You are on page 1of 10

Artikel Khutbah Jum'at :

Berbakti Kepada Kedua orang Tua


Kamis, 10 Februari 11
Khutbah Pertama
Amma badu :
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wataala dan bersyukurlah kepadaNya atas
nikmat-nikmatNya yang lahir dan yang batin, anugerahNya yang melimpah, dan karuniaNya
yang sangat banyak. Betapa banyak karunia Allah Subhanahu Wataala yang diberikan kepada
hamba-hambaNya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mau bersyukur. Siapakah yang
menciptakan kita selain Allah ? Siapakah yang memberi kita rizki selain Allah ? Dan siapakah
yang menganugerahi kita pendengaran, penglihatan, hati, akal dan kekuatan selain Allah ?

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim
:34)
Oleh karena itu, hak Allah adalah hak yang paling besar dibanding hak siapa pun. Kita harus
menyembahNya, mengesakanNya dan mentaatiNya. Tidak ada Rabb yang berhak disembah
selain dia. Dan tidak ada Rabb kecuali Dia. Bersyukur kepada Sang Pemberi nikmat adalah wajib
secara aqli maupun naqli. Dan yang pertama kali memberikan nikmat kepada manusia adalah
Allah Subhanahu Wataala.
Setelah hak Allah dan karuniaNya ada hak orang tua dan kebaikannya. Kalau Allah berjasa
menciptakan dan mewujudkan, orang tua berjasa mendidik, melahirkan dan mengurus anak-
anak. Oleh karena itu Allah menyebut hak orang tua beriringan dengan hakNya. Itu tidak lain
karena besarnya hak kedua orang tua dan mulianya jasa mereka. Allah Subhanahu Wataala
berfirman :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, (QS. An-Nisa :36)

Katakanlah:"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak, (QS.Al-Anam :151)

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al-Isro :23)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Luqman :14)

Seorang ulama Salaf berkata : Ada tiga ayat yang diikuti tiga ayat. Ia menyebut salah satunya
adalah firman Allah Subhanahu Wataala :


Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Luqman :14)
Maka barang siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada kedua orang tuanya berarti ia
tidak bersyukur kepada Allah.
Di samping Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur kepadaNya atas karuniaNya berupa
menciptakan, memberi rizki dan mengurusnya, Dia juga memerintahkan manusia untuk
bersyukur kepada kedua orang tuanya, mengingat jasa dan kebaikan keduanya. Saya kira tidak
ada seorang pun yang berakal sehat yang tidak mengetahui jasa kedua orang tuanya. Siapa yang
menjadi sebab keberadaannya di dunia ? Siapa yang merawatnya dalam tahapan-tahapan usianya
semenjak masih menjadi sperma hingga tumbuh menjadi dewasa ? Siapa yang
memperhatikannya semenjak awal keberadaannya, masa kehamilannya, saat kelahirannya, masa
menyusuinya, penyapihannya, pemberian asupan gizinya, pendidikannya, dan pembesarannya
sampai ia menjadi bayi, anak-anak, remaja, kemudian menjadi manusia dewasa yang kuat dan
mampu memikul tanggung jawab ? Dibalik itu semua ada orang yang paling berhak menerima
kebaktian kita. Orang itu adalah ayah dan ibu kita. Kita tidak akan bisa membalas jasa mereka
secara setimpal, meski kita sudah melakukan dan mencurahkan apa saja. Tetapi kita harus
memohon kepada Allah dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifatNya agar berkenan
membalas mereka berdua dengan balasan yang sebaik-baiknya, memberi mereka berdua imbalan
terbaik yang bisa diberikan seorang anak kepada orang tuanya, dan berkenan memberi kita
kemampuan untuk berbakti kepada mereka berdua sepanjang hayat kita.
Seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khattab Radiyallahu Anhu lalu berkata : Ibuku
sudah tua renta. Aku adalah kendaraannya. Aku selalu menggendongnya di punggungku. Aku
melindunginya dengan tanganku. Dan aku mengurusnya sebagaimana dia dulu mengurusku.
Apakah aku telah menunaikan syukurku kepadanya ? Belum kata Umar. Mengapa, ya
amirul mukminin ? tanya laki-laki itu. Umar menjawab : Karena sesungguhnya kamu
melakukan hal itu kepadanya sambil berdoa (memohon) kepada Allah agar segera mencabut
nyawanya. Sementara dia dahulu melakukan hal itu kepadamu sambil berdoa (memohon) kepada
Allah agar memanjangkan umurmu.
Ibnu Umar Radiyallahu Anhu pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang menggendong
ibunya di lokasi thawaf. Lalu laki-laki itu bertanya : Hai Ibnu Umar, menurutmu apakah aku
sudah membalas budinya ? Ibnu Umar menjawab : Tidak sedikit pun.
Allahu akbar ! Betapa besar hak itu ! Dan betapa parah kelalaian manusia ! Kita memohon
kepada Allah agar berkenan mengampuni kita. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha
Mulia.
Wahai umat Islam ! Sungguh berat penderitaan yang ditanggung oleh ayah dan ibu. Sungguh
besar pengorbanan yang diberikan oleh mereka berdua dalam rangka membahagiakan anak-
anaknya dan mengeluarkan mereka dari medan perang kehidupan. Betapa besar keletihan ayah
dan ibu ! Betapa banyak energi yang mereka kerahkan ! Dan betapa banyak pengorbanan yang
mereka berikan ! Terutama ibu yang penyayang. Seorang wanita yang penuh kasih sayang, acuan
belas kasih dan pemberian yang mengalir deras dengan luapan kasih sayang dan kebaikan. Kasih
seorang ibu mengisi penuh hatinya. Ibu yang mengandung anda di dalam perutnya selama
sembilan bulan. Dan Allah mengetahui penderitaan yang dialaminya, dan beratnya kandungan
yang diembannya. Lalu jangan tanya seberapa besar rasa sakit yang menderanya saat melahirkan
anaknya.


Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
(QS. Al-Ahqaf :15)
Beragam rasa sakit menderanya. Hanya Allah Yang Maha Tahu seberapa besar penderitaan yang
dirasakannya. Bahkan ia harus bersambung nyawa saat melahirkan anaknya. Kemudian ia masih
harus bersusah payah menyusuinya selama dua tahun penuh. Berdiri terasa berat, duduk terasa
jemu.
Kemudian ibu rela menahan lapar agar anda merasa kenyang, rela bergadang agar anda bisa tidur
nyenyak, dan bersusah payah agar anda nyaman. Betapa banyak ia terjaga di malam hari yang
panjang, sementara anda tidak mengetahuinya. Betapa banyak ia didera aneka penderitaan agar
anaknya dapat mewujudkan mimpi-mimpinya. Ia seringkali meninggalkan sesuatu yang
disukainya karena khawatir akan keselamatan anaknya. Ia begitu menyayangi dan mengasihi
anaknya. Bila ia tidak ada, sang anak akan memanggilnya. Bila ia berpaling darinya, sang anak
akan merajuk padanya. Bila sang anak ditimpa musibah, ia akan memanggil ibunya. Bahkan ia
rela mati asal anaknya tetap hidup. Ibu anda ingin mati agar anda tetap hidup. Ibu anda rela
menderita agar anda merasa bahagia. Perutnya pernah menjadi wadah anda. Pangkuannya pernah
menjadi peraduan anda. Payudaranya pernah menjadi sumber minuman anda. Dia rela mati demi
anda. Dan betapa berat beban derita yang dialaminya saat menyapih, mendidik dan membesarkan
anda.
Kepayahan seorang ibu terus berlangsung sampai anda tumbuh dewasa, menikah dan punya
anak. Seorang ibu selalu mencari anda dan mencari tahu keadaan anda. Ia prihatin bila melihat
anda prihatin. Ia sedih bila melihat anda bersedih. Sungguh hebat para ibu yang penyayang, para
pendidik yang ramah, dan orang tua yang lemah-lembut. Mudah-mudahan Allah berkenan
membalas jasa mereka dengan Surga yang luasnya setara dengan langit dan bumi.
Sedangkan ayah yang penyayang adalah pembimbing yang lurus dan pendidik yang mulia. Ia
berusaha, bekerja keras, berjuang, membanting tulang, membesarkan, menafkahi, mendidik, dan
menyayangi anda. Ia mau menyuapi anda saat belita. Dan ia mencukupi kebutuhan anda saat
remaja. Bila ia berjumpa dengan anda hatinya bersuka cita. Bila anda mendatanginya wajahnya
berseri-seri. Bila ia datang, anda akan didudukkan di pangkuannya dan didekapnya. Bila ia
hendak pergi anda selalu memeganginya. Bila anda jauh darinya, ia selalu menanyakan dan
menunggu kedatangan anda. Bila ia melihat anda, bibirnya tersenyum lebar dan gigi depannya
tampak mengkilat. Betapa banyak energi yang beliau curahkan untuk mendidik, membesarkan,
memberi makan dan menyekolahkan anda. Semoga Allah berkenan memberikan balasan yang
sebaik-baiknya dan pahala yang sebesar-besarnya kepada seorang ayah yang mulia dan
menyayangi anak-anaknya.
Karena itu tidak heran lagi perintah untuk berbakti kepada orang tua diulang-ulang di dalam Al-
Quran. Allah Subhanahu Wataala berfirman :

