 1993 dan Usman, 1996). Pada bayi prematur dengan umur kehamilan 19 minggu hanya sistem sensorinya yang berfungsi baik. Pada saat bayi tersebut dilahirkan hanya dapat melihat, merasakan, menyentuh, mencium, mengecap dan meraba. Diperkirakan sistem sensori ini sangay sensintif karena perkembangan otaknya belum sempurna untuk menyaring rangsanga. Mendengar bisikan saja akan menimbulkan detak jantung lebih cepat, pernafasan terhenti, kulitnya berubah dari merah jambu menjadi biru. Bayi akan berusaha menghindar dari sinar terang serta cepat beraksi terhadap sentuhan, seringkali setiap perubahan diikuti rasa sakit (Lusington, 1993; Davanzo, 1993)

Pada bayi prematuritas murni (true premature) makin rendah masa gestasi akan semakin kecil bayi yang dilahirkan itu, maka makin tinggi pula angka

kesakitan dan kematiannya (Usher, 1975; Lubhenco, 1976; Boedjang dkk, 1979).

Dengan pengelolaan yang optomal melalui berbagai cara, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritas dapat diatasi.

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematika pada derajat prematuritas. Maka Usher di tahun 1975 menggolongkan BBLR dalam 3 kelompok : a) Bayi sangat prematur (umur kehamilan 24-30 minggu) b) Bayi prematur sedang (umur kehamilan 31-36 minggu) c) Bayi prematur ringan (unur kehamilan 37-38 minggu)

2. Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat lahir.

Ada dua golongan bayi berat lahir rendah : a. Prematuritas Murni Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. b. Bayi small for gestational age (SGA)

Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan kehamilan. SGA sendiri terdiri atas 3 jenis : a) Simetris Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama b) Asimetris Yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir kehamilan c) Dismaturitas Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi menngalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

3. Etiologi etiologi atau penyebab berat badan lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut : 1) Komplikasi obstetri a) Plasenta previa b) Ada riwayat kelahiran prematur 2) Komplikasi medis a) Diabtes maternal b) Hipertensi kronis c) Infeksi traktus urinarius

3) Faktor ibu a) Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan anterpartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular b) Usia ibu : angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia 26-35 tahun. c) Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematurnitas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan atenatal yang kurang. d) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok

4. Manifestasi Klinis Manifestai klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut : a. b. c. Berat badan kurang dari 2500 gram Panjang badan kurang dari 45 cm Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm

d. e. f. g.

Masa gestasi kurang dari tubuh Kepala lebih besar dari tubuh Kulit tipis, transparan dan lemak subkutan sangat sedikit Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering mendapat serangan apnea

h.

Bayi lebih banyak tidur daripada bangun, refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

5. penatalaksanaan a. Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas b. Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium c. Bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dari lemak subkutan d. e. Motivasi ibu untuk menyusu dalam 1 jam pertama Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang untuk mencegah hipogglikemia

B. Konsep Tidur Bayi 1. Karakteristik Perilaku Bayi baru lahir yang sehat harus menjalani fungsi fisiologis supaya dapat tumbuh normal. Karakteristik perilaku membentuk dasar kemampuan sosial

bayi baru lahir. Sampa pertengahan abad ini, fokus riset perkembangan anak berkisar pada pengaruh lingkungan terhadap bayi. Bayi dianggap lahir tanpa kepribadian dan juga tanpa kemampuan untuk bertinteraksi.

Dewasa in, diketahui bahwa bayi lahir telah dilengkapi dengan kemampuan untuk memulai interaksi sosial dengan orang tuanya segera setelah lahir. Riset menunjukkan bahwa kepribadian individu dan karakteristik perilaku bayi baru lahir memainkan peran utama dalam hubungan bayi dengan otang tuanya.

(Brazelton, 1994), mencatat pentingnya kondisi perilaku bayi baru lahir. Ia yakin bahwa respon perilaku bayi baru lahir mengindikasikan adanya kontrol pada korteks, kemampuan memberi respon, dan akhirnya penatalaksanaan lingkungan bayi tersebut. Ia menekankan pentingnya interaksi bayi-orangtua. Melalui responnya, bayi bertindak untuk mengsolidasi hubungan atau menjauhkan diri dari orang-orang dalam lingkungan dekatnya. Melalui tindakannya, ia memperkuat atau melemahkan ikatan dan aktivitas pemberian perawatan. Perkembangan cinta orang tua-anak tidak terjadi tanpa umpan balik, baik karena perpisahan maupun karena umpan balik yang

disalahartikan, dapat mengganggu pertumbuhan cinta orang tua.

