(Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: Salim Haddar 06110062 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG April, 2010 HALAMAN PERSETUJUAN PENERAPAN KONSEPMULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL (Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso) SKRIPSI Oleh: Salim Haddar 06110062 Telah disetujui Pada Tanggal, 06 Maret 2010 Oleh Dosen Pembimbing Abdul Malik Karim. M.Pd.I NIP. 19760616 200501 1 005 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. H. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 150 267 235 HALAMAN PENGESAHAN PENERAPANKONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL (Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso) SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Salim Haddar (06110062) Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 April 2010 dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal: 20 April 2010 Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Dr. NIP. Sekretaris Sidang Dr. NIP. Pembimbing Abdul Malik Karim, M. Pd.I NIP. 197606162005011005 Penguji Utama Dr. NIP. Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Dr. H.M. Zainuddin, MA NIP. 196203071995031001 Abdul Malik Karim, M. Pd.I Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Salim Haddar Malang, 8 April 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Salim Haddar NIM : 06110062 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Penerapan Konsep Multiple Intelligences dalam Mewujudkan Sekolah Unggul (Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso) maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut adalah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb. Pembimbing, Abdul Malik Karim, M. Pd.I NIP. 197606162005011005 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau hasil penelitian orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Malang, 8 April 2010 Salim Haddar HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan untaian rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan, maka kupersembahkan karya ini kepada: Orang Tuaku Tercinta: (Al Habib Muhcsin Bin Salim Al Haddar dan Syarifah Nurul Binti Muhammad Al Muchdhar). Hababahku: (Hababah Salma binti Salim Al Muchdhar dan Alm.Hababah Rugaiyah binti Umar BSA ) Saudara-saudaraku tersayang: (Ahmad, Muzna, Salma, Hud dan Fathimah) Serta tak lupa pula Sahabat-sahabat terbaikku: (Abdul Qodir Assegaf, Abdillah Al Haddar, Muhammad Al Idrus, Jadid Assegaf, Mustafa Al Cheired dan semua jamaah Alawiyyin yang ada di Malang ) serta teman-temanku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, ku ucapkan terima kasih telah menemaniku di saat suka maupun duka. Dan tak lupa semua pihak yang turut serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semuanya... Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan yang setimpal. Amiiin MOTTO
) ( Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati,Sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah. (Hadist riwayat Ahmad) 1
1 Di kutip dari kitab Nashoihul Ibad , Syekh Muhammad Nawawi , hal 82 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam kebijakan dan diraih segala macam kasuksesan, dan atas karunia serta nikmat-Nya pula, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas junjungan kita, Nabi besar Muhammad saw. Kelurga, dan anak cucu beliau. Tak lupa kami haturkan salam sejahtera bagi para sahabat beliau dan juga orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga akhir jaman kelak. Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama dibangku kuliah kuliah. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Walid dan Umma yang menjadi kebanggaan penulis yang selalu memberi dukungan dan dorongan dari beliau, baik itu material maupun spiritual di waktu penulis merasa kehilangan kepercayaan diri. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M. Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 5. Bapak Abdul Malik Karim, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini 6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun. 7. Bapak Abdul Wasith S.Pd.I selaku kepala Sekolah SD YIMA Islamic School Bondowoso, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SD YIMA Islamic School Bondowoso 8. Ibu Gamar selaku konsultan ahli di SD YIMA Islamic School Bondowoso yang telah memberi arahan agar peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik. 9. Seluruh elemen SD YIMA Islamic School Bondowoso yang bersedia membantu dalam proses penelitian. 10. Sahabat-sahabatku Gus Hadhori Al Bangkalany, Gus Qodir Al Maduristy, Gus Hafidz Al Pabeany, Fauzy Al Barahwaly dan segenap penghuni kos Tadjab center. 11. Teman-teman angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan dan setia menemani selama ini. 12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Malang, 6 April 2010
Salim Haddar NIM 06110062 DAFTAR GAMBAR Gambar I Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner......................... 20 Gambar II Kegiatan pembelajaran di toko swalayan.............................................. 94 DAFTAR LAMPIRAN 1. Denah Sekolah 2. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso 3. Data Guru dan Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso 4. Data Jumlah siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso tiga tahun terakhir. 5. Data Sarana Prasarana SD YIMA Islamic School Bondowoso 6. Hasil Analisis MIR (Mutiple Intelligence Research) 7. Penilaian Kognitif 8. Penilaian Afektif 9. Penilaian Psikomotor 10. Penilaian Portofolio 11. Form konsultasi lesson plan 12. Form observasi kelas 13. Foto-foto kegiatan 14. Daftar Riwayat Hidup 15. Surat Penelitian Kepada Kepala SD YIMA Islamic School Bondowoso 16. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD YIMA Islamic School Bondowoso DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii ABSTRAK ............................................................................................................ xvi BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8 E. Sistematika Pembahasan ................................................................... 9 BAB II : KAJIAN TEORI ................................................................................... 12 A. Konsep Multiple Intelligences........................................................... 12 1. Pengertian Intelligence .................................................................. 12 2. Pengertian Multiple Intelligences .................................................. 16 3. Macam-macam Multiple Intelligences .......................................... 23 B. Sekolah Unggul ................................................................................. 40 1. Pengertian Sokolah Unggul ......................................................... 40 2. Kriteria Sekolah Unggul ............................................................. 44 C. Evaluasi Kinerja Guru..................................................................... 48 1. Pengertian Evaluasi Kinerja Guru ............................................... 48 2. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Guru............................................. 51 D. Proses Penerapan Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul ........................................................ 54 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 63 A. Pendeketan dan Jenis Penelitian ..................................................... 63 B. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 64 C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 66 D. Jenis Data dan Sumber Data .......................................................... 67 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 69 F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 71 G. Pengecekan Keabsahan Temuan..................................................... 72 H. Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 73 BAB IV: HASIL PENELITIAN ......................................................................... 75 A. Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................... 75 1. Sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso ........ 75 2. Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic School Bondowoso ..................................................................... 78 3. Identitas Sekolah ......................................................................... 79 4. Visi ,Misi dan Tujuan Sekolah ................................................... 79 5. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso ....... 83 6. Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso 83 7. Keadaan Siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso ............. 85 8. Keadaan Sarana Prasarana di SD YIMA Islamic School Bondowoso ................................................................................. 86 B. Penyajian Dan Analisis Data ........................................................ 88 1. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic School Bondowoso ..................................................................... 88 2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso ................................................................................. 92 3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso ............................................. 110 BAB V: PEMBAHASAN ................................................................................... 115 A. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic School Bondowoso ...................................................................................... 115 B. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso ....................................................................................... 117 C. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso ...................................................... 121 BAB VI : PENUTUP ............................................................................................ 124 A. Kesimpulan .................................................................................... 124 B. Saran ............................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ABSTRAK Salim Haddar. 2010. Penerapan Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul (studi kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Abdul Malik Karim, M.Pd.I Kata kunci: Multiple Intelligences, Sekolah Unggul Ketika konsep Multiple Intelligences ditarik dalam ranah pendidikan, paradigma pendidikan pun mengalami banyak koreksi. Hampir mayoritas pendidikan di sekolah sekarang ini cenderung kurang menghargai seluruh potensi para peserta didiknya. Konsep Multiple Intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Sekolah yang telah mengimplementasikan konsep Multiple Intelligences di dalamnya. Salah satunya yaitu SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah ini dulunya adalah sekolah yang sedikit terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan konsep Multiple Intelligences, dalam waktu singkat sekolah tersebut berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Berdasarkan realita tersebut, serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih dalam tentang penerapan Multiple Intelligences di sekolah, maka peneliti tertarik untuk merumuskan masalah salah satunya adalah bagaimana implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Rumusan tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Dengan menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang objektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai fenomena-fenomena yang ada di obyek penilitian. Untuk mengumpulkan data digunakan beberapa metode yaitu, observasi, interview, dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis melalui tiga cara, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Desain konsep penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso secara global meliputi tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. (2) Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso dapat dilihat dari tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. (a) Input. Dalam penerimaan siswa barunya sekolah ini menggunakan sistem kuota artinya sekolah ini akan menutup pendaftaran apabila kuota terpenuhi. Kemudian siswa yang telah diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. (b) Proses. Tahapan ini adalah tahapan pada proses pembelajaran. Hampir seluruh proses pembelajarannya difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas. guru-guru di SD YIMA Islamic School ini juga sudah berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences pada proses pembelajarannya. Hal tersebut ditandai dengan seringnya sekolah ini melaksanakan pelatihan guru. (c) Output. Tahapan ini adalah penilaian otentik. yakni penilaian yang dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa dan dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. (3) Secara tekhnis pelaksanaan evaluasi di SD YIMA terbagi menjadi tiga tahap yaitu: Konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran), Observasi kelas dan Feed back (umpan balik). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunci pokok kemajuan suatu bangsa dan negara adalah terletak pada bidang pendidikan. Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan membuka sekolah-sekolah unggulan, Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus kualitas SDM. Sekolah unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat berguna untuk membangun negeri yang kacau balau ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah unggulan. Setiap tahun ajaran baru sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan manusia-masnusia unggul. Ada sebuah kisah menarik yang dibuat oleh Munif Chatib di dalam bukunya Sekolahnya Manusia kisah tersebut bercerita tentang seorang ibu yang rela berkeringat ketika berdesak-desakan melihat hasil pengumuman penerimaan anaknya di sekolah favorit atau sekolah unggulan. Sekolah tersebut hanya menerima 350 siswa, sedangkan pendaftar dan calon siswa yang mengikuti tes penerimaan berjumlah lebih dari 1000 orang. Dapat dibayangkan betapa ketatnya seleksi masuk ke sekolah tersebut. Tak lama kemudian, seorang ibu dengan wajah kusut dan sedih keluar dari kerumunan, lalu berteriak memanggil anaknya. Si anak dengan harap-harap cemas menghampiri ibunya. Ia berharap ibunya menyampaikan kabar gembira tentang pengumuman hasil tes tersebut. Namun kata sang ibu, Nak, Nak percuma Ibu kursuskan kamu, privat lagi, sudah bayarnya mahal, masak tes gitu aja kamu tidak lulus. Temanmu yang biasa-biasa saja di terima, masak kamu ini tidak di terima? Dasar bodoh! 2 Peristiwa seperti kisah di atas ini hampir selalu terjadi setiap tahun ajaran baru di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tanpa disadari, si Ibu telah melakukan penghancuran mental dan pemasungan kecerdasan pada anaknya dengan celaan bodoh hanya karena gagal dalam tes masuk sekolah favorit atau sekolah unggul. Pertanyaan yang penting untuk kita pikirkan saat ini adalah: Apa sih konsep unggul itu sebenarnya? Benarkah sekolah-sekolah unggulan itu mampu melahirkan manusia-manusia unggul? Benarkah sekolah unggul itu adalah sekolah yang memilih dan menyeleksi dengan ketat kualitas akademis calon siswanya? Lalu bagaimana semestinya sekolah itu menerapkan pola penerimaan siswa barunya? Dari sisi ukuran muatan keunggulan, sekolah unggulan di Indonesia juga tidak memenuhi syarat. Sekolah unggulan di Indonesia hanya mengukur sebagian kecerdasan yang dimiliki siswanya, yakni hanya menekankan kepada kecerdasan logika-matematika dan bahasa saja. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-
2 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung: Kaifa, 2009) hlm.91 kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi kecerdasan seperti kecerdasan kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majmuk (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sangat sempurna. Dalam bahasa Al-Quran, Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk. Sebagaimana disebutkan dalam Firmannya: .1l !.1l> _.. _ _.> ,1. Dan sungguh telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk (QS al-Tin, 4). 3
Sejatinya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Jadi sangat tidak pantaslah seandainya sebuah sekolah hanya memperhatikan salah satu dari beberapa macam kecerdasan yang dimiliki oleh seorang siswa. Ketika konsep Multiple Intelligences ditarik dalam ranah pendidikan, paradigma pendidikan pun mengalami banyak koreksi sebagaimana yang telah penulis ungkapkan di atas. Hampir mayoritas pendidikan di sekolah sekarang ini cenderung kurang menghargai seluruh potensi para peserta didiknya.
3 Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemah, (Qudus : PT Menara Qudus, 1973) hlm.598. Konsep Multiple Intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Tugas sekolahlah meneliti kondisi siswa secara psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa melaui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR). Dan hasil riset ini dapat digunakan para guru untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 4 Oleh karena itu, pola penerimaan siswa baru bagi sekolah yang menerapkan Multiple Intelligences tidak menerapkan tes-tes formal untuk menyaring siswa sebagaimana yang dilakukan sekolah pada umumnya. Jumlah siswa yang mendaftar di sekolah yang menerapkan Multiple Intelligences harus sesuai dengan kapasitas siswa yang akan diterima. Apabila sebuah sekolah berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Pola ini tentu sangat berbeda sekali dengan pola umum yang diterapkan sekolah di Indonesia yang membuka pendaftaran sebanyak-banyaknya, kemudian mengadakan tes seleksi. Dari 350 pendaftar, yang diterima hanya 100 siswa. Siapakah siswa tersebut? Pastinya mereka adalah siswa yang menduduki peringkat dari 1 sampai 100 dari 350 calon siswa atau mungkin yang mampu menyumbang dana dalam jumlah besar kepada
4 Munif Chatib, op.cit, hlm .92. sekolah. Lantas, bagaimana nasib 250 siswa yang tidak lolos? Pastinya stigma sebagai anak yang gagal masuk sekolah unggulan akan terus melekat seumur dan membayang dalam pikiran selamanya. Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang mengajar di sekolah tersebut. Apabila kulitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negative menjadi positif, itulah sekolah unggul. 5 Sekolah yang benar-benar menghargai segala macam keunikan setiap siswa harus dengan senang hati menerima semua siswa apa adanya, tanpa pandang bulu dan tanpa memilih siswa dengan tes seleksi. Ini dilakukan karena prinsip sekolah tersebut adalah tidak ada siswa bodoh. Lantas bagaimana proses penerimaan siswa baru apabila tidak ada siswa yang di anggap bodoh? Bagaimana cara menilai dan mengukur perkembangan kemajuan siswa dan sekolah tersebut terutama dalam hal keberhasilan proses belajar-mengajarnya? Pertanyaan ini telah dijawab oleh sekolah-sekolah yang telah mengimplementasikan konsep Multiple Intelligences di dalamnya. Salah satunya yaitu sekolah yang saat ini menjadi buah bibir masyarakat di kota Bondowoso, Jawa Timur,
