You are on page 1of 13

Muchammad Rizky Zentalian /20101660035 S1 Keperawatan VARIABEL KOMUNIKASI Para ahli mengemukakan variabel komunikasi relatif berbeda, namun

secara substansi menunjukkan kesamaan maksud. Variabel atau unsur-unsur adalah suatu fasilitas (orang, benda, situasi)yang memiliki ciri-ciri yang berfungsi/digunakan dalam suatu kegiatan. Variabel dalam komunikasi ada yang tetap dan ada yang tidak tetap keberadaannya dalam rangkaian proses tersebut. 1. Penggolongan Variabel Komunikasi menurut 5 Ahli 1. 1. Eleanor C. Hein 1. referent 2. source-encoder 3. message 4. channel 5. receiver-decoder 6. Feedback 1. 2. Gillies (1994) 1. pengirim / komunikator (sender) 2. pesan (message) 3. tanda / simbol (signal) 4. saluran (channel) 5. penerima / komunikan (receiver) 6. suara / kebisingan (noise) 7. umpan balik (feedback) 1. 3. Heri Purwanto (1994) 1. pengirim / komunikator (sender) 2. pesan (message) 3. saluran (channel) 4. metode komunikasi 5. penerima / komunikan (receiver) 6. lingkungan komunikasi 7. umpan balik (feedback) 1. 4. Friedman (1987) 1. pengirim / komunikator (sender) 2. saluran (channel) 3. penerima / komunikan (receiver) 4. umpan balik (feedback) 1. 5. Potter & Perry (1987) 1. referent

2. pengirim / komunikator (sender) 3. pesan (message) 4. saluran (channel) 5. penerima / komunikan (receiver) 6. umpan balik (feedback) 2. Variabel Komunikasi Klasik (Ahli, bentuk, variabel dan model proses dari komunikasi ) 2.1 Variabel-variabel Tetap dalam Komunikasi Variabel tetap adalah variabel yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi. Ada beberapa macam variabel yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi yaitu : 1. 1. Pengirim Nama yang diberikan untuk pengirim dalam proses komunikasi berbeda satu dengan lainnya meskipun isinya sama dengan sender (pengirim). Wilson (1989) menyebutkan beberapa nama yang lain yaitu komunikator, source, encoder, sender sebagaiorang yang membagi informasi, ide-ide atau sikap kepada orang lain. Istilah sender, encoder sebenarnya dianalogi dari kerja komputer dimana komputer mempunyai sejenis perangkat yang bertugas memilih dan merancang suatu perilaku sesuai bahasa dan aturan komputer demi penciptaan suatu pesan. Pengirim dalam rangkaian komunikasi dapat dianggap sebagai pencipta pesan, titik mulai atau starting point, penginisiatif suatu proses kegiatan komunikasi. Adalah keliru jika orang menganggap bahwa yang dinamakan pengirim itu harus dan selalu manusia dalam setiap proses komunikasi apa saja. Titik mulai suatu pesan dapat berupa seekor burung camar yang sedang terbang di pantai Kenjeran, suara ayam berkokok, suara jangkrik di waktu malam, langit yang merah di ufuk barat. Karena terbangnya burung-burung camar, merahnya langit di ufuk barat juga memberikan pesan bahwa hari sudah menjelang malam dan jam maghrib. Kecuali dalam konteks komunikasi antarpribadi maka pengirim, titik awal penginisiatif, pencipta pesan adalah seorang manusia. Seorang pengirim menurut Mulyana dan Rakhmat (1990) ialah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan ini mungkin berkisar dari kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu hingga kebutuhan berbagi informasi dengan orang lain atau mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang atau kelompok orang lainnya. Pengirim adalah manusia yang hidup dalam suatu relasi dengan keluarga dan masyarakat disekitarnya. Mereka sendiri mempunyai ciri-ciri yang khas, sifat-sifat, pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakannya dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan latar belakang yang dianggap sebagai faktor atau beberapa faktor yang mempengaruhi pengirim dan penerima dalam komunikasi antarpribadi. Dalam proses komunikasi antarpribadi, latar belakang telah dianggap sebagai suatu penopang, penyanggah komunikasi secara utuh. Ada dua faktor utama yang menjadi indikator utama penentu keragaman latar belakang pengirim dan penerima menurut Gamble (1986) :

