You are on page 1of 65

1

Oseanografi Fisika Hari/ tanggal : Kamis/ 13 November 2009








ANGIN
An Introduction

Oleh:
Sandro Wellyanto Lubis
G24063245









LABORATORIUM OSEANOGRAFI FISIKA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009


2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum angin adalah gerakan massa udara yang bergerak dari sel
tekanan rendah menuju tekanan yang tinggi. Pengetahuan mengenai angin sangat
penting untuk dipelajari karena angin merupakan gaya yang mampu mendorong
terjadinya arus dan gelombang di laut. Selain itu dengan mempelajari angin
identifikasi distribusi pergerakan material, bahang di laut dapat diselidiki sehingga
sangat bermanfaat dalam bidang ekplorasi alut dan dalam bidang perikanan laut.
Angin merupakan kajian yang terkait atmosfer dan bukan laut. Namun perlu
dipelajari dalm fisika oseanografi karena angin memiliki interaksi yang kuat
terhadap lautan dan infomasi angin dapat digunakan untuk aplikasi kelautan seperti
navigasi atau teknik kontruksi bangunan lepas pantai.
Angin memiliki beberapa sifat yang terkait dengan dinamikanya. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan
sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya
berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara
menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya
udara dingin ini dinamanakan konveksi (wikipedia, 2009).
Angin memiliki manfaat dan dapat juga merugikan kehidupan manusia. Pola
angin, kekuatan dan sebaran angin sangat penting dipelajari agar sifat angin secara
pasti diketahui. Dengan mengetahui sifat angin ini maka tindakan mitigasi atau
adaptasi dapat di lakukan dalam rangka mengurangi atau menghindari dampak
negatif dari angin bagi kehidupan manusia. Analisis persebaran angin pada suatu
3
daerah dapat dijadikan indikator untuk melakukan kajian sifat angin. Angin
memiliki sifat membantu pekerjaan manusia, namun juga dapat merusak kegiatan
manusia.
Jadi, kemampuan untuk mengolah data angin diperlukan agar dapat melihat
sifat atau karakter tipe angin yang mempengaruhi sutau daerah. Pada analisis ini
digunakan dua perangkat lunak yaitu WR Plot dan Matlab. Penggunaan perangkat
lunak ini diharapakn dapat membantu dalam kegiatan analisis karakter angin iklim
(jangka waktu panjang) sebagai indikasi pola angin yang dominan mempengaruhi
daeran tersebut.


1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mengolah data angin dengan menggunakan perangkat
lunak matlab dan WR-Plot.
2. Dapat mengoperasikan Matlab dan WR Plot untuk mengolah data angin
suatu perairan.
3. Dapat mengolah dan membuat visualisasi data arah dan kecepatan angin
suatu perairan.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi angin
Menurut Turyanti dan Effendy (2006), angin adalah dinamika perpindahan
massa udara secara mendatar (horizontal), yang pada umumnya diukur dalam dua
parameter yaitu kecepatan dan arah. Gerak vertikal massa udara dapat diabaikan
karena gerak vertikal (w) setara dengan gaya gravitasi. Kecepatan angin umumnya
diukur dengan anemometer sedangkan arah angin diukur dengan panah angin (wind
vane) dan kantong angin (wind sack). Namun seiring berkembangnya pengetahuan
dan teknologi pengukuran angin dilakukan dengan menggunakan teknologi
penginderaan jauh.
Angin adalah massa udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan
udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat
yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah
ke wilayah bersuhu tinggi (wikipedia 2009). Selain itu menurut Pariwono dan
Manan (1991) angin didefinisikan sebagai gerakan udara mendatar (horizontal)
yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara
(tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Gradien tekanan disebabkan oleh
adanya perbedaan suhu udara maka implikasinya adalah semakin besar pula angin
yang bertiup atau massa udara yang bergerak menuju suatu lokasi tertentu.
Menurut Ahrens (2007), angin merupakan gerakan udara yang kekuatanya
sangat bergantung pada gradien tekanan dan merupakan proses penting dalam
transport bahang (panas),kelembaban, uap air, mikrooragnisme dan material
lainnya dari suatu tempat menuju tempat yang lain.
5
Pergerakan angin sangat sering dikaitkan dengan menggunakan hukum II
Newton tentang gerak dalam berbagai kerangka acuan. Diamana angin yang
bergerak akan senantiasa mengikuti laju perubahan momentum persatuan waktu.
Pendekatan untuk menentukan arah dan kecepatan angin adalah analisis dengan
menggunakan persamaan momentum untuk massa udara dalam kerangkan acuan
non-inersia (goesentris) khususnya dalam skala besar (large scale).

2.2 Penyebab terjadinya angin
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah
yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi
serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga
menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain.
Proses terjadinya angin merupakan proses yang relevan dengan fungsi suhu
dan unsur cuaca lainnya. Secara umum angin terjadi karena terbentuknya gradien
tekanan atau slope tekanan udara pada dua wilayah yang berbeda. Hal ini berkaitan
dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Jika
suatu wilayah menerima energi radiasi matahari lebih besar maka suhu udara yang
dimilikinya akan lebih panas dan tekanan udara yang terbentuk akan cenderung
lebih rendah. Perbedaan kerapatan massa udara akan terjadi antara daerah yang
menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima
energi panas, sehingga mengakibatkan terbentuknya aliran udara pada wilayah
tersebut dari tekanan yang lebih tinggi (antilsiklonik) menuju pusat tekanan yang
6
lebih redah (siklonik). Dengan kata lain bahwa pada wilayah pusat tekanan rendah,
tekanan udara di sekitarnya akan menurun karena udara di sekitarnya berkurang
akibat dari pemanasan implikasinya adalaha udara dingin yang memiliki massa
lebih tinggi (padat) dan yang bertekanan tinggi akan mengalir menuju daerah yang
memiliki tekanan yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan dan
suhu udara sangat penting dalam proses terjadinya angin atau perbedaan tekanan
sebagai akibat dari perbedaan suhu inilah yang menjadi penyebab terjadinya angin.
Menurut Ahrens (2007), teori pergerakan angin yang dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur di sebut dengan thermal circulation. Proses ini
menjelasakan bahwa dalam keadaan netral posisi isobar secara vertikal tersusun
sejajar dan datar pada bidang horizontal. Ketika terjadi pemanasan di permukaan
maka isobar ini akan terdorong keatas dan terjadi kekosongan udara pda lapisan
bawahny, sebaliknya pada wilayah lainnya akan mengalami penyusutan aatau
penurunan garis isobark dan pemampatan massa udara. Kekosongan udara pada sel
tekanan rendah ini akan mendorong massa udara dari sel tekanan tinggi (mampat)
bergerak menuju sel tekanan rendah yang kosong. Proses ini terus berlangsung
membentuk pola sirkulasi (looping) secara terus menurus selama sel tekanan
rendah dan tinggi masih terbentuk. Sirkulasi yang disebabkan oleh suhu dan
merubah struktur tekanan udara ini disebut dengan nama thermal circulation.
Di Atmosfer tedapat gaya- gaya yang menimbulkan pergerakan massa udara
atau angin yaitu gaya primer dan gaya skunder. Gaya Primer yang menyebabkan
terjadinya aliran udara horizontal adalah gaya gradien tekanan (PGF).
Semakin tinggi gradien tekanan (dp/dz) maka gaya (PGF) semakin besar
sehingga udara bergerak semakin cepat. Gaya ini terjadi karena adanya perbedaan
7
tekanan yang disebabkan oleh gradien atau slope perbedaan suhu. Gaya gradien
tekanan umumnya sangat mudah dijelaskan dengan menggunakan prinsip
pemanasan pada laut dan darat. Kapasitas darat lebih kecil dari kapasitas panas
laut, sehingga wilayah daratan akan lebih mudah terpanasi dan membentuk sel
tekanan udara rendah. Udara yang berada pada daerah bersuhu tinggi akan
mengembang dan bergerak ke atas sehingga tekanannya menjadi rendah dari
sekitarnya. Akibatnya. Terjadi perbedaan gradien tekanan antara darat dan laut
sehingga terbentuklan gaya gradien tekanan yang menggerakan massa udara dari
laut menuju darat yang memicu terjadinya angin. Udara bergerak dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah dan semakin tinggi gaya gradien tekanan maka akan
semakin cepat udara bergerak. (Turyanti dan Effendy, 2006).