5 Ibid, hlm. 93. yaitu SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah ini dulunya adalah sekolah yang sedikit terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan konsep Multiple Intelligences, dalam waktu singkat sekolah tersebut berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Sekolah ini cukup unik dan berani berbeda dalam penerimaan siswa barunya (PSB). SD YIMA menggunakan alat riset bernama Multiple Intelligences Research (MIR) dalam PSB. MIR ini bukan alat tes seleksi masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan siswa tersebut dalam berinteraksi, baik dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri) maupun dengan pihak lain. Di SD YIMA Islamic School Bondowoso, setiap siswa yang mendaftarkan diri dan mengikuti proses MIR dinyatakan langsung diterima. Hasil MIR akan dipakai oleh setiap guru untuk mempelajari gaya belajar setiap siswa. Kemudian para guru menyusun lesson plan (rencana pengajaran) berdasarkan analisis hasil MIR. Dengan analisis hasil MIR ini, guru harus berusaha menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Oleh karena itu, di SD YIMA banyak ditemukan pembelajaran sebuah bidang studi secara individual dan siswa selalu berada dalam suasana yang menyenangkan dalam beraktivitas. Hasil MIR ini juga menjadi alat untuk membagi kelas dan pedoman guru untuk bahan skenario pembelajaran. Setelah tiga tahun MIR diujicobakan di SD YIMA Islamic School Bondowoso dan atas berkat rahmat Allah swt, sekarang SD YIMA menjadi salah satu SD terbaik se- Kabupaten Bondowoso. Padahal terdapat beragam kemampuan siswa di sana. Ada pula siswa yang mengidap kecenderungan autis. Namun, berkat kesabaran menyesuaikan gaya belajarnya dengan gaya mengajar guru, kepercayaan diri dan kemandirian siswa tersebut meningkat pesat. Sehingga lambat laun siswa tersebut sifatnya hampir mendekati anak normal biasanya. Kesimpulannya, sekolah unggul adalah sekolah yang memanusiakan manusia, dalam arti menghargai potensi yang ada pada diri siswa. Sekolah yang membuka pintunya pada semua siswa, bukan dengan menyeleksinya dengan tes-tes formal yang memiliki interval nilai berupa angka-angka untuk menyatakan batasan diterima atau tidak. Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih dalam tentang penerapan Multiple Intelligences di sekolah, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul (studi kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso) B. Rumusan Masalah Melihat latar belakang diatas, disini peneliti akan memfokuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah desain konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso? 2. Bagaimanakah implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso? 3. Bagaimanakah evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso? C. Tujuan Penelitian Melihat rumusan masalah diatas, maka tujuan-tujuan dari penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso. 2. Untuk mengetahui implementasi konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. 3. Untuk mengetahui evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini, meliputi tiga hal , yaitu: 1. Bagi lembaga: Secara kelembagaan, penelitian ini ingin mengungkapkan tentang konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di sekolah sehingga siapapun yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya dengan mengacu pada hasil penelitian ini. Dan penelitian ini mungkin bisa memberi kontribusi pada penambahan kekayaan literatur tentang konsep Multiple Intelligences yang saat ini sedang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso pada khususnya dan sekolah-sekolah lain yang menerapkan konsep serupa pada umumnya. 2. Bagi pengembangan keilmuan: sebagai wahana untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita terutama dalam bidang Multiple Intelligences yang saat ini sudah banyak diterapkan di sekolah. 3. Manfaat bagi penulis: sebagai wahana penambah luasan keilmuan tentang kependidikan terutama dalam bidang yang menitikberatkan pada konsep Multiple Intelligences yang diterapkan oleh sekolah. E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan istilah dan sistematika pembahasan BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab kajian teori ini dikemukakan kajian tentang Konsep Multiple Intelligence (kecerdasan ganda), meliputi: pengertian Intelligence (kecerdasan), pengertian Multiple Intelligence dan Macam-Macam Multiple Intelligence serta kajian tentang Sekolah Unggul, meliputi: Pengertian Sekolah Unggul dan Kriteria Sekolah Unggul serta yang terakhir kajian tentang Konsep Multiple Intelligences Dalam Mewujudkan Sekolah Unggul. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dikemukakan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan temuan serta tahap-tahap penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas tentang penyajian data yang berkaitan dengan hasil yang didapat dalam penelitian, yang terdiri dari Deskripsi Obyek Penelitian, Penyajian Data dan Analisis Data. Deskripsi Obyek Penelitian menjelaskan tentang Sejarah Berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso, Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic School Bondowoso, Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso, Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso, Keadaan Siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso, dan Keadaan Sarana Prasarana SD YIMA Islamic School Bondowoso. Sedangkan Penyajian Data dan Analisis Data membahas tentang Desain Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso, Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SDYIMA Islamic School Bondowoso dan Evaluasi Dari Pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. BAB V PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan ini akan dipaparkan tentang keterkaitan antara kajian teori dengan hasil penelitian yang membahas tentang Desain Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso, Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso dan Evaluasi Dari Pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso. BAB VI PENUTUP Dalam bab penutup ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam BAB IV dan terkait langsung dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian. Sedangkan saran selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait lansung dengan penelitian. BAB II KAJIAN TEORI A. KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES 1. Pengertian Intelligence (Kecerdasan) Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Selain manusia, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah). David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. 6 Menurut beberapa teori, kecerdasan atau intelegensi terkait dengan cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami suatu masalah, menarik kesimpulan serta mengambil keputusan atau tindakan. Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu ? Sebenarnya hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang
6 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 93. komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu : 1) kemampuan untuk belajar. 2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan 3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. 7 Jika kita merujuk ke pendapat Howard Gardner, dia memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai berikut: 1. Kecakapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. 2. Kecakapan untuk mengembangkan masalah untuk dipecahkan. 3. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupan. 8 Gardner juga mendefinisikan bahwa inteligensi itu merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan
7 Ibid, hlm. 94 8 Imanuella F. Rachmani, Multiple Intelligences Mengenali Dan Merangsang Potensi Anak (Jakarta: PT Aspirasi Pemuda,2003) hlm. 6. yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. 9 Dari pengertian kecerdasan dari beberapa pakar diatas sudah sangat jelas bahwa kecerdasan bukan kemampuan seseorang dalam menjawab tes IQ dalam kamar tertutup, melainkan kecerdasan itu dapat dilihat dari bagaimana kemampuan seseorang untuk memecahan persoalan-persoalan nyata dalam situasi yang bermacam-macam dalam kehidupan ini Kecerdasan telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Pada anak usia 0-3 tahun terjadi proses pertumbuhan sel-sel saraf serta pembentukan koneksi (hubungan antara sel-sel saraf). Setelah berumur 4-5 tahun, pertumbuhan otak akan mencapai 80%. Pengaruh pada perkembangan neuron dalam SSP (sistem saraf pusat) akan meningkatkan kemampuan daya pikir yang lebih kompleks. Penyerapan informasi dari luar diri semakin banyak. Selanjutnya ketika anak usia anak mencapai 6 tahun lebih terjadi perluasan ruang gerak serta hubungan sosial yang lebih rumit. Kondisi ruang gerak dan peluasan lingkungan memberi informasi yang semakin
9 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 145. banyak dan berubah-ubah. Inilah masa-masa ideal untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari struktur otak yang telah terbentuk. 10 Kecerdasan terbentuk ketika pertumbuhan struktur dan fungsi otak mencapai tahap tertinggi. Kondisi ini terjadi selama rentang waktu 12 tahun pertama. Selama rentang waktu 0-3 tahun dan 6-9 tahun merupakan kondisi terbesar jumlah pembentukan jalur koneksi yang kemungkinan hilangnya jalur koneksi dan kemungkinan hilangnya jalur tersebut pada sistem saraf. Koneksi yang menghasilkan persepsi baik atau positif selaras dengan nilai-nilai kecerdasan yang harus dibentuk semaksimal mungkin. Sebaliknya koneksi sel-sel saraf yang menghasilkan persepsi buruk harus dicegah dan diputuskan jika telah terjadi. 11 Perkembangan struktur dan fungsi otak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif, (action brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex atau disebut juga thought brain (otak pikir), meski saling berkaitan, ketiganya punya fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur fisik untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari panca indra. Saat menghadapi ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak limbik, otak primitif menyiapkan reaksi untuk menghadapi atau lari dari kondisi kendala (fight or flight response). Manusia akan bereaksi secara fisik dan emosi terlebih dahulu sebelum otak pikir sempat memproses informasi. 12
10 Sutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini (Yogyakarta : Andi, 2007), hlm.1. 11 Ibid, hlm 5. 12 Ibid, hlm 5-6. Otak limbik memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Artinya, otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, disaat lain otak pikir dapat dikunci untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama keadaan darurat, baik nyata maupun tidak. 13 Otak pikir, yang merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi yang masuk dari otak primitif dan otak limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, tindakan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan. Jika si kecil masih berumur dibawah 6 tahun, pengalaman dan sikap kritis atau keingintahuannya akan menghasilkan kontruksi emosional dan kecerdasan. Selama itu pula terjadi pertumbuhan otak kira-kira 80%, sesuai dengan faktor-faktor pendukung yang mempengaruhinya. Jika kita ingin menjadikan si kecil lebih pandai, selama waktu itu adalah periode yang krusial pertumbuhannya. Selanjutnya otak anak disini dapat mengalami pertumbuhan maksimum. Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak limbik sudah 80% tereliminasi. Setelah umur 6-7 tahun bergeser ke otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespon citra visual. 14 2. Pengertian Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda)
13 Ibid, hlm 6. 14 Ibid, hlm.7. Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education, Harvad University, Amerika Serikat. Dia juga adalah penulis Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (Basic Books, 1983/1993), Multiple Intelligences: The Theory in PracticeIntelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (Basic`Books, 1993), dan (Basic Books, 1993). Saat ini dia juga salah satu direktur Project Zero di Harvard Graduate School of Education. Project Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara belajar, berpikir, dan kreativitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan institusi. 15 Multiple intelligences merupakan sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda kongkret maupun hal-hal yang absrtak. Di dalam teorinya Gardner menjelaskan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan lainnya. Pengertian inteligensi Gardner ini berbeda dengan pengertian yang dipahami sebelumnya. Sebelum Gardner, pengukuran IQ (Intelligence Question) seseorang didasarkan pada tes IQ
15 Paul Suparno, Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm 17 saja, yang hanya menonjolkan kecerdasan matematis-logis dan linguistik. Sehingga, mungkin saja dijumpai orang yang nilai tes IQ-nya tinggi tetapi dalam kehidupan sehari-harinya tidak sukses dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Menurut Gardner, pengukuran intelligensi yang menekankan pada kemampuan matematis logis dan linguistik ini telah menafikan kecerdasan- kecerdasan yang lain. 16 Penemuan Gardner tentang inteligensi seseorang telah mengubah konsep kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang diukur bukan dengan tes tertulis, tetapi bagaimana seseorang dapat memecahkan problem nyata dalam kehidupan. Inteligensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi seseorang tetap mulai sejak manusia lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah secara signifikan. Bagi Gardner, suatu kemampuan disebut inteligensi bisa menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Selanjutnya kemahiran tersebut dapat menciptakan suatu produk baru dan bahkan dapat menciptakan persoalan berikutnya yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan baru yang lebih maju dan canggih. Misalnya, kemampuan interpersonal, suatu kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Kemampuan interpersonal akan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan orang lain. Sekaligus dengan kemampuan tersebut seseorang dapat mengembangkan kemampuan
16 Colin Rose dan Malcom, Cara Cepat Belajar Abad XXI (Bandung : Nuansa, 2002), hal. 57. interpersonal yang lebih terpola untuk meningkatkan relasi dengan orang lain, bahkan dapat menjadi penengah terhadap konflik-konflik masyarakat. Dengan perkembangan tersebut, maka akan muncul teori-teori tentang relasi antar manusia yang lebih canggih. Jadi, dalam kemampuan itu ada dua unsur, yaitu pengetahuan dan keahlian. 17 Setiap kecerdasan didasarkan, paling sedikit pada awalnya, pada potensi biologis, yang kemudian diekpresikan sebagai hasil faktor-faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Walaupun seseorang mungkin memandang suatu kecerdasan dalam isolasi individual luar biasa seperti orang yang amat cerdas dalam bidang tertentu tetapi nyaris tidak memahami bidang yang lain (idiot savant). Secara umum, individual menunjukkan beberapa kecerdasan. Memang, setelah bayi yang masih amat muda, kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam dalam berbagai sistem simbol, seperti bahasa yang dipakai berbicara dan sistem gambar, sistem membuat catatan, seperti peta dan musik atau pencatatan dan matematika dan bidang-bidang pengetahuan, seperti kewartawanan dan teknik mekanika. Jadi, pendidikan pada suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti telah diwakili sepanjang waktu dalam berbagai sistem mode budaya. 18 Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh atau pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi
17 Ibid, hlm. 147. 18 Ibid, hlm. 133. kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus. Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar terampil. Tetapi, pada dasarnya, setiap manusia memiliki kecenderungan untuk cerdas di satu bidang tanpa harus bersusah payah mengasahnya. Esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri didunia ini dalam bidang tertentu yang akhirnya diakui. Menurut hasil penelitiannya, Gardner menyatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat delapan jenis kecerdasan dintaranya seperti kecerdasan logika- matematika, linguistik (berbahasa), visual-spasial, kinestetik (gerak tubuh), musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.. 19
19 Howar Gardner, Multiple Intelligences. The Theory In Practice (New York: Basic Books, 1993) hal . 38. Gambar 1: Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner Kedelapan kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh setiap individu, hanya saja dalam taraf berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan lain. Misalnya saja, bila kelak seorang anak menjadi seorang ahli bedah, ia juga membutuhkan kecerdasan visual-spasial yang menonjol untuk menggunakan pisau bedahnya, juga kecerdasan gerak tubuh untuk kelenturan tangannya ketika menggunakan pisau bedah. Dalam hal ini, orang tua sangat perlu menyikapi dan mengembangkan potensi anaknya yang mungkin berbeda dengan kakak atau adik kandungnya atau juga anak-anak lain seusianya dengan cara memberi stimulus atau rangsangan tertentu untuk mengembangkan potensi si buah hati tersebut. Multiple Intelligences membantu orang tua mengenal kekuatan dan kekurangan anak-anaknya. Tapi janganlah cepat-cepat mengambil kesimpulan kecerdasan si anak, misalnya, cocok menjadi atlet, menjadi akuntan, menjadi musisi atau lainnya tanpa memberikan kesempatan padanya untuk mengeksplorasi dunia, bekerja dengan keterampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Tentu, keseimbangan adalah salah satu tujuan Gardner dalam mengupas perihal beberapa tipe kecerdasan. Untuk itu, ia menyarankan orang tua untuk mengasah satu kecerdsan si anak yang menonjol, misalnya kecerdasan musiknya, sekaligus menstimulasi kecerdasan logika-matematika atau linguistiknya. 20 Memang bisa jadi anak-anak kita tak lantas menjadi seperti pemusik cemerlang yang mendunia sekaliber Rihana dan Beethoven atau dalam skop nasional seperti Anang, Krisdayanti atau Ungu maupun pencipta musik kreatif seperti Melly Goeslow. Begitu pula menjadi penulis besar seperti J.K. Rowling penulis cerita dari Harry Potter atau novelis nasional seperti Habiburrahman El Shirazy. Namun, kehidupan anak tetap perlu diperkaya melalui pengembangan berbagai jenis kecerdasan di tingkat memungkinkan. Jika si anak memiliki peluang untuk belajar melalui kelebihan-kelebihannya, maka akan muncul perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosisal atau bahkan perubahan fisik yang positif dan menakjubkan. Menurut Thomas Amstrong, salah satu cara terbaik untuk mengenali kecerdasan yang paling berkembang dari para siswa adalah dengan mengamati kenakalan mereka di kelas. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi akan sering menyela pembicaraan, siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi akan suka coracoret dan melamun, siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi akan suka mengobrol, dan siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis- jasmani tidak bisa duduk diam, sedangkan siswa yang memiliki minat tinggi pada alam mungkin akan membawa binatang ke dalam kelas tanpa izin. Melalui kenakalan mereka tersebut, secara metaforis mereka berkata; Inilah cara saya belajar Pak/Bu guru, dan apabila Anda tidak mengajari saya melalui cara belajar
20 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.8. saya yang paling alamiah, apa yang akan terjadi? Bagainapun juga saya akan tetap melakukannya. Kenakalan yang berkaitan dengan kecerdasan tertentu ini, kemudian menjadi semacam seruan minta tolong-indikator diagnostik tentang bagaimana seorang siswa seharusnya mendapatkan pengajaran. 21 3. Macam-macamMultiple Intelligences a) Kecerdasan Linguistik ( Linguistic intelligence) Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Kecerdasan ini berkaitan juga dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum seperti yang dimiliki para pencipta lagu, para penulis, editor, jurnalis, penyair, orator, penceramah maupun pelawak. Contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistik ini adalah; Sukarno, Martin Luther, J.K. Rowling, Melly Goeslow dan sebagainya. 22 Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa, mudah mengerti urutan arti kata-kata dalam belajar bahasa. Mereka juga mudah untuk menjelaskan, mengajarkan,
21 Thomas Amstrong. Sekolah Para Juara (Bandung: Kaifa, 2002), hal. 44 22 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.13. menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Mereka lancar berdebat, mudah ingat dan bahkan dapat menghafal beberapa surat di dalam Al-Quran dengan waktu singkat. Keterampilan berbahasa menuntut kemampuan menyimpan berbagai informasi, yang berarti berkaitan dengan proses berfikir. Kecerdasan bahasa kerap kali juga diikuti keterampilan bersosialisasi. Karena dalam bersosialisasi umumnya anak-anak mengandalkan keterampilan berbicara. Namun, anak yang cerdas berbahasa bukan jaminan bahwa ia akan cerdas di bidang lain, seperti cerdas logika-matematika, cerdas musik atau cerdas gerakan tubuh. Demikian pula sebaliknya, anak yang cerdas di suatu bidang lain, belum tentu cerdas di bidang linguistik. 23 Potensi kecerdasan berbahasa yang dimiliki seorang anak juga perlu dilatih dan dikembangkan. Bisa saja anak tampak begitu terampil berbahasa ketika masih balita, tetapi kemudian menghilang di usia-usia selanjutnya. Jadi, pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini. Anak yang tidak diberi kesempatan berbicara atau selalu dikritik saat mengemukakan pendapatnya, misalnya, ia akan kehilangan kemampuan dan keterampilanya dalam mengungkapkan ide dan perasaannya. Mengajak anak berbicara merupakan rangsangan paling sederhana yang dapat dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan linguistik buah hatinya. Seorang ibu atau ayah dapat berkomunikasi dan menstimulasi anak dengan banyak cara. Mungkin dengan menyentuh tubuhnya sambil berkata, sambil
23 Paul Suparno, op. cit., hlm.26. bercerita atau bahkan sambil bernyanyi sekalipun. Meskipun anak kita tidak bisa memahami dengan apa yang kita bicarakan, ceritakan atau yang kita nyanyikan, mendengar saja pun sudah cukup. Karena mendengar merupakan sebuah unsur yang sangat penting dalam memahami sebuah bahasa. b) Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-mathematical intelligence) Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekonom, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum. 24 Orang yang mempunyai inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara yang satu dengan yang lain, serta mana juga yang merupakan persoalan lepas. Maka, dia tidak mudah bingung. Mereka juga
24 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.27. dengan mudah membuat abstraksi dan suatu persoalan yang luas dan bermacam- macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang dihadapi dengan jelas. Kecedasan logika matematika juga terkait erat dengan kecerdasan linguistik, terutama dalam kaitananya dengan penjabaran alasan-alasan logika- matematika. Gardner menjelaskan bahwa Seseorang dengan kecerdasan logika- matematika menonjol, dapat mengkonstruksikan sebuah solusi sebelum hal itu diartikulasikan. Gardner mengkategorikan kecerdasan logika-matematika seseorang kerapkali tak hanya mengandalkan keterampilan seseorang menganalisis, melainkan juga sebuah kemampuan intuitif menuju sebuah jawaban atau solusi. 25 Dapat dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar terampil, meskipun pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan untuk cerdas di satu bidang tanpa harus bersusah payah mengasahnya. Orang dengan kemampuan logika-matematika yang baik, pada dasarnya haus akan pencarian rumus atau pola. Hal ini biasanya diawali dengan kesukaannya terlibat dalam kegiatan dengan konsep matematis yang kental. Mengapa matematika? Karena matematika merupakan salah satu bidang yang pada dasarnya berusaha mencari pola atau rumusan. Namun kemudian, minat anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan logika-matematika yang tinggi akan merambah, tidak hanya pada kegiatan unsure strategis dan matematis, melainkan juga pada kegiatan yang bersifat analitis dan mengkonsep. Semakin tinggi tingkat usia seseorang maka kegiatan yang mereka geluti akan semakin bersifat abstrak, sehingga anak-anak yang memiliki kecerdasan
25 Howar Gardner, Multiple Intelligences. The Theory In Practice (New York: Basic Books, 1993) hlm 34 logika-matematika yang sangat baik biasanya memilih profesi yang mengandalkan abstraksi logis-simbolis. Misalnya saja, mereka kelak akan memilih profesi sebagai seorang filusuf, peneliti, insinyur. Tokoh-tokoh dunia dengan kecerdasan logika-matematika yang luas biasa antara lain; Archimedes, tokoh penemu yang dikenal dengan seruan Eureka, Sir Isaac Newton, pencetus hukum Gravitasi, Galileo, penemu teleskop, Phytagoras, penemu hukum matematika phytagoras, Einstein, pencetus hukum relativitas, Copernicus, pencetus konsep bumi bulat. 26 c) Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence) Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. Kecerdasan visual-spasial ini memungkinkan orang membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ini karena ia mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan mentransformasi presepsi ini. Termasuk didalamnya adalah kapasitas untuk menvisualisasikan, menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial, dan untuk mengarahkan diri sendiri dalam ruang secara cepat.