1. Field of experience (bidang pengalaman) 2. Frame of reference (kerangka rujukan) Yang dimaksud bidang pengalaman dalam komunikasi adalah bidang objek atau subjek tertentu yang paling diminati pengirim dan penerima. Sedangkan kerangka rujukan adalah nilai pandangan seseorang sebagai perpaduan dari karakteristik : 1. Karakteristik demografis misalnya umur, jenis kelamin, status perkawinan, penghasilan dan pekerjaan. 2. Karakteristik geofrafis misalnya tempat tinggal di desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, jauh dekatnya seseorang dengan pusat kota, jenis tempat tinggal. 3. Karakteristik Psikografis, bagaimana seseorang itu hidup setiap hari, bekerja, menggunakan waktu luang, minat serta pandangannya terhadap suatu isu tertentu (Philips Kottler dalam Jahi, 1989). Dalam kenyataannya terdapat beragam factor yang menimpa pengirim dan penerima. Artinya setiap orang bisa dipengaruhi oleh satu atau ketiga karakteristik sekaligus. Misalnya seorang Guru, status bujang, tinggal di desa, gaya hidup sederhana dan rajin dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar. Latar belakang yang dimiliki individu mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah lakunya termasuk tingkah laku komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini referent juga masuk dalam variabel ini. Referent menurut Potter & Perry diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi individu berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini bisa berbentuk obyek/benda tertentu, pengalaman, emosi dan ide-ide yang dapat mempengaruhi selama komunikasi berlangsung.

1. 3. Pesan (Rangsangan/ stimulus)

Stimulus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari model umum stimulus-respon (SR). Berarti setiap stimulus/rangsangan yang berasal dari suatu sumber akan direspon dengan cara tertentu oleh pihak yang menerimanya (Mc. Quail, 1981). Cherry (1978) dan Krech (1984) mengatakan bahwa stimulus itu ibarat suatu informasi/ isi pernyataan dalam bentuk bahasa, kode, maupun system tanda yang masuk akal. Dengan alas an itu maka Cherry (1978) mengatakan bahwa komunikasi adalah penciptaan interaksi social individu dengan menggunakan tanda-tanda yang tegas. Atau komunikasi adalah pembagian unsure-unsur perilaku, atau cara hidup melalui pemakaian tanda-tanda. Rangsangan (lebih teknis disebut stimulus) komunikasi adalah tanda-tanda yang bisa berupa bahasa, kode atau system tanda yang nalar. Jadi komunikasi juga merupakan penggunaan tanda-tanda yang bermakna untuk membina hubungan social. Pesan sebagai stimulus dalam proses komunikasi bisa beraturan dan tidak beraturan (Cassagrande, 1987).

Stimulus beraturan merupakan stimulus atau pesan yang tersusun secara baik, lengkap, dapat dihitung, dapat dikenal, dapat dipahami sebagai suatu pesan yang dapat diuraikan dan dimengerti. Misalnya ada orang yang mampu menirukan bentuk bunyi ringkikan kuda, kokok ayam, rauman harimau, maka tiruan itu tersusun demikian teratur sehingga bunyi itu diuraikan dengan pesan yang berarti ringkikan kuda, rauman harimau, kokok ayam. Dalam terminologi pesan, yang dimaksud dengan keteraturan misalnya mengikuti hokumhukum bunyi, tata aturan dan santun bahasa, gerak tubuh dan ekspresi wajah yang telah disepakati sehingga semuanya dapat dijelaskan. Stimulus yang tidak beraturan adalah stimulus yang sembarangan, tidak tersusun, tidak terstruktur, tumpang tindih. Stimulus demikian tidak bisa diterjemahkan, tidak dimengerti ketika terlihat, terbaca, terdengar, teraba sehingga tidak dapat dijelaskan artinya. Misalnya anda berdiri di luar sebuah ruangan dan mendengar sejumlah kaleng berbunyi (atau dibunyikan anda tidak tahu), apa yang anda tebakm terjadi di ruangan itu? Mungkin saja kaleng itu terjatuh dab berguling, atau seorang tukang sedang mengerjakan ember, mungkin pula anjing sedang mengorek isi kaleng. Bunyi seperti itu tidak mempunyai arti apa-apa, akrena anda tidak mengerti sehingga tidak bermakna dan tentu saja tidak dapat dijelaskan. Pesan dalam proses komunikasi antar pribadi adalah pesan. Pesan dapat disampaikan dengan memperhatikan beberapa hal (Krecht, 1984) :