Gambar 1. Aliran massa udara karena gaya gradien tekanan
(Anonim, 2007)

Gaya skunder yang menyebabkan terjadinya angin dan memiliki pengaruh
dalam penentuan jalur (curved path flow) angin pada arah yang bereda-beda adalah
gaya coriolis, gaya sentrifugal dan gaya gesekan. Gaya skunder pembangkit angin
8
adalah gaya yang timbul pada udara setelah udara mulai bergereak atau gaya yang
timbil setelah terjadinya dinamika massa udara dalam suatu periode tertentu.
Gaya coriolis adalah gaya semu bumi yang timbul karena adanya rotasi bumi
atau kecepatan angular bumi. Gaya ini akan membelokan massa udara atau angin
dengan arah yang berbeda. Pembelokan arah angin ke kanan di belahan bumi utara
dan ke kiri di belahan bumi selatan, Perumusan atau notasi untuk persamaan gaya
coriolis adalah (Holton, 2004):
( ) V x k j m
V x m F
c

sin

cos 2
2
O + O =
O =








Gambar 2. Gaya Coriolis akibat rotasi bumi merubah arah angin
(Sumber: http://www.ux1.eiu.edu)

Gaya coriolis ini akan semakin kut membelokan arah angin pada wilayah
lintang tinggi dan maksimum di kutub sedangkan pada daerah lintang rendah
pengaruh gaya ini dapat diabaikan. Gaya skunder lainnya adalah gaya sentrifugal.
Gaya sentrifugal (Fs) adalah gaya tarik ke arah luar pada jalur yang melengkung
Gaya sentrifugal merupakan salah satu sebab terjadinya sirkulasi yang berbeda
pada daerah tekanan rendah dan tinggi di bumi. Dan gaya skunder terakhir adalah
9
gaya gesekan udara (Ff). Gaya gesekan terjadi akibat kekasapan permukaan bumi
Gaya gesekan arahnya berlawanan dengan arah gerak angin. Semakin tinggi dari
permukaan pengaruh gaya gesekan semakin kecil. Gaya gesekan ~ 0 pada
ketinggian > 600 mdpl. Gaya gesekan bergantung kepada kadar kekasaran
permukaan dan ketinggian angin. Permukaan yang lebih kasar, seperti kawasan
bergunung atau berbukit, akan mempunyai gaya gesekan yang lebih kuat
berbanding dengan suatu permukaan yang licin, seperti kawasan dataran.
Selain itu di dalam wikipedia (2009) proses terbentuknya angin dipengaruhi
oleh empat faktor yaitu gradien barometris, letak tempat, tinggi tempat dan waktu.
1. Gradien barometris
Gardien barometris merupakan suatu bilangan yang menunjukkan perbedaan
tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km sehingga jika makin besar
gradient barometriknya maka angin yang dihasilkan akan semakin cepat
(magnitude).
2. Letak tempat
Variasi letak tempat akan mempengaruhi kecepatan angin. Letak ini jga
bergantung dari posisi lintang. Lintang rendah umumnya menerima radiasi surya
lebih besar dari daerah lintang tinggi sehingga potensi terbentuknya sel-sel
tekanan rendah (siklonik) pada daerah khatulistiwa akan lebih besar jika
dibandingkan dengan lintang tinggi sehingga potensi untuk terjadinya angin atau
turbulensi massa udara akan lebih besar jika dibandingkan dengan wilayah dilura
ekuator.


10
3. Tinggi tempat
Ketinggian memiliki korelasi yang cukup erat dengan perubahan tekanan udara.
Wilayah yang lebih tinggi memiliki tekanan udara yang elbih rendah jika
dibandingkan daerah dekat 0 mdpl atau pesisir pantai. Perbedaan ketinggian jug
akan memicu pergerakan angin atau massa udara. Sehingga semakin tinggi
tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup. Namun hal ini juga harus
memperhatikan factor lainnya seperti pengaruh gaya gesekan pada permukaan.
4. Waktu
Waktu umumnya sangat terkait dengan musim dan periode penyinaran matahari.
Pada musim panas pusat tekanan rendah akan lebih banyak terbentuk dan
potensi terjadinya konvergensi udara akan sangat besar sehingga angin akan
bergerak menuju wilayah tersebut begitu pula sebaliknya. Sama halnya pada
siang hari angin akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada malam hari. Hal
ini disebabkan pada siang hari pada daerah tertentu akan memperoleh panas
lebih banyak, sehingga tekanan pada daerah tersebut akan rendah. Adanya
perbedaan tekanan yang cukup signifikan menimbulkan angin yang cukup
kencang. Toeri ini berlaku dengan asumsi bahwa gaya pembangikt angin primer
yang hanya mempengaruhi arah dan kecepatan angin.

2.3 Jenis-jenis angin
Angin dapat dibedakan ke dalam beberapa kelompok. Berdasarkan akibat
adanya gaya tersebut maka timbul jenis angin sebagai angin geostropik, angin
siklostropik, angin thermal, angin gradien, dan angin inersia. Berikut adalah
penjelasan dari masing masing angin tersebut (Holton, 2004):
11
1 Angin geostropik (Geostrophic Flow) adalah angin yang terjadi diantara
dua isobar yang saling sejajar dimana terjadinya kesetimbangan antara gaya
gradien tekanan dan gaya coriolis bumi. Angin geostropik adalah angin
dalam skala besar tanpa gesekan (frictionless). Persamaan angin ini adalah:
n
V f
g
c
u c
=







Gambar 3. Kesetimbangan angin geostropik
(sumber: http://www.atmos.umd.edu)

2 Angin Inersia (Inertial Flow) adalah angin yang terjadi karena adanya
keseimbangan antara gaya sentrifugal dan gaya coriolis. Gaya gradien
tekanan dalam sistem persamaan momentum angin ini diabaikan karena
sistem angin melewati garis isobar yang seragama (homogen) artinya tidak
terdapat perubahan gradien geopotensial terhadap waktu. Persamaan angin
inersi adalah:
0
2
= + v f
r
V

3 Angin gradien (Gradient Flow) adalah angin yang terjadi karena lewatnya
massa udara pada diantara isobar yang melengkung pada pusat tekanan
12
tinggi (antisiklonik) dan tekanan rendah (siklon). Angin ini merupakan
resultan dari gaya sentrifugal, coriolis dan gradien tekanan. Angin gradien
mengikuti persamaan berikut :
0 sin 2
1
2
= +
A
A
+ V
n
p
d r
V