Salah satu tugas yang harus dicapai orang tua ialah menyadari keunikan respon perilaku bayi mereka yang bary lahir. Brazelton (1969) menyatakan bahwa bayi baru lahir yang normal berbeda satu sama lain dalam hal aktivitas

(aktif, rata-rata,pasif), pola makan, pola tidur, dan kemampuan berespon sejak mereka dilahirkan. Skala Perilalu Neonatus dari Brazelton (The Brazelton Neonatal Behavioral Assessement Scale (NBAS) digunakan untuk menilai karaktersitik unik bayi baru lahir, yakni sebagian tergantung pada keadaan tidur-terjaga tersebut. Brazelton menyatakan bahwa reaksi orang tua terhadap bayi baru lahir sebagian ditentukan oleh perbedaan ini.

Karakteristik perilaku, misalnya karakteristik fisik berubah selama periode transisi. Periode ini terdiri dari fase-fase tidak stabil yang dilalui bayi dalam 68 jam pertama setelah lahir. Pengetahuan fase-fase ini membantu meningkatkan ikatan dan keberhasilan dalam pemberian makan.

Setelah 30 menit pertama, bayi baru lahir akan mengantuk dan tidur. Bayi baru lahir ini terlihat rileks dan tidak memberi respon dan sulit dibangunkan pada perode ini. Periode tidak aktif ini bisa berlangsung 2-4 jam.

2. Siklus Tidur-Terjaga Variasi tingkat kesadaran bayi baru lahir disebut Siklus Tidur jaga (Brazelton, 1984). Siklus ini membentuk siklus berkelanjutan, yang terdiri dari yang dalam, narkosis, atau alergi di satu sisi dan iritasi disisi lain.

Ada dua keadaan tidur yaitu, tidur yang dalam serta tidur yang tidak dalam dan ada 4 tahap terjaga, yakni keadaan mengantuk, waspada-tenag (quite

alert), waspada-aktif (active alert), dan menangis. Kemampuan bayi untuk menguasai atau memodifikasi responya yang bervariasi sejalan pergerakan mereka dari suatu tingkat tidur tertentu atau suatu kondisi terjaga tertentu ke tingkat yang lain. Reasksi mereka dalam menghadapi stimulus eksternal dan internal mencerminkan potensi mereka dalam mengorganisasi perilaku.

Istilah organisasi perilaku mengacu pada fungsi fisiologis dan sistem perilaku bayi yang berintegrasi (DApoliti, 1991). bAati terorganisasi dapat memproses kejadian kejadian eksternal tanpa mengganggu fungsi fisiologis dan sistem perilaku bayi

Organisasi Fungsi Fisiologis 1. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan stabil 2. Warna stabil 3. Menoleransi pemberian makan

Sisorganisasi Fungsi Fisiologis 1. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan berfluktuasi,

sehingga dapat menimbulkan bradikardia 2. Perubahan warna dari merah muda gelap 3. Banya BAB dan tidak mampu menoleransi pemberian makan 4. Cegukan atau bersin-bersin menjadi pucat atau

5. Tersedak atau menguap 6. Tekanan darah tidak stabil Fungsi perilaku 1. Gerakan tubuh sinkron dan lancar 2. Penggunaan menghibur diri sendiri, seperti menghisap jari, gerakan tangan ke muka, dan mengubah posisi 3. Trasnsisi antara keadaan tidur dan terjaga berlangsung baik 4. Kemampuan menghindar stimulus mengutangi bahaya untuk atau Fungsi perilaku 1. Gerakan tubuh kacau gelisah, perubahan tonus otot menjadi lemah 2. Tidak mampu mengatur

keadaan, perubahan keadaan, dan keadaan terjaga

memanjang 3. Penggunaan menenangkan terbatas 4. Tidak dapat ditenagkan 5. Tidak mampu menghindari atau mengurangi respon diri perilaku sendiri

berulang gerakan

dengan tubuh

atau mengatur dari keadaan terjaga ke keadaan tidur

motorik dan respon terhadap bahaya berulang. atau stimulus

TABEL . Respon Bayi yang menggambarkan Organisasi dan Disorganisasi

C. Metode Kangguru 1. Definisi Metode Kangguru Meski menggunakan nama kangguru, metode ini bukan berasal dari Australia. Rey dan Martinez dari Kolumbia yang pertama kali memperkenalkan metode ini pada tahun 1979. Dinamakan kangaroo mother care karena metode ini meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya dikantung perutnya (HTAI, 2008).

