You are on page 1of 149

PENERAPAN KONSEPMULTIPLE INTELLIGENCES

DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL


(Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Salim Haddar
06110062
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN KONSEPMULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL
(Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso)
SKRIPSI
Oleh:
Salim Haddar
06110062
Telah disetujui
Pada Tanggal, 06 Maret 2010
Oleh Dosen Pembimbing
Abdul Malik Karim. M.Pd.I
NIP. 19760616 200501 1 005
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. H. Moh. Padil, M. Pd.I
NIP. 150 267 235
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPANKONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL
(Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso)
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Salim Haddar (06110062)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 April 2010 dengan
nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal: 20 April 2010
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
Dr.
NIP.
Sekretaris Sidang
Dr.
NIP.
Pembimbing
Abdul Malik Karim, M. Pd.I
NIP. 197606162005011005
Penguji Utama
Dr.
NIP.
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H.M. Zainuddin, MA
NIP. 196203071995031001
Abdul Malik Karim, M. Pd.I
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Salim Haddar Malang, 8 April 2010
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Salim Haddar
NIM : 06110062
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Penerapan Konsep Multiple Intelligences dalam
Mewujudkan Sekolah Unggul (Studi Kasus di SD YIMA
Islamic School Bondowoso)
maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut adalah layak
diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Abdul Malik Karim, M. Pd.I
NIP. 197606162005011005
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau hasil
penelitian orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 8 April 2010
Salim Haddar
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan untaian rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan, maka
kupersembahkan karya ini kepada:
Orang Tuaku Tercinta:
(Al Habib Muhcsin Bin Salim Al Haddar dan Syarifah Nurul Binti
Muhammad Al Muchdhar).
Hababahku:
(Hababah Salma binti Salim Al Muchdhar dan Alm.Hababah
Rugaiyah binti Umar BSA )
Saudara-saudaraku tersayang:
(Ahmad, Muzna, Salma, Hud dan Fathimah)
Serta tak lupa pula Sahabat-sahabat terbaikku:
(Abdul Qodir Assegaf, Abdillah Al Haddar, Muhammad Al Idrus,
Jadid Assegaf, Mustafa Al Cheired dan semua jamaah Alawiyyin
yang ada di Malang )
serta teman-temanku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, ku ucapkan
terima kasih telah menemaniku di saat suka maupun duka.
Dan tak lupa semua pihak yang turut serta membantu dalam
penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semuanya...
Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan yang setimpal.
Amiiin
MOTTO


) (
Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu
mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa
sesudah mati,Sedang orang yang lemah ialah mereka yang
mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.
(Hadist riwayat Ahmad)
1

1
Di kutip dari kitab Nashoihul Ibad , Syekh Muhammad Nawawi , hal 82
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam
kebijakan dan diraih segala macam kasuksesan, dan atas karunia serta nikmat-Nya
pula, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan kita, Nabi besar Muhammad saw.
Kelurga, dan anak cucu beliau. Tak lupa kami haturkan salam sejahtera bagi para
sahabat beliau dan juga orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga akhir
jaman kelak.
Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai wujud serta partisipasi
penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah
penulis peroleh selama dibangku kuliah kuliah.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Walid dan Umma yang menjadi kebanggaan penulis yang selalu memberi
dukungan dan dorongan dari beliau, baik itu material maupun spiritual di
waktu penulis merasa kehilangan kepercayaan diri.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M. Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Bapak Abdul Malik Karim, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.
7. Bapak Abdul Wasith S.Pd.I selaku kepala Sekolah SD YIMA Islamic School
Bondowoso, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di SD YIMA Islamic School Bondowoso
8. Ibu Gamar selaku konsultan ahli di SD YIMA Islamic School Bondowoso
yang telah memberi arahan agar peneliti dapat melaksanakan penelitian
dengan baik.
9. Seluruh elemen SD YIMA Islamic School Bondowoso yang bersedia
membantu dalam proses penelitian.
10. Sahabat-sahabatku Gus Hadhori Al Bangkalany, Gus Qodir Al Maduristy,
Gus Hafidz Al Pabeany, Fauzy Al Barahwaly dan segenap penghuni kos
Tadjab center.
11. Teman-teman angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan dan setia
menemani selama ini.
12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita
semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang
sempurna. Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif demi
penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis
berharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Malang, 6 April 2010

Salim Haddar
NIM 06110062
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner......................... 20
Gambar II Kegiatan pembelajaran di toko swalayan.............................................. 94
DAFTAR LAMPIRAN
1. Denah Sekolah
2. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso
3. Data Guru dan Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso
4. Data Jumlah siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso tiga tahun terakhir.
5. Data Sarana Prasarana SD YIMA Islamic School Bondowoso
6. Hasil Analisis MIR (Mutiple Intelligence Research)
7. Penilaian Kognitif
8. Penilaian Afektif
9. Penilaian Psikomotor
10. Penilaian Portofolio
11. Form konsultasi lesson plan
12. Form observasi kelas
13. Foto-foto kegiatan
14. Daftar Riwayat Hidup
15. Surat Penelitian Kepada Kepala SD YIMA Islamic School Bondowoso
16. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD YIMA Islamic
School Bondowoso
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
ABSTRAK ............................................................................................................ xvi
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
E. Sistematika Pembahasan ................................................................... 9
BAB II : KAJIAN TEORI ................................................................................... 12
A. Konsep Multiple Intelligences........................................................... 12
1. Pengertian Intelligence .................................................................. 12
2. Pengertian Multiple Intelligences .................................................. 16
3. Macam-macam Multiple Intelligences .......................................... 23
B. Sekolah Unggul ................................................................................. 40
1. Pengertian Sokolah Unggul ......................................................... 40
2. Kriteria Sekolah Unggul ............................................................. 44
C. Evaluasi Kinerja Guru..................................................................... 48
1. Pengertian Evaluasi Kinerja Guru ............................................... 48
2. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Guru............................................. 51
D. Proses Penerapan Konsep Multiple Intelligences Dalam
Mewujudkan Sekolah Unggul ........................................................ 54
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 63
A. Pendeketan dan Jenis Penelitian ..................................................... 63
B. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 64
C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 66
D. Jenis Data dan Sumber Data .......................................................... 67
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 69
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 71
G. Pengecekan Keabsahan Temuan..................................................... 72
H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 73
BAB IV: HASIL PENELITIAN ......................................................................... 75
A. Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................... 75
1. Sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso ........ 75
2. Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic
School Bondowoso ..................................................................... 78
3. Identitas Sekolah ......................................................................... 79
4. Visi ,Misi dan Tujuan Sekolah ................................................... 79
5. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso ....... 83
6. Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso 83
7. Keadaan Siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso ............. 85
8. Keadaan Sarana Prasarana di SD YIMA Islamic School
Bondowoso ................................................................................. 86
B. Penyajian Dan Analisis Data ........................................................ 88
1. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic
School Bondowoso ..................................................................... 88
2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic
School Bondowoso ................................................................................. 92
3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences
di SD YIMA Islamic School Bondowoso ............................................. 110
BAB V: PEMBAHASAN ................................................................................... 115
A. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic School
Bondowoso ...................................................................................... 115
B. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic
School Bondowoso ....................................................................................... 117
C. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di
SD YIMA Islamic School Bondowoso ...................................................... 121
BAB VI : PENUTUP ............................................................................................ 124
A. Kesimpulan .................................................................................... 124
B. Saran ............................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Salim Haddar. 2010. Penerapan Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan
Sekolah Unggul (studi kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso). Skripsi, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Abdul Malik Karim, M.Pd.I
Kata kunci: Multiple Intelligences, Sekolah Unggul
Ketika konsep Multiple Intelligences ditarik dalam ranah pendidikan,
paradigma pendidikan pun mengalami banyak koreksi. Hampir mayoritas pendidikan di
sekolah sekarang ini cenderung kurang menghargai seluruh potensi para peserta
didiknya. Konsep Multiple Intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan
selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa
tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan.
Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah
potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa
barunya dalam kondisi apapun. Sekolah yang telah mengimplementasikan konsep
Multiple Intelligences di dalamnya. Salah satunya yaitu SD Yayasan Islam Madrasah
Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah ini dulunya adalah
sekolah yang sedikit terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah
menerapkan konsep Multiple Intelligences, dalam waktu singkat sekolah tersebut
berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan realita tersebut, serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih dalam
tentang penerapan Multiple Intelligences di sekolah, maka peneliti tertarik untuk
merumuskan masalah salah satunya adalah bagaimana implementasi konsep Multiple
Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Rumusan tersebut bertujuan
untuk mengetahui bentuk implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA
Islamic School Bondowoso.
Dengan menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang objektif, faktual, akurat dan
sistematis, mengenai fenomena-fenomena yang ada di obyek penilitian. Untuk
mengumpulkan data digunakan beberapa metode yaitu, observasi, interview, dan
dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis melalui tiga
cara, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Desain konsep penerapan
Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso secara global
meliputi tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. (2) Implementasi
Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso dapat dilihat
dari tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. (a) Input. Dalam penerimaan
siswa barunya sekolah ini menggunakan sistem kuota artinya sekolah ini akan
menutup pendaftaran apabila kuota terpenuhi. Kemudian siswa yang telah diterima akan
mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah semacam alat
riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk
anak dan gaya belajarnnya. (b) Proses. Tahapan ini adalah tahapan pada proses
pembelajaran. Hampir seluruh proses pembelajarannya difokuskan pada kondisi
siswa beraktivitas. guru-guru di SD YIMA Islamic School ini juga sudah
berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences
pada proses pembelajarannya. Hal tersebut ditandai dengan seringnya sekolah ini
melaksanakan pelatihan guru. (c) Output. Tahapan ini adalah penilaian otentik.
yakni penilaian yang dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari siswa dan dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif,
psikomotorik dan afektif. (3) Secara tekhnis pelaksanaan evaluasi di SD YIMA
terbagi menjadi tiga tahap yaitu: Konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran),
Observasi kelas dan Feed back (umpan balik).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunci pokok kemajuan suatu bangsa dan negara adalah terletak pada
bidang pendidikan. Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan
kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan,
Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan
diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk
membangun negeri yang kacau balau ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua
menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo
masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah unggulan. Setiap
tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya
keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul.
Ada sebuah kisah menarik yang dibuat oleh Munif Chatib di dalam
bukunya Sekolahnya Manusia kisah tersebut bercerita tentang seorang ibu yang
rela berkeringat ketika berdesak-desakan melihat hasil pengumuman penerimaan
anaknya di sekolah favorit atau sekolah unggulan. Sekolah tersebut hanya
menerima 350 siswa, sedangkan pendaftar dan calon siswa yang mengikuti tes
penerimaan berjumlah lebih dari 1000 orang. Dapat dibayangkan betapa ketatnya
seleksi masuk ke sekolah tersebut. Tak lama kemudian, seorang ibu dengan wajah
kusut dan sedih keluar dari kerumunan, lalu berteriak memanggil anaknya. Si
anak dengan harap-harap cemas menghampiri ibunya. Ia berharap ibunya
menyampaikan kabar gembira tentang pengumuman hasil tes tersebut. Namun
kata sang ibu, Nak, Nak percuma Ibu kursuskan kamu, privat lagi, sudah
bayarnya mahal, masak tes gitu aja kamu tidak lulus. Temanmu yang biasa-biasa
saja di terima, masak kamu ini tidak di terima? Dasar bodoh!
2
Peristiwa seperti kisah di atas ini hampir selalu terjadi setiap tahun ajaran
baru di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tanpa disadari, si Ibu telah melakukan
penghancuran mental dan pemasungan kecerdasan pada anaknya dengan celaan
bodoh hanya karena gagal dalam tes masuk sekolah favorit atau sekolah unggul.
Pertanyaan yang penting untuk kita pikirkan saat ini adalah: Apa sih konsep
unggul itu sebenarnya? Benarkah sekolah-sekolah unggulan itu mampu
melahirkan manusia-manusia unggul? Benarkah sekolah unggul itu adalah
sekolah yang memilih dan menyeleksi dengan ketat kualitas akademis calon
siswanya? Lalu bagaimana semestinya sekolah itu menerapkan pola penerimaan
siswa barunya?
Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga
tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian
kecerdasan yang dimiliki siswanya, yakni hanya menekankan kepada kecerdasan
logika-matematika dan bahasa saja. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah
unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan
menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-

2
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung: Kaifa, 2009) hlm.91
kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa
kecerdasan saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi
kecerdasan seperti kecerdasan kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal,
intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan
sebutan kecerdasan majmuk (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard
Gardner pada tahun 1983.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk
yang sangat sempurna. Dalam bahasa Al-Quran, Allah telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baiknya bentuk. Sebagaimana disebutkan dalam
Firmannya:
.1l !.1l> _.. _ _.> ,1.
Dan sungguh telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk
(QS al-Tin, 4).
3

Sejatinya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan
keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Jadi
sangat tidak pantaslah seandainya sebuah sekolah hanya memperhatikan salah
satu dari beberapa macam kecerdasan yang dimiliki oleh seorang siswa.
Ketika konsep Multiple Intelligences ditarik dalam ranah pendidikan,
paradigma pendidikan pun mengalami banyak koreksi sebagaimana yang telah penulis
ungkapkan di atas. Hampir mayoritas pendidikan di sekolah sekarang ini cenderung
kurang menghargai seluruh potensi para peserta didiknya.

3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemah, (Qudus : PT Menara Qudus, 1973) hlm.598.
Konsep Multiple Intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu
menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada
anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila
kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi
kepandaian sang anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa barunya
dalam kondisi apapun. Tugas sekolahlah meneliti kondisi siswa secara psikologis
dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa melaui metode riset yang
dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR). Dan hasil riset ini dapat digunakan
para guru untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa sehingga tercipta pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan.
4
Oleh karena itu, pola penerimaan siswa baru bagi sekolah yang menerapkan
Multiple Intelligences tidak menerapkan tes-tes formal untuk menyaring siswa
sebagaimana yang dilakukan sekolah pada umumnya. Jumlah siswa yang mendaftar di
sekolah yang menerapkan Multiple Intelligences harus sesuai dengan kapasitas siswa
yang akan diterima. Apabila sebuah sekolah berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan
siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan
ditutup.
Pola ini tentu sangat berbeda sekali dengan pola umum yang diterapkan sekolah
di Indonesia yang membuka pendaftaran sebanyak-banyaknya, kemudian mengadakan
tes seleksi. Dari 350 pendaftar, yang diterima hanya 100 siswa. Siapakah siswa tersebut?
Pastinya mereka adalah siswa yang menduduki peringkat dari 1 sampai 100 dari 350
calon siswa atau mungkin yang mampu menyumbang dana dalam jumlah besar kepada

4
Munif Chatib, op.cit, hlm .92.
sekolah. Lantas, bagaimana nasib 250 siswa yang tidak lolos? Pastinya stigma sebagai
anak yang gagal masuk sekolah unggulan akan terus melekat seumur dan membayang
dalam pikiran selamanya.
Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas
pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran
bergantung pada kualitas para guru yang mengajar di sekolah tersebut. Apabila kulitas
guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan
dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademis dan
moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas
akademis dan moral siswanya dari negative menjadi positif, itulah sekolah unggul.
5
Sekolah yang benar-benar menghargai segala macam keunikan setiap siswa
harus dengan senang hati menerima semua siswa apa adanya, tanpa pandang bulu dan
tanpa memilih siswa dengan tes seleksi. Ini dilakukan karena prinsip sekolah tersebut
adalah tidak ada siswa bodoh. Lantas bagaimana proses penerimaan siswa baru
apabila tidak ada siswa yang di anggap bodoh? Bagaimana cara menilai dan mengukur
perkembangan kemajuan siswa dan sekolah tersebut terutama dalam hal keberhasilan
proses belajar-mengajarnya?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh sekolah-sekolah yang telah
mengimplementasikan konsep Multiple Intelligences di dalamnya. Salah satunya yaitu
sekolah yang saat ini menjadi buah bibir masyarakat di kota Bondowoso, Jawa Timur,

5
Ibid, hlm. 93.
yaitu SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School
Bondowoso. Sekolah ini dulunya adalah sekolah yang sedikit terbelakang dan
bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan konsep Multiple Intelligences, dalam
waktu singkat sekolah tersebut berubah menjadi sekolah yang unggul dan
mendapat kepercayaan masyarakat.
Sekolah ini cukup unik dan berani berbeda dalam penerimaan siswa
barunya (PSB). SD YIMA menggunakan alat riset bernama Multiple Intelligences
Research (MIR) dalam PSB. MIR ini bukan alat tes seleksi masuk, melainkan sebuah
riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan
kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru
dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya
belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang tentunya berbeda antara satu
siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada
siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan yang
merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan siswa tersebut dalam berinteraksi, baik
dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri) maupun dengan pihak lain.
Di SD YIMA Islamic School Bondowoso, setiap siswa yang mendaftarkan diri
dan mengikuti proses MIR dinyatakan langsung diterima. Hasil MIR akan dipakai oleh
setiap guru untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa. Kemudian para guru menyusun
lesson plan (rencana pengajaran) berdasarkan analisis hasil MIR. Dengan analisis hasil
MIR ini, guru harus berusaha menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar
siswa. Oleh karena itu, di SD YIMA banyak ditemukan pembelajaran sebuah bidang
studi secara individual dan siswa selalu berada dalam suasana yang menyenangkan
dalam beraktivitas. Hasil MIR ini juga menjadi alat untuk membagi kelas dan pedoman
guru untuk bahan skenario pembelajaran.
Setelah tiga tahun MIR diujicobakan di SD YIMA Islamic School Bondowoso
dan atas berkat rahmat Allah swt, sekarang SD YIMA menjadi salah satu SD terbaik se-
Kabupaten Bondowoso. Padahal terdapat beragam kemampuan siswa di sana. Ada pula
siswa yang mengidap kecenderungan autis. Namun, berkat kesabaran menyesuaikan
gaya belajarnya dengan gaya mengajar guru, kepercayaan diri dan kemandirian siswa
tersebut meningkat pesat. Sehingga lambat laun siswa tersebut sifatnya hampir
mendekati anak normal biasanya.
Kesimpulannya, sekolah unggul adalah sekolah yang memanusiakan manusia,
dalam arti menghargai potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka
pintunya pada semua siswa, bukan dengan menyeleksinya dengan tes-tes formal yang
memiliki interval nilai berupa angka-angka untuk menyatakan batasan diterima atau
tidak.
Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas serta diiringi dengan
keingintahuan yang lebih dalam tentang penerapan Multiple Intelligences di sekolah,
maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Konsep
Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul (studi kasus di SD
YIMA Islamic School Bondowoso)
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, disini peneliti akan memfokuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic
School Bondowoso?
2. Bagaimanakah implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA
Islamic School Bondowoso?
3. Bagaimanakah evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences
di SD YIMA Islamic School Bondowoso?
C. Tujuan Penelitian
Melihat rumusan masalah diatas, maka tujuan-tujuan dari penelitian ini
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di
SD YIMA Islamic School Bondowoso.
2. Untuk mengetahui implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA
Islamic School Bondowoso.
3. Untuk mengetahui evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple
Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini, meliputi tiga hal , yaitu:
1. Bagi lembaga: Secara kelembagaan, penelitian ini ingin mengungkapkan
tentang konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di sekolah sehingga
siapapun yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya dengan
mengacu pada hasil penelitian ini. Dan penelitian ini mungkin bisa
memberi kontribusi pada penambahan kekayaan literatur tentang konsep
Multiple Intelligences yang saat ini sedang diterapkan di SD YIMA Islamic
School Bondowoso pada khususnya dan sekolah-sekolah lain yang menerapkan
konsep serupa pada umumnya.
2. Bagi pengembangan keilmuan: sebagai wahana untuk memperkaya
khazanah pengetahuan kita terutama dalam bidang Multiple Intelligences
yang saat ini sudah banyak diterapkan di sekolah.
3. Manfaat bagi penulis: sebagai wahana penambah luasan keilmuan tentang
kependidikan terutama dalam bidang yang menitikberatkan pada konsep
Multiple Intelligences yang diterapkan oleh sekolah.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi,
yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika
itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara
berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan istilah dan
sistematika pembahasan
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab kajian teori ini dikemukakan kajian tentang Konsep Multiple
Intelligence (kecerdasan ganda), meliputi: pengertian Intelligence (kecerdasan),
pengertian Multiple Intelligence dan Macam-Macam Multiple Intelligence serta
kajian tentang Sekolah Unggul, meliputi: Pengertian Sekolah Unggul dan
Kriteria Sekolah Unggul serta yang terakhir kajian tentang Konsep Multiple
Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan temuan serta
tahap-tahap penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas tentang penyajian data yang
berkaitan dengan hasil yang didapat dalam penelitian, yang terdiri dari Deskripsi
Obyek Penelitian, Penyajian Data dan Analisis Data. Deskripsi Obyek Penelitian
menjelaskan tentang Sejarah Berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso,
Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic School
Bondowoso, Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso,
Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso, Keadaan Siswa
SD YIMA Islamic School Bondowoso, dan Keadaan Sarana Prasarana SD
YIMA Islamic School Bondowoso. Sedangkan Penyajian Data dan Analisis Data
membahas tentang Desain Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic
School Bondowoso, Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SDYIMA Islamic
School Bondowoso dan Evaluasi Dari Pengimplementasian Konsep Multiple
Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso.
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini akan dipaparkan tentang keterkaitan
antara kajian teori dengan hasil penelitian yang membahas tentang Desain
Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso,
Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso
dan Evaluasi Dari Pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA
Islamic School Bondowoso.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab penutup ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran-saran.
Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian yang telah diuraikan secara
lengkap dalam BAB IV dan terkait langsung dengan rumusan masalah serta
tujuan penelitian. Sedangkan saran selalu bersumber pada temuan penelitian,
pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian yang ditujukan kepada pihak-pihak
yang terkait lansung dengan penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES
1. Pengertian Intelligence (Kecerdasan)
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada
manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,
melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Selain manusia,
sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang
sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan
hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah).
David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu
kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif.
6
Menurut beberapa teori, kecerdasan atau
intelegensi terkait dengan cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang
cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan cerdas
ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami
suatu masalah, menarik kesimpulan serta mengambil keputusan atau tindakan.
Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu ? Sebenarnya hingga saat ini
para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang

6
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Rosda Karya,
2005), hlm. 93.
komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin memberikan
pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk
mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian,
yaitu :
1) kemampuan untuk belajar.
2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan
3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya.
7
Jika kita merujuk ke pendapat Howard Gardner, dia memberikan definisi
tentang kecerdasan sebagai berikut:
1. Kecakapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2. Kecakapan untuk mengembangkan masalah untuk dipecahkan.
3. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
di dalam kehidupan.
8
Gardner juga mendefinisikan bahwa inteligensi itu merupakan kemampuan
untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang
bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian dapat
dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab
soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan
tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan

7
Ibid, hlm. 94
8
Imanuella F. Rachmani, Multiple Intelligences Mengenali Dan Merangsang Potensi Anak
(Jakarta: PT Aspirasi Pemuda,2003) hlm. 6.
yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Gardner menekankan pada
kemampuan memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki
kemampuan inteligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup
yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu
menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan
kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
9
Dari pengertian kecerdasan dari beberapa pakar diatas sudah sangat jelas
bahwa kecerdasan bukan kemampuan seseorang dalam menjawab tes IQ dalam
kamar tertutup, melainkan kecerdasan itu dapat dilihat dari bagaimana
kemampuan seseorang untuk memecahan persoalan-persoalan nyata dalam situasi
yang bermacam-macam dalam kehidupan ini
Kecerdasan telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam
otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Pada anak usia 0-3 tahun
terjadi proses pertumbuhan sel-sel saraf serta pembentukan koneksi (hubungan
antara sel-sel saraf). Setelah berumur 4-5 tahun, pertumbuhan otak akan mencapai
80%. Pengaruh pada perkembangan neuron dalam SSP (sistem saraf pusat) akan
meningkatkan kemampuan daya pikir yang lebih kompleks. Penyerapan informasi
dari luar diri semakin banyak. Selanjutnya ketika anak usia anak mencapai 6 tahun
lebih terjadi perluasan ruang gerak serta hubungan sosial yang lebih rumit.
Kondisi ruang gerak dan peluasan lingkungan memberi informasi yang semakin

9
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hlm. 145.
banyak dan berubah-ubah. Inilah masa-masa ideal untuk meningkatkan
kemampuan fungsional dari struktur otak yang telah terbentuk.
10
Kecerdasan terbentuk ketika pertumbuhan struktur dan fungsi otak
mencapai tahap tertinggi. Kondisi ini terjadi selama rentang waktu 12 tahun
pertama. Selama rentang waktu 0-3 tahun dan 6-9 tahun merupakan kondisi
terbesar jumlah pembentukan jalur koneksi yang kemungkinan hilangnya jalur
koneksi dan kemungkinan hilangnya jalur tersebut pada sistem saraf. Koneksi
yang menghasilkan persepsi baik atau positif selaras dengan nilai-nilai kecerdasan
yang harus dibentuk semaksimal mungkin. Sebaliknya koneksi sel-sel saraf yang
menghasilkan persepsi buruk harus dicegah dan diputuskan jika telah terjadi.
11
Perkembangan struktur dan fungsi otak yang sedang tumbuh melalui tiga
tahapan, mulai dari otak primitif, (action brain), otak limbik (feeling brain), dan
akhirnya ke neocortex atau disebut juga thought brain (otak pikir), meski saling
berkaitan, ketiganya punya fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur fisik
untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik,
memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari panca indra.
Saat menghadapi ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak limbik,
otak primitif menyiapkan reaksi untuk menghadapi atau lari dari kondisi kendala
(fight or flight response). Manusia akan bereaksi secara fisik dan emosi terlebih
dahulu sebelum otak pikir sempat memproses informasi.
12

10
Sutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini (Yogyakarta : Andi, 2007), hlm.1.
11
Ibid, hlm 5.
12
Ibid, hlm 5-6.
Otak limbik memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan
benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Artinya, otak
primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, disaat lain otak pikir
dapat dikunci untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama keadaan
darurat, baik nyata maupun tidak.
13
Otak pikir, yang merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak
yang paling objektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik.
Namun, ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi yang masuk dari
otak primitif dan otak limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya
pengalaman, ingatan, perasaan, tindakan, dan kemampuan berpikir untuk
melahirkan gagasan dan tindakan. Jika si kecil masih berumur dibawah 6 tahun,
pengalaman dan sikap kritis atau keingintahuannya akan menghasilkan kontruksi
emosional dan kecerdasan. Selama itu pula terjadi pertumbuhan otak kira-kira
80%, sesuai dengan faktor-faktor pendukung yang mempengaruhinya. Jika kita
ingin menjadikan si kecil lebih pandai, selama waktu itu adalah periode yang
krusial pertumbuhannya. Selanjutnya otak anak disini dapat mengalami
pertumbuhan maksimum. Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan
otak limbik sudah 80% tereliminasi. Setelah umur 6-7 tahun bergeser ke otak
pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespon citra
visual.
14
2. Pengertian Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda)

13
Ibid, hlm 6.
14
Ibid, hlm.7.
Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu
kecerdasan yang memiliki arti kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk.
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog
perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education,
Harvad University, Amerika Serikat. Dia juga adalah penulis Frames of Mind:
The Theory of Multiple Intelligences (Basic Books, 1983/1993), Multiple
Intelligences: The Theory in PracticeIntelligence Reframed: Multiple
Intelligences for the 21st Century (Basic`Books, 1993), dan (Basic Books, 1993).
Saat ini dia juga salah satu direktur Project Zero di Harvard Graduate School of
Education. Project Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang
mengembangkan cara belajar, berpikir, dan kreativitas dalam mempelajari suatu
bidang bagi individu dan institusi.
15
Multiple intelligences merupakan sebuah penilaian yang melihat secara
deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat
bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda kongkret
maupun hal-hal yang absrtak.
Di dalam teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memilki
bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda
antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya. Pengertian inteligensi
Gardner ini berbeda dengan pengertian yang dipahami sebelumnya. Sebelum
Gardner, pengukuran IQ (Intelligence Question) seseorang didasarkan pada tes IQ

15
Paul Suparno, Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius,
2004), hlm 17
saja, yang hanya menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik.
Sehingga, mungkin saja dijumpai orang yang nilai tes IQ-nya tinggi tetapi dalam
kehidupan sehari-harinya tidak sukses dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Menurut Gardner, pengukuran intelligensi yang menekankan pada
kemampuan matematis logis dan linguistik ini telah menafikan kecerdasan-
kecerdasan yang lain.
16
Penemuan Gardner tentang inteligensi seseorang telah mengubah konsep
kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes
tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam
kehidupan. Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan
jumlahnya banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa
inteligensi seseorang tetap mulai sejak manusia lahir sampai kelak dewasa, dan
tidak dapat diubah secara signifikan.
Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bisa menunjukkan
suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah dan
kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya kemahiran tersebut dapat
menciptakan suatu produk baru dan bahkan dapat menciptakan persoalan
berikutnya yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan baru yang lebih maju
dan canggih. Misalnya, kemampuan interpersonal, suatu kemampuan untuk
menjalin relasi dengan orang lain. Kemampuan interpersonal akan dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan orang lain. Sekaligus
dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mengembangkan kemampuan

16
Colin Rose dan Malcom, Cara Cepat Belajar Abad XXI (Bandung : Nuansa, 2002), hal. 57.
interpersonal yang lebih terpola untuk meningkatkan relasi dengan orang lain,
bahkan dapat menjadi penengah terhadap konflik-konflik masyarakat. Dengan
perkembangan tersebut, maka akan muncul teori-teori tentang relasi antar manusia
yang lebih canggih. Jadi, dalam kemampuan itu ada dua unsur, yaitu pengetahuan
dan keahlian.
17
Setiap kecerdasan didasarkan, paling sedikit pada awalnya, pada potensi
biologis, yang kemudian diekpresikan sebagai hasil faktor-faktor genetik dan
lingkungan yang saling mempengaruhi. Walaupun seseorang mungkin
memandang suatu kecerdasan dalam isolasi individual luar biasa seperti orang
yang amat cerdas dalam bidang tertentu tetapi nyaris tidak memahami bidang
yang lain (idiot savant). Secara umum, individual menunjukkan beberapa
kecerdasan. Memang, setelah bayi yang masih amat muda, kecerdasan tidak
pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam
berbagai sistem simbol, seperti bahasa yang dipakai berbicara dan sistem gambar,
sistem membuat catatan, seperti peta dan musik atau pencatatan dan matematika
dan bidang-bidang pengetahuan, seperti kewartawanan dan teknik mekanika. Jadi,
pendidikan pada suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti telah
diwakili sepanjang waktu dalam berbagai sistem mode budaya.
18
Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh
atau pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
kecerdasan tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi

17
Ibid, hlm. 147.
18
Ibid, hlm. 133.
kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat
merancang sebuah metode khusus. Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat
dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar terampil. Tetapi, pada
dasarnya, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk cerdas di satu bidang
tanpa harus bersusah payah mengasahnya.
Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai
keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model
untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk
mengaktualisasikan diri didunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui.
Menurut hasil penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap
orang terdapat delapan jenis kecerdasan dintaranya seperti kecerdasan logika-
matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh),
musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis..
19

19
Howar Gardner, Multiple Intelligences. The Theory In Practice (New York: Basic Books, 1993)
hal . 38.
Gambar 1: Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner
Kedelapan kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh setiap individu,
hanya saja dalam taraf berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri
sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan lain. Misalnya saja, bila kelak
seorang anak menjadi seorang ahli bedah, ia juga membutuhkan kecerdasan
visual-spasial yang menonjol untuk menggunakan pisau bedahnya, juga
kecerdasan gerak tubuh untuk kelenturan tangannya ketika menggunakan pisau
bedah. Dalam hal ini, orang tua sangat perlu menyikapi dan mengembangkan
potensi anaknya yang mungkin berbeda dengan kakak atau adik kandungnya atau
juga anak-anak lain seusianya dengan cara memberi stimulus atau rangsangan
tertentu untuk mengembangkan potensi si buah hati tersebut.
Multiple Intelligences membantu orang tua mengenal kekuatan dan
kekurangan anak-anaknya. Tapi janganlah cepat-cepat mengambil kesimpulan
kecerdasan si anak, misalnya, cocok menjadi atlet, menjadi akuntan, menjadi
musisi atau lainnya tanpa memberikan kesempatan padanya untuk mengeksplorasi
dunia, bekerja dengan keterampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya
sendiri. Tentu, keseimbangan adalah salah satu tujuan Gardner dalam mengupas
perihal beberapa tipe kecerdasan. Untuk itu, ia menyarankan orang tua untuk
mengasah satu kecerdsan si anak yang menonjol, misalnya kecerdasan musiknya,
sekaligus menstimulasi kecerdasan logika-matematika atau linguistiknya.
20
Memang bisa jadi anak-anak kita tak lantas menjadi seperti pemusik
cemerlang yang mendunia sekaliber Rihana dan Beethoven atau dalam skop
nasional seperti Anang, Krisdayanti atau Ungu maupun pencipta musik kreatif
seperti Melly Goeslow. Begitu pula menjadi penulis besar seperti J.K. Rowling
penulis cerita dari Harry Potter atau novelis nasional seperti Habiburrahman El
Shirazy. Namun, kehidupan anak tetap perlu diperkaya melalui pengembangan
berbagai jenis kecerdasan di tingkat memungkinkan. Jika si anak memiliki
peluang untuk belajar melalui kelebihan-kelebihannya, maka akan muncul
perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosisal atau bahkan perubahan fisik
yang positif dan menakjubkan.
Menurut Thomas Amstrong, salah satu cara terbaik untuk mengenali
kecerdasan yang paling berkembang dari para siswa adalah dengan mengamati
kenakalan mereka di kelas. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi akan
sering menyela pembicaraan, siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi akan
suka coracoret dan melamun, siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal
tinggi akan suka mengobrol, dan siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis-
jasmani tidak bisa duduk diam, sedangkan siswa yang memiliki minat tinggi pada
alam mungkin akan membawa binatang ke dalam kelas tanpa izin. Melalui
kenakalan mereka tersebut, secara metaforis mereka berkata; Inilah cara saya
belajar Pak/Bu guru, dan apabila Anda tidak mengajari saya melalui cara belajar

20
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.8.
saya yang paling alamiah, apa yang akan terjadi? Bagainapun juga saya akan tetap
melakukannya. Kenakalan yang berkaitan dengan kecerdasan tertentu ini,
kemudian menjadi semacam seruan minta tolong-indikator diagnostik tentang
bagaimana seorang siswa seharusnya mendapatkan pengajaran.
21
3. Macam-macamMultiple Intelligences
a) Kecerdasan Linguistik ( Linguistic intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup
kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang
di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam
mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Kecerdasan ini
berkaitan juga dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum
seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para penulis, editor, jurnalis, penyair,
orator, penceramah maupun pelawak. Contoh orang yang memiliki kecerdasan
linguistik ini adalah; Sukarno, Martin Luther, J.K. Rowling, Melly Goeslow dan
sebagainya.
22
Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan
lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan arti kata-kata dalam
belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk menjelaskan, mengajarkan,

21
Thomas Amstrong. Sekolah Para Juara (Bandung: Kaifa, 2002), hal. 44
22
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.13.
menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar berdebat, mudah
ingat dan bahkan dapat menghafal beberapa surat di dalam Al-Quran dengan
waktu singkat.
Keterampilan berbahasa menuntut kemampuan menyimpan berbagai
informasi, yang berarti berkaitan dengan proses berfikir. Kecerdasan bahasa
kerap kali juga diikuti keterampilan bersosialisasi. Karena dalam bersosialisasi
umumnya anak-anak mengandalkan keterampilan berbicara. Namun, anak yang
cerdas berbahasa bukan jaminan bahwa ia akan cerdas di bidang lain, seperti
cerdas logika-matematika, cerdas musik atau cerdas gerakan tubuh. Demikian
pula sebaliknya, anak yang cerdas di suatu bidang lain, belum tentu cerdas di
bidang linguistik.
23
Potensi kecerdasan berbahasa yang dimiliki seorang anak juga perlu dilatih
dan dikembangkan. Bisa saja anak tampak begitu terampil berbahasa ketika
masih balita, tetapi kemudian menghilang di usia-usia selanjutnya. Jadi, pola
asuh orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini. Anak yang tidak diberi
kesempatan berbicara atau selalu dikritik saat mengemukakan pendapatnya,
misalnya, ia akan kehilangan kemampuan dan keterampilanya dalam
mengungkapkan ide dan perasaannya.
Mengajak anak berbicara merupakan rangsangan paling sederhana yang
dapat dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan linguistik buah hatinya.
Seorang ibu atau ayah dapat berkomunikasi dan menstimulasi anak dengan
banyak cara. Mungkin dengan menyentuh tubuhnya sambil berkata, sambil

23
Paul Suparno, op. cit., hlm.26.
bercerita atau bahkan sambil bernyanyi sekalipun. Meskipun anak kita tidak bisa
memahami dengan apa yang kita bicarakan, ceritakan atau yang kita nyanyikan,
mendengar saja pun sudah cukup. Karena mendengar merupakan sebuah unsur
yang sangat penting dalam memahami sebuah bahasa.
b) Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-mathematical intelligence)
Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan
keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan
keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal
yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara
berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Ini adalah jenis
keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekonom,
akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
24
Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah
membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka
bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba
mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak,
mana yang berkaitan antara yang satu dengan yang lain, serta mana juga yang
merupakan persoalan lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga

24
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.27.
dengan mudah membuat abstraksi dan suatu persoalan yang luas dan bermacam-
macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas.
Kecedasan logika matematika juga terkait erat dengan kecerdasan
linguistik, terutama dalam kaitananya dengan penjabaran alasan-alasan logika-
matematika. Gardner menjelaskan bahwa Seseorang dengan kecerdasan logika-
matematika menonjol, dapat mengkonstruksikan sebuah solusi sebelum hal itu
diartikulasikan. Gardner mengkategorikan kecerdasan logika-matematika
seseorang kerapkali tak hanya mengandalkan keterampilan seseorang
menganalisis, melainkan juga sebuah kemampuan intuitif menuju sebuah
jawaban atau solusi.
25
Dapat dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar
terampil, meskipun pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan
untuk cerdas di satu bidang tanpa harus bersusah payah mengasahnya.
Orang dengan kemampuan logika-matematika yang baik, pada dasarnya
haus akan pencarian rumus atau pola. Hal ini biasanya diawali dengan
kesukaannya terlibat dalam kegiatan dengan konsep matematis yang kental.
Mengapa matematika? Karena matematika merupakan salah satu bidang yang
pada dasarnya berusaha mencari pola atau rumusan. Namun kemudian, minat
anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan logika-matematika yang tinggi
akan merambah, tidak hanya pada kegiatan unsure strategis dan matematis,
melainkan juga pada kegiatan yang bersifat analitis dan mengkonsep.
Semakin tinggi tingkat usia seseorang maka kegiatan yang mereka geluti
akan semakin bersifat abstrak, sehingga anak-anak yang memiliki kecerdasan

25
Howar Gardner, Multiple Intelligences. The Theory In Practice (New York: Basic Books, 1993)
hlm 34
logika-matematika yang sangat baik biasanya memilih profesi yang
mengandalkan abstraksi logis-simbolis. Misalnya saja, mereka kelak akan
memilih profesi sebagai seorang filusuf, peneliti, insinyur.
Tokoh-tokoh dunia dengan kecerdasan logika-matematika yang luas biasa
antara lain; Archimedes, tokoh penemu yang dikenal dengan seruan Eureka, Sir
Isaac Newton, pencetus hukum Gravitasi, Galileo, penemu teleskop,
Phytagoras, penemu hukum matematika phytagoras, Einstein, pencetus hukum
relativitas, Copernicus, pencetus konsep bumi bulat.
26
c) Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan
mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya
gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat.
Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran
dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
Kecerdasan visual-spasial ini memungkinkan orang membayangkan
bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ini karena ia
mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan mentransformasi presepsi ini.
Termasuk didalamnya adalah kapasitas untuk menvisualisasikan, menghadirkan
visual dengan grafik atau ide spasial, dan untuk mengarahkan diri sendiri dalam
ruang secara cepat.

26
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.28.
Visual-spasial bisa diartikan juga sebagai sebuah model yang melihat
secara deskriptif bagaimana seorang individu menggunakan kecerdasan mereka
untuk memecahkan masalah dan menghasilkan bentuk. Pendekatan ini
merupakan sarana bagaimana pikiran manusia mengoprasikan isi dunia, baik itu
orang, objek atau suara. Anak-anak dengan kecerdasan visual-spasial yang tinggi
biasanya berpikir mengunakan gambar atau image. Mereka juga menyukai
kegiatan yang ada hubungannya dengan visual-spasial, seperti bermain puzzle,
menggambar, bermain balok, membangun bentuk, mendesain, merancang atau
menggambar pola.
Anak-anak dengan kecenderungan kecerdasan ini biasanya mengamati
lingkungan secara holistik, menyimpan informasi dalam bentuk nonsekuen. Ini
dikarenakan kekuatan proses belahan otak bagian kanan. Dan seseorang yang
memiliki kecerdasan ini juga punya presepsi yang tepat tentang suatu benda
dengan ruang di sekitarnya, ia dapat memandang dari segala sudut. Maka, ia
dapat menggambarkan kedudukan ruang dengan baik. Dalam kehidupan sehari-
hari, seoarang yang memiliki kecerdasan ini dengan mudah akan menemukan
jalan dalam ruang dan suatu tempat, ia meliihat peta kota dengan mudah. Dan ia
tidak mudah bingung apabila berada pada suatu daerah karena ia akan cepat
beradaptasi dan dapat mudah mencari jalan keluar kembali.
Imajinasi orang yang memiliki kecerdasan ini sungguh aktif, mereka juga
dapat mengungkapkan gagasannya dalam grafik yang lebih jelas dan ringkas.
Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini kelak dimungkinkan akan berprofesi
sebagai arsitek, seniman, pemahat, pelaut, fotografer, dan perencana strategis.
Beberapa tokoh yang memiliki kecenderungan kecedasan ini diantaranya adalah:
Pablo Picasso (pelukis internasional), Sidharta (seorang pemahat), Affandi
(pelukis di Yogyakarta).
27
d) Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-kinesthetic intelligence)
Kecerdasan gerak tubuh atau ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh
kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kemampuan
seperti ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor, pemahat, ahli bedah atau
seniman tari.
Kecerdasan gerakan tubuh yang sering juga disebut body smart ini,
memang penemuan Gardner yang paling controversial, karena beberapa oaring
berpendapat control terhadap fisik bukanlah bentuk dari kecerdasan. Namun,
Gardner dan peneliti-peneliti lain dalam bidang multiple intelligences
mempertahankan pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh,
secara alami memilliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan fisik. Ia
juga meimiliki kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh
membentuk. Mereka ahli menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan, dan dalam penggunaan tangan untuk manghasilkan atau
memindahkan sesuatu. Kecerdasan ini juga termasuk keterampilan koordinasi,
keseimbangan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan.
28