Gambar 4. Angin gradien pada inti siklonik dan antisiklonik

4 Angin Thermal (Thermal Flow) adalah angin yang terbentuk karena
resultan dari dua angin geostropik pada level yang berbeda dan karena
adanay distribusi suhu rata-rata pada setiap level. Angin thermal sangat
bermanfaat khususnya dalam analisis atau penentukan dan prediksi angin
pada level isobarik yang berbeda di permukaan bumi. Persamaan angin ini
adalah:
o
P T
P
Po
P T
P
Po
P g g
P
P
Po
g
V
V
P g
P
P
T x k
f
Rd
V
p T x k
f
Rd
V
p T x k
f
Rd
V V
p T x k
f
Rd
V
p T x k
f
Rd
V
g
g
1
1
1
0 1
1
ln
ln
ln ) (
ln ) (
ln ) (
1
0
> < V =
c V =
c V =
c V = c
c V = c
.
.
.
.
.
}
}
} }


13







Gambar 5. Konsep terbentuknya Angin Thermal (Holton, 2004)
5 Angin Siklostropik (Cyclostrophic Flow) adalah angin yang terbentuk
akiban adanya pengabaian (neglected) gaya coriolis dan terbentuknya
kesetimbangan antara gaya gradien tekanan dan gaya sentrifugal akibat
rotasi bumi. Persamaan angin siklostropik adalah:
2 / 1
2
|
.
|

\
|
c
u c
=
c
u c
=
n
R V
n R
V

Berdasarkan skalanya angin dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu angin
skala mikro, meso dan makro (Ahrens, 2007). Angin skala mikro adalah angin
yang hanya terjadi sesaat. Angin skala makro adalah angin lokal seperti angin darat
dan laut ( sea and land breeze ), angin lembah dan gunung (mountain and valley
breeze), dan Chinook Wind (Foehn). Angin lokal merupakan angin yang timbul
akibat kondisi lokal yang biasanya disebabkan oleh perbedaan suhu dan topografi.
Angin lokal cakupan wilayahnya terbatas pada daerah yang kecil.
14
1. Angin darat (Land breeze ), merupakan angin yang berhembus (blowing)
dari darat menuju laut dan terjadi pada malam hari. Proses terjadinya angin
ini karena adanya gaya gradien tekanan akibat laju penurunan suhu darat
yang lebih cepat dibandingkan lautan sehingga terbentuk sistem tekanan
tinggi di darat yang mendorong massa udara untuk bergerak menuju laut.
Angin darat terjadi ketika pada malam hari energi panas yang diserap
permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan
(udara dingin). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses
dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin
dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga
terjadi aliran udara dari darat ke laut. Angin darat terjadi pada tengah
malam dan dini hari (www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276).
Secara singkat angin darat terjadi ketika daratan lebih cepat melepaskan
panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan
lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut.
2. Angin laut (Sea breeze ), merupakan angin yang berhembus (blowing) dari
laut menuju darat dan terjadi pada siang hari. Proses terjadinya angin ini
karena adanya gaya gradien tekanan akibat laju kenaikan suhu darat yang
lebih cepat dibandingkan lautan sehingga terbentuk sistem tekanan rendah
di laut yang mendorong massa udara untuk bergerak menuju darat. Angin
laut terjadi ketika pada siang hari, energi panas yang diserap permukaan
bumi sepanjang hari akan menaikan suhu udara daratan secara cepat (udara
panas). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses
dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin
15
dari laut bergerak menggantikan udara yang naik di daratan sehingga terjadi
aliran udara dari laut ke darat. Secara singkat angin laut terjadi ketika
daratan lebih cepat panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan
minimum dan lautan bertekanan maksimum sehingga angin bertiup dari laut
menuju darat.





Gambar 6. Proses Pembentukan angin laut (atas) dan angin darat (bawah)
(sumber: http://www.e-dukasi.net)
Persamaan angin darat dan angin alut diatas dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan teorema solenoid vortisitas dan persamaan gaya
gradien tekanan. Menurut Holton (2004) persamaan teorema solenoid
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
( ) | | A d p x T
p
R
dt
dCi
i

- V V = |
.
|

\
|
}}
1

3. Angin lembah (Valley breeze). Pada siang hari udara yang seolah-olah
terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara
di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari
lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Proses terjadinya angin
lembah dapat dijelaskan sebagai berikut pada waktu siang, pemanasan
16
lembah gunung oleh sinar matahari akan menyebabkan udara menjadi panas
dan kemudian naik ke atas hingga ke puncak gunung. Udara panas yang
naik ke atas menjadi dingin melalui pendinginan adiabatik dan kemudian
menghasilkan awan kumulus serta hujan lebat.








Gambar 7. Angin lembah dan angin gunung (Anonim, 2007)
4. Angin gunung (Mountain breeze), adalah angin yang memiliki konsep
pembentukan sama dengan angin lembah. Angin gunung adalah angin yang
bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam
hari (wikipedia, 2009). Proses terjadinya angin gunug dapat dijelaskan
sebagai berikut pada waktu malam hari, lembah gunung lebih cepat
mengalami penurunan suhu udara jika dibandingkan dengan puncak
gunung. Udara dari pusat tekanan tinggi bergerak menuju pusat tekanan
rendah yaitu di puncak gunung sehingga terbentuk angin gunung. Angin
gunung juga sering disebut dengan nama gravity winds atau nocturnal
17
drainage winds karena arah pergerakan angin menuju lembah gunung juga
di dorong oleh gaya gravitasi bumi.
5. Angin Foehn, Angin ini dikenal dengan nama yang berebda-neda
diantaranya adalah angin Chinook ( USA), Bohorok (Sumut), Gending
(Pasuruan), Kumbang (Cirebon). Angin ini terjadi karena pada saat udara
menuruni lereng (leewerd) maka akan dipanaskan oleh karena adanya
kompresi. Pada saat pengangkatan massa udara dilereng arah tujuan angin
(windward) mengalami kondensasi, terjadi pelepasan panas laten sehingga
udara yang turun pada sisi berikutnya (leewerd) lebih hangat dan kering
dibandingkan pada sisi tujuan angin pada ketinggian yang sama. Pada
umumnya angin ini terjadi pada musim dingin atau musim semi, sehingga
suhu udara didaerah tersebut dibawah suhu pembekuan, sehingga turunnya
udara dengan suhu 10
o
C cukup berbeda dengan suhu udara disekitarnya.
Daerah pada ketinggian yang sama tetapi pada lereng yang berbeda sering
kali mengalami perbedaan penerimaan mjumlah hujan sehingga bagian
lereng yang menerima curah hujan lebih sedikit dikenal sebagai daerah
bayangan hujan (rainshadow effect).





Gambar 8. Angin Chinook (Turyanti dan Effendy, 2006)
18
Sistem angin dalam skala makro atau global yang sering dikaji adalah sistem
angin pasat (tradewind) dan sistem angin monsoon (Monsoon winds). Angin dalam
skala global adalah angin yang bergerak secara luas dalam sistem bumi.
Angin pasat (Trade wind) adalah sistem angin yang terbentuk akibat adanya
perbedaan gradien global hemispher bumi utara dan selatan sehingga
mengakibatkan terbentuknya pergerakan massa udara. Angin pasat menurut
Turyanti dan Effendy, (2006) adalah udara yang bergerak menuju ekuator dari
timur laut dibelahan bumi utara dan dari arah tenggara di belahan bumi selatan.
Angin ini terbentuk di lintang kuda yaitu adanya sabuk tekanan tinggi 25
o
-30
o