Perawatan metode kangguru adalah perawatan untuk bayi berat badan lahir rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi dengan BBLR. Prinsip dasar Perawatan metode kangguru adalah mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam inkubator dengan metode kangguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan perawatan BBLR, penggunaan inkubator memiliki keterbatasan yaitu memerlukan tenaga listrik (Mitayani, 2009).

2. Perkembangan Metode Kangguru Sejak tahun 1983 telah terjadi perubahan dalam merawat bayi prematur berkat ditemukan Metode Kangguru. Metode kangguru memiliki beberapa keunggulan anatara lain : menolong bayi prematur dari pengaruh prematuritas serta membantu pemberdayaan kedua orangtua agar lekat

dengan bayinya dan merupakan suplemen teknologi kedokteran sangat baik dan juga sederhana. Penerapan Metode Kangguru tidak memerlukan biaya hanya dibutuhkan perhatian dan kasih sayang kedua orangtuanya.

Metode Kangguru merupakan penggantian perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam inkubator/couve. Sang ibu diidentikkan sebagai kangguru karena dapat mendekap bayi secara seksama dengan tujuan mempertahankan suhu bayi tersebut agar tetap optimal (36,5-37,5 C). Suhu optimal ini diperoleh melalui kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibunya secara berkesinambungan.

Untuk mencegah kehilangan panas bayi batu lahir dipakaikan tutup kepala/topi, melindunginya agar tidak basah karena buang air kecil maka bayi dipakaikan popok. Setelah itu diletakkan antara kedua payudara ibunya. Sedangkan baju si ibu berfungsi seperti kantong kangguru. Dalam hal ini ibu dapat sebagai host atau kantong pelindung bagi bayinya. Posisi bayi dalam kantong kangguru adalah tegak/vertikal saat ibu melakukan aktivitas dan tengkurap/miring ketika ibu berbaring atau tidur pada malam hari (Kudington, 1993 : 11).

3. Efek Fisiologis Berbagai keluaran fisiologis Metode Kangguru telah terbukti memiliki manfaat yang penting terutama pada bayi berat badan lahir rendah

(BBLR). Berikut ini akan dibahas beberapa aspek manfaat Metode Kangguru : 1) Efek Metode Kangguru pada sistem Kardiorespirasi Pada sekitar 85-90% neonatus, transisi dari kehidupan fetal masuk dalam neonatal merupakan sebuah waktu dengan perubahan fisiologi yang sangat cepat. Berbagai kerja transisi tercapai dalam 4 hingga 6 jam pasca persalinan. Selama waktu tersebut, sebagian besar cairan paru fetal terabsorbsi dan kapasitas paru residual mulai terbentuk dan jantung mulai memompa cardiac ouputnya.Respon jantung dan respirasi yang terjadi sangat tergantung pada stimuli lingkungan yang terjadi. Terkait efek kardiorespirasi, sejumlah penelitian klinis acak dan studi quasi-eksperimental melaporkan bahwa denyut jantung bayi tidak mengalami perbedaan baik saat berada dalam inkubator dan PMK atau mungkin dapat meningkat 5-10 denyut per menit saat sesi PMK sebagai respon awal saat menengadahkan kepala (head tilting upward) dan kemudian akibat proses penghangatan bayi (infant warming). Disamping itu, pada jam kedua sesi PMK, denyut jantung dapat meningkat lebih tinggi dari jam pertama. Sebuah meta-analisis dari 23 studi yang membandingkan kondisi bayi prematur dalam inkubator dan PMK kemudian kembali ke inkubator, melaporkan bahwa denyut jantung saat berada dalam inkubator dan PMK tidak berbeda bermakna.9 Berbagai penelitian deskriptif

melaporkan bahwa bradikardia (denyut jantung 100 kali per menit atau turun 33% dari denyut jantung basal) ternyata jarang dijumpai saat sesi PMK, sehingga direkomendasikan bahwa PMK mampu menekan terjadinya bradikardia.