a. Frekuensi tertentu Misalnya suatu pesan disampaikan berulang-ulang kali sehingga menarik perhatian b. Intensitas tertentu Misalnya pesan harus menampilkan daya tarik yang aneh, lain daripada kebiasaan yang normal. c. Gerak dan Perubahan Pesan yang hidup dan dinamis yang seolah-olah mengajak orang lain untuk memperhatikan d. Jumlah yang lain daripada biasanya. Dapat disimpulkan bahwa setiap pesan bisa berbentuk kata-kata, bunyi-bunyi (dalam system bahasa verbal), warna, yang dipahami sebagai suatu stimulus beraturan dengan frekuensi, intensitas, gerak dan perubahan maupun jumlah tertentu. Sebaliknya stimulus yang tidak beraturan terdiri dari kata-kata yang tidak jelas, bunyi yang tidak teratur, bahasa(tertulis dan terucap) yang tidak dimengerti, bau yang tidak jelas, warna-warna yang kabur yang tidak mewakili suatu konsep, suara desisan yang tidak berarti. Dalam kehidupan manusia justru sangat banyak stimulus pesan yang tidak teratur, tidak berstruktur dan sukar dipahami. 4. Saluran (Media/Channel) Saluran dapat diartikan dengan tempat terbaik yang dipilih sebagai wahana yang akan dilalui stimulus/pesan atau tempat yang dilalui pesan. Ada sementara ahli komunikasi yang menyebutkan bahwa dalam komunikasi antar pribadi dengan tatap

muka tidak terdapat saluran/ media/ channel, karena kedua orang yang terlibat didalamnya tidak menggunakan bantuan alat-alat lain untuk berhubungan (missal : telepon, surat, radio, telex dan lain-lain). Namun ada pula ahli komunikasi yang menolak pendapat yang membagi komunikasi antar pribadi atas komunikasi tatap muka/kontak langsung dan komunikasi bermedia. Namun Wilson (1989) menyanggahnya dan mengemukakan bahwa yang disebut dengan saluran adalah jalan dimana suatu pesan dilewatkan. Dalam komunikasi antar pribadi tatap muka kita dapat menggunakan perasaan, penglihatan, suara dan perabaan sebagai saluran untuk mengkomunikasikan pesan. Beda dengan media dalam komunikasi massa yang menggunakan perangkat tekhnologi pembagi atau penyebar seperti buku, surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Disinilah letak perbedaan antara komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi yang pesan-pesannya bergerak menemui sejumlah orang pada jarak yang jauh. Pendapat Wilson ini mengingatkan kita bahwa setiap media mempunyai ciri-ciri dan cara tersendiri, keunggulan dan kekurangannya yang khas, mempunyai saluran tempat stimulus/pesan melintas dari pengirim kepada penerima. 5. Penerima Penerima disebut juga destination, audience, decoder, komunikan. Penerima sebagaimana pengirim tidak selalu seorang manusia karena penerima adalah seorang (sesuatu) yang menerjemahkan pesan.. Bisa juga diartikan bahwa penerima (dalam komunikasi antar pribadi seorang manusia! ) adalah suatu unsur yang sangat penting karena tanpa penerima pesan itu tidak ada sasarannya. Jadi penerima merupakan titik akhir, terminal dari tujuan pesan, ialah seorang pengumpul, penerjemah akhir suatu pesan. Sebagaimana halnya pengirim, maka seorang penerimapun akan menerima, menerjemahkan, mengerti pesan yang dikomunikasikan dengan dipengaruhi oleh latar belakang yang dimilikinya. Faktor-faktor itu misalnya karakteristik demografis, geografis, psikografis. 1. 6. Umpan Balik Dalam setiap proses komunikasi terdapat unsur tetap yaitu umpan balik. Fungsi umpan balik antara lain adalah mengontrol keefektifan pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan bahwa penerima sudah menerima pesan dan memahaminya. Pengirim menerima kembali pesan yang berbentuk stimulus dari seorang penerima dalam proses umpan balik komunikasi. Stimulus pesan tersebut ada yang beraturan dan ada yang tidak beraturan. Umpan balik yang diterjemahkan penerima kemudian diterjemahkan lagi oleh pengirim. Dalam suatu proses komunikasi , proses ini terus menerus berlangsung membentuk satu lingkaran yang tak ada habisnya. Artinya dalam komunikasi antar pribadi terjadi proses dialogis sehingga kita tidak dapat mengetahui siapa yang menjadi komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi dikenal ada beberapa jenis feedback/umpan balik (Santoso, 1980) :