LU/LS. Tekanan tinggi ini mendorong udara menuju ke sabuk tekanan rendah di
sepanjang ekuatro yang dikenal dengan nama doldrums. Wilayah sebaliknya
mengalami apa yang disebut dengan angin anti pasat. Udara di atas daerah ekuator
yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik
merupakan angin Anti Pasat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat
Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut.
Pada daerah sekitar lintang 20
o
- 30
o
LU dan LS, angin anti passat kembali turun
secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di
udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya
gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia
(http://perpustakaan-online.blogspot.com).
Angin monsoon (Monsoon winds), dicirikan oleh perubahan arah akibat
perubahan musim Dominan di daerah India dan Asia tenggara. Pola hujan yang
panjang pada musim panas (summer) diikut oleh musim gugur (auntum) dan kering
pada musim dingin (winter). Sirkulasi ini terjadi akibat adanya perubahan posisi
19
matahari terhadap bumi serta perbedaan pemanasan dan pendinginan daratan dan
lautan dalam skala luas. Secara umum angin monsoon di kelompokan menjadi dua
yaitu monsoon barat dan monsoon timur. Dalam wikipedia (2009), klasifikasi ini
adalah sebagai berikut:
Angin Musim Barat
Angin Musim Barat/Angin Monsun Barat adalah angin yang mengalir dari
Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung
curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena
angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan
dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin
Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.
Angin Musim Timur
Angin Musim Timur/Angin Monsun Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan
(kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah sempit
dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau.
2.4 Angin di Lautan
Sistem angin yang terdapat pada laut sebagian besar sama dengan jenis-jenis
angin yang telah dijelaskan diatas. Observasi, eksplorasi pengetahuan tentang angin
telah berkembang bertahun-tahun yang lalu dan data tentang angin telah
dikumpulkan dan di analisis oleh para ahli. Pengetahuan tentang angin di laut
berkembang bersamaan dengan majunya sistem pelayaran dan perdagangan laut
zaman dulu.
20
Pada tahun 1805, seorang Laksamana muda Angkatan Laut Inggris yang
bernama Beaufort menyusun suatu sistem untuk memperkirakan dan melaporkan
kecepatan angin berdasarkan jumlah layar yang bergerak. Admiral Sir F. Beaufort
memetakan kekuatan dari angin di lautan.
Skala Beaufort adalah skala yang digunakan untuk memperkirakan
kecepatan angin melalui fenomena yang tampak. Skala ini terdiri dari 13 angka dari
mulai 0 untuk kondisi tenang (asap bergerak vertikal) dengan perkiraan kecepatan
angin < 1mil/jam hingga 12 untuk kecepatan angin yang sangat merusak pada
kejadian hurricane (Turyanti dan Effendy, 2006).
Selain itu dalam sistem angin badai di laut dikenal juga sistem skala angin
hurricane yaitu skala untuk mengukur kekuatan badai angin tropis di samudera
Atlantik dan Pasifik.
Dari hasil pengamatannya di peroleh jenis-jenis kecepatan angin yang
dikonversikan ke dalam sebuah table skala Beaufort berikut :

Tabel 1. Skala beaufort untuk Angin untuk jenis angin di laut
(sumber: www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276)
Skala
Beaufort
Kategori
Satuan
dalam
km/jam
Kecepatan
(knot)
Keadaan di daratan Keadaan di lautan
0
Udara
Tenang
0 0
Asap bergerak secara
vertikal
Permukaan laut seperti kaca
1~3
Angin
lemah
19 10
Angin terasa di wajah;
daun-daun berdesir;
kincir angin bergerak
oleh angin
riuk kecil terbentuk namun tidak pecah; permukaan
tetap seperti kaca
4
Angin
sedang
20~29 11~16
Debu terangkat dan
menerbangkan kertas;
cabang pohon kecil
bergerak
Ombak kecil mulai memanjang; garis-garis buih
sering terbentuk
21
5
Angin
segar
30~39 17~21
Pohon kecil berayun;
gelombang kecil
terbentuk di perairan di
darat
Ombak ukuran sedang; buih berarak-arak
6
Angin
kuat
40~ 50 22~ 27
Cabang besar bergerak;
siulan terdengar pada
kabel telepon; payung
sulit digunakan
Ombak besar mulai terbentuk, buih tipis melebar dari
puncaknya, kadang-kadang timbul percikan
7
Angin
ribut
51~ 62 28 ~33
Pohon-pohon bergerak;
terasa sulit berjalan
melawan arah angin
Laut mulai bergolak, buih putih mulai terbawa angin
dan membentuk alur-alur sesuai arah angin
8
Angin
ribut
sedang
63~ 75 34~ 40
Ranting-ranting patah;
semakin sulit bergerak
maju
Gelombang agak tinggi dan lebih panjang; puncak
gelombang yang pecah mulai bergulung; buih yang
terbesar anginnya semakin jelas alur-alurnya
9
Angin
ribut kuat
76~ 87 41~ 47
Kerusakan bangunan
mulai muncul; atap
rumah lepas; cabang
yang lebih besar patah
Gelombang tinggi terbentuk buih tebal berlajur-lajur;
puncak gelombang roboh bergulung-gulung; percik-
percik air mulai mengganggu penglihatan
10 Badai 88~ 102 48~ 55
Jarang terjadi di daratan;
pohon-pohon tercabut;
kerusakan bangunan
yang cukup parah
Gelombang sangat tinggi dengan puncak
memayungi; buih yang ditimbulkan membentuk
tampal-tampal buih raksasa yang didorong angin,
daerahuruh permukaan laut memutih; gulungan
ombak menjadi dahsyat; penglihatan terganggu
11 Badai kuat 103 ~117 56~ 63
Sangat jarang terjadi-
kerusakan yang
menyebar luas
Gelombang amat sangat tinggi (kapal-kapal kecil dan
sedang terganggu pandangan karenanaya),
permukaan laut tertutup penuh tampal -tampal putih
buih karena daerahuruh puncak gelombang
menghamburkan buih yang terdorong angin;
penglihatan terganggu
12+ Topan 118 64
Udara tertutup penuh oleh buih dan percik air;
permukaan laut memutuh penuh oleh percik-percik
air yang terhanyut angin; penglihatan amat sangat
terganggu

Skala untuk mengukur angin hurricane di laut disusun oleh Herbert Saffir
dan Robert Simpson awal tahun 1970an. Skala ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu
skala 1 dengan kecepatan sekitar 119-153 km/jam hingga 5 dengan kecepatan 249
km/jam.
Tabel 2. Tabel Saffir Simpson Scale (Turyanti dan Effendy, 2006)
SAFFIR SIMPSON SCALE
Type CG
Winds
(mph)
Winds
(knot) Pressure (mb)
Surge
(ft)
Tropical Depression TD <39 <34
Tropical storm TS 39-73 34-63
Hurricane 1 74-95 64-82 >980 4-5
Hurricane 2 96-110 83-95 965-980 6-8
22
Hurricane 3 111-130 96-113 945-965 9-12
Hurricane 4 131-155 114-135 920-945 13-18
Hurricane 5 >155 >135 <920 >18

2.5 Pola umum angin di Indonesia
Pola umum angin yang terdapat di Indonesia pada umumnya merupakan
pola angin yang dipengaruhi oleh angin monsun dan angin pasat. Angin monsun
yang melintasi Indonesia dikenal dengan angin monsun Asia atau angin monsun
Barat dan angin monsun Australia yang dikenal dengan angin monsun timur.
Sedangkan angin pasat yang terjadi di Indonesia adalah angin pasat timur laut dan
pasat tenggara.
Adanya pengaruh yang kuat dari sistem monsun ini di akibatkan karena
angin di Indonesia ditentukan oleh pola tekanan di Australia dan Asia, pola tekanan
ini mengikuti pola gerak tahunan matahari. Sebagai akibatnya pola angin di
Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang berubah arah
hampir setengah belahan bumi dalam setiap tahunnya. Pola angin monsun barat
yang datang dari Asia menyebabkan terjadinya musim hujan, sedangkan monsun
timur yang datang dari Australia menyebabkan terjadinya musim kemarau di
Indonesia. Suhu muka laut di perairan Indonesia sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer. Jika suhu muka laut dingin uap air di atmosfer
menjadi berkurang, sebaliknya jika suhu muka laut panas uap air di atmosfer
banyak (Wyrtki, 1987). Pengaruh monsun yang kuat yang mempengaruhi
Indonesia dikenal dengan nama monsun barat (Asia) dan monsun timur (Australia).
Angin Monsun Barat
Angin monsun barat pada umumnya mulai terjadi pada bulan Oktober April.
Proses terbentuknya angin ini karena posisi matahari berada di belahan bumi
23
selatan (BBS), sehingga belahan bumi selatan khususnya wilayah daratan benua
Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari pada benua Asia.
Terbentuknya sel tekanan rendah di Australia akibat ekspanasi thermal atau
pemanasan. Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya
rendah dan tekanan udaranya menjadi tinggi.