2) Efek Metode Kangguru Terhadap Thermoregulasi Bayi didekap oleh ibunya, merasakan sentuhan kulit ke kulit yang tentu memberikan kenyamanan dan ketenangan pada bayi. Suatu fenomena yang menarik tentang pengaturan suhu tubuh ibu yang menggunakan metode kanguru ditemukan Ludington-Hoe, dkk. Didapatkan bahwa suhu ibu akan meningkat bila bayi mulai dingin dan bayi telah hangat maka suhu ibu menurun kembali. Hal ini tanpa disadari oleh ibu tersebut. Mereka menyebut fenomena ini sebagai maternal neonatal thermal synchrony, Kontak kulit ke kulit ini juga meminimalkan kehilangan panas dari permukaan tubuh bayi, yang tidak dapat dilakukan inkubator. Efek PMK terhadap suhu tubuh juga telah dipelajari secara ekstensif, dengan keluaran yang sama, saat bayi prematur sehat menjalani sesi PMK, suhu tubuh bayi meningkat. Tubuh bayi menjadi hangat selama sesi PMK ini telah didukung oleh sejumlah meta-analisis tanpa memandang bagaimana cara suhu tubuh tersebut diukur.

3) Efek Metode Kangguru Terhadapa Peningkatan BB

Efek PMK terhadap peningkatan berat badan bayi masih kontroversial. Studi yang menilai peningkatan berat badan bayi saat menjalani rawat inap menunjukkan tidak ada perbedaan antara bayi dalam inkubator dan sesi PMK. Meta-analisis melaporkan adanya sedikit peningkatan berat badan bayi yang mendapatkan sesi PMK dibandingkan bayi yang hanya berada dalam incubator

4) Efek Metode Kangguru Terhadap Perilaku Bayi Berbagai keluaran perilaku dari Metode Kangguru telah dilaporkan bermanfaat terutama pada bayi prematur. Bayi dilaporkan akan lebih relaks, tenang dan mudah tertidur saat sesi Perawatan Metode Kangguru (PMK) . Sesi PMK ini ternyata sangat mempengaruhi perilaku bayi pada semua spektrum (tidur dalam hingga menangis). Bayi menghabiskan 70 hingga 80% waktunya untuk tidur dan hal ini merupakan respon normal setelah lahir. Beberapa laporan menyatakan pandangan bahwa tidur tenang selama hari pertama merupakan status respon adaptif neonatus terhadap stress dari kelahiran, selanjutnya tidur tenang pada bayi terutama pada PMK menunjukkan sentuhan maternal yang dapat meningkatkan respon kompeten pada bayi yang merupakan perilaku sehat adaptif. Siklus tidur-bangun neonatus ditandai oleh 50% dari rapid eye movement sleep dan tidur tenang ini menunjukkan kendali batang otak yang lebih baik.

Metode Kangguru juga dapat meningkatkan lama waktu tidur dan jumlah tidur tenang pada bayi. Secara keseluruhan, integritas tidur pada bayi selama sesi PMK mengalami peningkatan dan organisasi tidur jauh lebih matang pada bayi yang mendapat Metode Kangguru dibandingkan kontrol. Disamping itu, PMK juga dapat mempengaruhi status spektrum lainnya yaitu menangis. Bayi dapat menangis untuk beberapa alasan misalnya saat dipisahkan dari ibunya, kelaparan atau respon terhadap nyeri. Penelitian melaporkan bahwa bayi jarang sekali menangis saat sesi PMK dibandingkan saat berada dalam inkubator. PMK terbukti dapat menekan episode menangis pada bayi termasuk episode menangis yang terkait dengan prosedur yang memicu rasa nyeri.