External Feedback Feedback yang diterima komunikator berasal dari luar dirinya. Misalnya feedback langsung dari komunikan. Internal Feedback Feedback yangberasal dari dalam diri komunikator sendiri. Misalnya bila kita mendengar suara kita sendiri yang salah ketika mengucapkan sesuatu atau kesalahan dalam menulis sesuatu setelah diperiksa sendiri oleh komunikator. Feedback tersebut bukan berasal dari komunikan. Direct Feedback atau Immediate Feedback Umpan balik yang sifatnya langsung dalam komunikasi tatap muka. Misalnya anggukan kepala komunikan kepada komunikator. Indirect Feedback atau Delayed Feedback Umpan balik melalui media yang memerlukan waktu tertentu, misalnya melalui surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio atau televisi dan sebagainya. Inferential Feedback Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikatornya. Hal ini karena ada gejala-gejala lain yang dapat diamati oleh komunikator meskipun pesan itu secara tidak langsung akan tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan. Misalnya para pemirsa televisi sering mematikan televisi pada waktu ada siaran pembangunan dan menghidupkan pada waktu siaran musik atau film.

Zero Feedback Terjadi kalau pesan yang dikirim kembali oleh komunikan tidak dipahami oleh komunikator. Neutral Feedback Umpan balik yang netral yang berarti bahwa umpan balik yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang telah disampaikan semula. Positif Feedback Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif, misalnya pernyataan setuju dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan.

Negatif Feedback Pesan yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan atau penolakan dari komunikan. Dari 9 bentuk feedback tersebut, yang sering terjadi dalam komunikasi antar pribadi adalah nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8 dan 9. Model Komunikasi Dari seluruh variabel komunikasi yang disebutkan diatas, terbentuklah suatu rangkaian model komunikasi sebagai suatu proses. 1.7. Gangguan Entropi