Gambar 9. Pola Pergerakan Angin Monsun Barat (Asia) di Indonesia.
(Sumber: http://www.e-dukasi.net)
Gradien tekanan ini mengakibatkan terjadinya pergerakan angin dari benua
Asia ke benua Australia sebagai angin monsun barat. Angin ini melewati Samudera
Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan
tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia
turunlah sebagai presipitasi hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari
Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang
cukup tinggi (Turyanti dan Effendy, 2006). Kasus monsoon seperti ini hanya
terjadi untuk Indonesia, sedangkan untuk wilayah daratan Asia barat seperti Hindia
pada saat matahari bergerak ke selatan maka massa udara kering akan turun ke
daratan sehingga terjadi kemarau yang sangat parah.

24
Angin Monsun Timur
Angin monsun ini merupakan kebalikan dari angin monsun barat. Angin
monsun timur pada umumnya terjadi setiap bulan April - Oktober, ketika matahari
mulai bergeser ke belahan bumi utara. Mekanismenya adalah sebagai berikut pda
saat matahri bergerak menuju utara belahan bumi (BBU), di belahan bumi utara
khususnya benua Asia temperaturnya akan menjadi tinggi dan tekanan udara
rendah (minimum).







Gambar 10. Pola Pergerakan Angin Monsun Timur (Australia) di Indonesia
(Sumber: http://www.e-dukasi.net)

Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari,
temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan
angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin monsun
timur. Sifat angin ini adalah tidak membawa uap air yang banyak sehingga potensi
hujan sangat kecil, atau membawa dampak kekeringan karena hanya melewati laut
kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafuru, dan bagian selatan Irian
Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di Indonesia sering
menyebutnya sebagai musim kemarau. Sedangkan untuk wilayah daratan Asia
25
barat seperti Hindia pada saat matahari bergerak ke selatan maka massa udara
kering akan turun ke daratan sehingga terjadi kemarau yang sangat parah.
Di antara kedua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau terdapat musim
lain yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan). Pada musim-musim Peralihan,
matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan
arahnya tidak menentu. Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau
disebut musim kemareng, sedangkan peralihan dari musim kemarau ke musim
penghujan disebut musim labuh. Adapun ciri-ciri musim pancaroba (peralihan),
yaitu antara lain udara terasa panas, arah angin tidak teratur, sering terjadi hujan
secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan lebat. (Turyanti dan Effendy, 2006).
Selain angin monsun wilayah Indonesia juga dipengaruhi kuat oleh sistem
angin pasat dunia. Angin Pasat Tenggara dan pasat timur laut berhembus secara
normal sepanjang tahun. Angin Pasat mengakibatkan massa air yang hangat di
bagian Timur Samudera Pasifik bergerak menuju perairan Timur Indonesia. Angin
Pasat Tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan
permukaan laut sepanjang pantai Mindanao- Halmahera- Irian Jaya di Samudera
Pasifik bagian Barat lebih tinggi dari pada permukaan laut sepanjang pantai
Sumatera - Jawa Sumbawa di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya
gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan laut, sejumlah
massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia
Angin pasat timur laut umumnya terjadi pada bulan dimana matahari berada
di belahan selatan bumi yaitu pada bulan Desember hingga Maret, sedangkan angin
pasat tenggara terjadi pada bulan Juni hingga September (Turyanti dan Effendy,
2006).
26
2.6 Perangkat lunak WR Plot
WR Plot adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memplotkan data
arah dan kecepatan angin secara otomatis dengan menerapkan sistem windrose
manual. Sebagaimana dikertahui bahwa wind rose memberikan dua informasi
sekaligus arah angin serta kecepatannya. Biasanya penyajian seperti ini sangat
berguna dalam dunia navigasi atau pelayaran.
Program ini mampu menjelaskan statistic wind rose dan plotnya untuk
beberapa format data meteorologi. Nilai yang terdapat dalam windrose merupakan
nilai hitungan statistika dari sebaran data klimatologi unsur cuaca umumnya
minimal 10 tahun dengan kata lain perangkat ini menampilkan nilai sebaran
frekuensi yang terdapat pada angin di tiap sektor arah angin secara spesifik dan
kecepatan kelas angin untuk menunukkan suatu lokasi dan periode waktunya.
Dalam satu paket perangkt ini, tidak hanya visualisasi arah angin yang dapat di
lihat tetapi juga tabel sebaran distribusi frekuensi dari kecepatan angin beserta
stabilitas kelasnya, plot wind rose untuk kecepatannya dan stabilitas kelasnya ,
error checking report , Resultan unit vector dan fitur yang lainnya.
(www.weblakes.com/lakewrpl.html). Fitur lainnya yang terdapat pada WR Plot
adalah dapat menganalisis data cuaca dalam bentuk format SCRAM, CD144,
SAMSON, HUSWO, dan bentuk TD-3505, membaca data AERMOD dan ISCST3
pre-proses data meteorologi, menampilkan diagram angin berdasarkan kecepatan
angin dan kelas-kelasnya, menampilkan intensitas hujan, termasuk data presipitasi
(www. weblakes. com/ lakewrpl. html).

27
3. METODOLOGI

3.1 Peta lokasi/stasiun perolehan data Angin beserta sebaran stasiun beserta
kondisi geografisnya.

















Gambar 11. Peta lokasi/stasiun perolehan data Angin

Daerah yang menjadi pengamatan untuk mengetahui pola angin yang terjadi
adalah daerah laut atau perairan utara pulau Halmahera, tepatnya pada koordinat
28
27.5
0
LU dan 127.5 BT. Halmahera Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang
terdiri atas tiga musim yaitu musim hujan pada bulan November sampai Februari
musim kemarau pada bulan April sampai dengan bulan Oktober, dan musim
Pancaroba pada bulan Maret dan Oktober.
Arah angin yang berhembus pada pulau Halmahera pada umumnya
mengikuti pola hujan yang terjadi dan iklim wilayah tersebut. Secara umum pola
angin dan musim kepulauan Halmahera dibagi menjadi empat yaitu:
1. Daerah lklim Halmahera Utara, musim hujan berada pada bulan Desember-
Februari dan kemarau dalam bulan Agustus-Desember yang diselingi
pancaroba pada bulan Nopember-Desember.
2. Daerah Iklim Halmahera Tengah dan Halmahera Barat; dimana dipengaruhi
musim Utara pada bulan Oktober-Maret, pancaroba pada bulan April.
Musim Selatan pada bulan April-September yang diselingi angin Timur dan
pancaroba pada bulan September.
3. Daerah Iklim Halmahera Selatan, dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim
Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan pancaroba
pada bulan April, musim Selatan pada bulan September diselingi angin
Timur dan pancaroba dalam bulan September.
4. Daerah Iklim Kepulauan Sula; terdiri atas dua musim, musim Utara pada
bulan Oktober-Maret diselingi angin Barat dan pancaroba pada bulan April
dan musim Selatan pada bulan April-September, diselingi angin Timur dan
pancaroba pada bulan September. (Wikipedia, 2009).