26 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.28. Visual-spasial bisa diartikan juga sebagai sebuah model yang melihat secara deskriptif bagaimana seorang individu menggunakan kecerdasan mereka untuk memecahkan masalah dan menghasilkan bentuk. Pendekatan ini merupakan sarana bagaimana pikiran manusia mengoprasikan isi dunia, baik itu orang, objek atau suara. Anak-anak dengan kecerdasan visual-spasial yang tinggi biasanya berpikir mengunakan gambar atau image. Mereka juga menyukai kegiatan yang ada hubungannya dengan visual-spasial, seperti bermain puzzle, menggambar, bermain balok, membangun bentuk, mendesain, merancang atau menggambar pola. Anak-anak dengan kecenderungan kecerdasan ini biasanya mengamati lingkungan secara holistik, menyimpan informasi dalam bentuk nonsekuen. Ini dikarenakan kekuatan proses belahan otak bagian kanan. Dan seseorang yang memiliki kecerdasan ini juga punya presepsi yang tepat tentang suatu benda dengan ruang di sekitarnya, ia dapat memandang dari segala sudut. Maka, ia dapat menggambarkan kedudukan ruang dengan baik. Dalam kehidupan sehari- hari, seoarang yang memiliki kecerdasan ini dengan mudah akan menemukan jalan dalam ruang dan suatu tempat, ia meliihat peta kota dengan mudah. Dan ia tidak mudah bingung apabila berada pada suatu daerah karena ia akan cepat beradaptasi dan dapat mudah mencari jalan keluar kembali. Imajinasi orang yang memiliki kecerdasan ini sungguh aktif, mereka juga dapat mengungkapkan gagasannya dalam grafik yang lebih jelas dan ringkas. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini kelak dimungkinkan akan berprofesi sebagai arsitek, seniman, pemahat, pelaut, fotografer, dan perencana strategis. Beberapa tokoh yang memiliki kecenderungan kecedasan ini diantaranya adalah: Pablo Picasso (pelukis internasional), Sidharta (seorang pemahat), Affandi (pelukis di Yogyakarta). 27 d) Kecerdasan Gerak-Tubuh (Bodily-kinesthetic intelligence) Kecerdasan gerak tubuh atau ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Kemampuan seperti ini biasanya dimiliki oleh para atlet, aktor, pemahat, ahli bedah atau seniman tari. Kecerdasan gerakan tubuh yang sering juga disebut body smart ini, memang penemuan Gardner yang paling controversial, karena beberapa oaring berpendapat control terhadap fisik bukanlah bentuk dari kecerdasan. Namun, Gardner dan peneliti-peneliti lain dalam bidang multiple intelligences mempertahankan pendapatnya. Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh, secara alami memilliki tubuh yang atletis dan memiliki keterampilan fisik. Ia juga meimiliki kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh membentuk. Mereka ahli menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, dan dalam penggunaan tangan untuk manghasilkan atau memindahkan sesuatu. Kecerdasan ini juga termasuk keterampilan koordinasi, keseimbangan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. 28
27 Ibid, hlm.42. 28 Paul Suparno, op. cit., hlm.35. Orang yang mimiliki kecerdasan gerak tubuh dapat dengan mudah mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah diekspresikan dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Mereka juga dengan mudah dapt memainkan mimik, drama, dan peran. Mereka dengan lihai melakukan gerakan tubuh dalam olahraga dengan segala macam variasinya. Secara sederhana, mereka dapat menyalurkan apa yang mereka hidupi dengan gerak tubuh. Orang yang kuat dalam kecerdasan gerak tubuh juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Siswa yang yang mempunyai kecerdasan gerak tubuh biasanya suka menari, olahraga, dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakkan tubuhnya. Bila ada waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak dengan kecerdasan gerak tubuh ini dengan segara berlari-lari dan bermain di lapangan sekolah. Seorang pendidik yang melihat siswa-siswinya berlatih tari atau dansa akan dengan cepat mengenali siswa mana yang memiliki inteligensi yang paling menonjol di sini. Demikian pula seorang pelatih sepak bola dengan cepat akan tahu siswa yang mana punya kelihaian lebih dalam mengolah bola. Beberapa tokoh berikut ini termasuk orang yang memiliki kecerdasan gerak tubuh yang sangat luar biasa, diantaranya; Cristian Ronaldo (pemain sepak bola terbaik dunia), Usain Bolt (pelari tercepat di dunia), Martha Graham (penari balet), Jaky Chan (aktor film laga ), Simon Santoso (pemain bulu tangkis nasional) e) Kecerdasan Musikal (Musical intelligence) Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang. Apabila seorang anak tumbuh dan dididik dalam sebuah setting budaya yang mengagungkan keterampilan atau kemampuan musik, besar kemungkinan potensi musik anak terasah dan berkembang. 29 Orang yang menonjol kecerdasan musikalnya sangat peka terhadap suara dan musik. Mereka dengan mudah belajar dan bermain musik secara baik. Bahkan, sejak kecil sering kali mereka dapat menangkap dan mengerti struktur musik. Itulah yang banyak dialami oleh para komponis musik. Mereka dengan mudah juga menciptakan melodi dan lagu. Mereka menyenangi dan tidak mudah bosan dengan apapun yang berbau musik. Banyak dari mereka mudah menyanyi dan menjadi hidup dalam pentas-pentas musik. Yang menonjol adalah mereka dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk musik. Mereka dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan musik atau dalam lagu. 30 Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di
29 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.72. 30 Paul Suparno, op. cit., hlm.37. teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat. Kecerdasan jenis ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, komposer, perekayasa rekaman. Bagi para pendidik, kecerdasan musikal sering dilihat sebagai sebuah bakat musik yang bersumber pada kemampuan alamiah atau karunia yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Dengan demikian kecerdasan yang diasosiasikan dengan konsep kemampuan bermusik, selalu dianggap tidak berhubungan dengan tingkat pencapaian atau prestasi tinggi dalam area atau bidang akademik lain. Padahal sebenarnya tidaklah demikian, karena kecerdasan musikal juga berkaitan dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika matematika. Memang seseorang yang cerdas musik belum tentu dapat menjadi komposer hebat apabila tidak memiliki kemampuan linguistik serta logika matematika yang baik. Untuk itu, upaya mengasah kecerdasan musik tak hanya ditujukan untuk prestasi musikal, melainkan perlu diupayakan juga menjaga keseimbangan perkembangan anak. Tokoh-tokoh dengan kecerdasan musikal yang tinggi adalah para komponis dan musisi terkenal dunia, seperti Mozart, Bach, Beethoven, Debussy, Jhon Lenon, dan Carlos Santana. Selain memiliki kecerdasan musikal yang tinggi, mereka juga memiliki kecerdasan lain yang mendukung kecerdasan yang dimilikinya seperti kecerdasan logika matematika atau linguistik. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana mereka mengatur ritme lagu, merancang program-program musik dan bahkan menjadi guru musik. 31 Secara singkat, meskipun kecerdasan musikal tak tampak sebagai bentuk kecerdasan yang nyata, seperti kecerdasan logika matematika atau linguistik, tetapi apabila dilihat dari sudut pandang neurologi, pemahaman dan keterampilan musikal seseorang berkembang selaras dengan bentuk kecerdasan lain. f) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence) Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para pemimpin, para guru, fasilitator, motivator, polisi, pemuka agama, dan penggerak massa. 32 Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini
31 ibid, hlm.38. 32 Imanuella F. Rachmani, op. cit., hlm.84. sungguh serasa sangat menyenangkan. Mereka dengan mudah mengenali dam membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain. Kebanyakan mereka peka terhadap teman, terhadap penderitaan orang lain, dan mudah berempati yakni mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain saat berinteraksi dengan orang tersebut. Banyak diantaranya suka member masukan kepada teman, saudara atau orang lainnya hal ini bertujuan agar mereka maju. Maka, tidak jarang sekali dia berperan sebagai komunikator, sebagai fasilitator dalam pertemuan atau dalam perbincangan masalah penting. Dan mereka juga dengan mudah menjadi penggerak massa karena kemampuannya mendekati massa itu. Bila menjadi pemimpin, orang yang memiliki kecerdasan ini biasannya disukai karena pendekatannya yang baik kepada para anggota, mengerti dan menghargai perasaan anggota. Kecerdasan ini juga merupakan faktor utama yang turut mempengaruhi kesuksesan seorang anak menjalin hubungan sosial di lingkungannya. Karena dengan kecerdasan inilah seorang anak cenderung lebih baik dan mudah menjalin interaksi sosial. Anak yang memiliki kecenderungan kecerdasan ini juga menyenangi kegiatan yang menuntut bekerja sama dengan orang lain, seperti dalam kelompok olahraga atau sebagainya dan anak yang memiliki kecerdasan ini juga gemar berhumor saat berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks belajar, anak yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih suka belajar dengan orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak kerja sama. Walaupun anak sering mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonalnya saat tengah melakukan kegiatan di sekolah, namun tak ada salahnya apabila orang tuapun turut mendukung si anak kala berada di rumah. Orang tua dapat memberi rangsangan yang mendukung perkembangan kecerdasan interpersonal anak dengan memberinya contoh yang baik dalam bertingkah laku dan berbahasa, membimbingnya dalam memecahkan suatu masalah, mangajaknya berdiskusi, mengajarkan menghargai orang lain, dan mengajarkan anak untuk mampu mendengarkan pendapat dan berempati terhadap orang lain. Ini semua disebut prilaku prososial, yaitu latihan kesiapan yang diperlukan anak agar kelak perilakunya dapat diterima di lingkungan sosial. g) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence) Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu, dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya sehingga tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan pribadi. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh agama, pembimbing, serta kadang kala pemimpin juga memiliki kecerdasan ini. Orang yang memiliki Kecerdasan ini biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh sangat mendalam dan seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi. Orang tipe ini kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang kala mereka suka menyepi sendiri di tempat terasing. Sehingga tidak heran jika kita melihat seorang siswa yang memilih untuk mengasingkan diri dan termenung di suatu tempat ketika siswa-siswa lain tengah asyik bermain pada jam istirahat. Atau bahkan tidak tertarik jika gurunya memberikan tugas kelompok. Guru yang tidak tahu sering mamarahi siswa ini karena dianggap tidak menanggapi perintah. Padahal dengan mengasingkan diri itu seorang siswa dapat berpikir dalam. Perlu diketahui, bahwasanya anak bertipe kecerdasan intrapersonal ini bukanlah anak yang tergolong dalam individu yang anti sosial, karena sesungguhnya dengan kecerdasan intrapersonal anak ini kelak akan tumbuh menjadi seorang individu yang memiliki kepekaan sangat baik saat melakukan relasi dengan individu lainnya. Ia dapat melakukan introspeksi diri, memiliki proses berfikir yang dalam, memiliki kebebasan untuk berkreativitas, memiliki intuisi yang baik, dan memiliki motivasi diri yang baik pula. Dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol, seorang anak memiliki keinginan kuat untuk meraih suatu tujuan yang ingin ia capai, memiliki rasa percaya diri yang baik, dan juga memiliki cara berfikir yang positif kala menghadapi berbagai pendapat dari berbagai topik pembicaraan. Tokoh-tokoh seperti Neil Amstrong, Helen Keller, Columbus, atau pun Sir Edmond Hilarry merupakan beberapa contoh orang yang memiliki kehidupan sukses dengan kecerdsan intrapersonal luar biasa yang mereka miliki. Jika seorang anak mampu mengembangkan kecerdasan intrapersonalnya dengan baik, maka dia akan memiliki kesuksesan yang baik pula di masa datang. Dengan demikian ada baiknya apabila orang tua tak terburu-buru mengira buah hatinya bermasalah dalam hal hubungan sosial karena sikap diam dan pemalunya. Justru orang tua harus lebih memiliki kepekaan dalam meliihat kelebihan salah satu aspek kecerdasan yang dimiliki anaknya. 33 h) Kecerdasan Naturalis ( Naturalist intelligence) Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta, melakukan pemilahan- pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi. Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para pecinta alam, para petani, pendaki gunung, pemburu. Ide Gardner tentang kecerdasan naturalis baru muncul pada tahun 1995 dan dipublikasikan tahun 1997. Sampai sekarang teori tentang kecerdasan ini
33 ibid, hlm.103. masih terus dalam proses penyempurnaan. Orang tua dan guru mungkin sangat berminat dengan kecerdasan yang satu ini, karena manifestasi dari kecerdasan ini sangatlah tidak lazim. Bahkan kerap kali tidak muncul dalam proses belajar mengajar di sekolah. Misalnya saja, anak lebih suka bermain di luar rumah seperti di taman atau di kebun, anak tampak lebih senang menyendiri mengamati barisan semut dan meneliti bunga-bunga, memandangai awan atau bermain-main dengan hewan peliharaan seperti anjing, kucing atau kelinci. Siswa yang memiliki kecerdasan naturalis tinggi biasanya dapat dilihat dari kemampuannya mengenal, mengklafikasi, dan menggolongkan tanaman- tanaman, binatang serta alam mini yang ada di sekolah. Mengenali anak dengan kecerdasan naturalis sama seperti mangenali kecerdasan di bidang lainnya. Bila anak dengan mudah menandai pola dan benda-benda alam, dapat mengingat benda-benda alam yang ada di lingkungannya, serta gemar mengamati, menyukai binatang-binatang dan menandai hal-hal yang khas pada binatang itu, maka ia dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi. Selain itu, anak dengan kecenderungan kecerdasan ini juga sangat menikmati aktivitas berkemah, serta duduk diam mengamati perbedaan dan perubahan alam. Gardner mengatakan, kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang dimiliki semua orang sejak lahir sampai awal-awal kehidupannya. Anak-anak kecil menunujukkan kecerdasan ini lebih baik dibandingkann orang dewasa. Mengapa? Karena anak-anak menikmati lingkungan alam secara mandalam dan tidak menganggap lingkungan sekitarnya hanyalah lartar belakang dari setiap peristiwa yang ia alami. Mungkin yang dimaksud adalah, anak-anak kecil tidak mangambil jarak dengan lingkungan sekitarnya. Ia dan alam masih menyatu. Kecerdasan naturalis ini akan semakin terasa apabila anak-anak tersebut tetap tinggal di lingkungan yang terus-menerus memberinya rangsangan. Anak- anak yang hidup dalam budaya agraris atau petani, pemburu dan nelayan, umumnya memiliki kecerdasan naturalis yang menonjol, dan kecerdasan ini bertahan hingga mereka dewasa. Hal ini karena mereka terus-menerus hidup dalam lingkungan yang menuntutnya menggunakan kecerdasan naturalis yang mereka miliki. Salah satu contoh tokoh terkenal dunia yang memiliki kecenderungan kecerdasan naturalis tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantu mengembangkan teori evolusi. 34 Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan tersebut. Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada banyak jendela menuju satu ruangan yang sama di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif. Dan ketika siswa mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan. Kedelapan kecerdasan dalam diri seseorang ini dapat dikembangkandan ditingkatkan secara memadahi sehingga dapat berfungsi bagi orang tersebut. Ini menunjukkan bahwa kedelapan kecerdasan itu bukan hal yang sudah mati tidak terkembangkan, melainkan masih dapat ditingkatkan. Disinilah pendidikan
34 Paul Suparno, op. cit., hlm.43. mempunyai fungsi, yaitu membantu agar setiap kecerdasan pada diri seseorang berkembang optimal. Gardner juga mengungkapkan bahwa seorang siswa akan mudah menangkap materi yang disampaikan guru, bila materi itu disamapaikan dengan menggunakan pendekatan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Maka, seorang siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik-tubuh dapat juga mempelajari fisika dengan mudah bila pelajaran itu disajikan dengan tari atau gerak. Di sinilah tantangan bagi guru untuk merencanakan pengejarannya yang sesuai dengan kecerdasan siswa. Ada baiknya kita mulai menjajaki jenis kecerdasan kita sendiri mana yang sudah berkembang dan mana yang belum. Dari delapan kecerdasan tersebut, manakah yang menjadi keunggulan kita dan mana yang belum kita gunakan secara maksimal?. Dengan mengetahui bahwa anda memilki kelebihan atau kekurangan pada kecerdasan tertentu, kita akan dapat berbenah diri dan meningkatakn kemampuan kita semaksimal mungkin. B. SEKOLAH UNGGUL 1. Pengertian Sokolah Unggul Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang didirikan oleh masyarakat untuk belajar anak-anak yang berumur empat tahun keatas. 35 Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menunjang pembanguna masyarakat. Oleh karena itu kegiatan sekolah dalam semua bidang harus relevan dengan kegiatan masayarakat, khususnya masyarakat, dimana sekolah itu
35 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam(IPI) (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 233 berada. Hubungan timbal balik yang sebaik-baiknya antara sekolah dan masyarakat sangat diperlukan agar peningakatan mutu pendidikan dan kegiatan pembangunan saling menunjang. 36 Sekolah unggul merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh ditunjang oleh akhlakul karimah. sekolah unggul dikembangkan untuk mencapai keistimewaan dalam keluaran pendidikannya. Untuk mencapai keistimewaan tersebut, maka masukan, proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. 37 Konsep sekolah unggulan menimbulkan berbagai arti yang berbeda dalam masyarakat saat ini, bahkan kian merebak dan ramai, manakala masing-masing orang mempunyai konsep tersendiri tentang sekolah yang mempunyai kualitas unggul. Pengertian sekolah unggul sebenarnya mempunyai beberapa tipe yang masing-masing memiliki ciri khas sendiri-sendiri bila inputnya unggul, meskipun proses belajar mengajarnya tidak luar biasa, maka lulusnya akan bermutu unggul. Keunggulan sekolah ini memang merupakan bawaan sebelum siswa masuk ke sekolah tersebut. 38
36 Perum Penerbit, Pedoman Umum Penyelenggara Administrasi Sekolah Menengah, (Jakarta, Balai pustaka, 1989). hlm. 358. 37 Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm 41. 38 Moedjiarto, Sekolah Unggul (metodologi untuk meningkatkan mutu pendidikan),Jakarta, Duta Graha Pustaka, 2002. hlm3. Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Berarti tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah. Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang- bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Bila boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak kelemahan diantaranya: Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu. Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan. Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus. Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20 anak berbakat. Berdasarkan prakiraan Lembaga Demografi UI (1991) penduduk usia sekolah di Indonesia tahun 2000 diperkirakan sebesar 76.478.249, maka kita akan memiliki anak berbakat (baca: unggul) sebanyak 1.529.565 orang. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pimpinan dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. 39 Beda lagi dengan apa yang dikatakan oleh Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia dia mengatakan bahwa: Sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang mengajar di sekolah tersebut. Apabila kulitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negative menjadi positif, itulah sekolah unggul. 40 2. Kriteria Sekolah Unggul Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut. Berikut ini beberapa kriteria sebuah sekolah bisa dikatakan unggulan:
39 Nurkolis, Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul.(Jakarta: Jurnal Pendidikan, 2006) 40 Munif Chatib, op.cit, hlm .93. pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan seni tetap masuk dalam kelas reguler, namun diberi pengayaan pelajaran seni. Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika- matematika seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan seperti yang hingga kini dikenal adanya 8 macam kecerdasan. Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan di Amerika justru untuk membela kalangan miskin. Misalnya Effectif School yang dikembangkan awal 1980-an oleh Ronald Edmonds di Harvard University adalah untuk membela anak dari kalangan miskin karena prestasinya tak kalah dengan anak kaya. Demikian pula dengan School Development Program yang dikembangkan oleh James Comer ditujukan untuk meningkatkan pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Accellerated School yang diciptakan oleh Henry Levin dari Standford University juga memfokuskan untuk memacu prestasi yang tinggi pada siswa kurang beruntung atau siswa beresiko. Essential school yang diciptakan oleh Theodore Sizer dari Brown University, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan siswa kurang mampu. Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargasi prestasi setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan memuaskan. 41 Itu semua akan tercapai apabila pengelolaan sekolah telah mandiri di atas pundak sekolah sendiri bukan ditentukan oleh birokrasi yang lebih tinggi. Saat ini amat tepat untuk mengembangkan sekolah unggulan karena terdapat dua suprastruktur yang mendukung yaitu: Pertama, UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana pendidikan termasuk salah satu bidang yang didesentralisasikan. Dengan adanya kedekatan birokrasi antara sekolah dengan Kabupaten/Kota diharapkan perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sekolah unggulan semakin serius. Kedua, adanya UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 yang didalamnya memuat bahwa salah satu program pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah
41 A Ghozali. et.al.. Administrasi Sekolah. (Jakarta: Cahaya Budi. 1977) hlm.74. terwujudnya pendidikan berbasis masyarakat/sekolah. Melalui pendidikan berbasis masyarakat/sekolah inilah warga sekolah akan memiliki kekuasaan penuh dalam mengelola sekolah. 42 Di dalam bukunya Reformasi Visi Pendidikan Islam Imam Suprayogo juga menjelaskan bahwa jenis sekolah unggulan itu ada tiga yaitu: 1) Sekolah unggulan karena inputnya memang sudah terdiri dari siswa unggul yang di jarring melalui seleksi ketat dan memiliki NEM/NUN yang sudah ditentukan haarus tinggi. Dengan demikian, sebenarnya input bagi sekolah tersebut adalah siswa yang sudah unggul, meskipun prosesnya tidak luar biasa dugaan kita lulusan akan tetap bermutu unggul. Jadi unggul ini alamiah 2) Sekolah unggul dalam hal fasilitas, karena fasilitas unggul maka sudah barang tentu harga atau biaya pendidikannya juga tinggi. Fasiilitas yang super lengkap ini bisa menyangkut fasilitas, asrama belajar lengkap, rasio guru murid yang baik dengan harapan proses belajar akan berjalan lancar dan lulusannya juga akan bermutu tinggi. 3) Sekolah unggulan yang penekanannya pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah. Tipe inilah yang banyak digalakkan di negara maju. Dalam hal ini sekolah unggulan adalah yang mampu memproses siswa bermutu rendah waktu masuk sekolah (input rendah) menjadi lulusan bermutu tinggi. 43
42 Ibid, hlm. 76. 43 Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam (Malang: STAIN Press. 1999) hal .46 Setiap sekolah akan menjadi sekolah unggulan apabila diberi wewenang untuk mengelola dirinya sendiri dan diberi tanggung jawab penuh. Selama sekolah-sekolah hanya dijadikan alat oleh birokrasi di atasnya maka sekolah tidak akan pernah menjadi sekolah unggulan. Bisa saja semua sekolah menjadi sekolah unggulan yang berbeda-beda berdasarkan pontensi dan kebutuhan warganya. Apabila semua sekolah telah menjadi sekolah unggulan maka tidak sulit bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya. C. EVALUASI KINERJA GURU 1. Pengertian Evaluasi Kinerja Guru Terdapat beberapa istilah yang mempunyai keterkaitan dengan evaluasi tetapi memiliki penekanan pada aspek tetentu. Evaluasi merupakan terjemahan bahasa Inggris evaluation yang identik dengan penilaian. Dalam penulisan ini kedua istilah tersebut akan digunakan secara bersama-sama atau bergantian. Istilah lain yaang mempunyai makna hampir sama dengan evaluasi adalah assessment dan measurement (pengukuran). Membahas evaluasi tidak akan terlepas dari pengukuran dan penilaian. Evaluasi juga diartikan sebagai proses menyediakan informasi untuk membuat keputusan. Evaluasi diartikan juga sebagai proses menetapkan pertimbangan nilai berdasarkan pada peristiwa tentang suatu program atau produk. 44 Evaluasi juga diartikan sebagai proses menentukan kesesuaian pada produk, tujuan, prosedur, program, pendekatan dan fungsi. Kata kunci dari pengertian evaluasi adalah proses, pertimbangan dan nilai. Jadi evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap suatu kegiatan. Kegiatan dapat berupa suatu program yang sudah direncanakan, sehingga untuk mengetahui keberhasilan dan manfaatnya dilakukan proses penilaian. Evaluasi sebagai suatu proses hanya menyiapkan data kepada pengambilan keputusan. Data yang disediakan mengandung nilai yang dapat memberikan arti tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan. 45 Evaluasi kinerja merupakan kelanjutan dari kegiatan rekrutmen dan seleksi atau penempatan pekerjaan. Evaluasi juga merupakan salah satu dari langkah pemberdayaan guru atau pegawai dalam proses untuk menghasilkan tenaga yang profesional, yang sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan. Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia berpendapat bahwa evaluasi kinerja para pegawai merupakan bagian penting dari seluruh proses kegiatan karyawan yang bersangkutan. Pentingnya evaluasi kinerja yang rasional dan diterapkan secara obyektif adalah merupakan kepentingan bagi pegawai yang bersangkutan dan kepentingan organisasi. Bagi para karyawan atau pegawai, evaluasi tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana
44 Mary Lee Smith & Glass Gene V. Research and Evaluation in Educationa and the Social Science, (Englewood Cliffs New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1987) 45 Bruce Shertzer & Shelley Stone, Fundamental of Guidance, Fouth Edition, (USA: 1981Purdue Univercity), hlm. 464 dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi itu sendiri, evaluasi kinerja pegawai atau karyawan adalah sangat penting arti serta peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan 38program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan program manajemen sumber daya manusia secara efektif. 46 Yang dimaksud evaluasi kinerja guru dalam penelitian ini adalah evaluasi yang dilakukan kepada semua guru yang ada di dalam suatu organisasi pendidikan pada tahap akhir setelah melalui tahap-tahap penelitian, perencanaan dan penggiatan. Evaluasi secara umum diartikan sebagai suatu pengukuran atau penilaian terhadap suatu perencanaan yang telah dilakukan oleh suatu organisasi yang bisa dilakukan pada pertengahan bulan, akhir bulan atau pertengahan tahun atau akhir tahun. Secara spesifik pengertian evaluasi kinerja menurut Hadari Nawawi dalam Frank Jefkins, Public Relations, merupakan penilaian secara sistematik tentang relevansi antara tugas-tugas yang diberikan dengan pelaksanaannya oleh seorang pegawai dengan cara mengidentifikasi, mengukur dan mengelola pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pekerja di lingkungan suatu organisasi. Kegiatan pengukuran tersebut merupakan usaha untuk menetapkan keputusan tentang sukses atau tidaknya pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. 47
46 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2002), hlm. 223. 47 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta, PT Rajawali Press:1992), hlm.157. Evaluasi kinerja dalam hal ini disebut juga dengan penilaian kinerja. Penilaian dilakukan secara sitematis terhadap kinerja karyawan dan potensi mereka untuk berkembang. Penilaian kinerja mencakup prestasi kerja, cara bekerja, dan pribadi mereka. Sedangkan penilaian terhadap potensi untuk berkembang mencakup kreativitas dan hasil belajar atau kemampuan mengembangkan profesinya. 48 Yang dimaksud dengan prestasi kerja ialah hasil pekerjaan, apakah pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan kritetia yang telah ditentukan sebelumnya dan apakah sudah tepat penyelesaiannya dengan alokasi waktu yang telah diberikan. Apakah hasil pekerjaan itu sudah memenuhi akuntabilitas atau sekedar selesai. Cara bekerja mencakup ciri-ciri efektivitas dan efifiensi dalam bekerja. Sedangkan ukuran penilaian pribadi karyawan ialah butir-butir pancasila yang telah diuraikan antara lain sudah termasuk di dalamnya dedikasi dan motifasi yang tinggi untuk berjuang dalam dunia pendidikan. Kreativitas seorang karyawan atau guru dapat dilihat dari aktifitas orang tersebut dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Orang yang kreatif sering berinisiatif melakukan sesuatu yang belum pernah ada di lingkungan kerjanya dan bahkan sering mengemukakan ide-ide yang baru. Kalau seseorang sedang belajar, juga akan tampak pada hasil karyanya yang tidak monoton, suatu hasil karya yang menunjukkan buah pikiran baru dan berguna bagi pengembangan dan proses pendidikan. 2. Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Guru
48 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta: 2004), hlm. 135. Pada hakekatnya pelaksaan program evaluasi kinerja merupakan fungsi administrasi yang dilaksanakan agar tugas, fungsi tanggung jawab dan wewenang yang telah diorganisasikan berjalan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah aktualisasi perencanaan yang dicanangkan oleh organisasi. Jadi dalam pelaksanaan evaluasi kinerja menerangkan mengenai bagaimana proses evaluasi kinerja tersebut dilaksanakan. Dalam pelaksanaan program evaluasi kinerja terdapat beberapa komponen yang sangat diperlukan, diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan. 49 Motivasi menyangkut perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur yang vital dalam manajemen. Motivasi dapat diartikan sebagai membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya. Motivasi akan memunculkan semangat bekerja dan pantang menyerah saat menghadapi pelbagai tantangan dan hambatan. Untuk memotivasi anggota organisasi, perlu dibangun sikap kebersamaan dan keterbukaan sehingga anggota yang baru masuk sekalipun akan merasa menjadi bagian utuh yang diharapkan kiprahnya. 50 Komponen penting lainnya dalam tahap pelaksanaan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi secara timbal balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Terhentinya informasi akan menyebabkan kemacetan interaksi sehingga pada akhirnya akan memunculkan masalah baru. Sering dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang akan menguasai dunia. Oleh sebab itulah, jalannya arus informasi harus
49 Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung, Falah Production, 2004), hlm. 86 50 George R. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2005), hlm. 168 berlangsung secara lancar. Kendala yang tak jarang dijumpai adalah adanya pihak tertentu yang mengaburkan informasi atau bahkan menutup informasi. Keserakahan semacam ini akan membuat pintu-pintu informasi dan pada akhirnya akan merugikan banyak kalangan. Ketika informasi masuk dalam dunia manajemen, seluruh personel organisasi harus memiliki kesamaan visi untuk bekerja sama memajukan lembaga. Setiap masalah harus diselesaikan dengan segera. Jika suatu gejala tidak baik di sebuah organisasi, dan kenyataan itu dibiarkan berlarut-larut, yang terjadi kemudian adalah saling curiga, saling menuduh dan bahkan saling menjatuhkan. Ini adalah akibat logis dari terputusnya arus komunikasi. Komunikasi dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang dibangun antara atasan dan bawahan secara simultan. Komunikasi vertikal dari atas bisa berupa pengarahan atau instruksi di samping nasehat atau penilaian. Sedangkan komunikasi dari bawah bisa berbentuk laporan, pengaduan, permintaan, saran, dan kritik. 51 Komunikasi jenis kedua adalah komunikasi horizontal, yakni komunikasi yang dibangun antaranggota, antar bidang atau antarkelompok yang sifatnya lebih fleksibel. Komunikasi semacam ini akan lebih mudah menyelasaikan masalah karena tidak dibatasi oleh hirarki atau jenjang jabatan. Ketika kedua jenis komunikasi ini berlangsung secara efektif, lembaga apapun termasuk lembaga
51 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung, Mandar Maju: 1992), hlm. 93 pendidikan akan mudah membuat terobosan cemerlang untuk memberdayakan anggotanya. Unsur terakhir yang penting dalam pelaksanaan adalah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah unsur yang esensial dalam sebuah organisasi. kepemimpinan tidak lepas dari karakter individu yang sering ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan bergaul, belajar atau tempat kerja. Bakat kepemimpinan membutuhkan stimulus dari luar sehingga bakat itu dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Kepemimpinan yang baik tidak lahir dari konflik kepentingan yang akan memenangkan kelompoknya dan menghancurkan lawannya. Sesungguhnya, pemimpin yang diidamkan adalah sosok pemimpin yang menjadi tumpuan harapan semua orang, dan bukan golongan atau kelompok tertentu. 52 D. PROSES PENERAPAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH UNGGUL Ada sebuah ilustrasi menarik yang dibuat oleh Thomas Armstrong di dalam bukunya "In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child's Multiple Intelligences", Ilustrasi itu berupa dongeng dalam dunia binatang. Dimana di dalam buku tersebut di kisahkan bahwa pada suatu hari para binatang besar di hutan ingin mengadakan sekolah bagi para binatang kecil. Para binatang besar itu ingin mengajarkan mata pelajaran yang dianggap penting untuk keberhasilan hidup di hutan, yaitu pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang,
52 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang, UIN Malang Press: 2007), hlm. 89 dan menggali dan sebagainya. Tetapi, para binatang besar itu tidak dapat sepakat untuk menentukan kurikulum atau mata pelajaran mana yang paling penting dan cocok bagi para siswanya. Sebagai keputusan, akhirnya seluruh siswa diharuskan mengikuti seluruh mata pelajaran yang telah di tetapkan tadi. Saat sekolah dibuka dan menerima murid dari penjuru hutan, semuanya berbahagia. Semua berjalan lancar dan bergembira pada awalnya sampai suatu ketika terjadilah sebuah peristiwa. Dimana Seekor kelinci yang menjadi siswa di sekolah tersebut mengalami masalah. Tak ada seorang pun di hutan yang tak mengetahui bahwa kelinci terkenal piawai berlari. Tapi saat mengikuti kelas berenang, ternyata kelinci nyaris tenggelam. Pengalaman itu mengguncangkan kelinci. Dia berusaha terus berusaha mengikuti pelajaran berenang walaupun berada dalam trauma. Akibatnya, kelinci tak dapat lari secepat sebelumnya. Demikian pun murid lain menghadapi masalah. Elang yang dikenal jago terbang ternyata menghadapi masalah dalam pelajaran menggali. Dia tak dapat berprestasi dalam pelajaran menggali sehingga harus belajar ekstra yang membuatnya melupakan keahlian terbangnya. Demikianlah, Kesulitan demi kesulitan dialami oleh binatang-binatang kecil lainnya, seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular, dan sebagainya. Para binatang kecil itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Sebab, mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka. 53
53 Thomas Amstrong, , op. cit., hlm.14. Melalui ilustrasi di atas, Thomas Armstrong mencoba menggambarkan posisi teori Multiple Intelligences yang seharusnya diterapakan di sekolah. Kecenderungan model pembelajaran di sekolah yang hanya mengembangkan dua jenis kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika sering membuat anak-anak dinilai gagal. Padahal, anak-anak yang dianggap gagal dalam sistem sekolah tersebut mungkin memiliki bentuk kecerdasan lain seperti kecerdasan ruang/spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Walaupun mereka tidak kompatibel dengan sistem sekolah yang ada, bukan berarti mereka bodoh dan tak akan berhasil di masyarakat. Mereka hanya memiliki kecerdasan dan cara belajar yang berbeda dengan yang biasanya digunakan di sekolah pada umumnya. Membangun sekolah, pada hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Sayangnya, banyak sekali sekolah yang secara sadar atau tidak, malah membunuh potensi siswa-siswa didiknya. Banyak sekolah yang hanya mengukur sebagian dari kecerdasan yang dimiliki siswanya, yakni hanya menekankan kepada kecerdasan logika-matematika dan bahasa saja tanpa mengukur kecerdasan lainnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekolah membunuh potensi siswa-siswa didiknya karena tidak menghargai seluruh kecerdasan yang dimilki siswa tersebut. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah yang baik adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi kecerdasan. Betapa cantiknya sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas, serta para siswanya merasakan semua pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Kelas tersebut akan hidup dan terasa nyaman. Keluar dari kelas tersebut, semua siswa mendapatkan pengalaman pertama yang sangat luar biasa dan tak akan lupa seumur hidup. Apabila kelas seperti itu terjadi pada jutaan kelas di seluruh sekolah di Indonesia, pasti negara ini akan menjadi negara maju yang diperhitungkan oleh dunia. Pada dasarnya sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah tesebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualiats akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang guru gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negatif menjadi positif itulah sekolah unggul. 54 Menurut Chatib kita akan mendapati sekolah unggul seperti kriteria yang sempurna apabila sekolah tersebut menerapkan multiple intelligences pada sistemya. Atau lebih tepatnya menggunakan Multiple Intelligences System (MIS). Multiple Intelligences System (MIS) adalah sebuah pemahaman tentang bagaimana menerapkan Multiple Intelligences di sekolah. Penerapan Multiple
54 Munif Chatib, op.cit, hlm .93. Intelligence itu secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. a. Tahap Input Pada input, sekolah menggunakan Multiple Intelligence Resarch (MIR), yaitu semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. Data ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Penerimaan siswa barunya tergantung jumlah kursi. Jadi sekolah tersebut menerima siswa tanpa tes masuk. b. Tahap proses Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. disinilah letak keampuhan strategi mulitple intelligences yang jumlahnya beragam. Seorang guru menggunakan pendekatan individual jika dalam kelas terdapat anak yang slow learner. Guru harus menjadi katalisator dan fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu membuat produk-produk yang luar biasa. Dalam proses pembelajaran ini setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil MIR pada tahap input tadi. Hasil MIR tersebut dijadikan pedoman setiap guru untuk masuk kedunia siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan risiko kegagalan dalam proses belajar, karena pada sebelumnya guru sudah mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa sesuai kecerdsannya. c. Tahap output Pada output, sekolah menggunakan penilaian otentik. Yaitu sebuah penilaian berdasarkan nilai asli setiap anak. Penilaian otentik adalah penilaian berbasis proses dimana seorang guru menilai siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung bukan pada saat akhir pembelajaran. Dalam penilaian ini setiap aktivitas siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. 55 Paradigma yang paling mendasar dari Multiple Intelligences system ini adalah perubahan konsep tentang makna kecerdasan secara mendasar yang berbeda sama sekali dengan konsep-konsep sebelumnya. Bahwa kecerdasan seseorang tidak dibatasi pada tes formal (tes IQ, EQ, dan sejenisnya), setiap siswa adalah juara dengan cara yang berbeda. Setiap siswa akan diperlakukan secara spesifik berdasarkan ragam kecerdasan dan gaya belajarnya, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Dan dimanapun implementasi konsep multiple intelligences di sekolah pasti intinya terletak pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, Amstrong dalam bukunya Paul Suparno, memberikan beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengajaran dengan menggunakan teori kecerdasan ganda. Secara umum strategi itu sebagai berikut: 1. Kecerdasan Linguistik dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita, menuliskan kembali yang dipelajari atau menerbitkan majalah dinding. Dengan kata lain, setelah mempelajari topic tertentu siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya
55 Munif chatib, Multiple Intelligences Sebagai Sistem (Makalah Training pelatihan Guru di SD YIMA Islamic school tgl 23 November 2009) dengan menuliskan kembali lewat susunan kata-kata yang dibuatnya sendiri. 2. Kecerdasan Matematis-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung, membuat kategorisasi atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah dengan proses ilmiah, membuat analogi dan sebagainya. 3. Kecerdasan Ruang-visual dapat diungkapkan dengan visualisasi materi, dengan membuat sketsa, gambar, symbol, grafik, mengadakan tour keluar kelas, mengadakan eksperimen di laboratorium dan sebagainya. 4. Kecerdasan Kinestetik-badani dapat diungkapkan dengan bentuk ekspresi gerak badan. Bentuk-bentuk seperti mendramatisir, membuat teater, membuat hands-on-activiteis tentang materi yang dipelajari sangat membantu dalam mengungkapkan kecerdasan kinestetik-badani. 5. Kecerdasan Musikal dapat diungkapkan dengan memberikan kesempatan dan as kepada siswa untuk menyanyi, membuat lagu atau mengungkapkan materi dalam bentuk suara. 6. Kecerdasan Interpersonal dapat diekspresikan dalam bentuk kegiatan sharing, diskusi kelompok, kerjasama membuat proyek atau praktikum bersama, permainan bersama maupun membuat simulasi bersama. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap siswa dalam kelompok haruslah aktif, sehingga kerjasama tidak hanya dikuasai oleh beberapa siswa sedangkan yang lainnya pasif. Siswa yang tidak begitu lancar bekerjasama perlu dibantu untuk lebih berani. 7. Kecerdasan Intrapersonal dapat dikembangkan dengan memberikan waktu sendiri kepada siswa untuk refleksi dan berfikir sejenak. Permasalahan yang deberikan tipe terbuka dimana siswa secara mandiri dapat mengungkapkan gagasannya. Guru perlu belajar untuk menyajikan materi dengan memasukkan perasaan, humor dan keseriusannya. Dengan kata lain, sikap pribadi guru perlu juga ditunjukkan untuk membantu siswa yang intrapersonal. 8. Kecerdasan naturalis dapat diungkapkan dengan mengajak siswa untuk melihat apakah topik tang dipelajari ada kaitannya dengan lingkungan hidup mereka, dengan alam tempat mereka hidup. Siswa dapat diajak dan mengamati tanaman yang ada di taman dan di kebun atau bahkan diajak untuk mengamati prilaku hewan yang ada disekitar kita seperti burung, kelinci, ayam, kambing dan binatang ternak lainnya. 56 Dari semua strategi pengajaran yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan kecerdasan ganda, maka proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada siswa dengan memperhatikan setiap kecerdasan yang dimilikioleh siswa-siswa. Dan tidak dapat dipungkiri lagi, salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah evaluasi. Evaluasi perlu disesuaikan dengan tujuan dan cara mengajar seorang guru. Secara umum evaluasi perlu lebih luas dan menyeluruh, bahkan perlu memasukkan unsur lingkungan dan situasi nyata untuk dapat mengukur seluruh kemampuan siswa. Berbagai bentuk evaluasi seperti tertulis, lisan, dalam bentuk proyek, tugas bersama, refleksi pribadi, bentuk prestasi yang dapat ditampilkan di depan umum, dalam keaktifan proses pembelajaran, pemantauan guru selama pembelajaran dan sebagainya perlu
56 Paul Suparno, Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm 92. digunakan dalam evaluasi sebagai kesatuan. Sedapat mungkin kedelapan kecerdasan juga terukur dalam evaluasi tersebut. Segi hitungan, tulisan, musik, gerak, ruang, kerjasama, refleksi dan lingkungan perlu diperhatikan. Yang perlu diperhatikan disini adalah evaluasi harus beranekaragam, disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran kecerdasan ganda yang juga beranekaragam. Bentuk evaluasi yang ditekankan oleh Amstrong dalam bukunya Paul Suparno yaitu evaluasi portofolio yakni penilaian selama proses belajar, dan soal tertulis. Ini sangat sesuai untuk mengevaluasi siswa, senada dengan pendekatan kecerdasan ganda. Portofolio yaitu laporan tugas-tugas siswa selama seluruh proses pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah laporan tertulis, hasil diskusi kelompok, hasil refleksi pribadi, tugas, gambar, laporan computer, slide atau video bila pernah dibuat. Tugas-tugas informal yang pernah dikerjakan siswa, seperti catatan atau draf lagu, permainan, kerja kelompok kecil, perlu dikumpulkan juga. Penilaian selama proses belajar perlu dikumpulkan. Guru perlu selalu memantau dan memberikan penilaian singkat kepada setiap siswa selama proses belajar, selama diskusi, selama mereka bermain bersama sesuai materi dan selama meraka aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Soal tertulis yang diberikan kepada siswa perlu juga dirumuskan sesuai dengan ketujuh kecerdasan ganda tersebut. Perlu ada persoalan logika, musical, ruang, gerak, erflkesi pribadi dan juga bahasa tertulis. 57 Selain itu juga untuk mewujudkan sekolah unggul yang berbasis multiple intelligences perlu adanya evaluasi dari segi pendidik, hal ini yang dimaksud
57 Ibid, hlm. 94. adalah guru. Jadi, setiap guru yang mengajar harus dievaluasi demi terlaksananya pembelajaran yang baik sesuai kriteria multiple intelligences. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan itu muncul karena manusia adalah manusia lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semuanya menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orangtua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan pada guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan sistem atau cara kerja yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian, seorang peneliti diharuskan dapat memilih dan menentukan metode yang tepat dan fleksibel guna mencapai tujuannya. Dan demi terwujudnya tujuan tersebut maka metode penelitian yang penulis gunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati, menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada. 58 Pada umumnya penelitian deskriptif ini tidak menggunakan hipotesis (non hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. 59
58 Subekti Imam, Desain dan Analisis Data dalam Penelitian Kuantitatif (Malang: STAIN Malang, 2000), hlm. 12 59 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya,2002), hlm. 6 Menurut Suharsimi, ada tiga macam pendekatan yang termasuk kedalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus (case-studies), penelitian kausal komparatif, dan penelitian koralasi. 60 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah pendekatan untuk mendeskripsikan suatu latar, obyek atau peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam, Pendapat ini juga diperkuat oleh Winarno, dia mengatakan bahwa studi kasus adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail, subyek yang diselidiki terdiri dari satu kesatuan unit yang dipandang sebagi kasus. 61 Dalam penelitian ini peneliti berusaha menggambarkan keadaan sebenarnya yang ada di SD YIMA Islamic School mulai letak geografis sekolah, kondisi masyarakat sekitar sekolah, keadaan siswa dan guru yang ada di sekolah, serta yang tidak ketinggalan pula mengenai konsep Multiple Intelligences yang diterapkan sekolah tersebut. B. Kehadiran peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data nantinya. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti "kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan
60 Arikunto Suharsimi, ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,1998), hlm. 247 61 Wiinarno Surahmad, Dasar Dan Teknik Penelitian (Bandung: Trasito, 1994) hlm 105 perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya". 62 Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian kelembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena-fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran peneliti dilapangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu: a) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian. b) Pengumpulan data, dibagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data. c) Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada. Peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan di SD YIMA Islamic School pada hari sabtu tanggal 26 Desember 2009, hal ini bertujuan agar peneliti mengenal lebih jauh lagi tentang objek penelitian. Pada penelitian pendahuluan ini peneliti melakukan interview singkat dengan konsultan pendidikan yang sedang menangani sekolah tersebut. Konsultan pendidikan itu bernama Munif Chatib, dia adalah seorang pakar Multiple Intelligences lulusan Supercamp Oceanside California USA yang salah satu bukunya di jadikan referensi dalam penelitian ini. Beliau menjelaskan bahwa:
62 Lexy.J.Meleong, Op.Cit. , hlm. 121 Penerapan Multiple Intelligences di sekolah ini secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. a. Pada input, kita menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR) semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Data ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Penerimaan siswa barunya tergantung jumlah kursi. Jadi kita terima siswa tanpa tes masuk, hanya MIR itu saja. b. Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. disinilah letak keampuhan strategi mulitple intelligence yang jumlahnya beragam. Kita menggunakan pendekatan individual jika dalam kelas terdapat anak yg slow learner. Guru harus menjadi katalisator dan fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu membuat produk-produk. Luar biasa. c. Pada output, kita menggunakan penilaian otentik. Setiap aktivitas siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Soal-soal tesnya sangat manusiawi dan banyak dengan metode open book 63 Dari kutipan interview singkat tersebut peneliti dapat melihat bagaimana upaya seorang Munif chatib sebagai konsultan ahli dalam upaya mengembangkan sekolah ini munggunakan konsep Multiple Intelligences sehingga berkat tangan dingin beliau sekolah ini yang dulunya terbelakang dan kurang mendapatkan kepercayaan masyarakat sekarang sudah menjadi sekolah favorit yang mendapat kepercayaan banyak orang. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah favorit yang ada di kota Bondowoso, atau tepatnya di SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School Bondowoso. Sekolah ini terletak di jalan KH. Hasyim Asyari No 326. Bondowoso. Secara geografis sekolah ini terletak di kelurahan Kademangan Bondowoso atau tepatnya di wilayah perkampungan warga
63 Hasil interview tanggal 26 Desember 2009, 10:00 wib naturalisasi Arab yang notabene memiliki lingkungan masyarakat yang sangat religus serta kentalnya budaya Arab pada wilayah tersebut. Kondisi masyarakat di sana sangat heterogen baik segi ekonomi, pengetahuan atau latar belakang pendidikannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Kelurahan Kademangan Bapak Ali Zainal, dimana beliau mengatakan: Sebagaimana yang anda ketahui, memang di kelurahan kedemangan ini mayoritas warganya adalah warga keturunan arab yang memiliki latar belakang budaya islam yang sangat kental serta keaneka ragaman kondisi sosial ekonomi dan latar pedidikannya. 64 Peneliti menentukan SD Yayasan Islam Madrasah Al-Falah Al-Khairiyah (YIMA) Islamic School Bondowoso sebagai tempat penelitian dikarenakan ketertarikan peneliti akan konsep Multiple Intelligences yang diterapkan oleh sekolah tersebut, dimana sekolah tersebut dulunya adalah sekolah yang sedikit terbelakang dan bermutu rendah. Akhirnya setelah menerapkan konsep Multiple Intelligences , dalam waktu singkat sekolah tersebut berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Itulah salah satu alasan mengapa peneliti memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian. Yang kedua yaitu karena letak sekolah tersebut tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempat tinggal peneliti, sehingga hal ini sangat dimungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh dan mengolah data secara langsung dan cepat.