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, (QS.
Al-Ahqaf :15)

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapak-nya.(QS.Al-
Ankabut :8)
Tepat sekali apa yang dikatakan penyair berikut ini :
Ayah dan ibu punya hak atas kita
Setelah hak yang dimiliki Rabb
Kita berkewajiban menghormatinya
Mereka berdua melahirkan kita
Dan mendidik kita semasa kecil
Mereka berhak dihormati setinggi-tingginya.
Di dalam Hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, berbakti kepada orang tua disebut
beriringan dengan tiang agama Islam dan didahulukan atas jihad yang merupakan puncak menara
Islam. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Masud Radiyallahu Anhu
berkata : Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam : Amal apakah yang
paling dicintai Allah ? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Lalu apa ?
tanyaku. Beliau menjawab: Jihad di jalan Allah.
Lihatlah bagaimana birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) mengungguli jihad di
jalan Allah, bersabung nyawa di medan perang dan berlumuran darah. Hal ini juga didukung
oleh Hadits yang tercatat di dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa seorang
laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam untuk meminta izin berjihad. Lalu
beliau bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidp ? Ya jawabnya. Lalu beliau bersabda
: Berjihadlah dalam berbakti kepada mereka.
Wahai umat Islam ! Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban yang tidak bisa dielakkan
dan keutamaan yang pasti. Kewajibannya pasti dan pelaksanaannya tidak bisa ditawar. Tidak ada
alasan bagi siapa pun untuk melalaikan dan meremehkan kewajiban ini. Agama, syariat, ayat
dan Hadits, akal sehat, menjaga diri, kasih sayang, balas budi dan rasa kemanusiaan adalah dalil-
dalil yang menunjukkan adanya keharusan melaksanakan kewajiban itu dengan sebaik-baiknya.
Berbakti kepada orang tua adalah jalan hidup para Nabi dan Rasul, dan perilaku orang-orang
mulia dan orang-orang shalih. Allah Subhanahu Wataala berfirman :

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
(QS. Maryam :32)
Dan Allah Subhanahu Wataala berfirman tentang sifat-sifat Yahya bin Zakariya Alaihissalam :

Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia seorang yang sombong lagi
durhaka. (QS. Maryam :14)
Mendoakan orang tua di kala hidup maupun sesudah meninggal dunia adalah kebiasaan yang
tidak pernah ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa. Nabi Nuh Alaihissalam
berdoa dengan ucapan:


Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (QS. Nuh :28)
Sedangkan Nabi Ibrahim berdoa dengan ucapan :


Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim :41)
Dan di antara ayah dan ibu yang paling berhak diperlakukan secara baik ialah ibu, mengingat
perjuangannya yang luar biasa untuk anaknya. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah Radiyallahu Anhu bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam lalu bertanya : Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku perlakukan
dengan baik ? Beliau menjawab: Ibumu Lalu Siapa ? Tanya laki-laki itu. Beliau menjawab:
Ibumu lalu siapa ? tanya laki-laki itu lagi. Beliau menjawab : Ibnumu lalu siapa ? tanya
laki-laki itu kemudian. Beliau menjawab : Ayahmu Dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa
beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu,lalu ayahmu.
Kemudian orang yang lebih dekat denganmu, lalu orang yang lebih dekat denganmu.
Wahai orang-orang yang berstatus sebagai anak, bertakwalah kepada Allah dalam menghadapi
ayah dan ibu. Berbaktilah kepada orang tua anda, maka anak-anak anda akan berbakti kepada
anda. Ketahuilah bahwa ridha Allah terletak di dalam ridha ayah dan ibu, dan murka Allah
terletak di dalam murka ayah dan ibu.
Anda pasti sangat menyesalkan dan menyayangkan maraknya fenomena anak yang enggan
berbakti kepada orang tuannya. Tidak ada penghargaan, rasa hormat, kepatuhan, kebaktian,
maupun sopan santun. Yang ada justru kekerasan, kekasaran, bentakan dan kedurhakaan. Bahkan
ada orang yang sangat keji, bengis dan kejam. Sehingga apabila ayah atau ibunya menyuruhnya
melakukan sesuatu, ia akan menggerakkan bahunya, membuang muka dan membalikkan
punggungnya. Seolah-olah perintah itu tidak penting baginya. Bahkan ada yang memasang muka
cemberut, mengerutkan dahi, berteriak, tidak sopan dan melawan ayah dan ibunya. Tidaklah
orang seperti itu menyadari bahwa perbuatannya itu dapat membuatnya sengsara ? Sungguh
celaka baginya pada saat dirinya di hadapkan kepada Rabbnya.
Bahkan ada sebagian orang yang tidak segan-segan mengguagat orang tuanya di pengadilan,
melaporkannya ke pihak kepolisian atau lembaga-lembaga hukum lainnya. Untuk apa ini semua
? Apakah untuk mengambil segenggam uang atau sejengkal tanah ? Sampai-sampai banyak
terjadi pemutusan hubungan persaudaraan demi secuil harta atau karena perasaan tertentu yang
terpendam di dalam hati. Bahkan ada orang yang tidak bertegur sapa dengan orang tuanya, tidak
berkunjung dan tidak berkomunikasi dengannya selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Ada juga orang yang meninggalkan orang tuanya yang sudah atau sakit renta di panti-panti
jompo. Dan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan ia tidak mengetahui keadaannya. Di
mana iman ? Di mana keutamaan ? Di mana norma-norma kepatutan ? Di mana rasa kasih
sayang dan rasa kemanusiaan ? Orang-orang semacam itu telah berbalik 180 derajat. Mereka
telah membalas air susu dengan air tuba.
Aku ingin dia hidup
Tapi dia ingin membunuhku
Maafkanlah keinginan kekasihmu
Ada pula orang yang telah menikah melupakan kedua orang tuanya dan mengabaikan urusan
mereka, karena terlalu asyik dengan kehidupan barunya. Betapa banyak penderitaan yang
dialami para ibu akibat ulah anak-anaknya yang mengutamakan istrinya dan mengabaikan
ibunya. Bahkan ada yang menunjukkan sikap angkuhnya kepada sang ibu di depan mata istri dan
anak-anaknya. Sungguh keji perbuatan mereka ! Sungguh celaka apa yang mereka perbuat !
Sebagai anak, anda harus selalu menjaga hak-hak orang tua dengan cara berbakti dan berbuat
baik kepada mereka. Dan sebagai ayah atau ibu, anda harus bisa membantu anak-anak anda
dalam berbakti kepada anda. Jangan membebani mereka dengan tugas-tugas yang terlalu berat
bagi mereka. Dan jangan mencampuri urusan pribadi mereka, lebih-lebih setelah menikah.
Karena hal itu dapat menyebabkan retaknya hubungan dan putusnya tali cinta kasih dan
keharmonisan.
Dan ada pula orang yang karena kurangnya ilmu agama justru lebih berbakti kepada teman-
temannya dibanding orang tuanya. Mereka begitu patuh kepada rekan-rekannya dan baik kepada
kawan-kawannya, namun durhaka kepada ibunya dan tidak bertegur sapa dengan ayahnya.
Bahkan anda akan sangat prihatin ketika melihat orang yang menunjukkan penampilan yang
shalih, bergelut di dunia ilmu atau dakwah, tetapi sama sekali tidak menaruh hormat, tidak
menghargai, tidak peduli, tidak berbakti dan tidak perhatian kepada orang tuanya.
Meskipun kedua orang tua memiliki kekurangan dalam beberapa segi, berbakti dan berbuat baik
kepada mereka tetap wajib dilakukan oleh si anak. Allah Subhanahu Wataala berfirman :


Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik. (QS. Luqman :15)
Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Asma Radiyallahu Anha
berkata : Ibuku yang masih musyrik pernah datang kepadaku pada masa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah, Ibuku datang padaku dan ingin
bertemu denganku. Apakah aku boleh menemuinya ? Beliau menjawab : Ya, temuilah dia.
Ibadallah ! Lalu bagaimana dengan kekurangan yang lebih rendah dari itu ?
Ingat ! Bertakwalah kepada Allah, wahai para orang tua ! ketahuilah bahwa kedurhakaan anak
yang dirasakan oleh sebagian anda pada umumnya berpangkal pada kesalahan dalam mendidik.
Akibatnya si anak mengalami keterbatasan dalam menerima asuhan yang benar. Kalau mereka
sendiri mengabaikan anak-anaknya dan tidak memberikan perhatian yang memadai, bagaimana
mungkin mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang berbakti ? Mana
mungkin pohon duri berubah anggur ?
Dan, bertakwalah kepada Allah, wahai para anak ! Segeralah berbakti kepada kedua orang tua
anda, apapun kondisinya.
Mulai sekarang, siapa pun yang selama ini kurang berbakti kepada orang tuanya harus segera
mendaratkan kecupan hangat di kening ayah dan ibunya, seraya menyesali apa yang terjadi di
masa lalu dan meminta maaf atas apa yang sudah berlalu. Dan siapa pun harus berbakti dan
menyambung kembali hubungannya. Ia harus menyapanya dengan kebajikan, kebaktian,
kebaikan. Dan, semua saluran pendidikan dan pengarahan seperti masjid, rumah, sekolah, dan
media massa harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pendidikan dan
sosial yang penting ini. Jangan sampai masyarakat Islam yang dikenal sebagai masyarakat yang
suka gotong royong, tolong-menolong, berbuat baik dan menjalin persaudaraan berubah menjadi
masyarakat materialis yang tidak percaya pada nilai-nilai dan tidak peduli pada norma-norma.
Dan kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena-fenomena yang kita lihat dan kita saksikan.