27
Ibid, hlm.42.
28
Paul Suparno, op. cit., hlm.35.
Orang yang mimiliki kecerdasan gerak tubuh dapat dengan mudah
mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan
rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan
ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapt memainkan mimik, drama, dan
peran. Mereka dengan lihai melakukan gerakan tubuh dalam olahraga dengan
segala macam variasinya. Secara sederhana, mereka dapat menyalurkan apa
yang mereka hidupi dengan gerak tubuh. Orang yang kuat dalam kecerdasan
gerak tubuh juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter
bedah.
Siswa yang yang mempunyai kecerdasan gerak tubuh biasanya suka
menari, olahraga, dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin
selalu menggerakkan tubuhnya. Bila ada waktu luang dan tidak ada pelajaran,
anak-anak dengan kecerdasan gerak tubuh ini dengan segara berlari-lari dan
bermain di lapangan sekolah. Seorang pendidik yang melihat siswa-siswinya
berlatih tari atau dansa akan dengan cepat mengenali siswa mana yang memiliki
inteligensi yang paling menonjol di sini. Demikian pula seorang pelatih sepak
bola dengan cepat akan tahu siswa yang mana punya kelihaian lebih dalam
mengolah bola. Beberapa tokoh berikut ini termasuk orang yang memiliki
kecerdasan gerak tubuh yang sangat luar biasa, diantaranya; Cristian Ronaldo
(pemain sepak bola terbaik dunia), Usain Bolt (pelari tercepat di dunia),
Martha Graham (penari balet), Jaky Chan (aktor film laga ), Simon Santoso
(pemain bulu tangkis nasional)
e) Kecerdasan Musikal (Musical intelligence)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari
musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri
seseorang. Apabila seorang anak tumbuh dan dididik dalam sebuah setting
budaya yang mengagungkan keterampilan atau kemampuan musik, besar
kemungkinan potensi musik anak terasah dan berkembang.
29
Orang yang menonjol kecerdasan musikalnya sangat peka terhadap suara
dan musik. Mereka dengan mudah belajar dan bermain musik secara baik.
Bahkan, sejak kecil sering kali mereka dapat menangkap dan mengerti struktur
musik. Itulah yang banyak dialami oleh para komponis musik. Mereka dengan
mudah juga menciptakan melodi dan lagu. Mereka menyenangi dan tidak mudah
bosan dengan apapun yang berbau musik. Banyak dari mereka mudah menyanyi
dan menjadi hidup dalam pentas-pentas musik. Yang menonjol adalah mereka
dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka
dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam
lagu.
30
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun
dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara
Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di

29
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.72.
30
Paul Suparno, op. cit., hlm.37.
teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam
kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks
namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas,
kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang
tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat. Kecerdasan
jenis ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa
rekaman.
Bagi para pendidik, kecerdasan musikal sering dilihat sebagai sebuah
bakat musik yang bersumber pada kemampuan alamiah atau karunia yang hanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu. Dengan demikian kecerdasan yang
diasosiasikan dengan konsep kemampuan bermusik, selalu dianggap tidak
berhubungan dengan tingkat pencapaian atau prestasi tinggi dalam area atau
bidang akademik lain. Padahal sebenarnya tidaklah demikian, karena kecerdasan
musikal juga berkaitan dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika
matematika. Memang seseorang yang cerdas musik belum tentu dapat menjadi
komposer hebat apabila tidak memiliki kemampuan linguistik serta logika
matematika yang baik. Untuk itu, upaya mengasah kecerdasan musik tak hanya
ditujukan untuk prestasi musikal, melainkan perlu diupayakan juga menjaga
keseimbangan perkembangan anak.
Tokoh-tokoh dengan kecerdasan musikal yang tinggi adalah para
komponis dan musisi terkenal dunia, seperti Mozart, Bach, Beethoven,
Debussy, Jhon Lenon, dan Carlos Santana. Selain memiliki kecerdasan
musikal yang tinggi, mereka juga memiliki kecerdasan lain yang mendukung
kecerdasan yang dimilikinya seperti kecerdasan logika matematika atau
linguistik. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana mereka mengatur ritme lagu,
merancang program-program musik dan bahkan menjadi guru musik.
31
Secara
singkat, meskipun kecerdasan musikal tak tampak sebagai bentuk kecerdasan
yang nyata, seperti kecerdasan logika matematika atau linguistik, tetapi apabila
dilihat dari sudut pandang neurologi, pemahaman dan keterampilan musikal
seseorang berkembang selaras dengan bentuk kecerdasan lain.
f) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan
tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain
juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi
dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri
orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan
umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki
oleh para pemimpin, para guru, fasilitator, motivator, polisi, pemuka agama, dan
penggerak massa.
32
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya sangat
mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang
lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini

31
ibid, hlm.38.
32
Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.84.
sungguh serasa sangat menyenangkan. Mereka dengan mudah mengenali dam
membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain. Kebanyakan
mereka peka terhadap teman, terhadap penderitaan orang lain, dan mudah
berempati yakni mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain saat
berinteraksi dengan orang tersebut. Banyak diantaranya suka member masukan
kepada teman, saudara atau orang lainnya hal ini bertujuan agar mereka maju.
Maka, tidak jarang sekali dia berperan sebagai komunikator, sebagai fasilitator
dalam pertemuan atau dalam perbincangan masalah penting. Dan mereka juga
dengan mudah menjadi penggerak massa karena kemampuannya mendekati
massa itu. Bila menjadi pemimpin, orang yang memiliki kecerdasan ini
biasannya disukai karena pendekatannya yang baik kepada para anggota,
mengerti dan menghargai perasaan anggota.
Kecerdasan ini juga merupakan faktor utama yang turut mempengaruhi
kesuksesan seorang anak menjalin hubungan sosial di lingkungannya. Karena
dengan kecerdasan inilah seorang anak cenderung lebih baik dan mudah
menjalin interaksi sosial. Anak yang memiliki kecenderungan kecerdasan ini
juga menyenangi kegiatan yang menuntut bekerja sama dengan orang lain,
seperti dalam kelompok olahraga atau sebagainya dan anak yang memiliki
kecerdasan ini juga gemar berhumor saat berkomunikasi dan menjalin hubungan
dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks belajar, anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal lebih suka belajar dengan orang lain, lebih suka
mengadakan studi kelompok. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan
pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak
kerja sama.
Walaupun anak sering mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
kecerdasan interpersonalnya saat tengah melakukan kegiatan di sekolah, namun
tak ada salahnya apabila orang tuapun turut mendukung si anak kala berada di
rumah. Orang tua dapat memberi rangsangan yang mendukung perkembangan
kecerdasan interpersonal anak dengan memberinya contoh yang baik dalam
bertingkah laku dan berbahasa, membimbingnya dalam memecahkan suatu
masalah, mangajaknya berdiskusi, mengajarkan menghargai orang lain, dan
mengajarkan anak untuk mampu mendengarkan pendapat dan berempati
terhadap orang lain. Ini semua disebut prilaku prososial, yaitu latihan kesiapan
yang diperlukan anak agar kelak perilakunya dapat diterima di lingkungan
sosial.
g) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, dapat
memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya
sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat
menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki kesadaran tinggi akan
gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya sehingga tidak ragu-ragu
untuk mengambil keputusan pribadi. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki
oleh para filosof, penyuluh agama, pembimbing, serta kadang kala pemimpin
juga memiliki kecerdasan ini.
Orang yang memiliki Kecerdasan ini biasanya mudah berkonsentrasi
dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan
sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh sangat mendalam dan
seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi. Orang tipe ini
kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang kala mereka
suka menyepi sendiri di tempat terasing. Sehingga tidak heran jika kita melihat
seorang siswa yang memilih untuk mengasingkan diri dan termenung di suatu
tempat ketika siswa-siswa lain tengah asyik bermain pada jam istirahat. Atau
bahkan tidak tertarik jika gurunya memberikan tugas kelompok. Guru yang tidak
tahu sering mamarahi siswa ini karena dianggap tidak menanggapi perintah.
Padahal dengan mengasingkan diri itu seorang siswa dapat berpikir dalam.
Perlu diketahui, bahwasanya anak bertipe kecerdasan intrapersonal ini
bukanlah anak yang tergolong dalam individu yang anti sosial, karena
sesungguhnya dengan kecerdasan intrapersonal anak ini kelak akan tumbuh
menjadi seorang individu yang memiliki kepekaan sangat baik saat melakukan
relasi dengan individu lainnya. Ia dapat melakukan introspeksi diri, memiliki
proses berfikir yang dalam, memiliki kebebasan untuk berkreativitas, memiliki
intuisi yang baik, dan memiliki motivasi diri yang baik pula. Dengan kecerdasan
intrapersonal yang menonjol, seorang anak memiliki keinginan kuat untuk
meraih suatu tujuan yang ingin ia capai, memiliki rasa percaya diri yang baik,
dan juga memiliki cara berfikir yang positif kala menghadapi berbagai pendapat
dari berbagai topik pembicaraan.
Tokoh-tokoh seperti Neil Amstrong, Helen Keller, Columbus, atau pun
Sir Edmond Hilarry merupakan beberapa contoh orang yang memiliki
kehidupan sukses dengan kecerdsan intrapersonal luar biasa yang mereka miliki.
Jika seorang anak mampu mengembangkan kecerdasan intrapersonalnya dengan
baik, maka dia akan memiliki kesuksesan yang baik pula di masa datang.
Dengan demikian ada baiknya apabila orang tua tak terburu-buru mengira buah
hatinya bermasalah dalam hal hubungan sosial karena sikap diam dan
pemalunya. Justru orang tua harus lebih memiliki kepekaan dalam meliihat
kelebihan salah satu aspek kecerdasan yang dimiliki anaknya.
33
h) Kecerdasan Naturalis ( Naturalist intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam
maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali
tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta, melakukan pemilahan-
pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini
secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para pecinta alam, para petani,
pendaki gunung, pemburu.
Ide Gardner tentang kecerdasan naturalis baru muncul pada tahun 1995
dan dipublikasikan tahun 1997. Sampai sekarang teori tentang kecerdasan ini

33
ibid, hlm.103.
masih terus dalam proses penyempurnaan. Orang tua dan guru mungkin sangat
berminat dengan kecerdasan yang satu ini, karena manifestasi dari kecerdasan
ini sangatlah tidak lazim. Bahkan kerap kali tidak muncul dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Misalnya saja, anak lebih suka bermain di luar rumah
seperti di taman atau di kebun, anak tampak lebih senang menyendiri mengamati
barisan semut dan meneliti bunga-bunga, memandangai awan atau bermain-main
dengan hewan peliharaan seperti anjing, kucing atau kelinci.
Siswa yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi biasanya dapat dilihat
dari kemampuannya mengenal, mengklafikasi, dan menggolongkan tanaman-
tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Mengenali anak dengan
kecerdasan naturalis sama seperti mangenali kecerdasan di bidang lainnya. Bila
anak dengan mudah menandai pola dan benda-benda alam, dapat mengingat
benda-benda alam yang ada di lingkungannya, serta gemar mengamati,
menyukai binatang-binatang dan menandai hal-hal yang khas pada binatang itu,
maka ia dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi. Selain itu,
anak dengan kecenderungan kecerdasan ini juga sangat menikmati aktivitas
berkemah, serta duduk diam mengamati perbedaan dan perubahan alam.
Gardner mengatakan, kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang
dimiliki semua orang sejak lahir sampai awal-awal kehidupannya. Anak-anak
kecil menunujukkan kecerdasan ini lebih baik dibandingkann orang dewasa.
Mengapa? Karena anak-anak menikmati lingkungan alam secara mandalam dan
tidak menganggap lingkungan sekitarnya hanyalah lartar belakang dari setiap
peristiwa yang ia alami. Mungkin yang dimaksud adalah, anak-anak kecil tidak
mangambil jarak dengan lingkungan sekitarnya. Ia dan alam masih menyatu.
Kecerdasan naturalis ini akan semakin terasa apabila anak-anak tersebut
tetap tinggal di lingkungan yang terus-menerus memberinya rangsangan. Anak-
anak yang hidup dalam budaya agraris atau petani, pemburu dan nelayan,
umumnya memiliki kecerdasan naturalis yang menonjol, dan kecerdasan ini
bertahan hingga mereka dewasa. Hal ini karena mereka terus-menerus hidup
dalam lingkungan yang menuntutnya menggunakan kecerdasan naturalis yang
mereka miliki. Salah satu contoh tokoh terkenal dunia yang memiliki
kecenderungan kecerdasan naturalis tinggi adalah Charles Darwin.
Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga,
burung, ikan, mamalia, membantu mengembangkan teori evolusi.
34
Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan
tersebut. Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan
kepada kita bahwa ada banyak jendela menuju satu ruangan yang sama di mana
subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif. Dan ketika siswa
mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat,
mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
Kedelapan kecerdasan dalam diri seseorang ini dapat dikembangkandan
ditingkatkan secara memadahi sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut. Ini
menunjukkan bahwa kedelapan kecerdasan itu bukan hal yang sudah mati tidak
terkembangkan, melainkan masih dapat ditingkatkan. Disinilah pendidikan

34
Paul Suparno, op. cit., hlm.43.
mempunyai fungsi, yaitu membantu agar setiap kecerdasan pada diri seseorang
berkembang optimal.
Gardner juga mengungkapkan bahwa seorang siswa akan mudah
menangkap materi yang disampaikan guru, bila materi itu disamapaikan dengan
menggunakan pendekatan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Maka,
seorang siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik-tubuh dapat juga mempelajari
fisika dengan mudah bila pelajaran itu disajikan dengan tari atau gerak. Di sinilah
tantangan bagi guru untuk merencanakan pengejarannya yang sesuai dengan
kecerdasan siswa.
Ada baiknya kita mulai menjajaki jenis kecerdasan kita sendiri mana yang
sudah berkembang dan mana yang belum. Dari delapan kecerdasan tersebut,
manakah yang menjadi keunggulan kita dan mana yang belum kita gunakan
secara maksimal?. Dengan mengetahui bahwa anda memilki kelebihan atau
kekurangan pada kecerdasan tertentu, kita akan dapat berbenah diri dan
meningkatakn kemampuan kita semaksimal mungkin.
B. SEKOLAH UNGGUL
1. Pengertian Sokolah Unggul
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang didirikan oleh
masyarakat untuk belajar anak-anak yang berumur empat tahun keatas.
35
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menunjang pembanguna
masyarakat. Oleh karena itu kegiatan sekolah dalam semua bidang harus relevan
dengan kegiatan masayarakat, khususnya masyarakat, dimana sekolah itu

35
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam(IPI) (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 233
berada. Hubungan timbal balik yang sebaik-baiknya antara sekolah dan
masyarakat sangat diperlukan agar peningakatan mutu pendidikan dan kegiatan
pembangunan saling menunjang.
36
Sekolah unggul merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah
keinginan untuk memiliki sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional
dan dunia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh ditunjang
oleh akhlakul karimah. sekolah unggul dikembangkan untuk mencapai
keistimewaan dalam keluaran pendidikannya. Untuk mencapai keistimewaan
tersebut, maka masukan, proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan,
manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan
untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.
37
Konsep sekolah unggulan menimbulkan berbagai arti yang berbeda dalam
masyarakat saat ini, bahkan kian merebak dan ramai, manakala masing-masing
orang mempunyai konsep tersendiri tentang sekolah yang mempunyai kualitas
unggul. Pengertian sekolah unggul sebenarnya mempunyai beberapa tipe yang
masing-masing memiliki ciri khas sendiri-sendiri bila inputnya unggul,
meskipun proses belajar mengajarnya tidak luar biasa, maka lulusnya akan
bermutu unggul. Keunggulan sekolah ini memang merupakan bawaan sebelum
siswa masuk ke sekolah tersebut.
38

36
Perum Penerbit, Pedoman Umum Penyelenggara Administrasi Sekolah Menengah, (Jakarta,
Balai pustaka, 1989). hlm. 358.
37
Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm 41.
38
Moedjiarto, Sekolah Unggul (metodologi untuk meningkatkan mutu pendidikan),Jakarta, Duta
Graha Pustaka, 2002. hlm3.
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh
seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam
konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi
siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan
oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang
sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah
dimanfaatkan secara optimal. Berarti tenaga administrasi, pengembang
kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan
secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim
sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-
bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur
organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi,
bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan
bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai
tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah
keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensinya.
Bila boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia
memiliki banyak kelemahan diantaranya:
Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari
pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat.
Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada
muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan
masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada
sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas
keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu
golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun
secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus
memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan
rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip
equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang
untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan
pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul
yang memiliki hati nurani yang berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik
prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi,
ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar,
kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah
unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik
dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang
seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang
baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga
keluarannya bagus.
Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera
direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang
bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar
karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat
20 anak berbakat. Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991)
penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar
76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak
1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari
tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
39
Beda lagi dengan apa yang dikatakan oleh Munif Chatib dalam bukunya
Sekolahnya Manusia dia mengatakan bahwa:
Sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajaran, bukan
pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada
kualitas para guru yang mengajar di sekolah tersebut. Apabila kulitas guru di
sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa
akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas
akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang mampu
mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negative menjadi positif,
itulah sekolah unggul.
40
2. Kriteria Sekolah Unggul
Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa
mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya
tersebut. Berikut ini beberapa kriteria sebuah sekolah bisa dikatakan unggulan:

39
Nurkolis, Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul.(Jakarta: Jurnal Pendidikan, 2006)
40
Munif Chatib, op.cit, hlm .93.
pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak
yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat
keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat
keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan
dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus
menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan
tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang
memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat
keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan
pelajaran seni.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada
kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-
matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat
dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yang hingga kini dikenal adanya
8 macam kecerdasan.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja
tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua
kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru
untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan
awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk
membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak
kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan
oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang
berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry
Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang
tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang
diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah
yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah,
memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat,
mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa
berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai
pihak terkait dengan memuaskan.
41
Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas
pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat
ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua
suprastruktur yang mendukung yaitu:
Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana
pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya
kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian
pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius.
Kedua, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional Tahun 2000-2004 yang didalamnya memuat bahwa salah satu program
pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah

41
A Ghozali. et.al.. Administrasi Sekolah. (Jakarta: Cahaya Budi. 1977) hlm.74.
terwujudnya pendidikan berbasis masyarakat/sekolah. Melalui pendidikan
berbasis masyarakat/sekolah inilah warga sekolah akan memiliki kekuasaan
penuh dalam mengelola sekolah.
42
Di dalam bukunya Reformasi Visi Pendidikan Islam Imam Suprayogo
juga menjelaskan bahwa jenis sekolah unggulan itu ada tiga yaitu:
1) Sekolah unggulan karena inputnya memang sudah terdiri dari siswa unggul
yang di jarring melalui seleksi ketat dan memiliki NEM/NUN yang sudah
ditentukan haarus tinggi. Dengan demikian, sebenarnya input bagi sekolah
tersebut adalah siswa yang sudah unggul, meskipun prosesnya tidak luar
biasa dugaan kita lulusan akan tetap bermutu unggul. Jadi unggul ini
alamiah
2) Sekolah unggul dalam hal fasilitas, karena fasilitas unggul maka sudah
barang tentu harga atau biaya pendidikannya juga tinggi. Fasiilitas yang
super lengkap ini bisa menyangkut fasilitas, asrama belajar lengkap, rasio
guru murid yang baik dengan harapan proses belajar akan berjalan lancar dan
lulusannya juga akan bermutu tinggi.
3) Sekolah unggulan yang penekanannya pada iklim belajar yang positif di
lingkungan sekolah. Tipe inilah yang banyak digalakkan di negara maju.
Dalam hal ini sekolah unggulan adalah yang mampu memproses siswa
bermutu rendah waktu masuk sekolah (input rendah) menjadi lulusan
bermutu tinggi.
43

42
Ibid, hlm. 76.
43
Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam (Malang: STAIN Press. 1999) hal .46
Setiap sekolah akan menjadi sekolah unggulan apabila diberi wewenang
untuk mengelola dirinya sendiri dan diberi tanggung jawab penuh. Selama
sekolah-sekolah hanya dijadikan alat oleh birokrasi di atasnya maka sekolah
tidak akan pernah menjadi sekolah unggulan. Bisa saja semua sekolah menjadi
sekolah unggulan yang berbeda-beda berdasarkan pontensi dan kebutuhan
warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi sekolah unggulan maka tidak
sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya.
C. EVALUASI KINERJA GURU
1. Pengertian Evaluasi Kinerja Guru
Terdapat beberapa istilah yang mempunyai keterkaitan dengan evaluasi
tetapi memiliki penekanan pada aspek tetentu. Evaluasi merupakan terjemahan
bahasa Inggris evaluation yang identik dengan penilaian. Dalam penulisan ini
kedua istilah tersebut akan digunakan secara bersama-sama atau bergantian.
Istilah lain yaang mempunyai makna hampir sama dengan evaluasi adalah
assessment dan measurement (pengukuran). Membahas evaluasi tidak akan
terlepas dari pengukuran dan penilaian.
Evaluasi juga diartikan sebagai proses menyediakan informasi untuk
membuat keputusan. Evaluasi diartikan juga sebagai proses menetapkan
pertimbangan nilai berdasarkan pada peristiwa tentang suatu program atau
produk.
44
Evaluasi juga diartikan sebagai proses menentukan kesesuaian pada
produk, tujuan, prosedur, program, pendekatan dan fungsi. Kata kunci dari
pengertian evaluasi adalah proses, pertimbangan dan nilai. Jadi evaluasi
merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap suatu kegiatan. Kegiatan dapat
berupa suatu program yang sudah direncanakan, sehingga untuk mengetahui
keberhasilan dan manfaatnya dilakukan proses penilaian. Evaluasi sebagai suatu
proses hanya menyiapkan data kepada pengambilan keputusan. Data yang
disediakan mengandung nilai yang dapat memberikan arti tergantung pada
pertimbangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.
45
Evaluasi kinerja merupakan kelanjutan dari kegiatan rekrutmen dan seleksi
atau penempatan pekerjaan. Evaluasi juga merupakan salah satu dari langkah
pemberdayaan guru atau pegawai dalam proses untuk menghasilkan tenaga yang
profesional, yang sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada
umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya
manusia berpendapat bahwa evaluasi kinerja para pegawai merupakan bagian
penting dari seluruh proses kegiatan karyawan yang bersangkutan. Pentingnya
evaluasi kinerja yang rasional dan diterapkan secara obyektif adalah merupakan
kepentingan bagi pegawai yang bersangkutan dan kepentingan organisasi. Bagi
para karyawan atau pegawai, evaluasi tersebut berperan sebagai umpan balik
tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang
pada gilirannya akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana

44
Mary Lee Smith & Glass Gene V. Research and Evaluation in Educationa and the Social
Science, (Englewood Cliffs New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1987)
45
Bruce Shertzer & Shelley Stone, Fundamental of Guidance, Fouth Edition, (USA: 1981Purdue
Univercity), hlm. 464
dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi itu sendiri, evaluasi
kinerja pegawai atau karyawan adalah sangat penting arti serta peranannya dalam
pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan
38program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan,
penempatan, promosi sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan
program manajemen sumber daya manusia secara efektif.
46
Yang dimaksud evaluasi kinerja guru dalam penelitian ini adalah evaluasi
yang dilakukan kepada semua guru yang ada di dalam suatu organisasi pendidikan
pada tahap akhir setelah melalui tahap-tahap penelitian, perencanaan dan
penggiatan. Evaluasi secara umum diartikan sebagai suatu pengukuran atau
penilaian terhadap suatu perencanaan yang telah dilakukan oleh suatu organisasi
yang bisa dilakukan pada pertengahan bulan, akhir bulan atau pertengahan tahun
atau akhir tahun.
Secara spesifik pengertian evaluasi kinerja menurut Hadari Nawawi dalam
Frank Jefkins, Public Relations, merupakan penilaian secara sistematik tentang
relevansi antara tugas-tugas yang diberikan dengan pelaksanaannya oleh seorang
pegawai dengan cara mengidentifikasi, mengukur dan mengelola pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para pekerja di lingkungan suatu organisasi. Kegiatan
pengukuran tersebut merupakan usaha untuk menetapkan keputusan tentang
sukses atau tidaknya pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
47

46
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2002),
hlm. 223.
47
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta, PT Rajawali Press:1992), hlm.157.
Evaluasi kinerja dalam hal ini disebut juga dengan penilaian kinerja.
Penilaian dilakukan secara sitematis terhadap kinerja karyawan dan potensi
mereka untuk berkembang. Penilaian kinerja mencakup prestasi kerja, cara
bekerja, dan pribadi mereka. Sedangkan penilaian terhadap potensi untuk
berkembang mencakup kreativitas dan hasil belajar atau kemampuan
mengembangkan profesinya.
48
Yang dimaksud dengan prestasi kerja ialah hasil pekerjaan, apakah
pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan kritetia yang telah ditentukan sebelumnya
dan apakah sudah tepat penyelesaiannya dengan alokasi waktu yang telah
diberikan. Apakah hasil pekerjaan itu sudah memenuhi akuntabilitas atau sekedar
selesai. Cara bekerja mencakup ciri-ciri efektivitas dan efifiensi dalam bekerja.
Sedangkan ukuran penilaian pribadi karyawan ialah butir-butir pancasila yang
telah diuraikan antara lain sudah termasuk di dalamnya dedikasi dan motifasi yang
tinggi untuk berjuang dalam dunia pendidikan.
Kreativitas seorang karyawan atau guru dapat dilihat dari aktifitas orang
tersebut dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Orang yang kreatif sering
berinisiatif melakukan sesuatu yang belum pernah ada di lingkungan kerjanya dan
bahkan sering mengemukakan ide-ide yang baru. Kalau seseorang sedang belajar,
juga akan tampak pada hasil karyanya yang tidak monoton, suatu hasil karya yang
menunjukkan buah pikiran baru dan berguna bagi pengembangan dan proses
pendidikan.
2. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Guru

48
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta: 2004), hlm. 135.
Pada hakekatnya pelaksaan program evaluasi kinerja merupakan fungsi
administrasi yang dilaksanakan agar tugas, fungsi tanggung jawab dan wewenang
yang telah diorganisasikan berjalan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang
telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah aktualisasi perencanaan yang
dicanangkan oleh organisasi. Jadi dalam pelaksanaan evaluasi kinerja
menerangkan mengenai bagaimana proses evaluasi kinerja tersebut dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan program evaluasi kinerja terdapat beberapa komponen yang
sangat diperlukan, diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan.
49
Motivasi menyangkut perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur yang
vital dalam manajemen. Motivasi dapat diartikan sebagai membuat seseorang
menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya.
Motivasi akan memunculkan semangat bekerja dan pantang menyerah saat
menghadapi pelbagai tantangan dan hambatan. Untuk memotivasi anggota
organisasi, perlu dibangun sikap kebersamaan dan keterbukaan sehingga anggota
yang baru masuk sekalipun akan merasa menjadi bagian utuh yang diharapkan
kiprahnya.
50
Komponen penting lainnya dalam tahap pelaksanaan adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi secara timbal
balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Terhentinya informasi akan
menyebabkan kemacetan interaksi sehingga pada akhirnya akan memunculkan
masalah baru. Sering dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah
yang akan menguasai dunia. Oleh sebab itulah, jalannya arus informasi harus

49
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung, Falah Production, 2004), hlm. 86
50
George R. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2005),
hlm. 168
berlangsung secara lancar. Kendala yang tak jarang dijumpai adalah adanya pihak
tertentu yang mengaburkan informasi atau bahkan menutup informasi.
Keserakahan semacam ini akan membuat pintu-pintu informasi dan pada akhirnya
akan merugikan banyak kalangan.
Ketika informasi masuk dalam dunia manajemen, seluruh personel
organisasi harus memiliki kesamaan visi untuk bekerja sama memajukan lembaga.
Setiap masalah harus diselesaikan dengan segera. Jika suatu gejala tidak baik di
sebuah organisasi, dan kenyataan itu dibiarkan berlarut-larut, yang terjadi
kemudian adalah saling curiga, saling menuduh dan bahkan saling menjatuhkan.
Ini adalah akibat logis dari terputusnya arus komunikasi. Komunikasi dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis, komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang dibangun antara atasan
dan bawahan secara simultan. Komunikasi vertikal dari atas bisa berupa
pengarahan atau instruksi di samping nasehat atau penilaian. Sedangkan
komunikasi dari bawah bisa berbentuk laporan, pengaduan, permintaan, saran, dan
kritik.
51
Komunikasi jenis kedua adalah komunikasi horizontal, yakni komunikasi
yang dibangun antaranggota, antar bidang atau antarkelompok yang sifatnya lebih
fleksibel. Komunikasi semacam ini akan lebih mudah menyelasaikan masalah
karena tidak dibatasi oleh hirarki atau jenjang jabatan. Ketika kedua jenis
komunikasi ini berlangsung secara efektif, lembaga apapun termasuk lembaga

51
Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung, Mandar Maju: 1992), hlm. 93
pendidikan akan mudah membuat terobosan cemerlang untuk memberdayakan
anggotanya.
Unsur terakhir yang penting dalam pelaksanaan adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah unsur yang esensial dalam sebuah organisasi.
kepemimpinan tidak lepas dari karakter individu yang sering ditentukan oleh
lingkungan keluarga, lingkungan bergaul, belajar atau tempat kerja. Bakat
kepemimpinan membutuhkan stimulus dari luar sehingga bakat itu dapat tumbuh
dan berkembang secara maksimal. Kepemimpinan yang baik tidak lahir dari
konflik kepentingan yang akan memenangkan kelompoknya dan menghancurkan
lawannya. Sesungguhnya, pemimpin yang diidamkan adalah sosok pemimpin
yang menjadi tumpuan harapan semua orang, dan bukan golongan atau kelompok
tertentu.
52
D. PROSES PENERAPAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL
Ada sebuah ilustrasi menarik yang dibuat oleh Thomas Armstrong di
dalam bukunya "In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child's
Multiple Intelligences", Ilustrasi itu berupa dongeng dalam dunia binatang.
Dimana di dalam buku tersebut di kisahkan bahwa pada suatu hari para binatang
besar di hutan ingin mengadakan sekolah bagi para binatang kecil. Para binatang
besar itu ingin mengajarkan mata pelajaran yang dianggap penting untuk
keberhasilan hidup di hutan, yaitu pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang,

52
Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang, UIN Malang Press: 2007), hlm. 89
dan menggali dan sebagainya. Tetapi, para binatang besar itu tidak dapat sepakat
untuk menentukan kurikulum atau mata pelajaran mana yang paling penting dan
cocok bagi para siswanya. Sebagai keputusan, akhirnya seluruh siswa diharuskan
mengikuti seluruh mata pelajaran yang telah di tetapkan tadi. Saat sekolah dibuka
dan menerima murid dari penjuru hutan, semuanya berbahagia. Semua berjalan
lancar dan bergembira pada awalnya sampai suatu ketika terjadilah sebuah
peristiwa.
Dimana Seekor kelinci yang menjadi siswa di sekolah tersebut mengalami
masalah. Tak ada seorang pun di hutan yang tak mengetahui bahwa kelinci
terkenal piawai berlari. Tapi saat mengikuti kelas berenang, ternyata kelinci nyaris
tenggelam. Pengalaman itu mengguncangkan kelinci. Dia berusaha terus berusaha
mengikuti pelajaran berenang walaupun berada dalam trauma. Akibatnya, kelinci
tak dapat lari secepat sebelumnya. Demikian pun murid lain menghadapi masalah.
Elang yang dikenal jago terbang ternyata menghadapi masalah dalam pelajaran
menggali. Dia tak dapat berprestasi dalam pelajaran menggali sehingga harus
belajar ekstra yang membuatnya melupakan keahlian terbangnya.
Demikianlah, Kesulitan demi kesulitan dialami oleh binatang-binatang
kecil lainnya, seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular, dan sebagainya. Para
binatang kecil itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang
keahlian mereka masing-masing. Sebab, mereka dipaksa melakukan hal-hal yang
tidak menghargai sifat alami mereka.
53

53
Thomas Amstrong, , op. cit., hlm.14.
Melalui ilustrasi di atas, Thomas Armstrong mencoba menggambarkan
posisi teori Multiple Intelligences yang seharusnya diterapakan di sekolah.
Kecenderungan model pembelajaran di sekolah yang hanya mengembangkan dua
jenis kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika
sering membuat anak-anak dinilai gagal. Padahal, anak-anak yang dianggap gagal
dalam sistem sekolah tersebut mungkin memiliki bentuk kecerdasan lain seperti
kecerdasan ruang/spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal,
dan naturalis. Walaupun mereka tidak kompatibel dengan sistem sekolah yang
ada, bukan berarti mereka bodoh dan tak akan berhasil di masyarakat. Mereka
hanya memiliki kecerdasan dan cara belajar yang berbeda dengan yang biasanya
digunakan di sekolah pada umumnya.
Membangun sekolah, pada hakikatnya adalah membangun keunggulan
sumber daya manusia. Sayangnya, banyak sekali sekolah yang secara sadar atau
tidak, malah membunuh potensi siswa-siswa didiknya. Banyak sekolah yang
hanya mengukur sebagian dari kecerdasan yang dimiliki siswanya, yakni hanya
menekankan kepada kecerdasan logika-matematika dan bahasa saja tanpa
mengukur kecerdasan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekolah
membunuh potensi siswa-siswa didiknya karena tidak menghargai seluruh
kecerdasan yang dimilki siswa tersebut.
Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah yang baik adalah sekolah yang
secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya
yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa
secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja yang
ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi kecerdasan. Betapa cantiknya
sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang semua
siswanya pandai dan cerdas, serta para siswanya merasakan semua pelajaran yang
diajarkan mudah dan menarik. Kelas tersebut akan hidup dan terasa nyaman.
Keluar dari kelas tersebut, semua siswa mendapatkan pengalaman pertama yang
sangat luar biasa dan tak akan lupa seumur hidup. Apabila kelas seperti itu terjadi
pada jutaan kelas di seluruh sekolah di Indonesia, pasti negara ini akan menjadi
negara maju yang diperhitungkan oleh dunia.
Pada dasarnya sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas
proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses
pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah tesebut.
Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen
pengubah siswanya. Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu
menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik,
bagaimanapun kualiats akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain,
sekolah yang guru gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral
siswanya dari negatif menjadi positif itulah sekolah unggul.
54
Menurut Chatib kita akan mendapati sekolah unggul seperti kriteria yang
sempurna apabila sekolah tersebut menerapkan multiple intelligences pada
sistemya. Atau lebih tepatnya menggunakan Multiple Intelligences System (MIS).
Multiple Intelligences System (MIS) adalah sebuah pemahaman tentang
bagaimana menerapkan Multiple Intelligences di sekolah. Penerapan Multiple

54
Munif Chatib, op.cit, hlm .93.
Intelligence itu secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan
output.
a. Tahap Input
Pada input, sekolah menggunakan Multiple Intelligence Resarch (MIR),
yaitu semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi
kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. Data ini
dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya.
Penerimaan siswa barunya tergantung jumlah kursi. Jadi sekolah tersebut
menerima siswa tanpa tes masuk.
b. Tahap proses
Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar
siswanya. disinilah letak keampuhan strategi mulitple intelligences yang
jumlahnya beragam. Seorang guru menggunakan pendekatan individual jika
dalam kelas terdapat anak yang slow learner. Guru harus menjadi katalisator
dan fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu
membuat produk-produk yang luar biasa. Dalam proses pembelajaran ini setiap
guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa
yang telah diketahui dari hasil MIR pada tahap input tadi. Hasil MIR tersebut
dijadikan pedoman setiap guru untuk masuk kedunia siswa sehingga siswa
merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan risiko kegagalan dalam proses
belajar, karena pada sebelumnya guru sudah mengetahui kecenderungan gaya
belajar siswa sesuai kecerdsannya.
c. Tahap output
Pada output, sekolah menggunakan penilaian otentik. Yaitu sebuah
penilaian berdasarkan nilai asli setiap anak. Penilaian otentik adalah penilaian
berbasis proses dimana seorang guru menilai siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung bukan pada saat akhir pembelajaran. Dalam
penilaian ini setiap aktivitas siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif,
psikomotorik dan afektif.
55
Paradigma yang paling mendasar dari Multiple Intelligences system ini
adalah perubahan konsep tentang makna kecerdasan secara mendasar yang
berbeda sama sekali dengan konsep-konsep sebelumnya. Bahwa kecerdasan
seseorang tidak dibatasi pada tes formal (tes IQ, EQ, dan sejenisnya), setiap siswa
adalah juara dengan cara yang berbeda. Setiap siswa akan diperlakukan secara
spesifik berdasarkan ragam kecerdasan dan gaya belajarnya, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Dan dimanapun
implementasi konsep multiple intelligences di sekolah pasti intinya terletak pada
proses pembelajaran.
Oleh sebab itu, Amstrong dalam bukunya Paul Suparno, memberikan
beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengajaran dengan menggunakan
teori kecerdasan ganda. Secara umum strategi itu sebagai berikut:
1. Kecerdasan Linguistik dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bercerita, menuliskan kembali yang dipelajari atau
menerbitkan majalah dinding. Dengan kata lain, setelah mempelajari topic
tertentu siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya

55
Munif chatib, Multiple Intelligences Sebagai Sistem (Makalah Training pelatihan Guru di SD
YIMA Islamic school tgl 23 November 2009)
dengan menuliskan kembali lewat susunan kata-kata yang dibuatnya sendiri.
2. Kecerdasan Matematis-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung,
membuat kategorisasi atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah dengan
proses ilmiah, membuat analogi dan sebagainya.
3. Kecerdasan Ruang-visual dapat diungkapkan dengan visualisasi materi,
dengan membuat sketsa, gambar, symbol, grafik, mengadakan tour keluar
kelas, mengadakan eksperimen di laboratorium dan sebagainya.
4. Kecerdasan Kinestetik-badani dapat diungkapkan dengan bentuk ekspresi
gerak badan. Bentuk-bentuk seperti mendramatisir, membuat teater, membuat
hands-on-activiteis tentang materi yang dipelajari sangat membantu dalam
mengungkapkan kecerdasan kinestetik-badani.
5. Kecerdasan Musikal dapat diungkapkan dengan memberikan kesempatan
dan as kepada siswa untuk menyanyi, membuat lagu atau mengungkapkan
materi dalam bentuk suara.
6. Kecerdasan Interpersonal dapat diekspresikan dalam bentuk kegiatan
sharing, diskusi kelompok, kerjasama membuat proyek atau praktikum
bersama, permainan bersama maupun membuat simulasi bersama. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa setiap siswa dalam kelompok haruslah aktif,
sehingga kerjasama tidak hanya dikuasai oleh beberapa siswa sedangkan yang
lainnya pasif. Siswa yang tidak begitu lancar bekerjasama perlu dibantu untuk
lebih berani.
7. Kecerdasan Intrapersonal dapat dikembangkan dengan memberikan waktu
sendiri kepada siswa untuk refleksi dan berfikir sejenak. Permasalahan yang
deberikan tipe terbuka dimana siswa secara mandiri dapat mengungkapkan
gagasannya. Guru perlu belajar untuk menyajikan materi dengan memasukkan
perasaan, humor dan keseriusannya. Dengan kata lain, sikap pribadi guru perlu
juga ditunjukkan untuk membantu siswa yang intrapersonal.
8. Kecerdasan naturalis dapat diungkapkan dengan mengajak siswa untuk
melihat apakah topik tang dipelajari ada kaitannya dengan lingkungan hidup
mereka, dengan alam tempat mereka hidup. Siswa dapat diajak dan
mengamati tanaman yang ada di taman dan di kebun atau bahkan diajak untuk
mengamati prilaku hewan yang ada disekitar kita seperti burung, kelinci,
ayam, kambing dan binatang ternak lainnya.
56
Dari semua strategi pengajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengembangkan kecerdasan ganda, maka proses pembelajaran dapat berlangsung
sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada siswa dengan memperhatikan setiap
kecerdasan yang dimilikioleh siswa-siswa.
Dan tidak dapat dipungkiri lagi, salah satu unsur yang sangat penting
dalam proses pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi perlu disesuaikan dengan
tujuan dan cara mengajar seorang guru. Secara umum evaluasi perlu lebih luas
dan menyeluruh, bahkan perlu memasukkan unsur lingkungan dan situasi nyata
untuk dapat mengukur seluruh kemampuan siswa. Berbagai bentuk evaluasi
seperti tertulis, lisan, dalam bentuk proyek, tugas bersama, refleksi pribadi, bentuk
prestasi yang dapat ditampilkan di depan umum, dalam keaktifan proses
pembelajaran, pemantauan guru selama pembelajaran dan sebagainya perlu

56
Paul Suparno, Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius,
2004), hlm 92.
digunakan dalam evaluasi sebagai kesatuan. Sedapat mungkin kedelapan
kecerdasan juga terukur dalam evaluasi tersebut. Segi hitungan, tulisan, musik,
gerak, ruang, kerjasama, refleksi dan lingkungan perlu diperhatikan. Yang perlu
diperhatikan disini adalah evaluasi harus beranekaragam, disesuaikan dengan
pendekatan pembelajaran kecerdasan ganda yang juga beranekaragam.
Bentuk evaluasi yang ditekankan oleh Amstrong dalam bukunya Paul
Suparno yaitu evaluasi portofolio yakni penilaian selama proses belajar, dan soal
tertulis. Ini sangat sesuai untuk mengevaluasi siswa, senada dengan pendekatan
kecerdasan ganda. Portofolio yaitu laporan tugas-tugas siswa selama seluruh
proses pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah laporan tertulis, hasil diskusi
kelompok, hasil refleksi pribadi, tugas, gambar, laporan computer, slide atau
video bila pernah dibuat. Tugas-tugas informal yang pernah dikerjakan siswa,
seperti catatan atau draf lagu, permainan, kerja kelompok kecil, perlu
dikumpulkan juga. Penilaian selama proses belajar perlu dikumpulkan. Guru
perlu selalu memantau dan memberikan penilaian singkat kepada setiap siswa
selama proses belajar, selama diskusi, selama mereka bermain bersama sesuai
materi dan selama meraka aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Soal tertulis
yang diberikan kepada siswa perlu juga dirumuskan sesuai dengan ketujuh
kecerdasan ganda tersebut. Perlu ada persoalan logika, musical, ruang, gerak,
erflkesi pribadi dan juga bahasa tertulis.
57
Selain itu juga untuk mewujudkan sekolah unggul yang berbasis multiple
intelligences perlu adanya evaluasi dari segi pendidik, hal ini yang dimaksud

57
Ibid, hlm. 94.
adalah guru. Jadi, setiap guru yang mengajar harus dievaluasi demi terlaksananya
pembelajaran yang baik sesuai kriteria multiple intelligences. Semua orang yakin
bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan itu muncul karena
manusia adalah manusia lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa
membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semuanya
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orangtua mendaftarkan
anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan pada guru, agar
anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan sistem atau cara kerja yang harus dilakukan
dalam sebuah penelitian, seorang peneliti diharuskan dapat memilih dan
menentukan metode yang tepat dan fleksibel guna mencapai tujuannya. Dan demi
terwujudnya tujuan tersebut maka metode penelitian yang penulis gunakan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap
fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa
individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya
adalah untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang
diamati, menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada.
58
Pada umumnya penelitian deskriptif ini tidak menggunakan hipotesis (non
hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam
penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi
berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud mungkin berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau
memo dan dokumen resmi lainnya.
59

58
Subekti Imam, Desain dan Analisis Data dalam Penelitian Kuantitatif (Malang: STAIN Malang,
2000), hlm. 12
59
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya,2002), hlm. 6
Menurut Suharsimi, ada tiga macam pendekatan yang termasuk kedalam
penelitian deskriptif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus (case-studies),
penelitian kausal komparatif, dan penelitian koralasi.
60
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah pendekatan
untuk mendeskripsikan suatu latar, obyek atau peristiwa tertentu secara rinci dan
mendalam, Pendapat ini juga diperkuat oleh Winarno, dia mengatakan bahwa
studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan mendetail, subyek yang diselidiki terdiri dari satu
kesatuan unit yang dipandang sebagi kasus.
61
Dalam penelitian ini peneliti berusaha menggambarkan keadaan
sebenarnya yang ada di SD YIMA Islamic School mulai letak geografis sekolah,
kondisi masyarakat sekitar sekolah, keadaan siswa dan guru yang ada di sekolah,
serta yang tidak ketinggalan pula mengenai konsep Multiple Intelligences yang
diterapkan sekolah tersebut.
B. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena
peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama
sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data
nantinya. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka peneliti dapat
melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti "kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan

60
Arikunto Suharsimi, ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta,1998), hlm. 247
61
Wiinarno Surahmad, Dasar Dan Teknik Penelitian (Bandung: Trasito, 1994) hlm 105
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya".
62
Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya
sebagai peneliti oleh subyek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan
surat izin penelitian kelembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak
sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan.
Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung,
sehingga diketahui fenomena-fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran
peneliti dilapangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu:
a) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian.
b) Pengumpulan data, dibagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data.
c) Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan
penelitian dengan kenyataan yang ada.
Peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan di SD YIMA Islamic
School pada hari sabtu tanggal 26 Desember 2009, hal ini bertujuan agar peneliti
mengenal lebih jauh lagi tentang objek penelitian. Pada penelitian pendahuluan
ini peneliti melakukan interview singkat dengan konsultan pendidikan yang
sedang menangani sekolah tersebut. Konsultan pendidikan itu bernama Munif
Chatib, dia adalah seorang pakar Multiple Intelligences lulusan Supercamp
Oceanside California USA yang salah satu bukunya di jadikan referensi dalam
penelitian ini. Beliau menjelaskan bahwa:

62
Lexy.J.Meleong, Op.Cit. , hlm. 121
Penerapan Multiple Intelligences di sekolah ini secara global meliputi 3 tahap
penting, yaitu input, proses, dan output.
a. Pada input, kita menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR)
semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan
kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Data ini dipakai agar guru
mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Penerimaan siswa barunya
tergantung jumlah kursi. Jadi kita terima siswa tanpa tes masuk, hanya MIR
itu saja.
b. Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar
siswanya. disinilah letak keampuhan strategi mulitple intelligence yang
jumlahnya beragam. Kita menggunakan pendekatan individual jika dalam
kelas terdapat anak yg slow learner. Guru harus menjadi katalisator dan
fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu
membuat produk-produk. Luar biasa.
c. Pada output, kita menggunakan penilaian otentik. Setiap aktivitas siswa
dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Soal-soal tesnya
sangat manusiawi dan banyak dengan metode open book
63
Dari kutipan interview singkat tersebut peneliti dapat melihat bagaimana
upaya seorang Munif chatib sebagai konsultan ahli dalam upaya mengembangkan
sekolah ini munggunakan konsep Multiple Intelligences sehingga berkat tangan
dingin beliau sekolah ini yang dulunya terbelakang dan kurang mendapatkan
kepercayaan masyarakat sekarang sudah menjadi sekolah favorit yang mendapat
kepercayaan banyak orang.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah favorit yang ada di kota
Bondowoso, atau tepatnya di SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah
(YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah ini terletak di jalan KH. Hasyim
Asyari No 326. Bondowoso. Secara geografis sekolah ini terletak di kelurahan
Kademangan Bondowoso atau tepatnya di wilayah perkampungan warga

63
Hasil interview tanggal 26 Desember 2009, 10:00 wib
naturalisasi Arab yang notabene memiliki lingkungan masyarakat yang sangat
religus serta kentalnya budaya Arab pada wilayah tersebut. Kondisi masyarakat di
sana sangat heterogen baik segi ekonomi, pengetahuan atau latar belakang
pendidikannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Kelurahan Kademangan
Bapak Ali Zainal, dimana beliau mengatakan:
Sebagaimana yang anda ketahui, memang di kelurahan kedemangan ini
mayoritas warganya adalah warga keturunan arab yang memiliki latar belakang
budaya islam yang sangat kental serta keaneka ragaman kondisi sosial ekonomi
dan latar pedidikannya.
64
Peneliti menentukan SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah
(YIMA) Islamic School Bondowoso sebagai tempat penelitian dikarenakan
ketertarikan peneliti akan konsep Multiple Intelligences yang diterapkan oleh
sekolah tersebut, dimana sekolah tersebut dulunya adalah sekolah yang sedikit
terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan konsep Multiple
Intelligences , dalam waktu singkat sekolah tersebut berubah menjadi sekolah
yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Itulah salah satu alasan
mengapa peneliti memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian. Yang
kedua yaitu karena letak sekolah tersebut tidak jauh dari tempat tinggal peneliti,
yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempat tinggal peneliti, sehingga hal
ini sangat dimungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh dan mengolah data
secara langsung dan cepat.

64
Hasil Interview tgl 8 maret 2010, 19:00 wib
D. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, maka bentuk data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
6
Sedangkan Sumber data dalam
penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
65
Menurut sumbernya data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dan data
sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang tersedia.
66
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi

6
Ibid. , hlm. 112.
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta,
2006), hlm. 129.
66
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2005), hlm. 91.
sumber data utama yaitu kepala sekolah, konsultan pendidikan yang ada disana
serta para guru dan staf yang ada di SD YIMA Islamic School Bondowoso.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi
melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun sumber data
sekunder yang diperlukan yaitu: buku-buku, foto dan dokumen tentang SD
YIMA Islamic School Bondowoso.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan
dan objektif, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, diantaranya:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru
mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang memberikan arahan dan
sebagainya.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif.
Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Dalam observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam
kegiatan.
67
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukaan peneliti adalah
observasi partisipatif karena pada penelitian ini memungkinkan peneliti untuk

67
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 220.
terjun langsung dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang ada di di SD YIMA
Islamic School Bondowoso. Hal ini bertujuan untuk lebih mengabsahkan data
yang peneliti peroleh dari metode pengumpulan data sebelumya.
Peneliti mengobservasi guna untuk memperoleh data tentang keadaan di
SD YIMA Islamic School Bondowoso, mulai dari segi letak, keadaan gografis,
sarana prasarana pendidikan, keadaan guru dan murid, proses pembelajarannya
serta yang paling penting adalah untuk mengetahui macam-macam kegiatan atau
aktivitas sekolah yang berhubungan penerapan multiple inntelligences yang ada
di sana.
b. Interview atau Wawancara
Metode interview yaitu merupakan suatu proses tanya jawab lisan, dimana
dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat
muka yang lain, mendengarkan dengan telinganya sendiri, suara adalah alat
kesimpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik
yang terpendam (tercatat).
68
Metode wawancara atau metode interview dipergunakan kalau seseorang
untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatka keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang itu.
69
Dalam penelitian ini peneliti akan

68
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Tindakan (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
hlm. 135.
69
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997) hlm. 129
mewawancarai Kepala Sekolah, Para Guru, dan siswa, konsultan pendidikan
yang ada di sana, serta informan lain terkait dengan masalah yang dibahas.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumentasi atau
catatan-catatan penting, surat kabar, internet dan sebagainya. Penggunaan
metode ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan, baik dokumen
itu merupakan dokumen pribadi maupun resmi. Dibandingkan dengan metode
lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan
sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang
diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
70
Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi
untuk mencari data tentang sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School
Bondowoso, struktur organisasi, data guru dan siswa.
F. Teknik Analisa Data
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moleong, adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, analisa data adalah
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan ide itu.
71

70
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm 231.
71
Lexy J. Moeleong, op.cit, hlm. 103.
Dalam penelitian ini yang digunakan penulis dalam menganalisa data yang
sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif kualitatif (non statistik), yaitu
dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau
kalimat dimana dengan analisis deskriptif ini peneliti berusaha memaparkan
secara detail tentang hasil penelitian sesuai dengan data yang berhasil
dikumpulkan.
Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka
dilakukan pemilahan secara selektif disesuaikan dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan proses
editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data
tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk proses
berikutnya. Kemudian setelah diolah, data tersebut harus di analisis agar dapat
disajikan atau dipaparkan dengan baik untuk kesempurnaan penulisan skripsi.
Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis.
Penelitian deskriptif dibedakan dalam dua jenis penelitian menurut sifat-sifat
analisa datanya, yaitu riset deskriptif yang bersifat ekploratif dan riset deskriptif
yang bersifat developmental.
72
Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif yang bersifat ekploratif,
yaitu dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena yang ada di SD
YIMA Islamic School Bondowoso tentang bagaimana aktivitas tindakan dalam
menerapkan Multiple Intelligences.

72
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 195.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam
penelitian ini yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan
memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena perpanjangan
keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji ketidak
benaran informasi.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi kedalaman data. Ini
berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu"
13
. Teknik Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain yaitu waka
kurikulum dan beberapa siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan melihat semua
data dengan realitas yang nampak pada proses aktivitas yang ada di tempat
penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa dan melihat kesesuaian data

13
Lexy. J. Meleong, Op.Cit. , hlm. 178
yang diperoleh dengan kegiatan sebenarnya di SD YIMA Islamic School
Bondowoso.
Selain itu, untuk mengecek keabsahan data juga bisa dilakukan dengan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b) Membandingkan hasil pengamatan dengan isi dokumen yang berkaitan
73
.
H. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap pertama, tahap orientasi,
kedua tahap pengumpulan data (lapangan), atau tahap eksplorasi, ketiga adalah
tahap analisis dan penafsiran data. Ketiga tahap-tahap ini sesuai dengan pendapat
dari yang pertama adalah mengetahui gambaran yang tepat tentang latar belakang
penelitian. Tahap kedua adalah tahap eksplorasi fokus pada tahap ini mulai
memasuki proses pengumpulan data. Tahap yang terakhir adalah tahap penentuan
tehnik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data.
74
Ketiga tahap di atas dilakukan oleh peneliti pada tahap pertama yaitu
orientasi. Peneliti melakukan kunjungan dari lokasi penelitian yang mana
penelitian, menentukan informan sehingga pada penelitian menyiapkan
kelengkapan penelitian dan mendiskusikan rencana penelitian.
Tahap kedua adalah tahap eksplorasi. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan data dengan cara wawancara dengan subyek dan informan
penelitian mengkaji dokumen berupa fakta-fakta yanga ada dan berkaitan dengan
penelitian dan melaksanakan observasi dengan hadir langsung di SD YIMA

73
Ibid, hlm 178
74
Ibid, hlm 239
Islamic School Bondowoso. Serta melakukan wawancara dengan para informan
yakni kepala sekolah, konsultan dan guru, serta informan terkait lainnya.
Ketiga adalah tahap dimana pengecekan dan pemeriksaan data. Pada tahap
ini dilakukan pengecekan dan perbaikan baik dari segi bahasa dan segi
sistematikanya. Tehnik yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan tehnik
perpanjangan waktu, diskusi dengan teman sejawat dan menggunakan referensi.
Agar hasil dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
1. Sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso
YIMA adalah kependekan dari Yayasan Islam Madrasah Al Khairiyah.
SD YIMA merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan
yayasan Al Khairiyah, yayasan ini berdiri pada tahun 1912. Lembaga Yayasan
Al Khairiyah didalamnya meliputi PAUD,TK, SD,SMP dan Madaras Aliyah.
Berdirinya SD YIMA dilatar belakangi oleh keinginan Yayasan Al
Khairiyah untuk membuka paradigma baru mengenai sekolah unggul. Salah satu
cara yang ditempuh oleh Yayasan Al Khairiyah adalah membuka sekolah
dengan nama SD YIMA Islamic School.
Pada mulanya sekolah ini masih berstatus MI (Madrasah Ibtidaiyah) Al
Khairiyah, baru tepatnya pada bulan agustus 2006 Keputusan Pengurus Yayasan
Al Khairiyah Nomor : 001/C/YA/SK/VIII/2006, Tanggal 28 Agustus 2006,
tentang Perubahan status dan nama MI Al Khairiyah menjadi SD YIMA Islamic
School, dimana sekolah yang mencoba merangkak ke paradigma baru mengenai
sekolah unggul. Sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya sekolah ini dulunya
berakreditasi B, karena kegigigihan dan usaha dari Yayasan untuk
mengmbangkan sekolah ini pada akhirnya mendapat akreditasi A.
YIMA adalah sekolah yang menempatkan belajar efektif sebagai indikator
utama. Dimana proses belajar didalam kelas dirancang secara efekif sehingga
berhasil membuat siswa mengerti dan antusias dalam pembelajaran. Selain itu
YIMA memiliki guru yang professional yang mampu mengajar dengan pola
efektif berdasarkan kecerdasan yang dimiliki siswanya, sehingga mampu dan
berhasil membuat siswanya berprestasi dengan latar belakang dan kemampuan
yang beragam dalam proses pembelajaranya. Sehingga tidak ada lagi anak yang
dinilai bodoh, maka dengan paradigma lama Yayasan Al Khairiyah membangun
YIMA Islamic School untuk menjadi sebuah sekolah yang benar-benar ungggul.
Selain itu ada beberapa alasan yang melatarbelakangi ingin merubah
image public dimana masyarakat menganggap bahwa Al Khairiayah itu adalah
sebuah lembaga milik Al Khairiyah yang diartikan hanya untuk komunitas arab
karena berada dilingkungan warga keturunan arab sehingga tidak mampu
menyerap siswa dari luar (bukan arab). Maka dengan alasan itu yayasan Al
Khairiyah ingin merubah image public tersebut dengan memperkenalkan ke
masyarakat bahwa Al Khairiyah adalah lembaga atau sekolah milik masyarakat,
bukan warga keturunan arab saja. Dengan mengenalkan beberapa misi YIMA
yaitu: meningkatkan proses belajar berkualitas, meningkatkan proses belajar
menyenangkan, menciptakan semua pelajaran mudah, semua anak pandai dan
dengan visinya yaitu mewujudkan insan unggul, berprestasi dan berakhlaqul
karimah.
SD YIMA Islamic School ini didisain dengan konsep sekolah unggul
yakni sebagai sekolahnya manusai yang memiliki 8 Pilar yakni :
a. Religion and Character Building
1)Sekolah yang mempunyai pandangan dunia dan visi Islam,
2)Pembelajaran jiwa,
3)Pengembangan pemikiran,
4)Aplikasi akhlakul karimah
5) Muatan kurikulum terdiri dari 60% pendidikan Agama, dan 40%
pendidikan umum
6)Bidang studi Character Building
b. Agent of Change
Sekolah yang berperan sebagai agen pengubah kondisi siswanya dari
kondisi negatif menjadi kondisi positif.
c. The Best Process
Sekolah yang mengedepankan proses pembelajaran yang berkualitas dan
menyenangkan untuk semua kondisi.
d. The Best Teachers
Guru sebagai fasilitator dan katalisator, mengajar dengan menyesuaikan
gaya belajar siswa dan selalu memantik rasa ingin tahu siswa.
e. Active Learning
Sekolah dengan strategi belajar menitik beratkan pada keaktifan siswa,
sehingga siswa mempunyai target untuk BISA APA selain TAHU APA.
f. Applied Learning
Sekolah yang mengaitkan materi belajar dengan kehidupan nyata sehari-
hari, sehingga siswa tidak hanya belajar konsep-konsep abstrak tetapi
pembelajaran yang langsung diaplikasikan.
g. Multiple Intelligence Research
Sekolah yang mempunyai paradigma setiap siswa mempunyai
kecenderungan kecerdasan yang beragam, sehingga semua siswa adalah
bintang, semua siswa adalah juara dengan cara yang berbeda-beda.
h. Management Control
Sekolah yang mempunyai siklus kontrol dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan mengajar, konsultasi, observasi kelas dan analisa
perbaikan yang dilakukan secara terus- menerus.
Itulah sekilas informasi yang dapat kami gambarkan tentang sejarah dan
arah tujuan berdirinya sekolah ini.
2. Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic School
Bondowoso
SD YIMA terletak di jalan Hos Cokroaminoto No.2 (tampak samping),
atau tepatnya jalan KH Asyari no.326 (tampak depan) Bondowoso Secara
geografis sekolah ini terletak di kelurahan Kademangan Bondowoso atau tepatnya
di wilayah perkampungan warga naturalisasi Arab yang notabene memiliki
lingkungan masyarakat yang sangat religus serta kentalnya budaya Arab pada
wilayah tersebut. Kondisi masyarakat di sana sangat heterogen baik segi ekonomi,
pengetahuan atau latar belakang pendidikannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ketua Kelurahan Kademangan Bapak Ali Zainal, dimana beliau mengatakan:
Sebagaimana yang anda ketahui, memang di kelurahan kedemangan ini
mayoritas warganya adalah warga keturunan arab yang memiliki latar belakang
budaya islam yang sangat kental serta keaneka ragaman kondisi sosial ekonomi
dan latar pedidikannya.
75

75
Hasil Interview tgl 8 maret 2010, 19:00 wib
SD YIMA berdiri di atas lahan seluas 1200 m
2
yang merupakan tanah
milik Yayasan. Dari keseluruhan areal tanah tersebut sebagian besar sudah
dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah meliputi penambahan kelas,
laboratorium dan sebagainya.
3. Identitas Sekolah
Nama sekolah : SD Yima Islamic School
Status : Terakreditasi (A)
Nomor statistik sekolah :101452201036
NPSN : 20522386
Nomor telp. / fax : 0332 - 427033
Alamat : Jl. Kh. Asyari 326
Kecamatan : Bondowoso
Kabupaten / kota : Bondowoso
Kode pos : 68217
Alamat website : www.alfalah_alkhairiyah.com
E mail : yima_is@yahoo.co.id
Tahun berdiri : 1912
Waktu belajar : pagi hari
4. Visi ,Misi dan Tujuan Sekolah
a) VISI
TERWUJUDNYA INSAN RELIGIUS YANG AKTIF, KREATIF DAN
TANGGUH
b) MISI
a. Mewujudkan struktur kurikulum dengan prinsip 70% muatan keagamaan
dan 30 % non keagamaan, berwawasan internasional dan adaptif
b. Mewujudkan perangkat kurikulum yang mutakhir, lengkap, efektif, efisien
dan berwawasan Internasional
c. Membangun budaya Islami dan disiplin dilingkungan sekolah maupun
diluar sekolah bagi Civitas Akedemik
d. Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan
e. Menerapkan Multiple Intelligence System (MIS) dalam berbagai aspek
f. Mengoptimalkan Manejemen Berbasis Sekolah.
g. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang religius, professional,
berkualitas dan mempunyai komitmen, loyalitas dan disiplin yang tinggi
h. Meningkatkan sarana dan pra sarana pendukung terhadap peyelenggaraan
pendidikan
c) TUJUAN
1. Tujuan Jangka Pendek
a. Menghasilkan struktur kurikulum yang adaptif dan berwawasan
Internasional
b. Menghasilkan atau memenuhi perangkat kurikulum yang mutakhir,
lengkap sehingga bisa mendukung dan mempermudah terhadap
ketercapaian muatan struktur kurikulum
c. Munculnya Kemampuan/kompetensi dan bakat anak didik, dan terbina
dengan baik yang bersifat akademis maupun non akademis
d. Terciptanya prilaku hidup yang Islami bagi civitas akademik baik di
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
e. Terwujudnya Multiple Intellegence System (MIS) dengan sinergis
f. Terdapatnya strategi-strategi pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik Multiple Intelligence, sehingga proses pembelajaran lebih
bermakna dan materi-materi ajar mudah diserap oleh semua anak
g. Terlaksananya pola manajemen sekolah yang efektif dan efisien
h. Mempunyai Sumber Daya Manusia yang religious, professional dan
mempunyai komitmen dan loyalitas yang tinggi
i. Adanya sistem penghargaan dan punishmen yang proporsional bagi
guru dan karyawan serta peserta didik
j. Terdapatnya pola komunikasi yang baik, efektif dan efisien antara
lembaga sekolah, yayasan serta orang tua peserta didik
k. Adanya tingkat kedisiplinan yang tinggi dari guru, karyawan, orang tua
dan peserta didik
l. Terdapatnya administrasi yang mapan dan lengkap
m. Adanya sistem yang akurat dalam mengontrol manajemen
n. Terdapatnya akuntabilitas yang baik dari masing-masing fungsi
manajemen sekolah terhadap Kepala Sekolah dan akuntabilitas yang
baik dari kepala sekolah terhadap yayasan atau konsultan
o. Terdapatnya peraturan sekolah yang baku dan jelas bagi seluruh civitas
akademik
p. Bertambahnya atau terpenuhinya sarana dan pra sarana primer seperti ;
musholla, meubeler dan papan data
2. Tujuan Jangka Menengah
a. Menghasilkan struktur kurikulum dengan prosentase 70 % muatan
keagamaan dan 30 % muatan non keagamaan
b. Terpenuhinya seluruh sarana dan prasarana
c. Terdapatnya sistem administrasi berbasis komputer
d. Adanya output yang mumpuni dari aspek akademis dan non akademis.
3. Tujuan Jangka Panjang
a. Adanya trust yang tinggi dari masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan SD YIMA Islamic School khususnya masyarakat sekitar ,
masyarakat Bondowoso pada umumnya
b. Adanya trust dan dukungan yang tinggi dari dinas pendidikan
kabupaten dan pemerintah.
c. Adanya kemandirian yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan
khusunya pada aspek pembiayaan
d. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang professional di setiap
bidangya
e. Adanya lingkungan sekolah yang asri, tata ruang dan kantor yang
proporsional
f. Menjadi sekolah percontohan di Bondowoso dan sekitarnya
76

76
Dokumen Sekolah
5. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso
Setiap organisasi atau lembaga pasti menginginkan pencapaian tujuan
yang telah diprogramkan secara maksimal, karena itu diperlukan koordinasi
seluruh personalia secara baik sesuai dengan komposisi dan proporsinya masing-
masing. Efektifitas kerja perlu mendapatkan perhatian secara serius, sehingga
kendala yang kemungkinan akan terjadi dapat diantisipasi dan diselesaikan
secara cermat.
Salah satu langkah untuk mewujudkan koordinasi personal sekolah secara
mantap disusunlah struktur organisasi yang mencakup keseluruhan bidang
garapan atau spesialisasi tugas dengan harapan program yang dicanangkan dapat
berjalan serempak. Di samping itu dengan adanya struktur organisasi diharapkan
dapat dihindari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas masing-masing
bidang, bahkan dapat memperlancar arus komunikasi, baik secara horisontal
maupun secara vertikal.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi SD YIMA Islamic
School Bondowoso dapat dilihat pada Lampiran 1
77
6. Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso
Guru memiliki tugas utama melaksanakan proses pembelajaran dan
mendidik serta membimbing siswa untuk mencapai prestasi belajar secara
optimal. Oleh karena itu, pemberian tugas terhadap guru SD YIMA Islamic
School Bondowoso diupayakan semaksimal mungkin sesuai kompetensi yang