Istilah entropi diambil dari pendapat Shanon dan weaver, yang untuk pertama kali digunakan dalam menjelaskan paradigma mekanisme komunikasi. Konsep entropi merupakan analogi gangguan terhadap seluruh sistem mekanik,aliran listrik. Komunikasi antar pribadi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks, canggih dari awal sampai akhir sehingga mudah sekali terkena gangguan pada subsistem pendukung (Cassagrande, 1987). Menurut Shanon dan weaver, entropi merupakan suatu konsep untuk menjelaskan bagaimana pesan komunikasi itu bisa tersesat atau kabur dalam suatu rangkaian proses yang menghasilkan pesan tidak beraturan. Setiap unsur dalam sistem komunikasi dapat mengalami atau mengakibatkan gangguan entropi. Entropi merupakan satu faktor yang sangat kuat yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya : 1. Konstruksi/susunan pesan yang dibangun oleh pengirim 2. Daya maju suatu pesan dari pengirikm ke penerima dan kembali lagi ke pengirim 3. Penerjemahan pesan oleh penerima maupun umpan balik pesan oleh pengirim 4. Reaksi pemilihan pesan dari penerima terhadap pengirimnya. 8. Suasana/Setting/ Noise Banyak orang melukiskan suasana sekedar suatu tempat sebara fisik yang memberikan suatu makna tertentu. Jika dipahami secara substantif maka suasana tidak sesederhana itu. Secara khas suasana adalah lingkungan dimana proses komunikasi itu bergerak. Meskipun kita dapat menulis,membaca, menari, menggambar, melawak diberbagai tempat dan waktu namun yang penting adalah suasana. Komunikasi antar pribadi akan sukses jika orang memperhatikan suasana. Contoh : Seseorang akan dianggap sinting kalau tertawa pada saat melayat suatu kematian, melawak tidak bisa diadakan waktu sekelompok orang sedang Sholat dan berdoa Idul Fitri dan sebagainya.

Setting atau suasana membantu kita untuk menerangkan apa dan bagaimana variasi unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi dalam proses komunikasi. Noise bisa dimasukkan dalam variabel ini karena suara/kebisingan merupakan bagian atau sub sistem dari suasana/setting itu sendiri. Noise bisa diartikan sebagai segala bunyibunyian atau suara yang terkontrol atau tidak terkontrol didalam lingkungan komunikasi berada yang dapat mempengaruhi (mempermudah/menggangu) proses komunikasi itu sendiri 9. Metode komunikasi Metode komunikasi adalah segala cara yang dipergunakan oleh pelaku komunikasi dalam mengadakan hubungan dengan orang lain. Pesan dapat disampaikan secara langsung atau melalui media tertentu. Secara mendasar pesan dapat disampaikan melalui dua cara yaitu secara verbal dan non verbal (Potter & Perry ,1987). Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan termasuk penggunaan tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui posisi tubuh tertentu, sentuhan tangan, pengaturan jarak, isyarat tertentu, ekspresi raut wajah, gerakan tubuh, pakaian dan perlengkapan atau perhiasan yang dikenakan (Kipling, 1994). 10. Tanda/ Lambang/Simbol (Signal) Selama proses komunikasi terjadi, pelaku komunikasi akan menggunakan lambang/simbol/tanda dalam penyampaian maksud kepada lawan komunikasi. Penggunaan jenis lambang tergantung pada jenis komuniksa apa yang digunakan oleh pelaku komunikasi. Lambang komunikasi bisa berupa kata,gambar, tindakan, dan angka. Lambang komunikasi berupa kata dipergunakan untuk menunjukkan pengertianpengertian yang tidak nyata dan tidak terlihat. Karena menggunakan lambang tertentu (ex : gambar) saja kadang menimbulkan kesulitan dalam pengertian dan pemahaman. Penggunaan kata yang efektif dalam komunikasi harus mengingat masalah semantik (pemilihan kata dan perangkaian kalimat sehingga mempermudah tercapainya tujuan komunikasi secara efektif) dan situasi dimana komunikasi berlangsung. Lambang komunikasi berupa tindakan akan lebih kelihatan penekanannya daripada kata-kata. Pengertian yang ditimbulkan juga berbeda-beda tergantung latar belakang dan posisi daripada komunikator. Lambang komunikasi berupa gambar menunjukkan kekuatan dalam penyampaian maksud dan pengertian kepada komunikator. Kecenderungan serta tindak lanjut dari pengertian yang ditimbulkan akan dapat diramalkan. Lambang komunikasi berupa angka dipergunakan untuk memperlihatkan data-data statistik. Komunikan akan lebih terkesan dengan penggunaan lambang angka, apabila komunikasi yang dilaksanakan untuk tujuan persuasif (mengajak, mempengaruhi,menyenangkan, tujuan promotif). Faktor-faktor pembentukan pengertian agar lambang-lambang komunikasi bisa efektif adalah adanya perhatian. Kebanyakan komunikasi dilaksanakan secara lisan sehingga komunikan harus mempergunakan pendengaran. Terdapat 3 jenis sifat pendengaran .