Khutbah Kedua
Amma badu :
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wataala dan tunaikanlah hakNya
sebagaimana diperintahkan kepada anda. Ketahuilah, bahwa disamping memerintahkan untuk
berbakti dan menunaikan hak orang tua Allah juga melarang anda memutus hubungan dan
durhaka kepadanya. Bahkan Allah menjadikannya sebagai salah satu dosa besar yang
menyebabkan murka dan azab Rabb Yang Maha Perkasa.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Bakrah Radiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bertanya: Maukah kuberitahukan kepadamu
dosa yang paling besar ? Sebanyak tiga kali. Kami menjawab: Tentu, ya Rasulullah ! Lalu
beliau bersabda : Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.
Lihatlah bagaimana Allah menyebut durhaka kepada orang tua bersama-sama dengan syirik.
Naudzubillah !
Sementara Al-Mughirah bin Syubah Radiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda :
Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka kepada ibu. (Shahih Al-Bukhari,
2408 dan Shahih Muslim, 593,12 )
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dicatat bahwa Abdullah bin Amr bin Ash
Radiyallahu Anhu berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya salah satu dosa yang paling besar ialah seorang mengutuk kedua orang
tuanya.
Ada yang bertanya : Ya Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang mengutuk kedua orang
tuanya ? beliau menjawab :
ia memaki ayah seseorang, lalu orang itu (membalasnya dengan) memaki ayahnya dan memaki
ibunya. (Shahih Al-Bukhari, 5973 dan Shahih Muslim, 90)
Dalam hal ini anda tentu mendengar banyak hal aneh dalam kenyataan hidup masyarakat kita.
Abu Hurairah Radiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda :
Sungguh celaka, lalu sungguh celaka orang yang mendapati kedua orang tuanya pada masa
tua baik salah satu atau kedua-duanya lalu ia tidak masuk surga. (HR. Muslim, 2551 )
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa salah satu dari tiga orang yang tidak bisa masuk Surga
ialah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Ibadallah ! Ketahuilah bahwa berbakti kepada orang tua sangat ditekankan dalam semua periode
kehidupan. Lebih-lebih ketika sakit dan lanjut usia. Bahkan kewajiban itu terus berlangsung
setelah wafat. Imam Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Abu Usaid As-Saidi Radiyallahu
Anhu ada seseorang bertanya : Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang bisa kulakukan
untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia ? Beliau Shallallahu
Alaihi Wasallam menjawab :
Ya. Yaitu mendoakan mereka, memohonkan ampun untuk mereka, melaksanakan wasiat
mereka, menyambung tali persaudaraan yang tidak bisa disambung tanpa mereka, dan
memuliakan teman mereka. (Al-Musnad, 3/498 dan Sunan Abu Daud, 5142 )
Abdullah bin Dinar menceritakan bahwa Abdullah bin Umar Radiyallahu Anhu pernah bertemu
dengan seorang badui di jalanan kota Makkah. Lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam
kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledainya yang semula dinaikinya, dan
memberinya surban yang semula dikenakannya. Kemudian kami bertanya padanya :
Sesungguhnya mereka hanyalah orang badui. Mereka cukup puas dengan sesuatu yang ala
kadarnya ? Abdullah menjawab : Sesungguhnya ayah orang ini dahulu adalah teman baik Umar
bin Khattab. Dan aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
Sesungguhnya kebaktian yang paling bagus ialah silaturrahmi yang dilakukan oleh seorang
anak kepada keluarga teman baik ayahnya. (HR. Muslim, 2552 )
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wataala dalam berbakti, bersilaturrahim dan
berbuat baik kepada orang tua sebelum terlambat ! Bertaubatlah, wahai orang-orang yang lalai
dalam menunaikan hak-hak orang tua dan orang-orang yang durhaka kepadanya, sebelum
jiwanya berkata : Oh, Alangkah menyesalnya diriku atas kelalaianku terhadap Allah.




( uiiDir dpi uDiD : Kumpulan Khutbah Jum`at Pilihan Setahun Eisi pertama, ElBA Al -
Fitrah, Surabaya .Diposting oleh YusuI Al - Lomboky

You might also like