77
Dokumen Sekolah
dimilikinya secara proporsional. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dapat mewujudkan keberhasilan secara optimal.
Sebagai tenaga profesional, dalam menjalankan tugasnya guru SD YIMA
Islamic School Bondowoso harus mempunyai profil sebagai berikut: (1) selalu
menempatkan diri sebagai seseorang mukmin dan muslim dimana saja ia berada;
(2) memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan dedikasi
yang tinggi; (3) kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan; (4)
bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi contoh bagi
civitas akademika yang lain.
Mengenai kondisi guru dan pegawai di SD YIMA Islamic School
Bondowoso secara keseluruhan berjumlah 33 orang yang terdiri dari guru dan
pegawai yang masing-masing berjumlah 28 guru dan 5 pegawai termasuk tukang
kebun dan penjaga sekolah. Untuk mengetahui lebih jelas kondisi guru dan
karyawan ini dapat dilihat pada (Lampiran 2)
Seiring dengan pesatnya kemajuan sekaligus untuk meningkatkan mutu
pendidikan, maka SD YIMA Islamic School Bondowoso terus mengadakan
pembenahan dengan mengadakan pembinaan terhadap para guru dan pegawai.
Pembinaan ini dilakukan baik melalui peningkatan profesionalisme
ketenagakerjaan antara lain memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pelatihan guru, kursus, seminar, kuliah,
penataran-penataran, diklat dan lain sebagainya.
Berdasarkan interview dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa
jumlah guru dan pegawai di SD YIMA Islamic School Bondowoso cukup
memadahi dan sudah sesuai dengan standar sekolah yang ideal. Namun demikian,
kepala SD YIMA Islamic School Bondowoso menambahkan bahwa jumlah
tenaga TU masih perlu penambahan terutama bagian inventerisasi dan
penggandaan. Sedangkan untuk guru yang belum memenuhi kualifikasi
profesional ditinjau dari tingkat pendidikan yang dimilikinya telah ditugaskan
untuk melanjutkan studi ke jenjang S-1. Tenaga kerja sebagai pustakawan perlu
penambahan seorang yang ahli di bidang komputer multimedia. Hal ini bertujuan
agar peminjaman dan pengembalian buku dapat melalui komputerisasi. Begitu
juga untuk laboratorium diperlukan tenaga ahli khusus yang menangani
pengaturan dan perawatan peralatan untuk praktikum.
7. Keadaan Siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso
Jumlah siswa-siswi SD YIMA. Tahun ajaran 2009-2010 sebanyak 345
siswa yang terdiri dari kelas I berjumlah 3 kelas, kelas II terdiri dari 3 kelas, kelas
III terdiri dari 3 kelas, kelas IV terdiri dari 2 kelas, kelas V terdiri dari 2 kelas, dan
kelas VI terdiri dari 2 kelas. Untuk lebih jelas tentang kondisi siswa SD YIMA
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Ditinjau dari segi perkembangannya, jumlah siswa SD YIMA
menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini secara tidak langsung membuktikan
semakin besar animo masyarakat untuk memasukkan anaknya ke lembaga
pendidikan ini. Bahkan jumlah pendaftar ke SD YIMA dari tahun ke tahun selalu
melimpah dan melebihi daya tampung sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil
interview dengan kepala SD YIMA Bapak Abd Wasith, dimana beliau
mengatakan :
Melihat semakin banyaknya jumlah siswa yang mendaftar di sekolah ini, maka
dalam proses penerimaan siswa baru di SD YIMA menggunakan sistem kuota
artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya,
maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi kami
sebagai kepala sekolah tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Siswa yang
diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah
semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan
kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. MIR ini bukan alat tes seleksi
masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk
mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh.
Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik
kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang
disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR
menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti
memiliki kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan
siswa tersebut dalam berinteraksi, baik dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri)
maupun dengan pihak lain.
78
Mengingat jumlah siswa yang relatif banyak dan bersifat heterogen, maka
pihak sekolah senantiasa berusaha untuk mewujudkan kondisi siswa yang tertib,
disiplin dan mengutamakan belajar. Untuk merealisir keinginan tersebut disusun
tata tertib dan pengawasan terhadap aktivitas siswa di sekolah. Di samping itu
untuk menghindari tindakan pelanggaran tata tertib oleh para siswa, setiap
tindakan atau perbuatan yang melanggar tata tertib dikenai poin dengan bobot
sesuai dengan jenis pelanggarannya.
8. Keadaan Sarana Prasarana SD YIMA Islamic School Bondowoso
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang ikut menunjang
keberhasilan pendidikan, karena itu keberadaan sarana yang memadahi dan
representatif senantiasa mendapatkan perhatian secara serius di SD YIMA.
Sebelum memaparkan lebih jauh tentang kondisi sarana prasarana pendidikan

78
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 19:00 wib
perlu dikemukakan bahwa keseluruhan tanah yang dimiliki SD YIMA seluas 1200
m
2
dengan rincian sebagai berikut:
Status : Milik Yayasan
Luas Tanah : 1.200 m
2
Luas Bangunan : 426 m
2
Luas Halaman : 124 m
2
Luas Lap. Olahraga : 200 m
2
Luas Kebun : 236 m
2
Lain-lain : 214 m
2
Dari tabel di atas diketahui bahwa sarana prasarana yang berupa bangunan
gedung berada di atas tanah seluas 1200 m
2
. Sarana yang dimaksud antara lain 15
ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium
dan komputer, ruang multimedia, masjid, gedung serba guna, koperasi siswa,
gudang, kamar mandi kepala sekolah dan guru serta kamar mandi siswa. Di
samping itu terdapat juga satu ruang UKS dan satu ruang lagi untuk kegiatan
keorganisasian siswa. Halaman sekolah yang luas yang digunakan untuk
pelaksanaan upacara juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar
mengajar olah raga di samping lapangan basket dan volley yang sudah
disediakan. Untuk lebih jelas tentang kondisi sarana prasarana SD YIMA dapat
dilihat pada Lampiran 4
B. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul dengan metode observasi, interview dan
dokumentasi, peneliti dapat menganalisis hasil penelitian dengan tehnik deskriptif
kualitatif, artinya peneliti akan menggambarkan, menguraikan, dan
menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul sehingga akan memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SD Yima Islamic
School Bondowoso tentang konsep Multiple Intelligences dalam mewujudkan
sekolah unggul adalah sebagai berikut:
1. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic School Bondowoso
Pembelajaran merupakan proses bagaimana belajar dan mengajar.
Pembelajaran ini merupakan syarat yang sangat penting dan menentukan demi
tercapainya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Artinya, tujuan kegiatan
pembelajaran adalah mengubah tingkah laku, baik yang yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, atau bahkan meliputi segenap aspek
organisme atau pribadi. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka
proses belajar mengajarnya harus menyesuaikan dengan kerja kondisi otak dan
berbagai kecerdasan anak, agar semua anak bisa mendapatkan peluang
mengembangkan sikap kecerdasan yang dimilikinya melalui proses pembelajaran
tersebut. Pembelajaran itu akan lebih efektif, efisien, dan produktif apabila dalam
proses pembelajarannya dikemas dalam suasana yang menyenangkan.
SD YIMA adalah satu-satunya lembaga pendidikan di Bondowoso yang
menerapkan konsep Multiple Intelligences. Penerapan Multiple Intelligences di
SD YIMA secara umum adalah strategi pengkondisian suatu proses pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan berdasarkan kecerdasan masing-masing anak didik
dan sangat dibutuhkan guru yang benar-benar kreatif dalam pelaksanaannya.
Penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA ini secara global meliputi 3 tahap
penting, yaitu input, proses, dan output. Dan ketiga tahapan penting tersebut
tergabung dalam satu sistem yang bernama Multiple Intelligences System (MIS).
MIS yaitu semua sistem yang holistik dari proses pendidikan dari mulai input,
proses dan outputnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Munif Chatib selaku CEO Konsultan di
SD YIMA, beliau menyatakan bahwa:
Desain konsep Penerapan Multiple Intelligences di sekolah ini secara global
meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. Pada input, kita
menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR) semacam alat riset
psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk
anak dan gaya belajarnnya. Data ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar
masing-masing siswanya. Bagi kita, tidak ada anak bodoh dan tidak ada
pelajaran yang sulit. Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan
gaya belajar siswanya. disinilah letak keampuhan strategi Multiple Intelligences
yang jumlahnya beragam. Kita menggunakan pendekatan individual jika dalam
kelas terdapat anak yg slow learner. Guru harus menjadi katalisator dan
fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu
membuat produk-produk. Luar biasa. Pada output, kita menggunakan penilaian
otentik. Setiap aktivitas siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik
dan afektif. Soal-soal tesnya sangat manusiawi dan banyak dengan metode open
book
79
Pada dasarnya pembelajaran pada pokok bahasan atau mata pelajaran
apapun harus diupayakan berlangsung secara aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Dan penerapan Multiple Intelligences itu sendiri sebenarnya
sangat membantu guru dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran,

79
Hasil interview tanggal 1 maret 2010, 09:00 wib
sehingga tidak ada alasan bagi guru untuk mempertahankan pola pembelajaran
konvensional yang cenderung membuat siswa jenuh belajar. Melalui pembelajaran
berbasis Multiple Intelligences ini siswa memperoleh kesempatan untuk ikut aktif
dalam proses pembelajaran atau bahkan belajar sesuai dengan gaya belajarnya
masing-masing, sehingga tidak jarang siswa selalu berada dalam suasana yang
menyenangkan dalam aktivitas pembelajarannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh konsultan ahli SD YIMA Gamar S.Pd,
dimana beliau mengatakan:
Desain konsep penerapan MI (multiple intelligences) intinya terletak pada tiga
hal penting yaitu input, proses dan outputnya. Jadi ketiga hal tersebut harus
sesuai dengan pola Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa. dan
bagaimana membuat sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan dan
disesuaikan dengan gaya belajar siswa berdasarkan Multiple Intelligences yang
dimilikinya. Rumusnya adalah gaya mengajar guru harus sama dengan gaya
belajar siswa, jadi guru harus megetahui bagaimana gaya belajar siswa yakni
dengan menjadikan hasil MIR (Multiple Intelligences Research) pada input
sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar.
80
Lebih lanjut lagi dia menjelaskan:
Sekolah unggul itu biasanya dilihat dari kualitas guru baik kompetensinya
ataupun fasilitas sekolah yang tersedia biasanya identik dengan kemewahan.
Tetapi kalau di SD YIMA Islamic School Bondowoso yang kami mengatakan
sekolah unggul yaitu dengan menggunakan konsep Multiple Intelegences yang
mana setiap siswa dikategorikan menggunakan proses MIR yang dilihat dari
kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap siswa..
81
Desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan oleh SD YIMA ini
memang ditekankan pada proses pembelajaraannya, hal ini disebabkan karena

80
Hasil interview tanggal 1 maret 2010, 12:20 wib
81
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:15 wib
dengan proses pembelajaran berbasis Multiple Intelligences diharapkan sekolah
ini akan mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal I, Ayat I yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
82
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk bisa
menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan dapat
mendorong peserta didik secara leluasa mengembangkan ktreativitasnya dengan
bantuan guru. Untuk ketercapaian suasana tersebut, salah satu cara yang ditempuh
oleh guru adalah dengan menguasai tekhnik atau metode penyampaian materi
yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dan
kemampuan anak didik yang menerima. Disinilah pentingnya kemampuan guru
untuk membuat suasana dan cara belajar dengan menggunakan berbagai metode
dan pendekatan yang atraktif, mampu merangsang seluruh indera peserta didik
yang akan mengarah pada tiga aspek pada tahap output nanti, yakni penilaian
otentik yang berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Dari pemaparan di atas, sudah jelas sekali bagaimana desain konsep
Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA berjalan dengan lancar dan baik
mulai dari input, proses ataupun outputnya sehingga menyebabkan sekolah ini unggul
dan menjadi aset berharga bagi kabupaten Bondowoso serta menjadi barometer sekolah
unggulan di Bondowoso.

82
Undang-undang Sisdiknas, 2003. hal 2
2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School
Bondowoso
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Munif Chatib selaku CEO konsultan
di SD YIMA, implementasi Multiple Intelligences di sekolah ini secara global
meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output.
Pada bagian ini peneliti akan mengupas satu persatu dari ketiga tahapan
tersebut berdasarkan pengamatan, interview atau observasi yang peneliti lakukan
di sekolah ini.
a. Input
Pada tahap input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelligence Research
(MIR) dalam penerimaan siswa barunya, proses penerimaan siswa baru di SD
YIMA ini menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100
siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100
siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi sekolah ini tidak menerapkan test seleksi masuk
dalam PSB. Kemudian siswa yang telah diterima akan mengikuti proses Multiple
Intelligences Research (MIR). MIR adalah alat riset psikologis yang mengeluarkan
diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Data
ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Dan
dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan
gaya belajar terbaik bagi seseorang.
Keterangan di atas sesuai dengan hasil interview dengan kepala SD YIMA
Bapak Abd Wasith, dimana beliau mengatakan :
Melihat semakin banyaknya jumlah siswa yang mendaftar di sekolah ini, maka
dalam proses penerimaan siswa baru di SD YIMA menggunakan sistem kuota
artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya,
maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi kami
sebagai kepala sekolah tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Siswa yang
diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah
semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan
kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. MIR ini bukan alat tes seleksi
masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk
mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh.
Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik
kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang
disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR
menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti
memiliki kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan
siswa tersebut dalam berinteraksi, baik dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri)
maupun dengan pihak lain.
83
MIR (Multiple Intelligences Research) merupakan tahap awal dari tiga
tahapan penting dalam menrapkan Multiple Intelligences. MIR adalah instrumen
riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan
seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat
disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar disini diartikan
dengan cara dan pola bagaimana sebuah informasi dapat dengan baik dan sukses
diterima oleh otak seseorang. Oleh sebab itu, seharusnya setiap guru memiliki
data tentang gaya belajar siswanya masing-masing. Kemudian setiap guru harus
menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa yang telah
diketahui dari hasil MIR. Dari hasil MIR tersebut setiap guru akan masuk
kedunia siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan
risiko kegagalan dalam proses belajar. Inilah yang dimaksud asas utama
quantum learning oleh Bobbi DePorter, yaitu masuk kedunia siswa.

83
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 19:00 wib
MIR di SD YIMA dilaksanakan setiap pada saat penerimaan siwa baru.
Hasil MIR pada penerimaan siwa baru menjadi data penting bagi guru di sana
untuk mengetahui kondisi siswa, terutama mengetahui informasi tentang gaya
belajarnya. Selanjutnya, MIR dapat dilaksanakan pada setiap tahun kenaikan
kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abd Wasith selaku Kepala Sekolah:
MIR di sekolah ini setidaknya dilakukan setahun sekali tepatnya pada PSB
(Penerimaan Siswa Baru) dan selanjutnya dilaksanakan setiap tahun pada
kenaikan kelas. MIR ini biasanya dilaksanakan 3 bulan sebelum kenaikan kelas.
MIR di sekolah ini bertujuan untuk penentuan kelas dan gaya belajar siswa pada
saat di kelas nantinya
84
Secara tekhnis pelaksanaan MIR di SD YIMA sangat sederhana. Dimana
ada sebuah tim khusus yang terdiri dari beberapa guru yang dipercaya untuk
pelaksanaan MIR, guru tersebut bukan guru sembarangan melainkan guru yang
sudah beberapa kali mendapatkan pelatihan khusus pelaksanaan MIR dari NEXT
WORLDVIEW yaitu semacam perusahaan yang bekerja dibidang konsultan
pendidikan dan pelatihan Multiple Intelligences di Surabaya. Jadi dari pelatihan
tersebut MIR di sekolah ini benar-benar professional dalam pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaannya orang tua wali siswa diminta untuk mendampingi
anaknya agar nantinya tidak hanya guru yang tahu kecerdasan siswa melainkan
orang tuanya juga. Seorang guru memeriksa 3-4 siswa, dan setiap siswa
membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Waktu pelaksanaannya biasanya pada
saat jam pelajaran efektif dan bertempat di lab atau di aula. Wujud pemeriksaan
MIR berupa semacam tes psikologis meliputi bagaimana kecenderungan
kecerdasan siswa, afektivitas siswa ketika di rumah, dan sebagainya. Dan hasil

84
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:00 wib
analisis dari analisis MIR dijadikan acuan dalam mengajar, karena didalamnya
berisi arahan kepada guru untuk mengajar sesuai dengan kecenderungan
kecerdasan yang dimiliki siswa. untuk lebih jelasnya hasil analisis MIR tersebut
bisa dilihat pada Lampiran 5
Sehubungan dengan hal ini juga, Tuti Isnawati, selaku Guru Matematika
SD YIMA mengatakan:
Sekolah ini cukup unik dan berani berbeda dalam proses penerimaan siswa
barunya (PSB). SD YIMA menggunakan alat riset yang bernama Multiple
Intelegent Research (MIR) dalam PSB. Ini bukan alat tes seleksi masuk
melainkan sebuag riset yang ditujukan pada siswa dan orang tuanya untuk
mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan
berpengaruh. Dan hasil dari MIR ini juga dijadikan pedoman bagi guru dalam
proses mengajar untuk menyesuaikan kecenderungan gaya belajar siswa
berdasarkan kecerdasannya tadi. Hal ini yang membuat sekolah ini unggul.
Selain itu manajemen yang digunakan di SD ini sudah sangat bagus sehingga
segala sesuatu yang akan dilaksanakan dapat terkontrol oleh Kepala Sekolah
85
Bapak Abdul Wasith juga menjelaskan:
Selain digunakan untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa sesuai
kecerdasannya, MIR juga digunakan untuk proses pembagian kelas. Jadi setiap
anak dibagi kelasnya masing-masing sesuai kecenderungan kecerdasannya.
Tetapi tidak mungkin kami membagi kelas berdasarkan seluruh jumlah
kecerdasan yang dimiliki siswa, melainkan kami membaginya hanya dengan tiga
kelas, sesuai dengan ketiga kecerdasan yang paling menonjol diantara mereka,
yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis dan kinestetis.
86
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti sangat yakin bahwa MIR adalah
riset yang luar biasa untuk membantu guru menemukan gaya belajar siswa.
Dengan MIR yang dilakukan rutin setiap tahun, setiap siswa akan memiliki data

85
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 12:00 wib
86
Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:00 wib
riwayat kecerdasan yang memungkinkan seseorang lebih cepat menemukan
kondisi akhir terbaiknya. MIR yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang
dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar akan menjadi akselerator
bagi seseorang untuk menemukan kondisi terbaik. Setelah mempelajari tentang
MIR ini peneliti bertambah yakin bahwa potensi bakat itu harus dipicu dan
dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner bahwa kecerdasan
seseorang itu berkembang, tidak statis, kecerdasan seseorang lebih berkaitan
dengan kebiasaan, yaitu prilaku yang diulang-ulang.
b. Proses
Tahapan ini adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nantinya
gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswanya. disinilah letak
keampuhan strategi pembelajaran Multiple Intelligences yang jumlahnya
beragam dan sangat banyak seiring dengan kreativitas seorang guru dalam
mengajar. Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa
strategi Multiple Intelligences. Namun sebaliknya, pelaksanaan strategi ini akan
menjadi lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model dan aktivitas
pembelajaran terlebih dahulu, baru setelah itu dilakukan analisis terhadap
aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja.
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di beberapa kelas di
SD YIMA, strategi pembelajaran Multiple Intelligences terlihat sangat mudah
diterapkan di sana, hal ini tidak lain karena guru di sekolah ini sudah
menyesuaikan betul bagaimana cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar
siswa berdasarkan hasil MIR. Mungkin hal ini juga disebabkan seringnya adanya
pelatihan guru yang dilakukan di SD YIMA.
Pelatihan guru ini dilakukan oleh konsultan pendidikan di sekolah ini
atau mengundang ahli pendidikan. Pelatihan ini dilaksanakan dua kali setiap
bulan. Pelatihan ini bertujuan untuk memnerikan pengertian kepada guru
tentang bagaimana sebuah proses pembelajaran yang ideal. Mengingat
pembelajaran yang diterapkan di SD YIMA adalah pembelajaran dengan
pendekatan Multiple Intelligences, maka langkah pelatihan yang diberikan
kepada guru adalah bagaimana mengenal cara kerja otak siswa sehingga
memudahkan dan mengkondisikan kelas, pertama guru harus tahu bagaimana
mensetting kondisi kelas sesuai gaya belajar siswa. Kedua, dalam pelatihan
tersebut juga diajarkan bagaimana proses pembuatan lesson plan yang di
dalamnya mencakup kegiatan awal sampai akhir proses. Dalam lesson plan
guru harus menggambarkan seluruh kegiatanyang akan dilaksanakan beserta
seluruh alat pendukung dan sumber belajar sampai proses pengambilan nilai.
Hal ini senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Abdul
Wasith selaku kepala sekolah:
Masa depan sebuah sekolah di tentukan oleh sebuah kekuatan. Dan jika saja
kami memiliki kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utama di sekolah
kami, yaitu pelatihan guru. Guru tidak hanya cukup membaca metode-metode
pembelajaran terbaru, guru harus dilatiha di dalamnya, seperti halnya aktor
atau penyair perlu berlatih. Setelah itu guru baru bisa mengajarkannya kepada
orang lain.
87