a. Pendengaran marginal yaitu suatu proses memberikan sedikit perhatian kepada pembicara. Kelemahan dari pendengaran ini mengakibatkan salah faham. b. Pendengaran evaluatif yaitu suatu proses memberikan perhatian penuh sehingga komunikasi yang berlangsung terasa terlalu cepat bagi pembicara/komunikan. c. Pendengaran projektif yaitu proses suatu proses memberikan perhatian secara kritis dan kreatif dengan cara mendengarkan, memberikan kritik, menyetujui dan tidak menyetujui. D. Variabel-variabel Tidak Tetap dalam Komunikasi Variabel tidak tetap adalah variabel yang tidak selalu ada dalam suatu komunikasi. Menurut beberapa ahli ada beberpa macam variabel yang tidak selalu ada dalam suatu proses komunikasi yaitu : 1. Alo Liliweri (1997) 1.a. Pengalaman Pengalaman atau experience merupakan suatu catatn kenangan atas objek, orang, kejadian, peristiwa di waktu yang lalu. Pengalaman mempengaruhi seseorang untuk mengantisipasi masa yang akan datang. Perbedaan pengalaman itu disebabkan oleh perbedaan karakteristik misalnya lingkungan demografis, geografis dan psikografis tertentu. Akibatnya adalah ada perbedaan dari lapangan pengalaman (Field of Experience) yang dapat menghasilkan kesenjangan komunikasi. Contoh : Komunikasi antar budaya lintas budaya. Jenis komunikasi seperti ini dilakukan dengan sangat hati-hati berhubung setiap gerakan tubuh sebagai lambang komunikasi yang bagi satu suku mengandung nilai dan norma positif yang pada suku lain mungkin merupakan suatu cacian. Misalnya bentuk sapaan dan perpisahan di Amerika Latin dengan jabat tangan, cara yang lebih ramah adalah dengan meletakan tangan kiri diatas bahu orang lain ketika berjabat tangan. Cara yang lebih intim adalah saling meletakan kedua tangan diatas kedua bahu masing-masing. Bila cara ini dilakukan di Jawa Tengah maka melanggar batas-batas budaya setempat dengan perilaku yang tidak diterima. Contoh lain dalam bahasa verbal antar etnik. Misalnya mengucapkan kata Bendung Sutami di Jawa Barat jauh lebih terhormat sehingga pesan itu diterima dibanding dengan Waduk Sutami, karena kata Waduk bagi orang sunda berarti kotoran manusia. Pengalaman berhubungan di masa lalu akan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam berhubungan dengan orang lain agar dapat diterima dengan baik. Pengalaman membuat kita harus mengkoordinasikan pikiran, perasaan dan perbuatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. b. Pandangan yang Bias Setiap kejadian dalam dunia alamiah dapat dijelaskan dalam ruang dan waktu. Objek peristiwa bisa sama namun pandangan bisa berbeda sesuai dengan apa yang dilihatnya pada waktu itu saja tanpa merujuknya pada pengalaman, ruang dan suasana.