5) Efek Metode Kangguru Terhadap pemberian ASI ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa, dan oligosakarida. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu motilitas usus, dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi psikologik ASI meningkatkan ikatan antara ibu dan anak. Formula standar untuk BBLR menyerupai ASI tetapi kekurangan antibodi dan faktor pertumbuhan. Formula prematur mempunyai kandungan kalori, protein, dan mineral yang lebih tinggi dibanding formula untuk bayi cukup bulan. Bayi kecil juga rentan kekurangan

nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar, dan mudah sakit hingga pemberian nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang optimal. Perawatan Metode Kangguru memudahkan ibu untuk memberikan air susunya secara eksklusif pada bayinya. Berbagai aspek dari pemberian air susu ibu meliputi inisiasi, eksklusivitas, durasi, produksi susu dan semuanya mendukung manfaat dari Perawatan Metode Kangguru(PMK). Produksi susu ibu juga meningkat pada ibu yang melakukan sesi PMK demikian juga dengan durasi dan ekslusivitas pemberian air susu ibu.

1.1 Sejumlah penelitian efek PMK terhadap pemberian ASI 6) Efek Metode Kangguru Terhadap Neurobehavioural Ada lima buah kunci dimensi adaptasi neurobehavioural yaitu otonom, motorik, status, atensi/interaksi dan self-regulation,

dimana setiap aspeknya harus saling berinteraksi dalam sebuah sistem. Stress rumah sakit dapat mengganggu keluaran neurobehavioural pada bayi prematur. PMK terbukti dapat menekan atau meminimalisir dampak yang terjadi akibat rawat inap. PMK yang dilakukan 5 kali atau lebih dalam seminggu, dimana setiap sesi sedikitnya berlangsung 30 menit ternyata dapat meningkatkan kewaspadaan dan perhatian bayi terhadap lingkungan. Bayi yang mendapat PMK ternyata memiliki fungsi penampilan dan perencanaan yang lebih maju terkait perkembangan otaknya dalam usia 1 tahun pertama. Disamping itu, bayi tersebut juga memiliki nilai perkembangan mental dan motorik yang lebih tinggi dibandingkan bayi tanpa PMK pada usia 6 bulan dan 1 tahun. Feldman dan Eidelman melaporkan bahwa sesi PMK sedikitnya 30 menit setiap hari mampu mempercepat perkembangan otonom dan neurobehavioural. Demikian pula dengan developmental quotient dan

perkembangan pribadi-sosial termasuk pendengaran-bahasa, mata-koordinasi dan ketangkasan tangan ternyata juga lebih baik pada bayi yang mendapatkan sesi PMK tersebut. Perkembangan otak pada bayi juga sangat tergantung pada fungsi tidur bayi tersebut.

7) Efek Metode Kangguru Terhadap Psikologis

Walaupun kelahiran prematur mengundang stress pada ibu dan ayah, dimana mereka merasa bersalah terutama sang ibu, PMK ternyata mampu memperbaiki perasaan orangtua dan adaptasi terhadap kelahiran prematur. Ibu yang melakukan PMK juga mampu melakukan interaksi yang lebih dekat dan lebih positif dengan bayinya. Interaksi positif ini mampu menekan efek negatif yang terjadi saat rawat inap terutama dalam kaitannya dengan perkembangan neurobehavioural.

4. Manfaat Metode Kangguru Beberapa penelitian menemukan bahwa Metode Kangguru bermanfaat bagi bayi prematur sebab diperoleh banyak keuntungan fisik dan emosional (Lusington, 1993) antara lain : a) Bunyi jantung bayi lebih stabil b) Pernafasan bayi lebih teratur c) Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menjadi lebih baik d) Mencegah bayi terkena udara dingin e) Waktu tidur bayi lebih lama f) Kenaikan berat badan lebih cepat g) Aktivitas tubuh berkurang karena kalori yang dihasilkan dipakai bayi untuk pertumbuhan dan kesehatannya h) Frekuensi bayi menangis berkurang i) Bayi lebig cepat tanggap terhadap gangguan disekitarnya

j) Mempermudahkan pemberian ASI dan produksi ASI lebih banyak k) Hubungan lekat dengan ibu lebih dini l) Mempercepat perawatan pulang dari rumah sakit lebih awal m) Pertumbuhan dan perkembangan motorik menjadi lebih baik n) Bayi menjadi lebih tenag dan santai sebagai akibat kontak langsung dengan kulit orangtuanya o) Pengaruh psikologis terhadap orangtua menjadi lebih baik timbul rasa percaya diri, lebih puas, tenag dan perasaan senang.