87
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:15 wib
Selanjutnya pada pelatihan tersebut juga dijelaskan bagaimana atau
tentang hal-hal yang mendukung proses pembelajaran seperti, memecahkan
suasana kaku dalam kelas, scene setting, cara menghafal cepat, menulis dengan
cara mind mapping, memancing pertanyaan, menghukum, memberi reward,
menganalisis kegiatan siswa, sampai penilaiannya. Dalam penelitian ini juga
guru dibekali beberapa gambaran tentang penguasaan kelas yang terdiri dari
berbagai kemampuan.
Tentunya peneliti menyadari bahwa selama beberapa hari mengadakan
penelitian di sini ternyata peneliti menemukan banyak sekali strategi
pembelajaran dengan contoh-contoh aktivitas-aktivitas yang menarik siswa dan
kesemua strategi dan contoh aktivitas tersebut tidak sanggup peneliti uraian
dalam pemaparan ini. Tentunya dalam pemaran yang sekarang ini peneliti
ingin menggambarkan dan menjelaskan gambaran umum berikut contoh-
contoh yang menarik tentang beberapa strategi pembelajaran dengan konsep
Multiple Intelligences.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa kelas di SD
YIMA dibagi menjadi tiga kelas sesuai dengan kecerdasan siswa yang paling
menonjol berdasarkan hasil MIR. Peneliti mengadakan pengamatan pada pada
kelas II saja. Karena kelas II dinilai peniliti sudah cukup mewakili dari
pengimplementasian pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang
diterapkan sekolah ini. Kelas kelas II dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas IIa,
IIb, dan IIc sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa-
siswinya. dengan perincian kelas yaitu: kelas IIa adalah kumpulan siswa yang
memiliki kecenderungan kecerdasan matematis-logis, kelas IIb kecerdasan
visual spasial dan kelas IIc kecerdasan naturalis.
Peneliti mengadakan pengamatan kelas pada tanggal 8-10 Maret 2010.
Dimulai dari kelas IIa, IIb sampai kelas IIc. Berikut ini hasil pengamatan peneliti
di kelas-kelas tersebut:
1) Kelas II a
Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIa Pada tanggal 8 Maret
2010. Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya
memiliki kecenderungan kecerdasan matematis-logis.
Pada pagi hari sekitar jam 08.00 sebelum peneliti memasuki kelas IIa
ternyata seluruh siswa kelas IIa sudah berbaris rapi di depan kelasnya.
Peneliti bertanya kepada Bu Tuti selaku guru matematika, ternyata siswa-
siswa tersebut berbaris karena hendak mengunjungi sebuah toko swalayan
yang letaknya tak jauh dari sekolah. Wajah-wajah ceria dengan senyum manis
siswa menambah cerahnya mentari pagi. Tak lama kemudian sampailah
mereka ke toko swalayan yang pada pagi itu masih sepi pengunjung.
Seminggu sebelumnya, Bu Tuti telah menghubungi pemiliki toko
swalayan untuk meminta izin mengadakan program environment learning di
sana. Sesuai sekenario dalam lesson plan (rencana pembelajaran), beberapa
siswa disiapkan menjadi kasir dan yang lainnya menjadi pembeli. Betapa
lucunya ketika proses pembelajaran itu dimulai. Anak-anak yang berperan
sebagai pembeli mulai memilih barang, lalu membawanya ke kasir. Siswa
yang menjadi kasir kemudian menghitung, menjumlah, mengurangi,
terkadang juga mengalikan barang-barang yang telah dibeli.
Ketika peneliti bertanya kepada Ibu Tuti, Apa yang sebenarnya mereka
pelajari? kemudian Bu Tuti menjawab mereka belajar aplikasi langsung
tentang pemjumlahan-pengurangan dan perkalian, Anak-anak memahami
secara langsung bagaimana penjumlahan itu bisa terjadi, dan bagaimana
pengurangan itu bisa terjadi. Anak-anak itu juga menjadi paham fungsi
praktis mempelajari penjumlahan, pengurangan dan perkalian dalam
kehidupan mereka.
Suasana di toko swalayan itu menjadi ramai sebab suara anak-anak
yang riang gembira terdengar melebihi alunan musik dari loudspeakers yang
ada di sudut-sudut langit toko. Anak-anak juga dengan serius mendengar
instruksi dan penjelasan dari Bu Tuti. Sampai-sampai ada sebuah kejadian
menarik yang sulit dilupakan oleh peneliti dan Bu Tuti. Dimana ada seorang
siswa yang menangis karena ingin duduk di kursi kasir yang sebenarnya.
Setelah diberi kesempatan menjadi kasir beneran selama 10 menit, baru dia
bersedia kembali ke sekolah dengan tersenyum puas dan menyalami semua
karyawan di toko swalayan itu.
Sungguh luarbiasa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Tuti,
dimana dia bisa menyesuaikan gaya belajar siswa dengan kecerdasanya
sehinga seluruh materi yang ada pada lesson plan tersampaikan dengan baik.
Dilain pihak strategi yang diterapkan oleh Bu Tuti tadi juga dapat
menumbuhkan kecerdasan lainnya. Karena dari aktivitas di toko swalayan
tadi selain kecerdasan matematis-logis, pembelajarannya juga berkaitan
dengan kecerdasan interpersonal, kinestetis dan linguistik.
2) Kelas IIb
Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIb Pada tanggal 9 Maret 2010.
Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya memiliki
kecenderungan kecerdasan visual-spasial.
Ketika peneliti hendak memasuki kelas IIb, peneliti melihat petugas lab
membawa proyektor ke dalam kelas, ternyata setelah diamati lebih lanjut lagi
proyektor tersebut digunakan Bu Ani selaku guru akidah akhlak untuk
mengadakan movie learning yaitu salah satu strategi pembelajaran yang
berkaitan dengan kecerdsan spasial visual. Peniliti agak heran dengan strategi
yang diterapkan Bu Ani ini karena sebatas peniliti ketahui bahwa jarang
sekali atau bahkan tidak ada seorang guru yang menerapkan movie learning
untuk anak setingkat kelas 2 SD. Tetapi peneliti semakin kagum dengan
antusias para siswa untuk mengikuti program movie learning ini.
Film yang akan ditonton adalah film kartun Upin & Ipin dimana film
tersebut dinilai banyak memberikan sedikit masukan ataupun pelajaran bagi
prilaku siswa. sebelum pemutaran film, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok diberi pertanyaan-pertanyaan penting untuk di
analisis saat film berlangsung dan setelah film selasai. Pada saat film diputar,
semua siswa serius memperhatikan sambil memegang alat tulis. Sesekali
mereka mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan
pertanyaan yang dibagikan oleh gurunya.
Setelah film selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi untuk
membahas film tersebut dipandu oleh guru. Bagi peliti yang pada saat itu juga
menonton film Upin-Ipin, komentar dan analisis para siswa dalam diskusi itu
berbobot luar biasa. Siswa kelas IIb tersebut mampu membuat analisis prilaku
yang baik dengan hipotesis-hipotesis yang belum pernah ada sebelumnya. Hal
ini menandakan bahwa pembelajaran dengan metode movie learning sangat
berhasil diterapkan di kelas tersebut.
Metode movie learning ternyata sangat disukai oleh siswa. Daya analisis
mereka terpacu sehingga mereka menjadi kreatif dalam beropini bagai
pengamat ahli yang mengomentari sebuah prilaku seseorang yang dapat
diimplikasikan kekehidupan pribadi siswa. aktivitas pembelajaran seperti ini
selain kecerdasan visual spasial juga dapat meningkatkan kecerdasan
linguistik, interpersonal dan kecerdasan musikal.
3) Kelas IIc
Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIc Pada tanggal 9 Maret
2010. Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya
memiliki kecenderungan kecerdasan naturalis.
Wajah siswa di kelas IIc itu dipenuhi rasa penasaran ketika peniliti dan
Bu Fitri selaku guru sains membawa dua ekor kelinci kedalam kelas.
Kemudian Bu Fitri menyuruh beberapa siswa untuk membantu menyiapkan
sejumlah jenis sayur mayur dan benda-benda lain. Ada segenggam kacang
hijau, jagung, beras, sayur, bayam, kangkung, wortel, dan sayuran lain. Dua
kelinci itu kemudian diletakkan di tengah kelas. Dengan segera pandangan
semua siswa di kelas itu tertuju pada meja tempat kelinci dan sayur mayur
tersebut akan berinteraksi.
Sambil sedikit terlibat dorong mendorong, para siswa sangat antusias
mengerumuni kelinci dan sayur mayur itu. Terdapat 10 macam buah, sayur,
dan biji-biji yang ditempatkan di atas meja. Bu Fitri meminta semua siswa
untuk menebak sepuluh benda itu mana saja yang menjadi makanan kelinci.
Saya melihat sendiri bagaimana semangatnya para siswa memperhatikan
benda-benda yang ada di atas meja sambil melihat wajah-wajah kelinci yang
bingung karena dikelilingi banyak anak. Anak-anak segera bertanya satu
sama lain tentang biji kacang hijau. Tentang wortel dan sebagainya. Mereka
kemudian memberikan contreng pada tabel yang suda disiapkan ibu guru
sebelumnya. Tabel tersebut dinamakan tabel hipotesis.
Setelah semua siswa menebak, kini tiba pembuktian hipotesis dilakukan.
Satu persatu siswa maju untuk memberikan masing-masing makanan yang
ada di atas meja kepada kelinci dan diminta mencatat makanan mana saja
yang dimakan oleh kelinci dan mana yang tidak. Suasana di dalam kelas
menjadi semarak. Ada siswa yang bertanya kepada guru mengapa biji kacang
hijau tidak di sukai oleh kelinci, dan banyak lagi kejadian menarik yang dapat
peniliti amati dan catat.
Setelah pembuktian hipotesis selesai, barulah semua siswa diajak
berkumpul dan menganalisis. Pada awalnya perkiraan peneliti anak-anak
tidak akan tertarik pada tahap ini. Ternyata, dugaan peneliti keliru, puluhan
pertanyaan yang menandakan keingintahuan besar para siswa muncul. Semua
pertanyaan tersebut dicatat oleh Bu Fitri dan dijawab sesuai dengan tingkat
pemahaman siswa.
Pada tahap akhir, Bu Fitri dan para siswa menarik kesimpulan apa saja
makanan kelinci dan mengapa kelinci menyukainya. Kesimpulan ini
berkaitan dengan struktur gigi kelinci, habitat tempat tinggal kelinci, dan
cirri-ciri lainya mengenai kehidupan kelinci. Peneliti sempat menghitung
waktu yang dibutuhkan untuk model aktivitas tadi tidak kurang dari 35 menit.
Peneliti sangat puas sekali melihat strategi pembelajaran ini berjalan
dengan baik. Anak-anak terlihat senang dengan pembelajaran seperti ini
meskipun bayak yang masih penasaran. Keesokan harinya peneliti terkejut
ketika beberapa orang tua mengabarkan bahwa sore hari setelah pembelajaran
itu, banyak anak yang menceritakan pengalaman menarik tersebut kepada
orang tuanya. Mereka meminta orangtuanya untuk ikut melakukan penelitian
lebih mendalam tentang lebih banyak binatang lagi. Beberapa anak ingin
meneliti makanan ayam, anak lain ingin meneliti makanan kambing dan sapi,
dan masih banyak lagi keinginan untuk meneliti makanan binatang lainnya.
Dari model pembelajaran ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
metode pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan kepada siswa yang
memiliki kecenderungan kecerdasan naturalis diatas rata-rata. Dan model
pembelajaran ini juga terbukti mampu meroketkan ketertarikan siswa
terhadap ilmu pengetahuan, khususnya sains. Selain kecerdasan naturalis
ternyata sebenarnya pembelajaran tersebut merupakan perpaduan dari
beberapa kecerdasan lain, diantaranya terdapat perpaduan antara kecerdasan
matematis-logis, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal.
Berdasarkan pengamatan yang sudah peneliti lakukan pada ketiga kelas
di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso
cukup berjalan secara optimal. Dimana setiap pembelajarannya peneliti
menemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa
yang memiliki kecenderungan kecerdasan yang bermacam-macam. Dan juga
hampir seluruh pembelajarannya difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas.
Peneliti juga melihat guru-guru di SD YIMA Islamic School ini sudah
berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences
pada proses pembelajarannya. Sehingga tidak salah apabila saat ini SD YIMA
Islamic School menjadi barometer dan sekaligus sekolah percontohan di
Kabupaten Bondowoso.
Selain melakukan observasi di kelas peneliti juga menyempatkan untuk
melakukan interview dengan beberapa siswa terkait penerapan pembelajaran di
kelas-kelas mereka.
Berikut ini tanggapan beberapa siswa terkait penerapan Multiple
Intelligences di kelasnya:
88

88
Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 10:00 wib
a. Aku senang sekolah ini menerapkan Multiple Intelligences, dan enak aku
belajarnya di luar terus. Gurunya juga enak kalo ngajar gak pernah
marah. Aku kalo belajar sambil main lo di kelas, (Fatimah Muchsin,
kelas IV SD YIMA)
b. Menurut saya sekolah saya sudah unggul dari sekolah lainnya karena
sekolah ini menerapkan Multiple Intelligences. saya kalo belajar sesuai
dengan apa yang saya inginkan. Saya belajaranya juga gak hanya di
dalam kelas aja. Gurunya enak juga mengajarnya, (Salehuddin, kelas V
SD YIMA)
c. Sudah 6 tahun saya sekolah disini gak ada masalah. Setahu saya setiap
ajaran baru ada MIR dan guru-guru selalu rapat untuk proses
pembelajaran siswanya. Setiap 1 bulan sekali saya belajarnya di luar
sekolah misalnya ke kantor-kantor untuk mengenal lebih dalan apa yang
kita pelajari. Menurut saya sekolah ini sudah unggul. Guru juga semua
sudah sarjana jadi kita gak pernah khawatir masalah pelajaran yang
disampaikan (Fatimah ratu, kelas VI SD YIMA)
Dari pemaparan beberapa siswa di atas terlihat bagaimana siswa tersebut
sangat menyukai konsep Multiple Intelligences pada pembelajaran mereka.
Sehingga dampak dari pembelajaran ini ternyata cukup jitu untuk merangsang
siswa-siwa agar berkereatif untuk menemukan hal-hal baru dalam dunianya sesuai
dengan pendekatan kecerdasan yang dimilikinya.
c. Output
Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep
Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan terakhir ini adalah proses penilaian
dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Multiple
Intelligences penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian
otentik adalah sebuah penilaian terhadap sosok utuh seorang siswa yang bukan
diukur dari segi kognitif saja melainkan diukur juga dari segi afektif siswa dan
segi psikomotoriknya. Bisa dikatakan juga penilaian otentik ini adalah penilaian
berbasis proses, artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses
berkesinambungan yang dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran
sampai menjadi laporan akhir. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Waka
Kurikulum Bapak Ahmad:
Dalam penilaian otentik, kemajuan siswa dilihat dari kompetensi siswa tersebut
dalam menerima pelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan
proses pembelajaran. Pada saat sebuah proses berlangsung, maka disitulah waktu
yang tepat untuk mendapat atau mengambil penilaian. Sehingga pada saat guru
selesai mengajar, maka guru tersebut sudah mendapat nilai dari proses
pembelajaran tersebut.
89
Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah Bapak Abd Wasith:
Penilaian otentik dilukakan pada proses pembelajaran bukan pada akhir
pembelajaran. Sehingga dengan model penilaian otentik ini sekolah dapat
sewaktu-waktu mengetahui hasil siswa tanpa harus mununggu sampai akhir
semsester atau akhir tahun pembelajaran.
90
Penilaian otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi
yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dan sebagaimana
telah dijelaskan di atas bahwa dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah,
yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
1) Penilaian kognitif
Penilaian kognitif di SD YIMA dinilai melalui tes lisan, berupa
pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap
masalah yang berkaitan dengan materi. Dan bentuk tes tulis, dilakukan untuk
mengungkap penguasaan siswa mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis sampai pada evaluasi dalam bentuk esay singkat,

89
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:30 wib
90
Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 08:00 wib
menjodohkan, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, hubungan
sebab akibat, hubungan kontek, klasifikasi atau kombinasinya. Penilaian pada
aspek kognitif ini dilakukan setelah siswa mempelajari satu kompetensi dasar
yang harus dicapai dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dari wujud
penilaian kognitif ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
2) Penilaian afektif
Pada penilaian ranah afektif SD YIMA telah membuat indikator yang
dibuat oleh sekolah sebagai tolok ukur. Tolok ukur ini dibuat untuk penilaian
afektif di dalam dan di luar kelas. Adapaun indikator afektif untuk di dalam
dan di luar kelas yaitu: kekhusuan anak dalam beribadah, kedisiplinan siswa,
kapatuhan kepada guru, kesetiakawanan, respon pada materi. Penilaian afektif
ini diilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran baik yang
dilakukan di dalam atau di luar kelas. Untuk lebih jelasnya dari wujud
penilaian afektif ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
3) Penilaian psikomotorik
Dalam penilaian ranah psikomotorik bentuk kompentesi yang dinilai
adalah segala macam kompentensi yang dapat diraih dengan aktivitas
pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak
tubuh atau perbuatan, kinerja, imajinasi, kreativitas dan karya-karya
intelektual. Contohnya yaitu tes menggambar, tes identifikasi, tes simulasi, tes
menggunakan alat-alat, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik ini dilakukan
selama berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dari wujud
penilaian penilaian psikomotorik ini dapat dilihat pada Lampiran 8.
Hal yang perlu mendapat perhatian lebih dalam penilaian ini adalah
kesinambungan penilaian dalam penerapanya antar tiga ranah tersebut dan dalam
hal ini SD YIMA merekam secara administratif ketiga ranah tersebut dalam
sebuah portofolio, sebabagaimana wujud penilaiannya dapat dilihat pada.
Lampiran 9.
Hasil penilaian dari tiga ranah tersebut langsung di input dalam data
penilaian siswa oleh seorang operator dan hasil interpretasi bisa diakses kapan
saja oleh sekolah ataupun pihak lain yang ingin mengetahui tanpa harus
menunggu laporan hasil akhir. Sehingga perkembangan siswa setiap hari, minggu,
sampai hitungan bulan bisa diketahui dengan cepat. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Ibu Gamar:
Hasil penilaian otentik yang didapat oleh guru dari satu komptensi dasar dapat
langsung diinput dalam computer kami yang sudah ada operator ahlinya. Bentuk
penilaian ini selain otentik juga meringankan beban administrasi yang selama ini
menjadi momok banyak guru.
91
Berdsarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa penilaian otentik
adalah penilaian yang berbasis proses. Penilaian ini merupakan rangkuman
seluruh kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran.
Jadi, seadainya ada wali siswa yang ingin mengetahui kompentesi anaknya tidak
harus menunggu sampai akhir semester, mereka bisa kapan saja dapat mengetahui
kompetensi anaknya melalui penilaian otentik ini.
3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD
YIMA Islamic School Bondowoso

91
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:00 wib
Dalam sebuah program sangat dibutuhkan sebuah evaluasi. Evaluasi ini
ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut terlaksana sesuai dengan
tujuan awal program itu dibuat. Selain itu juga, evaluasi juga ditujukan untuk
memberikan umpan balik untuk mengadakan berbagai macam penyempurnaan
terhadap kekurangan-kekurangan yang ada.
Evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD
YIMA secara keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja guru dalam mengajar
menggunakan konsep multiple intelligences, jadi evaluasi ini dilihat sejauh mana
seorang guru berhasil dalam menerapkan metode atau gaya mengajar sesuai
Multiple Intelligences siswa. Seorang guru merupakan kunci sukses keberhasilan
dalam penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences di sekolah ini.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Munif Chatib:
Setiap unsur sekolah ini punya andil yang besar untuk mensukseskan konsep
multiple intelligences, tetapi elemen yang terpenting adalah seorang guru.
Sekolah unggul yang menganut konsep the best proses seperti sekolah ini
dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang professional. Aset
terbesar dan paling bernilai di sebuah sekolah adalah guru yang berkualitas
dalam mengajarnya.
92
Jadi sudah jelas mengapa dalam evaluasi di sekolah ini lebih ditekankan
pada sosok guru dari pada unsur sekolah lainya. Hal senada juga disampaikan Abd
Wasith selaku kepala sekolah SD YIMA, dimana beliau mengatakan:
Karena guru memiliki peranan paling besar dalam pembelajaran Multiple
Intelligences ini, maka sekolah pun memberikan evaluasi khusus kepada guru-
guru dengan harapan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.
93
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Tuti selaku guru matematika:

92
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:00 wib
93
Hasil interview tanggal 4 maret 2010, 12:30 wib
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berkualitas artinya
pembelajaran itu harus menyenangkan, dan guru yang paling banyak berperan
dalam membuat pembelajaran itu menyenangkan.
94
Lebih lanjut lagi Waka kurikulum Bapak Ahmad mengungkapkan:
Intinya dalam penerapan multiple intelligences, proses pembelajaran merupakan
hal yang paling mendasar sehingga menuntut kreatifitas seorang guru sebagai
pemroses, dalam sekolah yang baik guru yang berkualitas menjadi faktor
terdepan dalam membuat siswa untuk aktif dalam belajar, jadi dalam
pembelajaran itu bukan ditekankan pada siswa yang harus pandai.
95
Dari beberapa pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu
atau berkualitas dan keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak
tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan. Guru adalah sebuah potret yang
selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya mencerdaskan bangsa. Diakui
atau bahkan dilupakan guru adalah salah satu komponen pencipta peradaban yang
tak dapat dipungkiri bahwa tugas dan tanggung jawabnya lebih besar secara
moral, dan hendaknya semua itu dipandang secara positif. Karena inilah
kesempatan seorang guru untuk mendarmabaktikan dirinya semaksimal mungkin
demi nusa bangsa dan negara.
Berdasarkan interview dengan konsultan dan kepala sekolah dapat dapat
peneliti simpulkan bahwa secara tekhnis pelaksanaan evaluasi di SD YIMA
terbagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Konsultasi lesson plan ( Rencana Pembelajaran)