Contoh : Seorang Ibu yang menangis pada hari pengambilan STTB anaknya yang nakal yang kebetulan lulus dari SMA berbeda dengan seorang Ibu yang menangis ketika sang anak mendadak menerima berita lulus Sipenmaru dan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Pandangan yang bias yang sekilas turut memberi arti terhadap sesuatu. Hal itu mengingatkan kita pada 6 orang buta yang diminta menjelaskan bentuk seekor gajah setelah meraba tubuh gajah. Orang Pertama : Meraba bagian samping tubuh gajah mengatakan gajah adalah seekor binatang berbentuk dinding Orang Kedua : Meraba ujung taring mengatakan gajah adalah berbentuk anak panah Orang Ketiga : Meraba belalai gajah mengatakan gajah berbentuk seperti ular Orang Keempat : Meraba lutut gajah mengatakan bahwa gajah seperti pohon Orang Kelima : Meraba telinga gajah mengatakan bahwa gajah seperti kipas Orang Keenam : Meraba ekor gajah yang diayunkan mengatakan gajah seperti tali. Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesimpulan penginderaan mereka benar sesuai dengan perabaan mereka, akan tetapi pendapat mereka salah karena tidak sesuai dengan konsep gajah yang sebenarnya. Peran alat-alat indera saja tidak cukup untuk memahami suatu objek. Namun jika hasil konsepsi keenam orang tersebut digabungkan dan dikonstruksi seperti seekor gajah yang benar-benar berbentuk binatang, benar-benar menunjukan hasil bias yang luar biasa (lihat gambar). Ketika berkomunikasi antar pribadi kadang-kadang seorang komunikator dan komunikan secara sengaja menutupi sebagian pesan sehingga menimbulkan pandangan yang bias. Contoh lain setelah mengajar,seorang dosen meminta peserta didik menceritakan kembali apa yang telah diterangkan, hasilnya akan berbeda antara yang satu dengan yang lain, masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda malah menjadi bias. Oleh karena itu komunikator harus pandai melihat dan memahami bahwa umpan balik pesan telah bias dan jauh dari apa yang dimaksudkan sehingga dapat diluruskan kembali. c. Harapan berlebihan yang sesuai dengan karakteristik pribadi Unsur terakhir adalah efek pesan yang disesuaikan dengan profesi seseorang, akan mudah diterima daripada pesan yang lain. Kadang-kadang efek terpaan suatu pesan menimbulkan umpan balik yang berbeda-beda antar pribadi. Salah satu sebabnya adalah terlalu besarnya harapan seseorang (baik komunikator maupun komunikan) agar isi pesan benr-benar sesuai dengan harapan maupun visi kedua pihak dalam komunikasi. Masyarakat kampus yang senantiasa hidup dalam suasana ilmiah mengharapkan suatu pesan sesuai dengan visi mereka yaitu informasi yang ilmiah (unsur kognitif lebih diutamakan daripada afektif). Sedangkan Masyarakat Paguyuban misal Perhimpunan Keluarga Ambon lebih mengharapkan unsur afektif dan satu persaan ingat Ambon

daripada efek lain. Jadi setiap orang, kelompok orang dan masyarakat mempunyai harapan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadinya. Arwani (2003) a. Persepsi Persepsi merupakan pantulan perasaan jiwa seseorang terhadap suatu stimulus tertentu yang terjadi di lingkungannya, baik yang ada dalam diri individu yang bersangkutan maupun diluar dirinya atau dihadapannya..Masing-masing orang akan merasakan, menginterpretasikan dan memahami lingkungannya secara berbeda. Persepsi biasanya terbentuk melalui tujuan dan harapan individu. Perbedaan persepsi dapat menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif. Padahal, persepsi seseorang sangat sulit untuk diubah terutama yang telah mengakar lama dalam pikiran dan terjadi pada pengalaman yang sama. Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dipunyai, budaya, sosial ekonomi, ras, jenis kelamin dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya. b. Nilai Nilai disini merupakan keyakinan seseorang tentang nilai suatu ide atau tingkah laku. Menilai suatu tingkah laku atau ide berarti menemukan apakah itu semua cocok untuk orang lain atau tidak. Nilai yang dimiliki seseorang akan mencerminkan kebutuhan atau keinginan yang dimiliki, budaya dan refleksi sosial yang disandangnya, termasuk pola hubungan atau interaksi dengan orang lain. Nilai masing-masing orang sangat bervariasi dan akan berubah serta berkembang setiap saat. Seseorang yang memiliki sistem nilai yang berkembang baik akan mempermudah cara dia menentukan keputusan untuk suatu tindakan tertentu. Nilai juga akan mencerminkan apa yang seseorang pertimbangkan penting dalam hidupnya. Perbedaan pengalaman dan harapan akan membentuk nilai yang beragam pula. Nilai akan mempengaruhi bagaimana seseorang mampu mengekspresikan ide-idenya dan juga bagaimana individu dapat menginterpretasikan ide-ide yang datang dari orang laian. Sehingga konflik nilai bisa saja terjadi jika nilai yang dimiliki seseorang menjadi berbeda dengan yang dimiliki orang lain. c. Emosi Emosi akan sangat mempengaruhi jalannya komunikasi karena dimaknai sebagai perasaan subyektif seseorang tentang kejadian dan mempengaruhi bagaimana individu menggunakan kapasitas yang dimiliki dan bagaimana dia berhubungan dengan orang lain (Potter & Perry, 1987). Dalam hal ini perawat harus mampu memfasilitasi proses komunikasi sehingga emosi tidak akan bercampur dengan optimalisasi tindakan keperawatan yang sedang diberikan. Bagaimanapun perawat harus mampu menunjukkan rasa empati. Biasanya dalam kasus ini jaringan pendukung komunikasi diperlukan antara perawat dan klien untuk mengekspresikan kemungkinan terjadinya gangguan emosi. d. Latar Belakang Sosiobudaya