5. Manfaat Metode Kangguru Bagi Ibu Menurut HTAI (2008), manfaat Perawatan metode kangguru bagi ibu adalah : Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa metode kangguru

mempermudah pemberian ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang kepada bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas, kurang merasa stres) (Anderson 1991, Tessier dkk 1998, Conde-Agudelo, DiazRosello & Belizan 2003, Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan produksi ASI, peningkatan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Yanuarso, 2000).

6. Prosedur Perawatan Metode Kangguru

Tahapan penggunaan metode kangguru menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) meliputi : a) Persiapan Ibu 1) Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi menggunakan sabun 2-3 kali sehari 2) Membersihkan kuk dan tangan 3) Baju yang dipakai harus hangat dan bersih sebelum dipakai 4) Selama pelaksanaan perawatan metode kangguru ibu tidak memakai bra 5) Memakai kain baju yang dapat direnggangkan atau dilonggarkan.

b) Persiapan Bayi 1) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih atau hangat 2) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama melakukan metode ini 3) Posisi bayi vertikal/tegak ditengah payudara atau sedikit kesamping kanan/kiri sesuia kenyamanan bagi si ibu dan bayi. Usahakan kulit bayi dan ibu selalu kontak 4) Saat ibu duduk atau tidur bayi tetap mendekap ibu. Setelah bayi dimasukkan kedalam baju, ikat kain selendang disekeliling atau mengelilingi ibu.

7. Komponen Perawatan Metode Kangguru Menurut HTAI (2008), komponen perawatan metode kangguru terdiri dari: a. Kangaroo position (posisi) Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena kulit bayi mengalami kontak langsung dengan kulit ibu.

Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi kodok; tangan harus dalam posisi fleksi. Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi dada bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi.

Didalam Acta Pediatrica (2004), posisi bayi dalam posisi kangguru, Bayi didekap erat ke dada ibu dengan dibalut handuk katun lembut yang dilipat 2 berukuran 1 meter persegi. Balutan handuk menutupi sampai telinga bayi dan dibawah ketiak ibu sedemikian rupa untuk memfikasasi kepala dan dada bayi dalam posisi mendongak di dada ibu, memberikan jalur udara terbuka optimal dan mencegah apnea obstruktif. Panggul diposisikan fleksi dan ditempatkan dalam posisi kodok (frog position), lengan juga dalam posisi fleksi. Sepotong kain panjang yang melingkari pinggang ibu menjaga/ menopang bayi dari sisi bawah.

Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi. Sesi pertama ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh perhatian. Sarankan pada ibu agar menggunakan pakaian yang longgar dan ringan. Gunakan ruang khusus yang cukup hangat untuk si bayi. Anjurkan ibu untuk membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan memberikan semangat dan rasa aman.

Semua bayi memerlukan kasih sayang dan perawatan untuk pertumbuhannya, akan tetapi BBLR lebih memerlukan

perhatian agar dapat berkembang normal disebabkan mereka telah kehilangan atau belum sempat mendapatkan lingkungan intrauterin yang ideal selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Mereka bahkan sangat sensitif terhadap sinar, suara dan tindakan yang menyakitkan selama perawatan awal. PMK adalah metode ideal sebab bayi diayun-ayun, dipeluk, dan mendengarkan suara ibunya saat ibu melakukan aktivitas sehari-hari. Seorang ayah pun dapat menciptakan suasana seperti itu. Para petugas kesehatan memiliki peranan penting guna mendorong ibu dan ayah agar mau menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.

b. Kangaroo Nutrition (Nutrisi) Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK dapat meningkatkan volume ASI yang dihasilkan ibu. Dengan PMK, proses menyusui menjadi lebih lama. Segera setelah bayi menunjukkan menggerakkan tanda lidah kesiapan dan untuk dan menyusu, keinginan dengan untuk

mulut,

menghisap (seperti menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu menempatkan bayi pada posisi melekat yang dirasa cukup baik. Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu menyusu lebih sering, yaitu sekitar 2-3 jam. c. Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil. Wanita hamil sebaiknya sudah diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak kunjungan antenatal pertama. Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya berupa; a) Dukumgan emosional Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK. Banyak ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bayi pertamanya sehingga

membutuhkan dukungan dari keluarga, teman serta petugas kesehatan. b) Dukungan fisik Selama beberapa minggu pertama PMK,

merawat bayi akan sangat menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting peranannya pada PMK. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu

menyelesaikan tugas-tugas rumah

c)

Dukungan edukasi Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan megerti bahwa PMK memang sangat penting. Ibu harus mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK menjadi lebih bermakna dan akan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan berhasil menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun saat di rumah.