94
Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 08:00 wib
95
Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 09:00 wib
Setelah mendapat pelatihan tentang membuat sebuah pembelajaran yang
ideal, guru membuat persiapan dalam bentuk lesson plan sesuai dengan jenis
kelas dan bidang studi yang diajarkannya. Namun guru belum bisa langsung
menuangkannya ke dalam kelas karena harus melalui tahap konsultasi dengan
konsultan. Tujuannya tidak lain adalah hanya untuk mereduksi berbagai
macam kendala-kendala yang kemungkinan akan terjadi dan juga sekaligus
konsultan bisa mengetahui kualitas lesson plan yang akan dijadikan acuan guru
di dalam kelas. Dengan lesson plan dapat diketahui juga bagaimana gambaran
proses pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam tahap konsultasi ini guru
mendiskusikan rencana strategi mengajar yang sudah disusun berdasarkan gaya
belajar siswa yang sudah diketahui, terkait materi, strategi, media, teaching
aids dan sebagainya. Jika dalam tahap ini lesson plan yang dibuat oleh guru
dianggap tidak berkulitas maka konsultan harus memberikan solusi.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Gamar:
Aturan mainnnya dalam konsultasi, konsultan menilai kualitas sebuah lesson
plan yang dibuat oleh guru, namun kadang-kadang yang sudah dianggap baik
oleh guru belum bisa diterapkan dikelas menurut konsultan. Jika sudah mutlak
begitu, konsultan memberikan beberapa jalan keluar berupa arahan-arahan
bagaimana membuat lesson plan yang baik. Namun hal tersebut dilakukan
konsultan sesekali saja tidak teruss-menerus, hal ini bertujuan supaya guru
tidak malas untuk membuat lesson plan.
96
Yang membuat perbedaan dari lesson plan yang dibuat oleh guru yang
menerima penerapan Multiple Intelligences dengan yang tidak, biasanya kulitas
guru Multiple Intelligences lesson plannya orisinil, kreatif, dan up to dete,

96
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 11:00 wib
karena dalam pembuatannya selalu dipantau oleh konsultan yang
berpengalaman. Sebgaimana yang disampaikan oleh Bapak Abd Wasith:
Lesson plan yang dibuat oleh guru dibawah pantauan konsultan biasanya
lebih orisinil, akurat, dan penuh dengan kreativitas. Karena selama ini sekolah-
sekolah yang tidak menerapkan Multiple Intelligences dalam prosesnya jarang
mengontrol lesson plan yang dibuat oleh gurunya. Kalaupun ada itupun
biasanya lesson plan dari tahun ajaran kemarin hanya disesuaikan sedikit
tanggal serta kegiatannya.
97
Untuk lebih jelasnya mengenai cohtoh form untuk konsultasi lesson plan
yang dilakukan konsultan kepada para guru dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Observasi kelas
Observasi biasanya dilakukan oleh konsultan dan kepala sekolah di
dalam kelas atau di tempat belajar yang biasa dipakai oleh guru dalam
mengadakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar konsultan
atau kepala sekolah mengtahui langsung bagaimana cara mengajar guru. Dan
juga melihat tentang bagaimana singkronisasi antara lesson plan yang dibuat
dengan kenyataan di lapangan. Sehingga nantinya ada sedikit perbaikan dalam
kegiatan pembelajaran berikutnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai form observasi yang dilakukan oleh
konsultan ketika mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dapat dilihat pada Lampiran 11.
3. Feed Back
Feed back atau umpan balik adalah evaluasi terakhir dari konsultan untuk
menjelaskan hasil dari observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan

97
Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 11:30 wib
oleh guru. Pada tahap evaluasi ini biasanya terjadi dialog dan interaksi yang
intens antara guru dan konsultan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
terjadi dalam proses pembelajaran serta perbaikan kualitas lesson plan yang
dibuat. Hal ini brtujuan untuk menemukan gaya mengajar maupun gaya belajar
yang cocok.
Kita semua yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan itu muncul karena manusia adalah manusia lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada
saat meninggal. Semuanya menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang
lain dalam perkembangannya, demikian halnya seorang siswa yang membutuhkan
seorang guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan potensi-
potensi yang dimilikinya secara optimal. Kini sudah jelaslah mengapa evaluasi
dari penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School terletak pada
efektitas dan kerja gurunya.
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah ditemukan data yang peneliti harapkan, baik dari hasil observasi,
interview maupun dokumentasi, pada uraian ini akan kami sajikan uraian bahasan
sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian. Pada
pembahasan ini peneliti akan mengintegrasikan temuan yang ada di lapangan
kemudian memodifikasi teori yang ada dan kemudian membangun teori yang baru
serta menjelaskan tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian.
A. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso
Kunci utama keunggulan sebuah sekolah itu terletak pada pelayanan
terhadap siswanya dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Sekolah unggul adalah sekolah yang apabila
kualitas inputnya biasa-biasa dan kualitas outputnya luar biasa. Jadi, intinya
adalah Sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajarannya.
Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas akademis dan moral
siswanya dari negatif menjadi positif, itulah sekolah unggul.
Dari kajian teori pada bab dua dan hasil penelitian yang sudah dipaparkan
pada bab empat, setidaknya terdapat persamaan persepsi yang saling melengkapi
satu sama lain. Di dalam kajian teori dijelaskan bahwa untuk membuat sekolah
itu menjadi unggul pertama-tama yang harus di perbaiki adalah adalah proses
pembelajarannya, yakni bagaimanakah gaya belajar dan mengajar guru dan
siswanya di dalam kelas untuk menghasilkan sebuah lulusan yang bermutu
tinggi.
Hal ini selaras dengan desain konsep Multiple Intelligences yang
diterapkan di SD YIMA. Dimana desain konsep penerapan MI (multiple
intelligences) di sekolah ini intinya terletak pada tiga hal penting yaitu input,
proses dan outputnya. Jadi ketiga hal tersebut harus sesuai dengan pola multiple
intelligences yang dimiliki oleh siswa. dan bagaimana membuat sebuah proses
pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan gaya belajar siswa
berdasarkan multiple intelligences yang dimilikinya. Rumusnya adalah gaya
mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswa, jadi guru harus megetahui
bagaimana gaya belajar siswa yakni dengan menjadikan hasil MIR (Multiple
Intelligences Research) pada input sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bagaimana upayanya dalam
mewujudkannya sebagai sekolah unggul, SD YIMA menekankan desain konsep
multiple intelligences pada proses pembelajaraannya. Hal ini dibuktikan
bagaimana SD YIMA menerapkan MIR (Multiple Intelligences Research)
dalam penerimaan siswa barunya untuk mengetahui gaya belajar siswa yang
kelak sangat berpengaruh pada proses pembelajarannya. Berdasarkan kesesuaian
antara kajian teori dan hasil data yang diperoleh oleh peneliti, maka dalam hal
ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan ruh dari
sebuah sekolah. Jadi, apabila ruh tersebut hilang, maka sekolah akan hancur dan
tak berguna meskipun kondisi fisik sekolah tersebut sangat baik dan dapat
dipertegas lagi bahwa unggul tidaknya sebuah sekolah terletak pada kualitas
proses pembelajarannya.
B. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School
Bondowoso
Dalam kajian teori dijelaskan bahwasanya sekolah yang baik adalah
sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan
sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan
prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja
yang ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi kecerdasan. Dan betapa
indahnya sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang
semua siswanya pandai dan cerdas, serta para siswanya merasakan semua
pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Sungguh kelas tersebut akan hidup
dan terasa nyaman.
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa
implementasi konsep Multiple Intelligences yang di SD YIMA Islamic School
meliputi tiga tahap penting yaitu: input, proses dan outputnya. Peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di
sekolah ini sudah sangat baik dan cukup optimal.
a) Input
Pada tahap input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelligence Research
(MIR) dalam penerimaan siswa barunya dan proses penerimaan siswa baru di
SD YIMA menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas
100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai
100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi sekolah inin tidak menerapkan test seleksi
masuk dalam PSB.
Dari temuan yang peneliti peroleh diatas, sudah jelas bagaimana SD YIMA
Islamic School berusaha untuk menciptakan sebuah proses pembelajaran yang
sangat berkualitas dengan cara mengidentifikasi kecerdasan siswanya terlebih
dahulu. Hal ini merupakan langkah jitu yang dijadikan acuan oleh para guru
dalam mengajar sehingga dalam proses pembelajarannya terjadi kesesuaian
antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang memiliki kecenderungan
kecerdasan yang bermacam-macam. Sehingga dalam proses pembelajarannya
tidak jarang ditemukan kondisi siswa yang terlihat senang dan aktif mengikuti
pembelajaran.
Di dalam kajian teori dijelaskan bahwa Sekolah unggulan adalah sekolah
yang mampu membawa setiap siswanya mencapai kemampuan secara terukur
dan mampu ditunjukkan melalui prestasi. Jadi MIR (Multiple Intelligences
Research) ini merupakan langkah awal bagaimana seorang siswa dapat
menemukan kemampuan aslinya yang kelak akan berguna baginya pada saat
proses belajar berlangsung.
b) Proses
Tahapan ini adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nantinya
gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswanya. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan di beberapa kelas di SD YIMA, strategi
pembelajaran Multiple Intelligences terlihat sangat mudah diterapkan di sana,
hal ini tidak lain karena guru di sekolah ini sudah menyesuaikan betul
bagaimana cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa berdasarkan
kecenderungan kecerdasannya.
Pada saat melakukan pengamatan dibeberapa kelas yang siswanya memiliki
kecenderungan kecerdasan matematis-logis, visual-spasial dan naturalis, peneliti
menemukan berbagai macam strategi pembelajaran di dalamnya mulai dari
mengunjungi toko swalayan, menonton film hingga membawa dua ekor kelinci
ke dalam kelas. Peneliti sungguh merasa senang sekali melihat strategi
pembelajaran yang diterapkan di beberapa kelas tersebut berjalan dengan baik.
Para siswanya juga terlihat senang dan memiliki antusiasme yang sangat tinggi
dalam mengikuti proses pembelajarannya.
Dalam bab kajian teori di atas, Thomas Amstrong dalam bukunya Paul
Suparno menjelaskan bahwa:
Strategi pengajaran yang harus digunakan oleh guru dalam
mengembangkan kecerdasan ganda, strategi dalam proses pembelajarannya harus
berlangsung sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada siswa dengan
memperhatikan setiap kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswa.
98
Penjelasan Amstrong di atas sesuai dengan proses pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso.
Dimana proses pembelajarannya cukup berjalan secara optimal dan disetiap
pembelajarannya peneliti menemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar
guru dan gaya belajar siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan yang
bermacam-macam sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.

98
Paul Suparno, op. cit., hlm.92.
c) Output
Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep
Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan terakhir ini adalah proses penilaian
dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Multiple
Intelligences penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian
otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dan sebagaimana telah
dijelaskan di atas bahwa dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu
kognitif, psikomotorik dan afektif.
Bisa dikatakan juga penilaian otentik ini adalah penilaian berbasis proses,
artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses berkesinambungan yang
dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran sampai menjadi laporan
akhir. Sebagaimana yang peneliti temui pada obyek penelitian bahwasanya
dalam penilaian otentik, kemajuan siswa itu dilihat dari kompetensi siswa
tersebut dalam menerima pelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari
keseluruhan proses pembelajaran. Pada saat sebuah proses berlangsung, maka
disitulah waktu yang tepat untuk mendapat atau mengambil penilaian. Sehingga
pada saat guru selesai mengajar, maka guru tersebut sudah mendapat nilai dari
proses pembelajaran tersebut.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya penilaian otentik ini
merupakan sebuah penilaian yang bertujuan untuk memperoleh ukuran
keberhasilan proses pembelajaran. Jadi sudah tepat apabila dalam pembelajaran
yang berbasis multiple intelligences ini penilaian yang digunakan adalan
penilaian yang berbasis proses. Artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses
berkesinambungan yang dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran
sampai menjadi laporan akhir.
C. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD
YIMA Islamic School Bondowoso
Dalam kajian teori dijelaskan bahwa kualitas proses pembelajaran bergantung
pada kualitas para guru yang mengajar di sekolah. Apabila kualitas guru di sekolah
tersebut baik, maka akan baik pula proses pembelajaran di sekolah itu. Sekolah unggul
adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke
arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademis dan moral yang
mereka miliki.
Menyesuaikan dari apa yang telah didapat pada kajian teori, tidak salah
seandainya SD YIMA Islamic School ini mengadakan evaluasi khusus terhadap
para gurunya. Karena guru memiliki peranan paling besar dalam pembelajaran
Multiple Intelligences ini, maka sekolah pun memberikan evaluasi khusus kepada
guru-guru dengan harapan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Dari sini peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan yang bermutu
sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu atau berkualitas dan
keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak tercapainya proses
pembelajaran yang diinginkan. Jadi sudah sangat tepat sendainya evaluasi dari
pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD YIMA secara
keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja gurunya dalam mengajar. Evaluasi
ini dilihat sejauh mana seorang guru berhasil dalam menerapkan metode atau gaya
mengajar sesuai Multiple Intelligences siswa.
Proses pembelajaran merupakan hal penting untuk tercapainya tujuan
pendidikan. Dalam hal ini diperlukan SDM yang bermutu terutama pada guru
pengajar, karena guru merupakan faktor utama dalam pembelajaran baik di kelas
ataupun di luar kelas. Oleh karena itu mengapa SD YIMA memberikan perhatian
khusus terhadap evaluasi para gurunya dengan menerapkan beberapa proses
tahapan evaluasi mulai dari konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran),
observasi kelas oleh konsultan dan evaluasi yang terakhir berupa feed back atau
umpan balik untuk menindak lanjuti hasil dari observasi kelas tadi.
Intinya dalam penerapan Multiple Intelligences, proses pembelajaran
merupakan hal yang paling vital atau bagaikan ruh dari sebuah sekolah, maju
tidaknya sebuah sekolah biasanya ditentukan oleh baik tidaknya proses
pembelajaran di lembaga tersebut. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada
kualitas guru yang bekerja di sekolah tesebut. Apabila kualitas guru di sekolah
tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Dan hal ini
berdampak pada prestasi sekolah tersebut. Sehingga tidak salah apabila SD YIMA
memberikan perhatian khusus melalui berbagai bentuk evaluasi terhadap gurunya.
Dan hal ini sesuai juga dengan pernyataan Munif Chatib dalam bukunya
Sekolahnya Manusia bahwa:
Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua
siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualiats
akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang guru
gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negatif
menjadi positif itulah sekolah unggul
99
Setiap unsur SD YIMA Islamic School ini punya andil yang besar untuk
mensukseskan konsep Multiple Intelligences, tetapi elemen yang terpenting
adalah seorang guru. Sekolah unggul yang menganut konsep the best proses
seperti sekolah ini dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang
professional. Jadi sudah jelas mengapa dalam evaluasi di sekolah ini lebih
ditekankan pada sosok guru dari pada unsur sekolah lainya.

99
Munif Chatib, op.cit, hlm .93.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian pada bab-bab yang telah disampaikan di atas membawa peneliti
pada kesimpulan sebagaimana berikut :
1. Desain konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso
secara global meliputi tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. Pada
input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR) yaitu
semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan
kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Pada proses, gaya mengajar
gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. Pada proses ini guru
menggunakan pendekatan individual sesuai dengan kecerdasan siswa pada
saat mengajar. Sedangkan pada output, sekolah ini menggunakan penilaian
otentik, yaitu penilaian berbasis proses yang menilai sosok utuh seorang siswa
dari dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektifnya.
2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School
Bondowoso sudah berjalan sangat baik. Dalam hal ini dapat dilihat dari tiga tahap
penting yaitu input, proses, dan output.
a. Input
Pada tahap input sekolah ini tidak menerapkan test seleksi masuk dalam
penerimaan siswa baru (PSB). Melainkan menggunakan sistem kuota artinya
sekolah ini akan menutup pendaftaran apabila kuota terpenuhi. Kemudian siswa
yang telah diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR).
MIR di sekolah ini setidaknya dilakukan setahun sekali tepatnya pada PSB
(Penerimaan Siswa Baru) ini, dan selanjutnya dilaksanakan setiap tahun pada
kenaikan kelas. MIR ini dilaksanakan 3 bulan sebelum kenaikan kelas. MIR
di sekolah ini bertujuan untuk penentuan kelas dan menentukan
kecenderungan gaya belajar siswa pada saat di kelas nantinya.
b. Proses
Tahapan ini adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran berbasis
Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School
Bondowoso menggunakan berbagai macam metode pembelajaran
diantaranya environment learning, contectual learning dan sebagainya.
Pada pembelajarannya ditemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar
guru dan gaya belajar siswa. Hampir seluruh pembelajarannya difokuskan
pada kondisi siswa beraktivitas. Guru-guru di SD YIMA Islamic School
ini juga sudah berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran
Multiple Intelligences pada proses pembelajarannya. Hal tersebut ditandai
dengan seringnya sekolah ini melaksanakan pelatihan guru. Pelatihan ini
dilakukan oleh konsultan pendidikan dan dilaksanakan dua kali setiap
bulan. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengertian kepada guru
tentang bagaimana sebuah proses pembelajaran yang ideal.
c. Output
Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep
Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan ini adalah penilaian dari proses
pembelajaran. Penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian
otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran dan dalam penilaian ini siswa
dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA
Islamic School Bondowoso secara keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja
guru dalam mengajar menggunakan konsep Multiple Intelligences, jadi
evaluasi ini dilihat sejauh mana seorang guru berhasil dalam menerapkan
metode atau gaya mengajar sesuai Multiple Intelligences siswa. Secara tekhnis
pelaksanaan evaluasi di SD YIMA terbagi menjadi tiga tahap yaitu:
a) Konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran)
Sebelum mengajar guru wajib membuat persiapan dalam bentuk lesson
plan dan lesson plan tersebut harus melalui tahap konsultasi dengan
konsultan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lesson plan yang
akan dijadikan acuan guru di dalam kelas
b) Observasi kelas
Observasi kelas ini dilakukan oleh konsultan dan kepala sekolah untuk
mengetahui langsung bagaimana cara mengajar guru. Dan melihat
singkronisasi antara lesson plan yang dibuat dengan kenyataan di lapangan.
c) Feed back
Feed back adalah evaluasi terakhir dari konsultan untuk menjelaskan hasil
dari observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk menemukan gaya mengajar maupun gaya belajar yang cocok.
B. Saran
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Hal ini khususnya ditujukan kepada SD YIMA Islamic School Bondowoso
sebagai lembaga formal hendaknya:
a. Lembaga ini lebih meningkatkan personil approach (pendekatan individu)
terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi tentang
perkembangan dan gaya belajarnya. Dengan demikian akan mudah diketahui
permasalahan-permasalahan yang timbul yang dapat menghambat
pelaksanaan pendidikan terutama yang berkaitan dengan implementasi
pembelajaran berbasis multiple intelligences.
b. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat
sehingga akan membantu memperlancar penerapan konsep pembelajaran
berbasis multiple intelligence dengan metode yang bervariasi. Jadi tidak
hanya diterapkan di sekolah, di rumahpun orang tua harus mencoba.
2. Bagi Guru
Hal ini khususnya ditujukan kepada seluruh guru di SD YIMA Islamic
School Bondowoso hendaknya:
a. Dapat mengimplementasikan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences
sebaik mungkin dan Berusaha menciptakan metode-metode yang benar-benar
sesuai dengan keinginan dan gaya belajar siswa.
b. Menambah wawasan baru tentang metode-metode pembelajaran yang efektif,
penuh kekreatifan dalam mengaktifkan siswa dan menjadikan siswa merasa
senang dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Chatib Munif. 2009. Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa
Chatib Munif. Multiple Intelligences Sebagai Sistem Makalah Training pelatihan
Guru di SD YIMA Islamic School Bondowoso 23 November 2009
Departemen Agama RI. 2004. Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama RI. 1973. Al-Quran dan terjemah. Qudus : PT Menara
Qudus
Ghozali, Ahmad. 1977. Administrasi Sekolah. Jakarta: Cahaya Budi
Hadi Amirul dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Tindakan. Bandung:
Pustaka Setia
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences. The Theory In Practice. New
York: Basic Books
Imam Subekti. 2000. Desain dan Analisis Data dalam Penelitian Kuantitatif.
Malang: STAIN Press
Jefkins, Frank. 1992. Public Relations, Jakarta: PT Rajawali Press.
Rachmani, Imanuella F. 2003. Multiple Intelligences: Mengenali Dan
Merangsang Potensi Anak. Jakarta: PT Aspirasi Pemuda
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Moedjiarto, 2002. Sekolah Unggul: metodologi untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Surabaya: Duta Graha Pustaka
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Nurkolis. 2006. Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul. Jakarta: Jurnal Pendidikan
Perum Penerbit. 1989. Pedoman Umum Penyelenggara Administrasi Sekolah
Menengah. Jakarta: Balai pustaka
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
Rose Colin dan Nicholl j Malcolm. 2002. Cara Belajar Cepat Abad XXI.
Bandung: Nuansa.
Shertzer, Bruce & Shelley Stone, 1981. Fundamental of Guidance, Fouth Edition,
USA: Purdue Univercity.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi
Aksara: 2002
Smith, Mary Lee & Glass Gene V. 1987. Research and Evaluation in Educationa
and the Social Science, Englewood Cliffs New Jersey: Prentice Hall.
Sudirman, 2007. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang
Press.
Sudjana, 2004. Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah Production.
Sukarna, 1992. Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Mandar Maju
Susan Albers Mohrman, et.al. 1994. School Based Management, , San Francisco:
Organizing for High Performance
Surya Sutan. 2007. Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini. Yogyakarta :
Andi
Suparno Paul. 2004. Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius
Suprayogo, Imam Prof, Dr. 1999. Reformasi Pendidikan Islam. Malang: STAIN
Press
Syaodih Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendididkan.
Bandung: Rosda Karya.
Syaodih Nana Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya
Surahmad Wiinarno. 1994. Dasar Dan Teknik Penelitian. Bandung: Trasito
Syaifuddin Azwar. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Terry, George R. & Leslie W. Rue, 2005. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Uhbiyati Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam(IPI). Bandung: Pustaka Setia.

You might also like