Budaya yang dipunyai seseorang akan membentuk pandangan umum dan persepsi yang dimilikinya tentang dunia tempat mereka tinggal. Bahasa, gerak-isyarat (gesture), dan sikap seseorang akan mencerminkan budaya yang dimilikinya (cultural origins). Dalam kapasitas ini, seorang perawat harus mampu menerima perbedaan latar belakang budaya klien dan perawat harus mampu bertukar kebudayaan yang dimilikinya dengan bentuk budaya yang melekat pada klien. e. Pengetahuan Perbedaan tingkat pengetahuan akan membuat proses komunikasi semakin sulit. Pengetahuan merupakan hasil dari perkembangan dan pendidikan. Oleh karena itu, wajar jika semakin tinggi perkembangan dan pendidikan seseorang akan semakin kompleks pula bahasa yang dipakai dalam proses komunikasi. Dalam kasus ini,pemakaian bahasa yang lazim digunakan sangat membantu dalam mengkomunikasikan atau menjembatani perbedaan yang terjadi. f. Peran dan Pola Hubungan Seseorang Ada seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain menggunakan pola peran dan hubungan yang tepat sesuai dengan peran dan pola hubungan yang dipunyai lawan bicaranya. Akan tetapi, dapat pula terjadi peran dan pola hubungan di antara mereka sangat berbeda. Jika demikian keadaannya, konflik komunikasi kemungkinan besar bisa terjadi. Karenanya, beberapa strategi dapat digunakan untuk mengeliminasi perbedaan tersebut misalnya dengan menentukan secara tepat kapan menggunakan komunikasi secara formal dan kapan secara informal, misalnya dengan siapa kita bicara. Artinya, kita harus mampu mengidentifikasi peran dan pola hubungan seperti yang dimiliki lawan bicara kita.Sehingga, komuniksai yang efektif dapat diciptakan ketika pelaku komunikasi menyadari pola peran dan hubungan yang dimiliki masing-masing. g. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan bisa berupa lingkungan fisik dan non fisik atau mentalpsikologi. Proses komunikasi akan menjadi lebih efektif jika dilakukan pada kondisi yang nyaman dan kondusif. Kebisingan atau gangguan dan pembatasan hak pribadi kemungkinan dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidaknyamanan dalam komunikasi. Sehingga lingkungan yang membingungkan akan jelas-jelas menganggu proses komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA Alo Liliweri, 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. Pt. Citra Aditya Bakti. Arwani, 2003 Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta. EGC. Eleanor C. hein, 1990 Communication in Nursing Practice Ed 2, America, Brown and Company

Gillies,1994 Nursing Management : a System Approach Heri Purwanto, 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta. EGC Potter & Perry, 1987. Fundamental Nursing. Toronto. Mosby Company.

You might also like