29
3.2 Metode perolehan data dari internet
















Gambar 12. Diagram Alir perolehan data Angin

Langkah awal dari pengolahan data adalah bagaiaman cara memperoleh data
dari sumbernya. Pada praktikum ini data diperoleh langsung dari internet melalui
situs Eropa yaitu http:// www.ecmwf.int. Pada situs ini pilih menu data rmalan 40
tahunan dan data bulanan (1/1) misalnya dari tahun 1990-2000. Kemudian tentukan
posisi dan interval. Kemudian simpan data dalam format *nc. Untuk membuka data
yang telah didownload adalah dengan menggunakan ODV (ocean data view).
Setelah data dubuka di ODV maka proses analisis lebih lanjutt dapat dilakukan di
berbagai perangkat visualisasi data angin sperti matlab atau WR Plot.
Operasikan dengan
ODV
Hubungkan dengan internet
(www.ecmwf.int)
Unduh Data Angin dengan
memilih data ramalan 40
Ambil Data dari tahun 1999-2000
Atur kisaran waktu, dan interval data, serta lokasi

Save data dalam format
*.nc

30
3.3 Metode pengolahan data dengan perangkat lunak ODV, Excel, WR Plot
dan MATLAB

3.3.1 Metode pengolahan data dengan menggunakan Excel dan ODV











Gambar 13. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan ODV dan
Excel
Diagram Alir di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertama adalah buka data hasil download dengan menggunakan ODV
2. Tentukan lokasi pergerakan angin yang diinginkan dan perbesar wilayah dengan
zoom in.
3. Kemudian Eksport ODV spreadsheet dalam bentuk *.txt untuk selanjutnya akan
diolah pada excel
4. Buka data *.txt dengan menggunakan Excel, atur kolom data.
Ambil data mentaha angin *nc dan
buka dengan ODV
Tentukan lokasi stasiun angin yang
akan dianalisis
Buka file*txt di excel
Tentukan Arah dan Kecepatan Angin
Export ODV Spread sheet dalam
format *txt
Konversi U dan V, tentukan Arah dan siap
divisualisasikan dengan program Matlan
atau WR-Plot
31
5. Ambil data komponen U dan V, kemudian konversikan sehingga didapat arah
dan kecepatan.Simpan dalam bentuk *.xls
3.3.2 Metode pengolahan data angin dengan menggunakan WR-Plot













Gambar 14. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan WR-Plot
Salah satu cara pengolahan visualisasi data angin adalah dengan
menggunakan program WRPlot. Peratama adalah import data yang telah diekstrak
dari file *nc yang sebelumnya disimpan dengan menggunakan excel file *xls.
Setelah data tersebut diimport, berikan nama untuk setiap nilai yang muncul pada
setiap kolom yang terdapat dalam software. Dimana pada kolom a adalah kolom
tahun, kolom b adalah kolom bulan, kolom c adalah kolom tanggal, kolom d adalah
kolom waktu, kolom e adalah kolom arah, dan kolom f adalah kolom kecepatan.
Save dalam format
SAMSON *sam
Import data Excel *xls
Berikan nama untuk setiap variabel
yang ada dan Asosiasikan tahun bulan,
tanggal, hari, jam, dan arah
Tentukan stastion
Tentukan jumlah Wind Direction dan Units
yang dibutuhkan
Masuk ke Program WRPlot
32
Setelah selesai, masuk ke bagian station untuk memberikan nama pada station,
kemudian save dalam format SAMSON atau file *sam.
Klamngkah kedua adalah masuk kembali ke menu utama, add atau tambahkan
data SAMSON *sam tersebut (add file), kemudian tentukan arah angin (Wind
Direction) dan Unit yang sesuai dengan gambar yang akan divisualisasikan. Hasil
visualisasi disimpan dengan cara edit -- copy to file dalam bentuk bitmap.

3.3.3 Metode pengolahan data angin dengan menggunakan MATLAB












Gambar 15. Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan Matlab
Pengolahan data pada Matlab hal pertama matlab yang harus diperhatikan
adalah bahwa sintaks dan file yang akan dijalankan sudah tepat dan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Langkah pertma yang dilakukan adalah input data arah dan
Tampilkan dalam bentuk
Windrose dan Stick Plot
Buka sintaks dan sesuaikan range
Sesuaikan waktu,koordinat
Copy ke command window
Layout atau skala (colour scale)
Simpan data Angin*xls dalam format *txt.
33
kecepatan angin yang telah disave dalam bentuk * txt. Data yang sudah di save lalu
di masukan ke work dalam matlab, lalumodifikasi sintaks atau atur sintaks sesuai
dengan data inputan. Setelah itu masukan syntax yang telah adadan eksekusi
program. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai yaitu buka syntax di editor dan
sesuaikan dengan nama file yang ada, copy ke command window, run program dan
akhirnya tambahkan color scale, eksport dalam bentuk *.jpg

34
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tampilan Windrose, histogram distribusi frekuensi dan tabel distribusi
frekuensi rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun (1991-2000)







Gambar 16. Wind rose Angin Januari,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)









Gambar 17. Wind rose Angin Februari,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)
35







Gambar 18. Wind rose Angin Maret,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)











Gambar 19. Wind rose Angin April,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)


36








Gambar 20. Wind rose Angin Mei,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)










Gambar 21. Wind rose Angin Juni,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)
37








Gambar 22. Wind rose Angin Juli,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)










Gambar 23. Wind rose Angin Agustus,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

38







Gambar 24. Wind rose Angin September,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)










Gambar 25. Wind rose Angin Oktober,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

39







Gambar 26. Wind rose Angin November,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)










Gambar 27. Wind rose Angin Desember,WR Plot (kiri) & Matlab (kanan)

40






Gambar 28. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Januari (Kiri) dan
Februari (Kanan)











Gambar 29. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Maret (Kiri) dan April
(Kanan)

41






Gambar 30. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Mei (Kiri) dan Juni
(Kanan)











Gambar 31. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin Juli (Kiri) dan Agustus
(Kanan)
42








Gambar 32. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin September (Kiri) dan
Oktober (Kanan)









Gambar 33. Histogram dan Distribusi Frekuensi Angin November (Kiri) dan
Desember (Kanan)
43
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Januari 1991-2000



Tabel 4. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Februari 1991-2000




Tabel 5. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Maret 1991-2000




Tabel 6. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin April 1991-2000



44
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Mei 1991-2000



Tabel 8. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Juni 1991-2000




Tabel 9. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Juli 1991-2000




Tabel 10. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Agustus 1991-2000



45
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin September 1991-2000



Tabel 12. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Oktober 1991-2000




Tabel 13. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin November 1991-2000




Tabel 14. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin Desember 1991-2000