64 Hasil Interview tgl 8 maret 2010, 19:00 wib D. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, maka bentuk data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 6 Sedangkan Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. 65 Menurut sumbernya data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia. 66 Adapun sumber data dari penelitian ini adalah: 1. Data Primer Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi
6 Ibid. , hlm. 112. 65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), hlm. 129. 66 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2005), hlm. 91. sumber data utama yaitu kepala sekolah, konsultan pendidikan yang ada disana serta para guru dan staf yang ada di SD YIMA Islamic School Bondowoso. 2. Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun sumber data sekunder yang diperlukan yaitu: buku-buku, foto dan dokumen tentang SD YIMA Islamic School Bondowoso. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan dan objektif, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya: a. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang memberikan arahan dan sebagainya. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan. 67 Dalam penelitian ini observasi yang dilakukaan peneliti adalah observasi partisipatif karena pada penelitian ini memungkinkan peneliti untuk
67 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 220. terjun langsung dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang ada di di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Hal ini bertujuan untuk lebih mengabsahkan data yang peneliti peroleh dari metode pengumpulan data sebelumya. Peneliti mengobservasi guna untuk memperoleh data tentang keadaan di SD YIMA Islamic School Bondowoso, mulai dari segi letak, keadaan gografis, sarana prasarana pendidikan, keadaan guru dan murid, proses pembelajarannya serta yang paling penting adalah untuk mengetahui macam-macam kegiatan atau aktivitas sekolah yang berhubungan penerapan multiple inntelligences yang ada di sana. b. Interview atau Wawancara Metode interview yaitu merupakan suatu proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengarkan dengan telinganya sendiri, suara adalah alat kesimpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam (tercatat). 68 Metode wawancara atau metode interview dipergunakan kalau seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatka keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. 69 Dalam penelitian ini peneliti akan
68 Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Tindakan (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 135. 69 Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) hlm. 129 mewawancarai Kepala Sekolah, Para Guru, dan siswa, konsultan pendidikan yang ada di sana, serta informan lain terkait dengan masalah yang dibahas. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumentasi atau catatan-catatan penting, surat kabar, internet dan sebagainya. Penggunaan metode ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan, baik dokumen itu merupakan dokumen pribadi maupun resmi. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. 70 Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data tentang sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso, struktur organisasi, data guru dan siswa. F. Teknik Analisa Data Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moleong, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu. 71
70 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm 231. 71 Lexy J. Moeleong, op.cit, hlm. 103. Dalam penelitian ini yang digunakan penulis dalam menganalisa data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif kualitatif (non statistik), yaitu dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat dimana dengan analisis deskriptif ini peneliti berusaha memaparkan secara detail tentang hasil penelitian sesuai dengan data yang berhasil dikumpulkan. Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka dilakukan pemilahan secara selektif disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan untuk proses berikutnya. Kemudian setelah diolah, data tersebut harus di analisis agar dapat disajikan atau dipaparkan dengan baik untuk kesempurnaan penulisan skripsi. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Penelitian deskriptif dibedakan dalam dua jenis penelitian menurut sifat-sifat analisa datanya, yaitu riset deskriptif yang bersifat ekploratif dan riset deskriptif yang bersifat developmental. 72 Dalam hal ini penulis menggunakan deskriptif yang bersifat ekploratif, yaitu dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena yang ada di SD YIMA Islamic School Bondowoso tentang bagaimana aktivitas tindakan dalam menerapkan Multiple Intelligences.
72 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 195. G. Pengecekan Keabsahan Temuan Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena perpanjangan keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji ketidak benaran informasi. 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi kedalaman data. Ini berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. 3. Triangulasi Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu" 13 . Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain yaitu waka kurikulum dan beberapa siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan melihat semua data dengan realitas yang nampak pada proses aktivitas yang ada di tempat penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa dan melihat kesesuaian data
13 Lexy. J. Meleong, Op.Cit. , hlm. 178 yang diperoleh dengan kegiatan sebenarnya di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Selain itu, untuk mengecek keabsahan data juga bisa dilakukan dengan: a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b) Membandingkan hasil pengamatan dengan isi dokumen yang berkaitan 73 . H. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap pertama, tahap orientasi, kedua tahap pengumpulan data (lapangan), atau tahap eksplorasi, ketiga adalah tahap analisis dan penafsiran data. Ketiga tahap-tahap ini sesuai dengan pendapat dari yang pertama adalah mengetahui gambaran yang tepat tentang latar belakang penelitian. Tahap kedua adalah tahap eksplorasi fokus pada tahap ini mulai memasuki proses pengumpulan data. Tahap yang terakhir adalah tahap penentuan tehnik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data. 74 Ketiga tahap di atas dilakukan oleh peneliti pada tahap pertama yaitu orientasi. Peneliti melakukan kunjungan dari lokasi penelitian yang mana penelitian, menentukan informan sehingga pada penelitian menyiapkan kelengkapan penelitian dan mendiskusikan rencana penelitian. Tahap kedua adalah tahap eksplorasi. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dengan subyek dan informan penelitian mengkaji dokumen berupa fakta-fakta yanga ada dan berkaitan dengan penelitian dan melaksanakan observasi dengan hadir langsung di SD YIMA
73 Ibid, hlm 178 74 Ibid, hlm 239 Islamic School Bondowoso. Serta melakukan wawancara dengan para informan yakni kepala sekolah, konsultan dan guru, serta informan terkait lainnya. Ketiga adalah tahap dimana pengecekan dan pemeriksaan data. Pada tahap ini dilakukan pengecekan dan perbaikan baik dari segi bahasa dan segi sistematikanya. Tehnik yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan tehnik perpanjangan waktu, diskusi dengan teman sejawat dan menggunakan referensi. Agar hasil dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 1. Sejarah berdirinya SD YIMA Islamic School Bondowoso YIMA adalah kependekan dari Yayasan Islam Madrasah Al Khairiyah. SD YIMA merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan Al Khairiyah, yayasan ini berdiri pada tahun 1912. Lembaga Yayasan Al Khairiyah didalamnya meliputi PAUD,TK, SD,SMP dan Madaras Aliyah. Berdirinya SD YIMA dilatar belakangi oleh keinginan Yayasan Al Khairiyah untuk membuka paradigma baru mengenai sekolah unggul. Salah satu cara yang ditempuh oleh Yayasan Al Khairiyah adalah membuka sekolah dengan nama SD YIMA Islamic School. Pada mulanya sekolah ini masih berstatus MI (Madrasah Ibtidaiyah) Al Khairiyah, baru tepatnya pada bulan agustus 2006 Keputusan Pengurus Yayasan Al Khairiyah Nomor : 001/C/YA/SK/VIII/2006, Tanggal 28 Agustus 2006, tentang Perubahan status dan nama MI Al Khairiyah menjadi SD YIMA Islamic School, dimana sekolah yang mencoba merangkak ke paradigma baru mengenai sekolah unggul. Sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya sekolah ini dulunya berakreditasi B, karena kegigigihan dan usaha dari Yayasan untuk mengmbangkan sekolah ini pada akhirnya mendapat akreditasi A. YIMA adalah sekolah yang menempatkan belajar efektif sebagai indikator utama. Dimana proses belajar didalam kelas dirancang secara efekif sehingga berhasil membuat siswa mengerti dan antusias dalam pembelajaran. Selain itu YIMA memiliki guru yang professional yang mampu mengajar dengan pola efektif berdasarkan kecerdasan yang dimiliki siswanya, sehingga mampu dan berhasil membuat siswanya berprestasi dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam dalam proses pembelajaranya. Sehingga tidak ada lagi anak yang dinilai bodoh, maka dengan paradigma lama Yayasan Al Khairiyah membangun YIMA Islamic School untuk menjadi sebuah sekolah yang benar-benar ungggul. Selain itu ada beberapa alasan yang melatarbelakangi ingin merubah image public dimana masyarakat menganggap bahwa Al Khairiayah itu adalah sebuah lembaga milik Al Khairiyah yang diartikan hanya untuk komunitas arab karena berada dilingkungan warga keturunan arab sehingga tidak mampu menyerap siswa dari luar (bukan arab). Maka dengan alasan itu yayasan Al Khairiyah ingin merubah image public tersebut dengan memperkenalkan ke masyarakat bahwa Al Khairiyah adalah lembaga atau sekolah milik masyarakat, bukan warga keturunan arab saja. Dengan mengenalkan beberapa misi YIMA yaitu: meningkatkan proses belajar berkualitas, meningkatkan proses belajar menyenangkan, menciptakan semua pelajaran mudah, semua anak pandai dan dengan visinya yaitu mewujudkan insan unggul, berprestasi dan berakhlaqul karimah. SD YIMA Islamic School ini didisain dengan konsep sekolah unggul yakni sebagai sekolahnya manusai yang memiliki 8 Pilar yakni : a. Religion and Character Building 1)Sekolah yang mempunyai pandangan dunia dan visi Islam, 2)Pembelajaran jiwa, 3)Pengembangan pemikiran, 4)Aplikasi akhlakul karimah 5) Muatan kurikulum terdiri dari 60% pendidikan Agama, dan 40% pendidikan umum 6)Bidang studi Character Building b. Agent of Change Sekolah yang berperan sebagai agen pengubah kondisi siswanya dari kondisi negatif menjadi kondisi positif. c. The Best Process Sekolah yang mengedepankan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan untuk semua kondisi. d. The Best Teachers Guru sebagai fasilitator dan katalisator, mengajar dengan menyesuaikan gaya belajar siswa dan selalu memantik rasa ingin tahu siswa. e. Active Learning Sekolah dengan strategi belajar menitik beratkan pada keaktifan siswa, sehingga siswa mempunyai target untuk BISA APA selain TAHU APA. f. Applied Learning Sekolah yang mengaitkan materi belajar dengan kehidupan nyata sehari- hari, sehingga siswa tidak hanya belajar konsep-konsep abstrak tetapi pembelajaran yang langsung diaplikasikan. g. Multiple Intelligence Research Sekolah yang mempunyai paradigma setiap siswa mempunyai kecenderungan kecerdasan yang beragam, sehingga semua siswa adalah bintang, semua siswa adalah juara dengan cara yang berbeda-beda. h. Management Control Sekolah yang mempunyai siklus kontrol dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan mengajar, konsultasi, observasi kelas dan analisa perbaikan yang dilakukan secara terus- menerus. Itulah sekilas informasi yang dapat kami gambarkan tentang sejarah dan arah tujuan berdirinya sekolah ini. 2. Kondisi Lingkungan dan Letak Geografis SD YIMA Islamic School Bondowoso SD YIMA terletak di jalan Hos Cokroaminoto No.2 (tampak samping), atau tepatnya jalan KH Asyari no.326 (tampak depan) Bondowoso Secara geografis sekolah ini terletak di kelurahan Kademangan Bondowoso atau tepatnya di wilayah perkampungan warga naturalisasi Arab yang notabene memiliki lingkungan masyarakat yang sangat religus serta kentalnya budaya Arab pada wilayah tersebut. Kondisi masyarakat di sana sangat heterogen baik segi ekonomi, pengetahuan atau latar belakang pendidikannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Kelurahan Kademangan Bapak Ali Zainal, dimana beliau mengatakan: Sebagaimana yang anda ketahui, memang di kelurahan kedemangan ini mayoritas warganya adalah warga keturunan arab yang memiliki latar belakang budaya islam yang sangat kental serta keaneka ragaman kondisi sosial ekonomi dan latar pedidikannya. 75
75 Hasil Interview tgl 8 maret 2010, 19:00 wib SD YIMA berdiri di atas lahan seluas 1200 m 2 yang merupakan tanah milik Yayasan. Dari keseluruhan areal tanah tersebut sebagian besar sudah dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah meliputi penambahan kelas, laboratorium dan sebagainya. 3. Identitas Sekolah Nama sekolah : SD Yima Islamic School Status : Terakreditasi (A) Nomor statistik sekolah :101452201036 NPSN : 20522386 Nomor telp. / fax : 0332 - 427033 Alamat : Jl. Kh. Asyari 326 Kecamatan : Bondowoso Kabupaten / kota : Bondowoso Kode pos : 68217 Alamat website : www.alfalah_alkhairiyah.com E mail : yima_is@yahoo.co.id Tahun berdiri : 1912 Waktu belajar : pagi hari 4. Visi ,Misi dan Tujuan Sekolah a) VISI TERWUJUDNYA INSAN RELIGIUS YANG AKTIF, KREATIF DAN TANGGUH b) MISI a. Mewujudkan struktur kurikulum dengan prinsip 70% muatan keagamaan dan 30 % non keagamaan, berwawasan internasional dan adaptif b. Mewujudkan perangkat kurikulum yang mutakhir, lengkap, efektif, efisien dan berwawasan Internasional c. Membangun budaya Islami dan disiplin dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah bagi Civitas Akedemik d. Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan e. Menerapkan Multiple Intelligence System (MIS) dalam berbagai aspek f. Mengoptimalkan Manejemen Berbasis Sekolah. g. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang religius, professional, berkualitas dan mempunyai komitmen, loyalitas dan disiplin yang tinggi h. Meningkatkan sarana dan pra sarana pendukung terhadap peyelenggaraan pendidikan c) TUJUAN 1. Tujuan Jangka Pendek a. Menghasilkan struktur kurikulum yang adaptif dan berwawasan Internasional b. Menghasilkan atau memenuhi perangkat kurikulum yang mutakhir, lengkap sehingga bisa mendukung dan mempermudah terhadap ketercapaian muatan struktur kurikulum c. Munculnya Kemampuan/kompetensi dan bakat anak didik, dan terbina dengan baik yang bersifat akademis maupun non akademis d. Terciptanya prilaku hidup yang Islami bagi civitas akademik baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah e. Terwujudnya Multiple Intellegence System (MIS) dengan sinergis f. Terdapatnya strategi-strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Multiple Intelligence, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna dan materi-materi ajar mudah diserap oleh semua anak g. Terlaksananya pola manajemen sekolah yang efektif dan efisien h. Mempunyai Sumber Daya Manusia yang religious, professional dan mempunyai komitmen dan loyalitas yang tinggi i. Adanya sistem penghargaan dan punishmen yang proporsional bagi guru dan karyawan serta peserta didik j. Terdapatnya pola komunikasi yang baik, efektif dan efisien antara lembaga sekolah, yayasan serta orang tua peserta didik k. Adanya tingkat kedisiplinan yang tinggi dari guru, karyawan, orang tua dan peserta didik l. Terdapatnya administrasi yang mapan dan lengkap m. Adanya sistem yang akurat dalam mengontrol manajemen n. Terdapatnya akuntabilitas yang baik dari masing-masing fungsi manajemen sekolah terhadap Kepala Sekolah dan akuntabilitas yang baik dari kepala sekolah terhadap yayasan atau konsultan o. Terdapatnya peraturan sekolah yang baku dan jelas bagi seluruh civitas akademik p. Bertambahnya atau terpenuhinya sarana dan pra sarana primer seperti ; musholla, meubeler dan papan data 2. Tujuan Jangka Menengah a. Menghasilkan struktur kurikulum dengan prosentase 70 % muatan keagamaan dan 30 % muatan non keagamaan b. Terpenuhinya seluruh sarana dan prasarana c. Terdapatnya sistem administrasi berbasis komputer d. Adanya output yang mumpuni dari aspek akademis dan non akademis. 3. Tujuan Jangka Panjang a. Adanya trust yang tinggi dari masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan SD YIMA Islamic School khususnya masyarakat sekitar , masyarakat Bondowoso pada umumnya b. Adanya trust dan dukungan yang tinggi dari dinas pendidikan kabupaten dan pemerintah. c. Adanya kemandirian yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan khusunya pada aspek pembiayaan d. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang professional di setiap bidangya e. Adanya lingkungan sekolah yang asri, tata ruang dan kantor yang proporsional f. Menjadi sekolah percontohan di Bondowoso dan sekitarnya 76
76 Dokumen Sekolah 5. Struktur Organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso Setiap organisasi atau lembaga pasti menginginkan pencapaian tujuan yang telah diprogramkan secara maksimal, karena itu diperlukan koordinasi seluruh personalia secara baik sesuai dengan komposisi dan proporsinya masing- masing. Efektifitas kerja perlu mendapatkan perhatian secara serius, sehingga kendala yang kemungkinan akan terjadi dapat diantisipasi dan diselesaikan secara cermat. Salah satu langkah untuk mewujudkan koordinasi personal sekolah secara mantap disusunlah struktur organisasi yang mencakup keseluruhan bidang garapan atau spesialisasi tugas dengan harapan program yang dicanangkan dapat berjalan serempak. Di samping itu dengan adanya struktur organisasi diharapkan dapat dihindari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas masing-masing bidang, bahkan dapat memperlancar arus komunikasi, baik secara horisontal maupun secara vertikal. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi SD YIMA Islamic School Bondowoso dapat dilihat pada Lampiran 1 77 6. Keadaan Guru / Pegawai SD YIMA Islamic School Bondowoso Guru memiliki tugas utama melaksanakan proses pembelajaran dan mendidik serta membimbing siswa untuk mencapai prestasi belajar secara optimal. Oleh karena itu, pemberian tugas terhadap guru SD YIMA Islamic School Bondowoso diupayakan semaksimal mungkin sesuai kompetensi yang
77 Dokumen Sekolah dimilikinya secara proporsional. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat mewujudkan keberhasilan secara optimal. Sebagai tenaga profesional, dalam menjalankan tugasnya guru SD YIMA Islamic School Bondowoso harus mempunyai profil sebagai berikut: (1) selalu menempatkan diri sebagai seseorang mukmin dan muslim dimana saja ia berada; (2) memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan dedikasi yang tinggi; (3) kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan; (4) bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi contoh bagi civitas akademika yang lain. Mengenai kondisi guru dan pegawai di SD YIMA Islamic School Bondowoso secara keseluruhan berjumlah 33 orang yang terdiri dari guru dan pegawai yang masing-masing berjumlah 28 guru dan 5 pegawai termasuk tukang kebun dan penjaga sekolah. Untuk mengetahui lebih jelas kondisi guru dan karyawan ini dapat dilihat pada (Lampiran 2) Seiring dengan pesatnya kemajuan sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka SD YIMA Islamic School Bondowoso terus mengadakan pembenahan dengan mengadakan pembinaan terhadap para guru dan pegawai. Pembinaan ini dilakukan baik melalui peningkatan profesionalisme ketenagakerjaan antara lain memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, pelatihan guru, kursus, seminar, kuliah, penataran-penataran, diklat dan lain sebagainya. Berdasarkan interview dengan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa jumlah guru dan pegawai di SD YIMA Islamic School Bondowoso cukup memadahi dan sudah sesuai dengan standar sekolah yang ideal. Namun demikian, kepala SD YIMA Islamic School Bondowoso menambahkan bahwa jumlah tenaga TU masih perlu penambahan terutama bagian inventerisasi dan penggandaan. Sedangkan untuk guru yang belum memenuhi kualifikasi profesional ditinjau dari tingkat pendidikan yang dimilikinya telah ditugaskan untuk melanjutkan studi ke jenjang S-1. Tenaga kerja sebagai pustakawan perlu penambahan seorang yang ahli di bidang komputer multimedia. Hal ini bertujuan agar peminjaman dan pengembalian buku dapat melalui komputerisasi. Begitu juga untuk laboratorium diperlukan tenaga ahli khusus yang menangani pengaturan dan perawatan peralatan untuk praktikum. 7. Keadaan Siswa SD YIMA Islamic School Bondowoso Jumlah siswa-siswi SD YIMA. Tahun ajaran 2009-2010 sebanyak 345 siswa yang terdiri dari kelas I berjumlah 3 kelas, kelas II terdiri dari 3 kelas, kelas III terdiri dari 3 kelas, kelas IV terdiri dari 2 kelas, kelas V terdiri dari 2 kelas, dan kelas VI terdiri dari 2 kelas. Untuk lebih jelas tentang kondisi siswa SD YIMA dapat dilihat pada Lampiran 3. Ditinjau dari segi perkembangannya, jumlah siswa SD YIMA menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini secara tidak langsung membuktikan semakin besar animo masyarakat untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan ini. Bahkan jumlah pendaftar ke SD YIMA dari tahun ke tahun selalu melimpah dan melebihi daya tampung sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil interview dengan kepala SD YIMA Bapak Abd Wasith, dimana beliau mengatakan : Melihat semakin banyaknya jumlah siswa yang mendaftar di sekolah ini, maka dalam proses penerimaan siswa baru di SD YIMA menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi kami sebagai kepala sekolah tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Siswa yang diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. MIR ini bukan alat tes seleksi masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan siswa tersebut dalam berinteraksi, baik dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri) maupun dengan pihak lain. 78 Mengingat jumlah siswa yang relatif banyak dan bersifat heterogen, maka pihak sekolah senantiasa berusaha untuk mewujudkan kondisi siswa yang tertib, disiplin dan mengutamakan belajar. Untuk merealisir keinginan tersebut disusun tata tertib dan pengawasan terhadap aktivitas siswa di sekolah. Di samping itu untuk menghindari tindakan pelanggaran tata tertib oleh para siswa, setiap tindakan atau perbuatan yang melanggar tata tertib dikenai poin dengan bobot sesuai dengan jenis pelanggarannya. 8. Keadaan Sarana Prasarana SD YIMA Islamic School Bondowoso Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang ikut menunjang keberhasilan pendidikan, karena itu keberadaan sarana yang memadahi dan representatif senantiasa mendapatkan perhatian secara serius di SD YIMA. Sebelum memaparkan lebih jauh tentang kondisi sarana prasarana pendidikan