8. Waktu Pelaksanaan Metode Kangguru Waktu pelaksanaan Metode Kangguru ditemukan oleh Anderson C. Gene dapat dilakukan pada saat (Ludington, 1993 : 1882-189) : a. b. c. d. e. Segera setelah lahir Sangat awal, setelah kelahiran 10-15 menit Awala, setelah kelahiran 24 jam Sedang, setelah 7 hari perawatan Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa oksigen

9. Sebelum Memulai Metode Kanggur harus Diperhatikan a. Suhu ruangan Pada beberapa rumah bersalin suhu ruangan sebaiknya

dipertahankan kira-kira 1,1- ,

. Di daerah beriklim panas di

unit perawatan intesif sebaiknya memakai penyejuk ruangan dan seandainya bayi diperbolehkan pulang kerumah, tubuhnya mapu bertahan pada suhu ruangan , -19, b. Aliran udara Aliran udara dikontrol dan diatur sesuai kebutuhannya untuk mengurangi infeksi bakteri c. Kursi Sebaiknya dipergunakan kursi goyang dengan sandaran kursi dubuat senyaman mungkin dapat memakai bantala tambahan apabila kursi tidak cukupn nyaman untuk menyangga badan si ibu. Usahakan kaki ibu tidak menggantung sesuatu barang misalnya kotak, buku telepon agar kaki ibu dapat lurus kira-kira separuh tinggi kursi. d. Baju ibu Baju yang dikenakan si ibu diusahakan memberikan perasaan nyaman dan hangat serta memakai kancing didepan e. Alat pemompa ASI Selama memakia Metode Kangguru, sebaiknya disediakan alat pompa ASI untuk merangsang produksinya f. Baju bayi Dianjurkan bayi memakai popok untuk melindungi kulit bayi agar selalu kering dan sebaiknya mengenakan tutup kepala, sebab kehilangan panas terbesar (75%) melalui kepala. .

g. Selimut bayi Kegunaan selimut untuk melindungi dari ancaman hiportemia dan gorean permukaan kain pada kulit h. Perasaan nyaman Pada awal memakain Metode Kangguru ibu kurang merasa nyaman, jika melakukan pertama kali sebaiknya memakai cermin karena ia dapat mengetahui posisi yang dinginkan serta letak popok dan topinya (Ludington, 1993 : 110-115)

10. Cara Perawatan Metode Kangguru Metode Kangguru atau skin to skin cintact merupakan salah satu metode yang paling tepat digunakan dalam perawatan abyi berat lahir rendah (BBLR). Karena metode ini membantu mempertahankan suhu tubuh bayi menyediakan fasilitas ASI, meningkatkan lama wakru menyusu serta memperpanjang laktasi (produksi ASI) juga memberikan keuntungan

psikologis baik untuk bayi maupun kedua orangtuanya. Metode ini hanya digunakan pada BBLR yang tidak pernah mengalami masalah kesehatan seperti : gangguan pernafasan, sianosi (ujung-ujung jari tangan dan kaki berwarna biru), kelainan saraf dan kelainan cacat bawaan sejak lahir (Ray dan Martinez, 1979; Lusington, 1988; Alfonso, 1989; Whitelaw, 1990)

11. Kebersihan Metode Kangguru

Kebersihan Metode Kangguru dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram menunjukan : a) b) Suhu tubuh bayi dan optimal sebesar Kenaikan berat badan mencapai 2500 gram pada masa neonatal dan stabil c) d) Produksi ASI ibu adekuat Bayi tumbuh kembang secara optimal

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep diperlukan sebagai landasan berfikir untuk melakukan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan pustaka yang telah dibahas. Adapun hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Sedangkan definisi operasional digunakan untuk memperjelas maksud variabel dari suatu penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

You might also like