46
Pada bulan Januari, angin dominan berasal dari barat daya dengan frekuensi
41.67 %, dan dengan kecepatan angin maksimum berkisar 5.7-8.8 m/s. Distribusi
angin pada kecepatan 0.5-2.1 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s
adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 16.8%.
Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adan >= 11.1 m/s tidak memiliki
nilai karena tidak ada angin yang berhembus dengan kecepatan lebih dari 8.8 m/s.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin rata-rata pada bulan Januari
tergolong sedang antara 2.1-5.7 m/s.
Di bulan Februari, arah angin yang dominan masih berasal dari arah barat daya
dengan frekuensi terjadinya yang lebih tinggi dari bulan Januari yaitu 88.89 % dan
dengan kecepatan angin maksimum berkisar 8.8-11.1 m/s. Distribusi frekuensi
kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin
2.1-3.6 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah
37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 20.8%. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 1.4% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.
Angin tenang (calms) berkisar 2.8 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecepatan angin rata-rata pada bulan Februari menyebar dari kisaran calms hingga
11.1 m/s.
Pada bulan Maret, arah angin yang dominan masih berasal dari Barat daya
dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 1-4 m/s adalah 33.33%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 4-7 m/s adalah
41.7 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 7-11 m/s adalah 25%. Namun pada
47
bulan Maret arah angin dari Barat daya masih mendominasi kuat dibandingkan
arah angin lainnya.
Selanjutnya pada bulan April, arah angin yang dominan mulai bergeser yaitu
berasal dari arah timur laut dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %.
Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi
kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin
3.6-5.7m/s adalah 37.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s dan
kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 0% dan begitu juga >= 11.1 m/s adalah 0%.
Pada bulan ini dapat disimpulkan bahwa arah angin berhembus mulai bergeser
menuju timur laut.
Di bulan Mei, arah angin yang dominan berasal dari arah utara dengan total
distribusi frekuensi sebesar 85.9 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 1-4 m/s
adalah 58.3%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 4-7 m/s adalah 25 %. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 7-11m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 11-17 m/s adalah 4.2%. Angin pada bulan ini memiliki arah yang terletak
sekitar utara-timur laut.
Di bulan Juni, arah angin yang dominan berasal dari arah timur laut dengan
total distribusi frekuensi sebesar 29.17 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-
2.1 m/s adalah 20.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 37.5
%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 29.2 %. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 8.8-11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.

48
Di bulan Juli, arah angin yang dominan berasal dari arah timur laut dengan total
distribusi frekuensi sebesar 45.83%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1
m/s adalah 29.2 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 29.2%.
Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi
kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 8.3%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-
11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.
Di bulan Agustus, arah angin yang dominan masih berasal dari utara dengan
total distribusi frekuensi sebesar 45.83 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-
2.1 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah
16.7%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 45.8%. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 8.8-11.1 m/s adalah 8.3% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.
Di bulan September, arah angin yang dominan berasal dari arah utara-timur laut
dengan total distribusi frekuensi sebesar 45.8%-33.3%. Distribusi frekuensi
kecepatan angin 0.5-2.1 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-
3.6 m/s adalah 16.7%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah
45.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25%. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 8.8-11.1 m/s adalah 8.3% dan >= 11.1 m/s adalah 0%.
Pada bulan Oktober, arah angin yang dominan berasal dari arah barat dengan
total distribusi frekuensi sebesar 29.12%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-
2.1 m/s adalah 25%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah
29.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 37.5%. Distribusi
frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 4.2%. Distribusi frekuensi kecepatan
49
angin 8.8-11.1 m/s adalah 0% dan >= 11.1 m/s adalah 0%. Frekuensi kecepatan
angin tenang (calms) adalah 4.2 %.
Di bulan November, arah angin yang dominan berasal dari arah timur dengan
total distribusi frekuensi sebesar 50 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 0.5-2.1
m/s adalah 12.5%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s adalah 25%.
Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 37.5 %. Distribusi frekuensi
kecepatan angin 5.7-8.8 m/s adalah 25 %. Distribusi frekuensi kecepatan angin 8.8-
11.1 m/s dan >= 11.1 m/s adalah 0%.
Di bulan Desember, arah angin yang dominan berasal dari arah tenggara
dengan total distribusi frekuensi sebesar 29.17%. Distribusi frekuensi kecepatan
angin 0.5-2.1 m/s adalah 29.2%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 2.1-3.6 m/s
adalah 45.8%. Distribusi frekuensi kecepatan angin 3.6-5.7m/s adalah 25 %.
Distribusi frekuensi kecepatan angin 5.7-8.8 m/s, kecepatan angin 8.8-11.1 m/s dan
>= 11.1 m/s adalah 0%. Pada bulan ini angin dominan berhembus dari tenggara.
50
4.2 Windrose, histogram distribusi frekuensi dan tabel distribusi frekuensi
dari rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun (1991-2000).











Gambar 34. Wind Rose rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun
(1991-2000)













Gambar 35. Histogram rata-rata arah dan kecepatan angin selama 10 tahun
(1991-2000)
51
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Arah dan Kecepatan Angin 1991-2000









Berdasarkan gambar wind rose yang diperoleh dari tahun 1991 sampai dengan
2000, maka dapat terlihat bahwa sebaran arah angin dan sebaran kecepatan angin
pada koordinat 27.5 LU dan 127.5 BT selama 10 tahun didominasi oleh angin
yang berhembus dari arah 15
o
- 45
o
atau berhembus dari arah sekitar timur laut.
Pada gambar windrose ditunjukan juga bahwa arah angin ini cenderung berhembus
menuju arah barat daya dengan persentase 21.67% dan arah angin yang paling
sedikit angin berhembus adalah tenggara sebesar 1.25% dengan kecepatan
maksimum 5.7-8.8 m/s. Meskipun arah angin dominan dari arah 15
o
- 45
o
, angin
yang berhembus dari arah 195
o
-225
o
dan 225
o
-255
o
atau barat daya juga cukup
kuat mengimbangi angin yang berhembus dari timur laut dengan persentase 15%
dengan kecepatan maksimum 8.8-11.1 m/s. Nilai yang diperoleh dari windrose ini
merupakan gambaran rata-rata arah dan kecepatan angin dari unsur iklim yang
mempengaruhi wilayah perairan Halmahera. Jika di analisis lebih lanjut arah
hembusan angin ini mengikuti pola pergerakan angin pasat timur laut dan terjadi
pelemahan pada pasat tenggara. Namun secara umum angin yang mendominasi
perairan wilayah utara Halmahera adalah angin Barat Daya dan angin Timur Laut.
52
Berdasarkan histogram distribusi kecepatan angin yang terjadi selama 10 tahun
berada pada kisaran 0.4-11.1 m/s. Kecepatan angin yang dominan terjadi berada
pada selang 5.7-8.8 m/s dengan persentase 29.2% dan kecepatan angin yang paling
tidak sering terjadi berada pada kisaran 8.8-11.1 dengan persentase 0.35% dan
calm 0.4 %. Besar kecilnya kecepatan angin ini akan menentukan laju pergerakan
bahang dan uapa air atau energy dari wilayah tersebut ke wilayah lainnya atau
sebaliknya.
53
4.3 Stick plot angin selama 10 tahun (1991-2000)












Gambar 36. Stick plot angin selama 10 tahun (1991-2000) Perairan Utara
Halmahera 127. 5 BT dan 2.75 LU


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata pergerakan angin
dari Utara-selatan bervariasi, secara umum mulai dari 0-10m/s. Pola angin yang
didapatkan dari tiap tahun adalah serupa, dan hanya memiliki perbedaan sedikit
saja tiap tahunnya. Bentuk angin yang berhembus dari utara-selatan ini membentuk
pola osilasi yang sempurna yaitu dalam satu tahun akan mencapai titik maksimum
dan sebaliknya titik minimum. Tanda negatif menunjukan dominasi kecepatan
angin dari arah selatan dan positif angin dari arah utara. Kecepatan angin
cenderung seimbang artinya setiap tahunnya terjadi pergantian dominasi kecepatan
angin, ketika angin dari arah utara menguat maka angin selatan melemah dan
sebaliknya.
Arah angin timur-barat memiliki pola kecepatan yang hampir sama dengan
pola kecepatan angin utara-selatan. Namun pola osilasi yang terbentuk tidak terlalu
54
harmonis (sempurna). Secara umum pola kecepatan berkisar antara 0-10 m/s.
Tanda negatif menunjukan angin barat dan positif angin timur. Dari grafik terlihat
bahwa kecepatan angin yang dominan adalah dari arah timur, hal ini terlihat jelas
karena nilai kecepatan positif (timur) lebih dominan berada diatas (0 m/s) jika
dibandingkan dengan kecepatan angin dari arah barat.
Secara keseluruhan, sama seperti pembahasan sebelumnya, bahwa pola angin
10 tahunan (1991-2000) pada perairan laut utara Halmahera masih didominasi kuat
oleh frekuensi angin dari arah utara-timur laut dan barat daya-barat. Pola angin ini
dapat dilihat jelas pada posisi stick plot yang condong berada dalam arah timur
laut-utara dan barat daya-barat.