78 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 19:00 wib perlu dikemukakan bahwa keseluruhan tanah yang dimiliki SD YIMA seluas 1200 m 2 dengan rincian sebagai berikut: Status : Milik Yayasan Luas Tanah : 1.200 m 2 Luas Bangunan : 426 m 2 Luas Halaman : 124 m 2 Luas Lap. Olahraga : 200 m 2 Luas Kebun : 236 m 2 Lain-lain : 214 m 2 Dari tabel di atas diketahui bahwa sarana prasarana yang berupa bangunan gedung berada di atas tanah seluas 1200 m 2 . Sarana yang dimaksud antara lain 15 ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium dan komputer, ruang multimedia, masjid, gedung serba guna, koperasi siswa, gudang, kamar mandi kepala sekolah dan guru serta kamar mandi siswa. Di samping itu terdapat juga satu ruang UKS dan satu ruang lagi untuk kegiatan keorganisasian siswa. Halaman sekolah yang luas yang digunakan untuk pelaksanaan upacara juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar olah raga di samping lapangan basket dan volley yang sudah disediakan. Untuk lebih jelas tentang kondisi sarana prasarana SD YIMA dapat dilihat pada Lampiran 4 B. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Setelah data terkumpul dengan metode observasi, interview dan dokumentasi, peneliti dapat menganalisis hasil penelitian dengan tehnik deskriptif kualitatif, artinya peneliti akan menggambarkan, menguraikan, dan menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul sehingga akan memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SD Yima Islamic School Bondowoso tentang konsep Multiple Intelligences dalam mewujudkan sekolah unggul adalah sebagai berikut: 1. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD Yima Islamic School Bondowoso Pembelajaran merupakan proses bagaimana belajar dan mengajar. Pembelajaran ini merupakan syarat yang sangat penting dan menentukan demi tercapainya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Artinya, tujuan kegiatan pembelajaran adalah mengubah tingkah laku, baik yang yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, atau bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka proses belajar mengajarnya harus menyesuaikan dengan kerja kondisi otak dan berbagai kecerdasan anak, agar semua anak bisa mendapatkan peluang mengembangkan sikap kecerdasan yang dimilikinya melalui proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran itu akan lebih efektif, efisien, dan produktif apabila dalam proses pembelajarannya dikemas dalam suasana yang menyenangkan. SD YIMA adalah satu-satunya lembaga pendidikan di Bondowoso yang menerapkan konsep Multiple Intelligences. Penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA secara umum adalah strategi pengkondisian suatu proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan berdasarkan kecerdasan masing-masing anak didik dan sangat dibutuhkan guru yang benar-benar kreatif dalam pelaksanaannya. Penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA ini secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. Dan ketiga tahapan penting tersebut tergabung dalam satu sistem yang bernama Multiple Intelligences System (MIS). MIS yaitu semua sistem yang holistik dari proses pendidikan dari mulai input, proses dan outputnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Munif Chatib selaku CEO Konsultan di SD YIMA, beliau menyatakan bahwa: Desain konsep Penerapan Multiple Intelligences di sekolah ini secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. Pada input, kita menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR) semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Data ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Bagi kita, tidak ada anak bodoh dan tidak ada pelajaran yang sulit. Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. disinilah letak keampuhan strategi Multiple Intelligences yang jumlahnya beragam. Kita menggunakan pendekatan individual jika dalam kelas terdapat anak yg slow learner. Guru harus menjadi katalisator dan fasilitator. Ujung dari proses belajar adalah para siswa diharapkan mampu membuat produk-produk. Luar biasa. Pada output, kita menggunakan penilaian otentik. Setiap aktivitas siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Soal-soal tesnya sangat manusiawi dan banyak dengan metode open book 79 Pada dasarnya pembelajaran pada pokok bahasan atau mata pelajaran apapun harus diupayakan berlangsung secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dan penerapan Multiple Intelligences itu sendiri sebenarnya sangat membantu guru dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran,
79 Hasil interview tanggal 1 maret 2010, 09:00 wib sehingga tidak ada alasan bagi guru untuk mempertahankan pola pembelajaran konvensional yang cenderung membuat siswa jenuh belajar. Melalui pembelajaran berbasis Multiple Intelligences ini siswa memperoleh kesempatan untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran atau bahkan belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing, sehingga tidak jarang siswa selalu berada dalam suasana yang menyenangkan dalam aktivitas pembelajarannya. Hal senada juga diungkapkan oleh konsultan ahli SD YIMA Gamar S.Pd, dimana beliau mengatakan: Desain konsep penerapan MI (multiple intelligences) intinya terletak pada tiga hal penting yaitu input, proses dan outputnya. Jadi ketiga hal tersebut harus sesuai dengan pola Multiple Intelligences yang dimiliki oleh siswa. dan bagaimana membuat sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan gaya belajar siswa berdasarkan Multiple Intelligences yang dimilikinya. Rumusnya adalah gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswa, jadi guru harus megetahui bagaimana gaya belajar siswa yakni dengan menjadikan hasil MIR (Multiple Intelligences Research) pada input sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar. 80 Lebih lanjut lagi dia menjelaskan: Sekolah unggul itu biasanya dilihat dari kualitas guru baik kompetensinya ataupun fasilitas sekolah yang tersedia biasanya identik dengan kemewahan. Tetapi kalau di SD YIMA Islamic School Bondowoso yang kami mengatakan sekolah unggul yaitu dengan menggunakan konsep Multiple Intelegences yang mana setiap siswa dikategorikan menggunakan proses MIR yang dilihat dari kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap siswa.. 81 Desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan oleh SD YIMA ini memang ditekankan pada proses pembelajaraannya, hal ini disebabkan karena
80 Hasil interview tanggal 1 maret 2010, 12:20 wib 81 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:15 wib dengan proses pembelajaran berbasis Multiple Intelligences diharapkan sekolah ini akan mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional, pasal I, Ayat I yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara 82 Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk bisa menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan dapat mendorong peserta didik secara leluasa mengembangkan ktreativitasnya dengan bantuan guru. Untuk ketercapaian suasana tersebut, salah satu cara yang ditempuh oleh guru adalah dengan menguasai tekhnik atau metode penyampaian materi yang tepat dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima. Disinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan cara belajar dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang atraktif, mampu merangsang seluruh indera peserta didik yang akan mengarah pada tiga aspek pada tahap output nanti, yakni penilaian otentik yang berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dari pemaparan di atas, sudah jelas sekali bagaimana desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA berjalan dengan lancar dan baik mulai dari input, proses ataupun outputnya sehingga menyebabkan sekolah ini unggul dan menjadi aset berharga bagi kabupaten Bondowoso serta menjadi barometer sekolah unggulan di Bondowoso.
82 Undang-undang Sisdiknas, 2003. hal 2 2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Munif Chatib selaku CEO konsultan di SD YIMA, implementasi Multiple Intelligences di sekolah ini secara global meliputi 3 tahap penting, yaitu input, proses, dan output. Pada bagian ini peneliti akan mengupas satu persatu dari ketiga tahapan tersebut berdasarkan pengamatan, interview atau observasi yang peneliti lakukan di sekolah ini. a. Input Pada tahap input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelligence Research (MIR) dalam penerimaan siswa barunya, proses penerimaan siswa baru di SD YIMA ini menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi sekolah ini tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Kemudian siswa yang telah diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Data ini dipakai agar guru mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya. Dan dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Keterangan di atas sesuai dengan hasil interview dengan kepala SD YIMA Bapak Abd Wasith, dimana beliau mengatakan : Melihat semakin banyaknya jumlah siswa yang mendaftar di sekolah ini, maka dalam proses penerimaan siswa baru di SD YIMA menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi kami sebagai kepala sekolah tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Siswa yang diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR adalah semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnya. MIR ini bukan alat tes seleksi masuk, melainkan sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Melalui MIR, siswa dan guru dapat mengetahui banyak hal, seperti grafik kecenderungan kecerdasan siswa, gaya belajar siswa, dan kegiatan kreatif yang disarankan, yang tentunya berbeda antara satu siswa dan siswa lain. Setiap hasil MIR menyatakan bahwa pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan yang merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan siswa tersebut dalam berinteraksi, baik dengan dirinya sendiri (mengenal potensi diri) maupun dengan pihak lain. 83 MIR (Multiple Intelligences Research) merupakan tahap awal dari tiga tahapan penting dalam menrapkan Multiple Intelligences. MIR adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar disini diartikan dengan cara dan pola bagaimana sebuah informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Oleh sebab itu, seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajar siswanya masing-masing. Kemudian setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil MIR. Dari hasil MIR tersebut setiap guru akan masuk kedunia siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan risiko kegagalan dalam proses belajar. Inilah yang dimaksud asas utama quantum learning oleh Bobbi DePorter, yaitu masuk kedunia siswa.
83 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 19:00 wib MIR di SD YIMA dilaksanakan setiap pada saat penerimaan siwa baru. Hasil MIR pada penerimaan siwa baru menjadi data penting bagi guru di sana untuk mengetahui kondisi siswa, terutama mengetahui informasi tentang gaya belajarnya. Selanjutnya, MIR dapat dilaksanakan pada setiap tahun kenaikan kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abd Wasith selaku Kepala Sekolah: MIR di sekolah ini setidaknya dilakukan setahun sekali tepatnya pada PSB (Penerimaan Siswa Baru) dan selanjutnya dilaksanakan setiap tahun pada kenaikan kelas. MIR ini biasanya dilaksanakan 3 bulan sebelum kenaikan kelas. MIR di sekolah ini bertujuan untuk penentuan kelas dan gaya belajar siswa pada saat di kelas nantinya 84 Secara tekhnis pelaksanaan MIR di SD YIMA sangat sederhana. Dimana ada sebuah tim khusus yang terdiri dari beberapa guru yang dipercaya untuk pelaksanaan MIR, guru tersebut bukan guru sembarangan melainkan guru yang sudah beberapa kali mendapatkan pelatihan khusus pelaksanaan MIR dari NEXT WORLDVIEW yaitu semacam perusahaan yang bekerja dibidang konsultan pendidikan dan pelatihan Multiple Intelligences di Surabaya. Jadi dari pelatihan tersebut MIR di sekolah ini benar-benar professional dalam pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya orang tua wali siswa diminta untuk mendampingi anaknya agar nantinya tidak hanya guru yang tahu kecerdasan siswa melainkan orang tuanya juga. Seorang guru memeriksa 3-4 siswa, dan setiap siswa membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Waktu pelaksanaannya biasanya pada saat jam pelajaran efektif dan bertempat di lab atau di aula. Wujud pemeriksaan MIR berupa semacam tes psikologis meliputi bagaimana kecenderungan kecerdasan siswa, afektivitas siswa ketika di rumah, dan sebagainya. Dan hasil
84 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:00 wib analisis dari analisis MIR dijadikan acuan dalam mengajar, karena didalamnya berisi arahan kepada guru untuk mengajar sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa. untuk lebih jelasnya hasil analisis MIR tersebut bisa dilihat pada Lampiran 5 Sehubungan dengan hal ini juga, Tuti Isnawati, selaku Guru Matematika SD YIMA mengatakan: Sekolah ini cukup unik dan berani berbeda dalam proses penerimaan siswa barunya (PSB). SD YIMA menggunakan alat riset yang bernama Multiple Intelegent Research (MIR) dalam PSB. Ini bukan alat tes seleksi masuk melainkan sebuag riset yang ditujukan pada siswa dan orang tuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh. Dan hasil dari MIR ini juga dijadikan pedoman bagi guru dalam proses mengajar untuk menyesuaikan kecenderungan gaya belajar siswa berdasarkan kecerdasannya tadi. Hal ini yang membuat sekolah ini unggul. Selain itu manajemen yang digunakan di SD ini sudah sangat bagus sehingga segala sesuatu yang akan dilaksanakan dapat terkontrol oleh Kepala Sekolah 85 Bapak Abdul Wasith juga menjelaskan: Selain digunakan untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa sesuai kecerdasannya, MIR juga digunakan untuk proses pembagian kelas. Jadi setiap anak dibagi kelasnya masing-masing sesuai kecenderungan kecerdasannya. Tetapi tidak mungkin kami membagi kelas berdasarkan seluruh jumlah kecerdasan yang dimiliki siswa, melainkan kami membaginya hanya dengan tiga kelas, sesuai dengan ketiga kecerdasan yang paling menonjol diantara mereka, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis dan kinestetis. 86 Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti sangat yakin bahwa MIR adalah riset yang luar biasa untuk membantu guru menemukan gaya belajar siswa. Dengan MIR yang dilakukan rutin setiap tahun, setiap siswa akan memiliki data
85 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 12:00 wib 86 Hasil interview tanggal 3 maret 2010, 10:00 wib riwayat kecerdasan yang memungkinkan seseorang lebih cepat menemukan kondisi akhir terbaiknya. MIR yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar akan menjadi akselerator bagi seseorang untuk menemukan kondisi terbaik. Setelah mempelajari tentang MIR ini peneliti bertambah yakin bahwa potensi bakat itu harus dipicu dan dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis, kecerdasan seseorang lebih berkaitan dengan kebiasaan, yaitu prilaku yang diulang-ulang. b. Proses Tahapan ini adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nantinya gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswanya. disinilah letak keampuhan strategi pembelajaran Multiple Intelligences yang jumlahnya beragam dan sangat banyak seiring dengan kreativitas seorang guru dalam mengajar. Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi Multiple Intelligences. Namun sebaliknya, pelaksanaan strategi ini akan menjadi lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model dan aktivitas pembelajaran terlebih dahulu, baru setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja. Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di beberapa kelas di SD YIMA, strategi pembelajaran Multiple Intelligences terlihat sangat mudah diterapkan di sana, hal ini tidak lain karena guru di sekolah ini sudah menyesuaikan betul bagaimana cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa berdasarkan hasil MIR. Mungkin hal ini juga disebabkan seringnya adanya pelatihan guru yang dilakukan di SD YIMA. Pelatihan guru ini dilakukan oleh konsultan pendidikan di sekolah ini atau mengundang ahli pendidikan. Pelatihan ini dilaksanakan dua kali setiap bulan. Pelatihan ini bertujuan untuk memnerikan pengertian kepada guru tentang bagaimana sebuah proses pembelajaran yang ideal. Mengingat pembelajaran yang diterapkan di SD YIMA adalah pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences, maka langkah pelatihan yang diberikan kepada guru adalah bagaimana mengenal cara kerja otak siswa sehingga memudahkan dan mengkondisikan kelas, pertama guru harus tahu bagaimana mensetting kondisi kelas sesuai gaya belajar siswa. Kedua, dalam pelatihan tersebut juga diajarkan bagaimana proses pembuatan lesson plan yang di dalamnya mencakup kegiatan awal sampai akhir proses. Dalam lesson plan guru harus menggambarkan seluruh kegiatanyang akan dilaksanakan beserta seluruh alat pendukung dan sumber belajar sampai proses pengambilan nilai. Hal ini senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Abdul Wasith selaku kepala sekolah: Masa depan sebuah sekolah di tentukan oleh sebuah kekuatan. Dan jika saja kami memiliki kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utama di sekolah kami, yaitu pelatihan guru. Guru tidak hanya cukup membaca metode-metode pembelajaran terbaru, guru harus dilatiha di dalamnya, seperti halnya aktor atau penyair perlu berlatih. Setelah itu guru baru bisa mengajarkannya kepada orang lain. 87
87 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:15 wib Selanjutnya pada pelatihan tersebut juga dijelaskan bagaimana atau tentang hal-hal yang mendukung proses pembelajaran seperti, memecahkan suasana kaku dalam kelas, scene setting, cara menghafal cepat, menulis dengan cara mind mapping, memancing pertanyaan, menghukum, memberi reward, menganalisis kegiatan siswa, sampai penilaiannya. Dalam penelitian ini juga guru dibekali beberapa gambaran tentang penguasaan kelas yang terdiri dari berbagai kemampuan. Tentunya peneliti menyadari bahwa selama beberapa hari mengadakan penelitian di sini ternyata peneliti menemukan banyak sekali strategi pembelajaran dengan contoh-contoh aktivitas-aktivitas yang menarik siswa dan kesemua strategi dan contoh aktivitas tersebut tidak sanggup peneliti uraian dalam pemaparan ini. Tentunya dalam pemaran yang sekarang ini peneliti ingin menggambarkan dan menjelaskan gambaran umum berikut contoh- contoh yang menarik tentang beberapa strategi pembelajaran dengan konsep Multiple Intelligences. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa kelas di SD YIMA dibagi menjadi tiga kelas sesuai dengan kecerdasan siswa yang paling menonjol berdasarkan hasil MIR. Peneliti mengadakan pengamatan pada pada kelas II saja. Karena kelas II dinilai peniliti sudah cukup mewakili dari pengimplementasian pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang diterapkan sekolah ini. Kelas kelas II dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas IIa, IIb, dan IIc sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa- siswinya. dengan perincian kelas yaitu: kelas IIa adalah kumpulan siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan matematis-logis, kelas IIb kecerdasan visual spasial dan kelas IIc kecerdasan naturalis. Peneliti mengadakan pengamatan kelas pada tanggal 8-10 Maret 2010. Dimulai dari kelas IIa, IIb sampai kelas IIc. Berikut ini hasil pengamatan peneliti di kelas-kelas tersebut: 1) Kelas II a Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIa Pada tanggal 8 Maret 2010. Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya memiliki kecenderungan kecerdasan matematis-logis. Pada pagi hari sekitar jam 08.00 sebelum peneliti memasuki kelas IIa ternyata seluruh siswa kelas IIa sudah berbaris rapi di depan kelasnya. Peneliti bertanya kepada Bu Tuti selaku guru matematika, ternyata siswa- siswa tersebut berbaris karena hendak mengunjungi sebuah toko swalayan yang letaknya tak jauh dari sekolah. Wajah-wajah ceria dengan senyum manis siswa menambah cerahnya mentari pagi. Tak lama kemudian sampailah mereka ke toko swalayan yang pada pagi itu masih sepi pengunjung. Seminggu sebelumnya, Bu Tuti telah menghubungi pemiliki toko swalayan untuk meminta izin mengadakan program environment learning di sana. Sesuai sekenario dalam lesson plan (rencana pembelajaran), beberapa siswa disiapkan menjadi kasir dan yang lainnya menjadi pembeli. Betapa lucunya ketika proses pembelajaran itu dimulai. Anak-anak yang berperan sebagai pembeli mulai memilih barang, lalu membawanya ke kasir. Siswa yang menjadi kasir kemudian menghitung, menjumlah, mengurangi, terkadang juga mengalikan barang-barang yang telah dibeli. Ketika peneliti bertanya kepada Ibu Tuti, Apa yang sebenarnya mereka pelajari? kemudian Bu Tuti menjawab mereka belajar aplikasi langsung tentang pemjumlahan-pengurangan dan perkalian, Anak-anak memahami secara langsung bagaimana penjumlahan itu bisa terjadi, dan bagaimana pengurangan itu bisa terjadi. Anak-anak itu juga menjadi paham fungsi praktis mempelajari penjumlahan, pengurangan dan perkalian dalam kehidupan mereka. Suasana di toko swalayan itu menjadi ramai sebab suara anak-anak yang riang gembira terdengar melebihi alunan musik dari loudspeakers yang ada di sudut-sudut langit toko. Anak-anak juga dengan serius mendengar instruksi dan penjelasan dari Bu Tuti. Sampai-sampai ada sebuah kejadian menarik yang sulit dilupakan oleh peneliti dan Bu Tuti. Dimana ada seorang siswa yang menangis karena ingin duduk di kursi kasir yang sebenarnya. Setelah diberi kesempatan menjadi kasir beneran selama 10 menit, baru dia bersedia kembali ke sekolah dengan tersenyum puas dan menyalami semua karyawan di toko swalayan itu. Sungguh luarbiasa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Tuti, dimana dia bisa menyesuaikan gaya belajar siswa dengan kecerdasanya sehinga seluruh materi yang ada pada lesson plan tersampaikan dengan baik. Dilain pihak strategi yang diterapkan oleh Bu Tuti tadi juga dapat menumbuhkan kecerdasan lainnya. Karena dari aktivitas di toko swalayan tadi selain kecerdasan matematis-logis, pembelajarannya juga berkaitan dengan kecerdasan interpersonal, kinestetis dan linguistik. 2) Kelas IIb Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIb Pada tanggal 9 Maret 2010. Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya memiliki kecenderungan kecerdasan visual-spasial. Ketika peneliti hendak memasuki kelas IIb, peneliti melihat petugas lab membawa proyektor ke dalam kelas, ternyata setelah diamati lebih lanjut lagi proyektor tersebut digunakan Bu Ani selaku guru akidah akhlak untuk mengadakan movie learning yaitu salah satu strategi pembelajaran yang berkaitan dengan kecerdsan spasial visual. Peniliti agak heran dengan strategi yang diterapkan Bu Ani ini karena sebatas peniliti ketahui bahwa jarang sekali atau bahkan tidak ada seorang guru yang menerapkan movie learning untuk anak setingkat kelas 2 SD. Tetapi peneliti semakin kagum dengan antusias para siswa untuk mengikuti program movie learning ini. Film yang akan ditonton adalah film kartun Upin & Ipin dimana film tersebut dinilai banyak memberikan sedikit masukan ataupun pelajaran bagi prilaku siswa. sebelum pemutaran film, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi pertanyaan-pertanyaan penting untuk di analisis saat film berlangsung dan setelah film selasai. Pada saat film diputar, semua siswa serius memperhatikan sambil memegang alat tulis. Sesekali mereka mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan pertanyaan yang dibagikan oleh gurunya. Setelah film selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi untuk membahas film tersebut dipandu oleh guru. Bagi peliti yang pada saat itu juga menonton film Upin-Ipin, komentar dan analisis para siswa dalam diskusi itu berbobot luar biasa. Siswa kelas IIb tersebut mampu membuat analisis prilaku yang baik dengan hipotesis-hipotesis yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran dengan metode movie learning sangat berhasil diterapkan di kelas tersebut. Metode movie learning ternyata sangat disukai oleh siswa. Daya analisis mereka terpacu sehingga mereka menjadi kreatif dalam beropini bagai pengamat ahli yang mengomentari sebuah prilaku seseorang yang dapat diimplikasikan kekehidupan pribadi siswa. aktivitas pembelajaran seperti ini selain kecerdasan visual spasial juga dapat meningkatkan kecerdasan linguistik, interpersonal dan kecerdasan musikal. 3) Kelas IIc Peneliti mengadakan pengamatan di kelas IIc Pada tanggal 9 Maret 2010. Sebagaimana yang diketahui kelas ini adalah kelas yang siswanya memiliki kecenderungan kecerdasan naturalis. Wajah siswa di kelas IIc itu dipenuhi rasa penasaran ketika peniliti dan Bu Fitri selaku guru sains membawa dua ekor kelinci kedalam kelas. Kemudian Bu Fitri menyuruh beberapa siswa untuk membantu menyiapkan sejumlah jenis sayur mayur dan benda-benda lain. Ada segenggam kacang hijau, jagung, beras, sayur, bayam, kangkung, wortel, dan sayuran lain. Dua kelinci itu kemudian diletakkan di tengah kelas. Dengan segera pandangan semua siswa di kelas itu tertuju pada meja tempat kelinci dan sayur mayur tersebut akan berinteraksi. Sambil sedikit terlibat dorong mendorong, para siswa sangat antusias mengerumuni kelinci dan sayur mayur itu. Terdapat 10 macam buah, sayur, dan biji-biji yang ditempatkan di atas meja. Bu Fitri meminta semua siswa untuk menebak sepuluh benda itu mana saja yang menjadi makanan kelinci. Saya melihat sendiri bagaimana semangatnya para siswa memperhatikan benda-benda yang ada di atas meja sambil melihat wajah-wajah kelinci yang bingung karena dikelilingi banyak anak. Anak-anak segera bertanya satu sama lain tentang biji kacang hijau. Tentang wortel dan sebagainya. Mereka kemudian memberikan contreng pada tabel yang suda disiapkan ibu guru sebelumnya. Tabel tersebut dinamakan tabel hipotesis. Setelah semua siswa menebak, kini tiba pembuktian hipotesis dilakukan. Satu persatu siswa maju untuk memberikan masing-masing makanan yang ada di atas meja kepada kelinci dan diminta mencatat makanan mana saja yang dimakan oleh kelinci dan mana yang tidak. Suasana di dalam kelas menjadi semarak. Ada siswa yang bertanya kepada guru mengapa biji kacang hijau tidak di sukai oleh kelinci, dan banyak lagi kejadian menarik yang dapat peniliti amati dan catat. Setelah pembuktian hipotesis selesai, barulah semua siswa diajak berkumpul dan menganalisis. Pada awalnya perkiraan peneliti anak-anak tidak akan tertarik pada tahap ini. Ternyata, dugaan peneliti keliru, puluhan pertanyaan yang menandakan keingintahuan besar para siswa muncul. Semua pertanyaan tersebut dicatat oleh Bu Fitri dan dijawab sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Pada tahap akhir, Bu Fitri dan para siswa menarik kesimpulan apa saja makanan kelinci dan mengapa kelinci menyukainya. Kesimpulan ini berkaitan dengan struktur gigi kelinci, habitat tempat tinggal kelinci, dan cirri-ciri lainya mengenai kehidupan kelinci. Peneliti sempat menghitung waktu yang dibutuhkan untuk model aktivitas tadi tidak kurang dari 35 menit. Peneliti sangat puas sekali melihat strategi pembelajaran ini berjalan dengan baik. Anak-anak terlihat senang dengan pembelajaran seperti ini meskipun bayak yang masih penasaran. Keesokan harinya peneliti terkejut ketika beberapa orang tua mengabarkan bahwa sore hari setelah pembelajaran itu, banyak anak yang menceritakan pengalaman menarik tersebut kepada orang tuanya. Mereka meminta orangtuanya untuk ikut melakukan penelitian lebih mendalam tentang lebih banyak binatang lagi. Beberapa anak ingin meneliti makanan ayam, anak lain ingin meneliti makanan kambing dan sapi, dan masih banyak lagi keinginan untuk meneliti makanan binatang lainnya. Dari model pembelajaran ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan kepada siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan naturalis diatas rata-rata. Dan model pembelajaran ini juga terbukti mampu meroketkan ketertarikan siswa terhadap ilmu pengetahuan, khususnya sains. Selain kecerdasan naturalis ternyata sebenarnya pembelajaran tersebut merupakan perpaduan dari beberapa kecerdasan lain, diantaranya terdapat perpaduan antara kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan pengamatan yang sudah peneliti lakukan pada ketiga kelas di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso cukup berjalan secara optimal. Dimana setiap pembelajarannya peneliti menemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan yang bermacam-macam. Dan juga hampir seluruh pembelajarannya difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas. Peneliti juga melihat guru-guru di SD YIMA Islamic School ini sudah berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences pada proses pembelajarannya. Sehingga tidak salah apabila saat ini SD YIMA Islamic School menjadi barometer dan sekaligus sekolah percontohan di Kabupaten Bondowoso. Selain melakukan observasi di kelas peneliti juga menyempatkan untuk melakukan interview dengan beberapa siswa terkait penerapan pembelajaran di kelas-kelas mereka. Berikut ini tanggapan beberapa siswa terkait penerapan Multiple Intelligences di kelasnya: 88
88 Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 10:00 wib a. Aku senang sekolah ini menerapkan Multiple Intelligences, dan enak aku belajarnya di luar terus. Gurunya juga enak kalo ngajar gak pernah marah. Aku kalo belajar sambil main lo di kelas, (Fatimah Muchsin, kelas IV SD YIMA) b. Menurut saya sekolah saya sudah unggul dari sekolah lainnya karena sekolah ini menerapkan Multiple Intelligences. saya kalo belajar sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saya belajaranya juga gak hanya di dalam kelas aja. Gurunya enak juga mengajarnya, (Salehuddin, kelas V SD YIMA) c. Sudah 6 tahun saya sekolah disini gak ada masalah. Setahu saya setiap ajaran baru ada MIR dan guru-guru selalu rapat untuk proses pembelajaran siswanya. Setiap 1 bulan sekali saya belajarnya di luar sekolah misalnya ke kantor-kantor untuk mengenal lebih dalan apa yang kita pelajari. Menurut saya sekolah ini sudah unggul. Guru juga semua sudah sarjana jadi kita gak pernah khawatir masalah pelajaran yang disampaikan (Fatimah ratu, kelas VI SD YIMA) Dari pemaparan beberapa siswa di atas terlihat bagaimana siswa tersebut sangat menyukai konsep Multiple Intelligences pada pembelajaran mereka. Sehingga dampak dari pembelajaran ini ternyata cukup jitu untuk merangsang siswa-siwa agar berkereatif untuk menemukan hal-hal baru dalam dunianya sesuai dengan pendekatan kecerdasan yang dimilikinya. c. Output Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan terakhir ini adalah proses penilaian dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian otentik adalah sebuah penilaian terhadap sosok utuh seorang siswa yang bukan diukur dari segi kognitif saja melainkan diukur juga dari segi afektif siswa dan segi psikomotoriknya. Bisa dikatakan juga penilaian otentik ini adalah penilaian berbasis proses, artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses berkesinambungan yang dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran sampai menjadi laporan akhir. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Waka Kurikulum Bapak Ahmad: Dalam penilaian otentik, kemajuan siswa dilihat dari kompetensi siswa tersebut dalam menerima pelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran. Pada saat sebuah proses berlangsung, maka disitulah waktu yang tepat untuk mendapat atau mengambil penilaian. Sehingga pada saat guru selesai mengajar, maka guru tersebut sudah mendapat nilai dari proses pembelajaran tersebut. 89 Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah Bapak Abd Wasith: Penilaian otentik dilukakan pada proses pembelajaran bukan pada akhir pembelajaran. Sehingga dengan model penilaian otentik ini sekolah dapat sewaktu-waktu mengetahui hasil siswa tanpa harus mununggu sampai akhir semsester atau akhir tahun pembelajaran. 90 Penilaian otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dan sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. 1) Penilaian kognitif Penilaian kognitif di SD YIMA dinilai melalui tes lisan, berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan materi. Dan bentuk tes tulis, dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis sampai pada evaluasi dalam bentuk esay singkat,
89 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:30 wib 90 Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 08:00 wib menjodohkan, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non obyektif, hubungan sebab akibat, hubungan kontek, klasifikasi atau kombinasinya. Penilaian pada aspek kognitif ini dilakukan setelah siswa mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dari wujud penilaian kognitif ini dapat dilihat pada Lampiran 6. 2) Penilaian afektif Pada penilaian ranah afektif SD YIMA telah membuat indikator yang dibuat oleh sekolah sebagai tolok ukur. Tolok ukur ini dibuat untuk penilaian afektif di dalam dan di luar kelas. Adapaun indikator afektif untuk di dalam dan di luar kelas yaitu: kekhusuan anak dalam beribadah, kedisiplinan siswa, kapatuhan kepada guru, kesetiakawanan, respon pada materi. Penilaian afektif ini diilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran baik yang dilakukan di dalam atau di luar kelas. Untuk lebih jelasnya dari wujud penilaian afektif ini dapat dilihat pada Lampiran 7. 3) Penilaian psikomotorik Dalam penilaian ranah psikomotorik bentuk kompentesi yang dinilai adalah segala macam kompentensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja, imajinasi, kreativitas dan karya-karya intelektual. Contohnya yaitu tes menggambar, tes identifikasi, tes simulasi, tes menggunakan alat-alat, dan sebagainya. Penilaian psikomotorik ini dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dari wujud penilaian penilaian psikomotorik ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Hal yang perlu mendapat perhatian lebih dalam penilaian ini adalah kesinambungan penilaian dalam penerapanya antar tiga ranah tersebut dan dalam hal ini SD YIMA merekam secara administratif ketiga ranah tersebut dalam sebuah portofolio, sebabagaimana wujud penilaiannya dapat dilihat pada. Lampiran 9. Hasil penilaian dari tiga ranah tersebut langsung di input dalam data penilaian siswa oleh seorang operator dan hasil interpretasi bisa diakses kapan saja oleh sekolah ataupun pihak lain yang ingin mengetahui tanpa harus menunggu laporan hasil akhir. Sehingga perkembangan siswa setiap hari, minggu, sampai hitungan bulan bisa diketahui dengan cepat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Gamar: Hasil penilaian otentik yang didapat oleh guru dari satu komptensi dasar dapat langsung diinput dalam computer kami yang sudah ada operator ahlinya. Bentuk penilaian ini selain otentik juga meringankan beban administrasi yang selama ini menjadi momok banyak guru. 91 Berdsarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang berbasis proses. Penilaian ini merupakan rangkuman seluruh kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Jadi, seadainya ada wali siswa yang ingin mengetahui kompentesi anaknya tidak harus menunggu sampai akhir semester, mereka bisa kapan saja dapat mengetahui kompetensi anaknya melalui penilaian otentik ini. 3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso
91 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:00 wib Dalam sebuah program sangat dibutuhkan sebuah evaluasi. Evaluasi ini ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut terlaksana sesuai dengan tujuan awal program itu dibuat. Selain itu juga, evaluasi juga ditujukan untuk memberikan umpan balik untuk mengadakan berbagai macam penyempurnaan terhadap kekurangan-kekurangan yang ada. Evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD YIMA secara keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja guru dalam mengajar menggunakan konsep multiple intelligences, jadi evaluasi ini dilihat sejauh mana seorang guru berhasil dalam menerapkan metode atau gaya mengajar sesuai Multiple Intelligences siswa. Seorang guru merupakan kunci sukses keberhasilan dalam penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences di sekolah ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Munif Chatib: Setiap unsur sekolah ini punya andil yang besar untuk mensukseskan konsep multiple intelligences, tetapi elemen yang terpenting adalah seorang guru. Sekolah unggul yang menganut konsep the best proses seperti sekolah ini dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang professional. Aset terbesar dan paling bernilai di sebuah sekolah adalah guru yang berkualitas dalam mengajarnya. 92 Jadi sudah jelas mengapa dalam evaluasi di sekolah ini lebih ditekankan pada sosok guru dari pada unsur sekolah lainya. Hal senada juga disampaikan Abd Wasith selaku kepala sekolah SD YIMA, dimana beliau mengatakan: Karena guru memiliki peranan paling besar dalam pembelajaran Multiple Intelligences ini, maka sekolah pun memberikan evaluasi khusus kepada guru- guru dengan harapan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. 93 Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Tuti selaku guru matematika:
92 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 09:00 wib 93 Hasil interview tanggal 4 maret 2010, 12:30 wib Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berkualitas artinya pembelajaran itu harus menyenangkan, dan guru yang paling banyak berperan dalam membuat pembelajaran itu menyenangkan. 94 Lebih lanjut lagi Waka kurikulum Bapak Ahmad mengungkapkan: Intinya dalam penerapan multiple intelligences, proses pembelajaran merupakan hal yang paling mendasar sehingga menuntut kreatifitas seorang guru sebagai pemroses, dalam sekolah yang baik guru yang berkualitas menjadi faktor terdepan dalam membuat siswa untuk aktif dalam belajar, jadi dalam pembelajaran itu bukan ditekankan pada siswa yang harus pandai. 95 Dari beberapa pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu atau berkualitas dan keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan. Guru adalah sebuah potret yang selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan guru adalah salah satu komponen pencipta peradaban yang tak dapat dipungkiri bahwa tugas dan tanggung jawabnya lebih besar secara moral, dan hendaknya semua itu dipandang secara positif. Karena inilah kesempatan seorang guru untuk mendarmabaktikan dirinya semaksimal mungkin demi nusa bangsa dan negara. Berdasarkan interview dengan konsultan dan kepala sekolah dapat dapat peneliti simpulkan bahwa secara tekhnis pelaksanaan evaluasi di SD YIMA terbagi menjadi beberapa tahap yaitu: 1. Konsultasi lesson plan ( Rencana Pembelajaran)
94 Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 08:00 wib 95 Hasil interview tanggal 5 maret 2010, 09:00 wib Setelah mendapat pelatihan tentang membuat sebuah pembelajaran yang ideal, guru membuat persiapan dalam bentuk lesson plan sesuai dengan jenis kelas dan bidang studi yang diajarkannya. Namun guru belum bisa langsung menuangkannya ke dalam kelas karena harus melalui tahap konsultasi dengan konsultan. Tujuannya tidak lain adalah hanya untuk mereduksi berbagai macam kendala-kendala yang kemungkinan akan terjadi dan juga sekaligus konsultan bisa mengetahui kualitas lesson plan yang akan dijadikan acuan guru di dalam kelas. Dengan lesson plan dapat diketahui juga bagaimana gambaran proses pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam tahap konsultasi ini guru mendiskusikan rencana strategi mengajar yang sudah disusun berdasarkan gaya belajar siswa yang sudah diketahui, terkait materi, strategi, media, teaching aids dan sebagainya. Jika dalam tahap ini lesson plan yang dibuat oleh guru dianggap tidak berkulitas maka konsultan harus memberikan solusi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Gamar: Aturan mainnnya dalam konsultasi, konsultan menilai kualitas sebuah lesson plan yang dibuat oleh guru, namun kadang-kadang yang sudah dianggap baik oleh guru belum bisa diterapkan dikelas menurut konsultan. Jika sudah mutlak begitu, konsultan memberikan beberapa jalan keluar berupa arahan-arahan bagaimana membuat lesson plan yang baik. Namun hal tersebut dilakukan konsultan sesekali saja tidak teruss-menerus, hal ini bertujuan supaya guru tidak malas untuk membuat lesson plan. 96 Yang membuat perbedaan dari lesson plan yang dibuat oleh guru yang menerima penerapan Multiple Intelligences dengan yang tidak, biasanya kulitas guru Multiple Intelligences lesson plannya orisinil, kreatif, dan up to dete,
96 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 11:00 wib karena dalam pembuatannya selalu dipantau oleh konsultan yang berpengalaman. Sebgaimana yang disampaikan oleh Bapak Abd Wasith: Lesson plan yang dibuat oleh guru dibawah pantauan konsultan biasanya lebih orisinil, akurat, dan penuh dengan kreativitas. Karena selama ini sekolah- sekolah yang tidak menerapkan Multiple Intelligences dalam prosesnya jarang mengontrol lesson plan yang dibuat oleh gurunya. Kalaupun ada itupun biasanya lesson plan dari tahun ajaran kemarin hanya disesuaikan sedikit tanggal serta kegiatannya. 97 Untuk lebih jelasnya mengenai cohtoh form untuk konsultasi lesson plan yang dilakukan konsultan kepada para guru dapat dilihat pada Lampiran 10. 2. Observasi kelas Observasi biasanya dilakukan oleh konsultan dan kepala sekolah di dalam kelas atau di tempat belajar yang biasa dipakai oleh guru dalam mengadakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar konsultan atau kepala sekolah mengtahui langsung bagaimana cara mengajar guru. Dan juga melihat tentang bagaimana singkronisasi antara lesson plan yang dibuat dengan kenyataan di lapangan. Sehingga nantinya ada sedikit perbaikan dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Untuk lebih jelasnya mengenai form observasi yang dilakukan oleh konsultan ketika mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dilihat pada Lampiran 11. 3. Feed Back Feed back atau umpan balik adalah evaluasi terakhir dari konsultan untuk menjelaskan hasil dari observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan
97 Hasil interview tanggal 8 maret 2010, 11:30 wib oleh guru. Pada tahap evaluasi ini biasanya terjadi dialog dan interaksi yang intens antara guru dan konsultan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta perbaikan kualitas lesson plan yang dibuat. Hal ini brtujuan untuk menemukan gaya mengajar maupun gaya belajar yang cocok. Kita semua yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan itu muncul karena manusia adalah manusia lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semuanya menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya seorang siswa yang membutuhkan seorang guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan potensi- potensi yang dimilikinya secara optimal. Kini sudah jelaslah mengapa evaluasi dari penerapan Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School terletak pada efektitas dan kerja gurunya. BAB V PEMBAHASAN Setelah ditemukan data yang peneliti harapkan, baik dari hasil observasi, interview maupun dokumentasi, pada uraian ini akan kami sajikan uraian bahasan sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian. Pada pembahasan ini peneliti akan mengintegrasikan temuan yang ada di lapangan kemudian memodifikasi teori yang ada dan kemudian membangun teori yang baru serta menjelaskan tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian. A. Desain Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso Kunci utama keunggulan sebuah sekolah itu terletak pada pelayanan terhadap siswanya dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Sekolah unggul adalah sekolah yang apabila kualitas inputnya biasa-biasa dan kualitas outputnya luar biasa. Jadi, intinya adalah Sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas pembelajarannya. Dengan kata lain, sekolah yang mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negatif menjadi positif, itulah sekolah unggul. Dari kajian teori pada bab dua dan hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada bab empat, setidaknya terdapat persamaan persepsi yang saling melengkapi satu sama lain. Di dalam kajian teori dijelaskan bahwa untuk membuat sekolah itu menjadi unggul pertama-tama yang harus di perbaiki adalah adalah proses pembelajarannya, yakni bagaimanakah gaya belajar dan mengajar guru dan siswanya di dalam kelas untuk menghasilkan sebuah lulusan yang bermutu tinggi. Hal ini selaras dengan desain konsep Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA. Dimana desain konsep penerapan MI (multiple intelligences) di sekolah ini intinya terletak pada tiga hal penting yaitu input, proses dan outputnya. Jadi ketiga hal tersebut harus sesuai dengan pola multiple intelligences yang dimiliki oleh siswa. dan bagaimana membuat sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan gaya belajar siswa berdasarkan multiple intelligences yang dimilikinya. Rumusnya adalah gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswa, jadi guru harus megetahui bagaimana gaya belajar siswa yakni dengan menjadikan hasil MIR (Multiple Intelligences Research) pada input sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar. Dari hasil penelitian dapat dilihat bagaimana upayanya dalam mewujudkannya sebagai sekolah unggul, SD YIMA menekankan desain konsep multiple intelligences pada proses pembelajaraannya. Hal ini dibuktikan bagaimana SD YIMA menerapkan MIR (Multiple Intelligences Research) dalam penerimaan siswa barunya untuk mengetahui gaya belajar siswa yang kelak sangat berpengaruh pada proses pembelajarannya. Berdasarkan kesesuaian antara kajian teori dan hasil data yang diperoleh oleh peneliti, maka dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan ruh dari sebuah sekolah. Jadi, apabila ruh tersebut hilang, maka sekolah akan hancur dan tak berguna meskipun kondisi fisik sekolah tersebut sangat baik dan dapat dipertegas lagi bahwa unggul tidaknya sebuah sekolah terletak pada kualitas proses pembelajarannya. B. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso Dalam kajian teori dijelaskan bahwasanya sekolah yang baik adalah sekolah yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan seluruh potensi kecerdasan. Dan betapa indahnya sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas, serta para siswanya merasakan semua pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Sungguh kelas tersebut akan hidup dan terasa nyaman. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa implementasi konsep Multiple Intelligences yang di SD YIMA Islamic School meliputi tiga tahap penting yaitu: input, proses dan outputnya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di sekolah ini sudah sangat baik dan cukup optimal. a) Input Pada tahap input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelligence Research (MIR) dalam penerimaan siswa barunya dan proses penerimaan siswa baru di SD YIMA menggunakan sistem kuota artinya Apabila sekolah ini berkapasitas 100 siswa dalam penerimaan siswa barunya, maka ketika pendaftar telah mencapai 100 siswa, pendaftaran akan ditutup. Jadi sekolah inin tidak menerapkan test seleksi masuk dalam PSB. Dari temuan yang peneliti peroleh diatas, sudah jelas bagaimana SD YIMA Islamic School berusaha untuk menciptakan sebuah proses pembelajaran yang sangat berkualitas dengan cara mengidentifikasi kecerdasan siswanya terlebih dahulu. Hal ini merupakan langkah jitu yang dijadikan acuan oleh para guru dalam mengajar sehingga dalam proses pembelajarannya terjadi kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan yang bermacam-macam. Sehingga dalam proses pembelajarannya tidak jarang ditemukan kondisi siswa yang terlihat senang dan aktif mengikuti pembelajaran. Di dalam kajian teori dijelaskan bahwa Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswanya mencapai kemampuan secara terukur dan mampu ditunjukkan melalui prestasi. Jadi MIR (Multiple Intelligences Research) ini merupakan langkah awal bagaimana seorang siswa dapat menemukan kemampuan aslinya yang kelak akan berguna baginya pada saat proses belajar berlangsung. b) Proses Tahapan ini adalah tahapan pada proses pembelajaran, dimana nantinya gaya mengajar guru harus sama dengan gaya belajar siswanya. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di beberapa kelas di SD YIMA, strategi pembelajaran Multiple Intelligences terlihat sangat mudah diterapkan di sana, hal ini tidak lain karena guru di sekolah ini sudah menyesuaikan betul bagaimana cara mengajarnya sesuai dengan gaya belajar siswa berdasarkan kecenderungan kecerdasannya. Pada saat melakukan pengamatan dibeberapa kelas yang siswanya memiliki kecenderungan kecerdasan matematis-logis, visual-spasial dan naturalis, peneliti menemukan berbagai macam strategi pembelajaran di dalamnya mulai dari mengunjungi toko swalayan, menonton film hingga membawa dua ekor kelinci ke dalam kelas. Peneliti sungguh merasa senang sekali melihat strategi pembelajaran yang diterapkan di beberapa kelas tersebut berjalan dengan baik. Para siswanya juga terlihat senang dan memiliki antusiasme yang sangat tinggi dalam mengikuti proses pembelajarannya. Dalam bab kajian teori di atas, Thomas Amstrong dalam bukunya Paul Suparno menjelaskan bahwa: Strategi pengajaran yang harus digunakan oleh guru dalam mengembangkan kecerdasan ganda, strategi dalam proses pembelajarannya harus berlangsung sesuai dengan kecerdasan yang dominan pada siswa dengan memperhatikan setiap kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswa. 98 Penjelasan Amstrong di atas sesuai dengan proses pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso. Dimana proses pembelajarannya cukup berjalan secara optimal dan disetiap pembelajarannya peneliti menemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan yang bermacam-macam sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.
98 Paul Suparno, op. cit., hlm.92. c) Output Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan terakhir ini adalah proses penilaian dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dan sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Bisa dikatakan juga penilaian otentik ini adalah penilaian berbasis proses, artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses berkesinambungan yang dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran sampai menjadi laporan akhir. Sebagaimana yang peneliti temui pada obyek penelitian bahwasanya dalam penilaian otentik, kemajuan siswa itu dilihat dari kompetensi siswa tersebut dalam menerima pelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran. Pada saat sebuah proses berlangsung, maka disitulah waktu yang tepat untuk mendapat atau mengambil penilaian. Sehingga pada saat guru selesai mengajar, maka guru tersebut sudah mendapat nilai dari proses pembelajaran tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya penilaian otentik ini merupakan sebuah penilaian yang bertujuan untuk memperoleh ukuran keberhasilan proses pembelajaran. Jadi sudah tepat apabila dalam pembelajaran yang berbasis multiple intelligences ini penilaian yang digunakan adalan penilaian yang berbasis proses. Artinya penilaian ini diambil berdasarkan proses berkesinambungan yang dilakukan dari awal pertemuan, proses pembelajaran sampai menjadi laporan akhir. C. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso Dalam kajian teori dijelaskan bahwa kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas para guru yang mengajar di sekolah. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, maka akan baik pula proses pembelajaran di sekolah itu. Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademis dan moral yang mereka miliki. Menyesuaikan dari apa yang telah didapat pada kajian teori, tidak salah seandainya SD YIMA Islamic School ini mengadakan evaluasi khusus terhadap para gurunya. Karena guru memiliki peranan paling besar dalam pembelajaran Multiple Intelligences ini, maka sekolah pun memberikan evaluasi khusus kepada guru-guru dengan harapan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. Dari sini peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu atau berkualitas dan keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak tercapainya proses pembelajaran yang diinginkan. Jadi sudah sangat tepat sendainya evaluasi dari pengimplementasian konsep Multiple Intelligences di SD YIMA secara keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja gurunya dalam mengajar. Evaluasi ini dilihat sejauh mana seorang guru berhasil dalam menerapkan metode atau gaya mengajar sesuai Multiple Intelligences siswa. Proses pembelajaran merupakan hal penting untuk tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini diperlukan SDM yang bermutu terutama pada guru pengajar, karena guru merupakan faktor utama dalam pembelajaran baik di kelas ataupun di luar kelas. Oleh karena itu mengapa SD YIMA memberikan perhatian khusus terhadap evaluasi para gurunya dengan menerapkan beberapa proses tahapan evaluasi mulai dari konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran), observasi kelas oleh konsultan dan evaluasi yang terakhir berupa feed back atau umpan balik untuk menindak lanjuti hasil dari observasi kelas tadi. Intinya dalam penerapan Multiple Intelligences, proses pembelajaran merupakan hal yang paling vital atau bagaikan ruh dari sebuah sekolah, maju tidaknya sebuah sekolah biasanya ditentukan oleh baik tidaknya proses pembelajaran di lembaga tersebut. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah tesebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan berperan sebagai agen pengubah siswanya. Dan hal ini berdampak pada prestasi sekolah tersebut. Sehingga tidak salah apabila SD YIMA memberikan perhatian khusus melalui berbagai bentuk evaluasi terhadap gurunya. Dan hal ini sesuai juga dengan pernyataan Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia bahwa: Sekolah unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualiats akademis dan moral yang mereka miliki. Dengan kata lain, sekolah yang guru gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari negatif menjadi positif itulah sekolah unggul 99 Setiap unsur SD YIMA Islamic School ini punya andil yang besar untuk mensukseskan konsep Multiple Intelligences, tetapi elemen yang terpenting adalah seorang guru. Sekolah unggul yang menganut konsep the best proses seperti sekolah ini dapat berhasil apabila didukung oleh kualitas guru yang professional. Jadi sudah jelas mengapa dalam evaluasi di sekolah ini lebih ditekankan pada sosok guru dari pada unsur sekolah lainya.
99 Munif Chatib, op.cit, hlm .93. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian pada bab-bab yang telah disampaikan di atas membawa peneliti pada kesimpulan sebagaimana berikut : 1. Desain konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso secara global meliputi tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. Pada input, sekolah ini menggunakan Multiple Intelelligence Resarch (MIR) yaitu semacam alat riset psikologis yang mengeluarkan diskripsi kecenderungan kecerdasan majemuk anak dan gaya belajarnnya. Pada proses, gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. Pada proses ini guru menggunakan pendekatan individual sesuai dengan kecerdasan siswa pada saat mengajar. Sedangkan pada output, sekolah ini menggunakan penilaian otentik, yaitu penilaian berbasis proses yang menilai sosok utuh seorang siswa dari dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektifnya. 2. Implementasi Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso sudah berjalan sangat baik. Dalam hal ini dapat dilihat dari tiga tahap penting yaitu input, proses, dan output. a. Input Pada tahap input sekolah ini tidak menerapkan test seleksi masuk dalam penerimaan siswa baru (PSB). Melainkan menggunakan sistem kuota artinya sekolah ini akan menutup pendaftaran apabila kuota terpenuhi. Kemudian siswa yang telah diterima akan mengikuti proses Multiple Intelligences Research (MIR). MIR di sekolah ini setidaknya dilakukan setahun sekali tepatnya pada PSB (Penerimaan Siswa Baru) ini, dan selanjutnya dilaksanakan setiap tahun pada kenaikan kelas. MIR ini dilaksanakan 3 bulan sebelum kenaikan kelas. MIR di sekolah ini bertujuan untuk penentuan kelas dan menentukan kecenderungan gaya belajar siswa pada saat di kelas nantinya. b. Proses Tahapan ini adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang diterapkan di SD YIMA Islamic School Bondowoso menggunakan berbagai macam metode pembelajaran diantaranya environment learning, contectual learning dan sebagainya. Pada pembelajarannya ditemukan banyak kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa. Hampir seluruh pembelajarannya difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas. Guru-guru di SD YIMA Islamic School ini juga sudah berpengalaman dalam menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences pada proses pembelajarannya. Hal tersebut ditandai dengan seringnya sekolah ini melaksanakan pelatihan guru. Pelatihan ini dilakukan oleh konsultan pendidikan dan dilaksanakan dua kali setiap bulan. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengertian kepada guru tentang bagaimana sebuah proses pembelajaran yang ideal. c. Output Tahap ini adalah tahapan terakhir dari 3 tahap penting penerapan konsep Multiple Intelligences di sekolah. Tahapan ini adalah penilaian dari proses pembelajaran. Penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Penilaian otentik di sekolah ini dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran dan dalam penilaian ini siswa dinilai dari 3 ranah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. 3. Evaluasi dari pengimplementasian Konsep Multiple Intelligences di SD YIMA Islamic School Bondowoso secara keseluruhan terletak pada efektivitas kinerja guru dalam mengajar menggunakan konsep Multiple Intelligences, jadi evaluasi ini dilihat sejauh mana seorang guru berhasil dalam menerapkan metode atau gaya mengajar sesuai Multiple Intelligences siswa. Secara tekhnis pelaksanaan evaluasi di SD YIMA terbagi menjadi tiga tahap yaitu: a) Konsultasi lesson plan (rencana pembelajaran) Sebelum mengajar guru wajib membuat persiapan dalam bentuk lesson plan dan lesson plan tersebut harus melalui tahap konsultasi dengan konsultan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lesson plan yang akan dijadikan acuan guru di dalam kelas b) Observasi kelas Observasi kelas ini dilakukan oleh konsultan dan kepala sekolah untuk mengetahui langsung bagaimana cara mengajar guru. Dan melihat singkronisasi antara lesson plan yang dibuat dengan kenyataan di lapangan. c) Feed back Feed back adalah evaluasi terakhir dari konsultan untuk menjelaskan hasil dari observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menemukan gaya mengajar maupun gaya belajar yang cocok. B. Saran 1. Bagi Lembaga Pendidikan Hal ini khususnya ditujukan kepada SD YIMA Islamic School Bondowoso sebagai lembaga formal hendaknya: a. Lembaga ini lebih meningkatkan personil approach (pendekatan individu) terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi tentang perkembangan dan gaya belajarnya. Dengan demikian akan mudah diketahui permasalahan-permasalahan yang timbul yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan terutama yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbasis multiple intelligences. b. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat sehingga akan membantu memperlancar penerapan konsep pembelajaran berbasis multiple intelligence dengan metode yang bervariasi. Jadi tidak hanya diterapkan di sekolah, di rumahpun orang tua harus mencoba. 2. Bagi Guru Hal ini khususnya ditujukan kepada seluruh guru di SD YIMA Islamic School Bondowoso hendaknya: a. Dapat mengimplementasikan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences sebaik mungkin dan Berusaha menciptakan metode-metode yang benar-benar sesuai dengan keinginan dan gaya belajar siswa. b. Menambah wawasan baru tentang metode-metode pembelajaran yang efektif, penuh kekreatifan dalam mengaktifkan siswa dan menjadikan siswa merasa senang dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara. Bandung: Kaifa Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Chatib Munif. 2009. Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa Chatib Munif. Multiple Intelligences Sebagai Sistem Makalah Training pelatihan Guru di SD YIMA Islamic School Bondowoso 23 November 2009 Departemen Agama RI. 2004. Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI. 1973. Al-Quran dan terjemah. Qudus : PT Menara Qudus Ghozali, Ahmad. 1977. Administrasi Sekolah. Jakarta: Cahaya Budi Hadi Amirul dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Tindakan. Bandung: Pustaka Setia Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences. The Theory In Practice. New York: Basic Books Imam Subekti. 2000. Desain dan Analisis Data dalam Penelitian Kuantitatif. Malang: STAIN Press Jefkins, Frank. 1992. Public Relations, Jakarta: PT Rajawali Press. Rachmani, Imanuella F. 2003. Multiple Intelligences: Mengenali Dan Merangsang Potensi Anak. Jakarta: PT Aspirasi Pemuda Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Moedjiarto, 2002. Sekolah Unggul: metodologi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Surabaya: Duta Graha Pustaka Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Nurkolis. 2006. Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul. Jakarta: Jurnal Pendidikan Perum Penerbit. 1989. Pedoman Umum Penyelenggara Administrasi Sekolah Menengah. Jakarta: Balai pustaka Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. Rose Colin dan Nicholl j Malcolm. 2002. Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa. Shertzer, Bruce & Shelley Stone, 1981. Fundamental of Guidance, Fouth Edition, USA: Purdue Univercity. Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2002 Smith, Mary Lee & Glass Gene V. 1987. Research and Evaluation in Educationa and the Social Science, Englewood Cliffs New Jersey: Prentice Hall. Sudirman, 2007. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang: UIN Malang Press. Sudjana, 2004. Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah Production. Sukarna, 1992. Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Mandar Maju Susan Albers Mohrman, et.al. 1994. School Based Management, , San Francisco: Organizing for High Performance Surya Sutan. 2007. Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini. Yogyakarta : Andi Suparno Paul. 2004. Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius Suprayogo, Imam Prof, Dr. 1999. Reformasi Pendidikan Islam. Malang: STAIN Press Syaodih Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendididkan. Bandung: Rosda Karya. Syaodih Nana Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Surahmad Wiinarno. 1994. Dasar Dan Teknik Penelitian. Bandung: Trasito Syaifuddin Azwar. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Terry, George R. & Leslie W. Rue, 2005. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Uhbiyati Nur. 1998. Ilmu Pendidikan Islam(IPI). Bandung: Pustaka Setia.
Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Melalui Ekstrakulikuler Pencak Silat Tapak Suci Di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 Kota Malang - Unlocked-Dikonversi
Penerapan Cooperative Learning Metode Student Teams Achievement Divisions Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas Viii-B Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa-Laili-Masudah
In-03 Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembinaan Mental Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan Di Yayasan Panti Asuhan Hajjah Khodijah Sumberpasir Pakis Malang