55
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pola pergerakan angin di wilayah utara Pulau Halmahera didominasi oleh
angin dari arah timur laut dan barat. Angin di wilayah ini masih dipengaruhi oleh
angin pasat timur laut dan tenggara serta sedikit pembelokan oleh pengaruh
munsonal pada arah barat-barat daya. Pola pergerakan angin di utara Pulau
Halmahera ini menunjukkan pola yang hampir sama tiap tahunnya, fluktuasi hanya
terjadi kecil karena pengaruh faktor lokal seperti topografi dan fenomena iklim
yang melalui wilayah ini. Dari pengamatan data angin 10 tahun 1991-2000
kecepatan arah angin cenderung berhembus menuju arah barat daya dengan
persentase 21.67% dan arah angin yang paling sedikit angin berhembus adalah
tenggara sebesar 1.25% dengan kecepatan maksimum 5.7-8.8 m/s. Meskipun arah
angin dominan dari arah 15
o
- 45
o
, angin yang berhembus dari arah 195
o
-225
o
dan
225
o
-255
o
atau barat daya juga cukup kuat mengimbangi angin yang berhembus
dari timur laut dengan persentase 15% dengan kecepatan maksimum 8.8-11.1 m/s.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa angin yang berhembus dominan di perairan
utara pulau Halmahera adalah angin timur laut dan angin barat daya, sperti
literature hal ini lebih dikenal dengan nama angin timur dan angin barat serta
peralihannya.
Berdasarkan periode bulanan, angin pada bulan Januari hingga Maret angin
yang mendominasi adalah angin dari arah barat daya. Pada bulan April hingga
September berhembus dari arah timur laut-utara. Sedangkan pada bulan-bulan
lainnya mulai terjadi perlaihan angin ke posisi awal.
56
Kelebihan penggunaan WR Plot adalah perangkat ini mampu menampilkan
arah dan kecepatan angin, tabel distribusi, histogram dan lainnya dalam sekali
penggunaan. Selain itu jumlah arah angin yang ingin ditampilkan dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Berebeda halnya dengan perangkat lunak Matlab, untuk
menggunakannya kita harus merubah sintakas dan hanya untuk eksekusi satu
visualisasi saja.

5.2 Saran
Penggunaan WR Plot memiliki kemampuan visualisasi yang lebih baik
dibandingkan dengan Matlab. Penggunaan MATLAB tidak memberikan hasil yang
jelas dan lebih sulit dibaca dibandingkan dengan WRPlot. Dalam praktikum
selanjutnya sebaiknya digunakan software lain yang dapat lebih baik menunjukkan
pola angin dan dapat lebih mudah untuk dianalasis.


57
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009. Angin . www.e-dukasi.net. [Bogor, 29 November 2009].
[Anonim]. 2009. Geosthropic Flows.. http://www.atmos.umd.edu. [Bogor, 29
November 2009].
[Anonim]. 2009. Halmahera. http://www.wikipedia.com. [Bogor, 29 November
2009].
[Anonim]. Jenis-jenis Angin. www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=276
[Anonim].WR Plot View. http://www.lakes-
environmental.com/lakewrpl.html.[Bogor, 29 November 2009].
Ahrens, C. Donald. 2007. Meteorology Today. Cengage Learning : USA.
Holton, James R. 2004. Dynamic Meteorology. Elsevier :USA
Wikipedia. Angin
http://id.wikipedia.org/wiki/Angin [29 November 2009]
. Wind
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind [28 November 2009]
Pariwono dan Manan, 1991. Angin. O. S. R. Ongkosongo dan Suyarso (ed.). Angin
. P3O-LIPI. Jakarta.
Turyanti, Ana dan Effendy, Sobri. 2006. Meteorologi. Institut Pertanian Bogor :
IPB.
Wyrkti, K. 1987. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga Report.
Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California.
La Jolla. California. 195 p.

58
LAMPIRAN

Lampiran I: Metode Perolehan Data

1. Browse menuju situs server data http://data.ecmwf.int/data/








2. Masuk ke bagian Our Data Service klik bagian click here
Klik untuk mendapatkan data ramalan selama 40 tahun, dan muncul
tampilan sbb :








3. Pilih Waktu dan parameter yang kita inginkan








59
4. Pilih parameter angin dan retrieve Net CDF











5. Pilih wilayah Indonesia dan kemudian unduh dalam format * nc.









Lampiran II : Metode perolehan dan pengolahan data dengan ODV dan Excel

1. Buka file *nc yang telah di unduh dengan menggunkan ODV,klik semua
variable.




60
2. Pilih semua variable dan klik use dummy variable.





















61
3. Tentukan stasiun yang akan di amati dengan carab define polygon. Dan zoom
wilayah tersebut











4. Export-- ODV Spreedsheet -- Simpan dalam bentuk *.txt
5. Buka file *.txt ke program excel
6. Konversi U dan V wind component menjadi arah dan kecepatan dengan excel










7. Buat excel baru dengan struktur data Tahun, Bulan, Tanggal, Pukul, Arah, dan
Kecepatan angin secara berurutan. Simpan dalam *xls---- Sebagai input
visualisasi WR Plot.
62
8. Untuk input Matlab, simpan file dalam *txt dan file terdiri dari 2 kolom yaitu
kolom arah dan kecepatan yang sudah dihitung.

Lampiran III : Visualisasi dengan menggunakan WR Plot

1. Buka program WRPLOT






2. Tools Import from excel








3. Buka file *.xls dengan menu specify file Open
4. Asosiasi Tahun, Bulan, Tanggal dst, dengan klik kiri

63







5. Pilih stations information seach stations Select Import *.sam







6. Tutup semua program WRPLOT
7. Buka kembali WRPLOT add file Open (buka fie *.sam) dan atur wind
direction, units, orientations.
8. Tampilkan Wind rose, frequency distributions, graph
9. Edit copy to file bitmap




64
10. Untuk menyimpan histogram, lakukan dengan hal yang sama saat menyimpan
visualisasi wind rose.











Lampiran IV: Visualisasi dengan menggunakan Matlab

1. Ambil file inputan * txt, buka file sintaks wind rose dan modifikasi
2. load sesuai dengan nama file inputan
3. WR akan tampil dan dieksekusi sebagai berikut :













65
4. Untuk menampilkan stick plot arah angin lakukan hal yang sama dengan WR.
5. Atur tanggal mulai dan berakhir, load file *txt
6. tentukan Julian date, jika dalam 1 hari Cuma 1 kali pengambilan data maka 1/24
7. Eksekusi program,

You might also like