You are on page 1of 5

Konstitusi Madinah Secara sosio-politik, sebagai sebuah negara atau state, masyarakat madani sudah sangat maju dibandingkan

dengan negara-negara pada masanya atau yang pernah ada dalam sejarah sebelumnya. State atau bentuk negara sudah ada dalam sejarah manusia sejak awal. Pada zaman Yunani Kuno ia disebut polis, pada zaman Romawi ia disebut civitas atau status rei, publicae. Lalu istilah status dalam bahasa Latin berubah menjadi stato dalam bahasa Itali, l'etat dalam bahasa Prancis, dan state dalam bahasa Inggris. Masyarakat madani telah mempunyai sebuah konstitusi yang disebut Mitsaqul Madinah (Piagam Madinah) yang dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah kemanusiaan (Hamidullah, First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958). Piagam ini tak hanya sangat maju pada masanya, tetapi juga menjadi satu-satunya dokumen penting dalam perkembangan kebebasan konstitusional dan hukum dalam dunia Islam. Bahkan apa yang dikatakan hak yang telah diberikan kepada masyarakat modern sebagai usaha civilize oleh American Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan Amerika 1776), French Revolution (Revolusi Prancis 1789), dan The Universal Declaration of Human Rights of the UNO, sebenarnya secara substansial telah termaktub dalam Piagam Madinah. Karena itu beberapa dekade terakhir kajian terhadap piagam ini menjadi sangat signifikan untuk acuan masyarakat masa depan. Secara umum ada dua nilai dasar yang tertuang dalam Piagam Madinah sebagai fundamental dalam mendirikan negara Madinah. Pertama, almusawah wal 'adalah, prinsip kesederajatan dan keadilan. Kedua, inklusivisme (keterbukaan). Kedua prinsip ini lalu dijabarkan dan ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai humanis-universal lainnya, seperti: 'itidal (konsisten), tawazun (seimbang) tawasut (moderat), dan tasamuh (toleran). Masyarakat madani yang bernilai-nilai kehidupan itu dapat dibangun hanya setelah Rasulullah SAW melakukan inner reformation and transformation pada individu yang berdimensi akidah, ibadah, dan akhlak. Karena itu iman dan moralitas menjadi landasan dasar Piagam Madinah. Al iman billah, keyakinan kepada Allah yang transenden, as-sami' (maha mendengar), albashir (maha melihat), dan al'alim (maha mengetahui) melahirkan keinsafan diri dan menciptakan kedamaian dan ketentraman jiwa serta membuat manusia menjadi lebih manusiawi. Sedangkan moralitas adalah buah dari iman dan ibadah. Keimanan yang benar dan ibadah yang dilakukan dengan keikhlasan akan membuat kepekaan moral yang tinggi dan kesadaran sosial yang dalam. Semua prinsip dan nilai di atas menjadi dasar semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, dan hukum, sehingga masyarakat madani adalah satu bentuk civil society ideal yang pernah ada karena telah berhasil mencapai targetnya, yaitu dapat mengakomodasi dan mengorganisasi economic interests, religious views dan ethic solidarities.

Ekonomi Dalam ekonomi, masyarakat madani mengembangkan ajaran egalitarianisme yang tak hanya meyakini economic is business atau economic is growth, tetapi juga economic is social justice. Artinya masyarakat ini bukanlah sesuatu yang mendewakan pertumbuhan ekonomi dan melalaikan pemerataan. Dalam masyarakat ini ada pemerataan saham-saham ekonomi kepada seluruh rakyat. Seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk berusaha dan berbisnis (QS 17:26 dan 59:7). Ini adalah ekonomi yang berorientasi dan membuat equilibrium pada pertumbuhan dan pemerataan. Maka trickle down theory dalam ekonomi kapitalis tak berlaku di sini, karena hanya akan memberikan kemapanan kepada para kapitalis (pemegang modal). Teori ini menyatakan apabila sabagian rakyat satu bangsa menjadi kaya, maka rakyat yang lain akan kecipratan kekayaannya itu. Ibarat sebuah bejana, bila diisi air sampai penuh maka akan meluber dan menetes ke bawah juga. Namun kenyataan dari ekonomi kapitalis ini hanya menciptakan monopoli, egopoli, dan kolusi, salah satu sebabnya karena tidak dibangun atas nilai-nilai moral yang kuat. Ekonomi masyarakat madani mempunyai karakteristik sebagai berikut: Pertama, ekonomi ilahiyah (ketuhanan), yaitu bahwa seluruh prilaku dan kegiatan ekonomi -seperti produksi, konsumsi, distribusi, dan sebagainya -- semuanya diikatkan dengan tujuan ilahi dan dilakukan untuk mencari keridhaan-Nya. Sehingga orientasi homo economicus tidak hanya material, tetapi juga spiritual-transendental. Kedua, ekonomi akhlak, yaitu bahwa seluruh kegiatan ekonomi selalu dilakukan dengan nilainilai akhlak. Ekonomi dan akhlak dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Masyarakat madani yang melakukan kegiatan ekonomi harus memperhatikan akhlak kegiatan itu. Produksi, misalnya, dilakukan dengan beberapa nilai akhlak, di antaranya (1) tidak memproduksi kecuali apa-apa yang dihalalkan Allah, (2) memperhatikan tujuan produksi dalam produksi, (3) memelihara sumberdaya alam dan beberapa nilai moral lainnya. Ketiga, ekonomi kemanusiaan, yaitu ekonomi yang menjadikan manusia sebagai subjek kegiatan ekonomi bukan objek. Ekonomi yang berpihak kepada manusia, karena kegiatan ekonomi dilakukan agar dapat memberikan kesejahteraan kepada manusia itu sendiri. Maka kompetisi win-lose -- yaitu dalam kegiatan ekonomi ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan -- dan hukum the survival of the fittest tidak berlaku dalam masyarakat madani. Tetapi sebaliknya, kegiatan ekonomi dilakukan dengan nilai win-win (sama-sama untung).

A. Pengertian Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari

dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional. Untuk mengetahui ketahanan nasional, sebelumnya kita sudah tau arti dari wawasan nusantara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa, yang di dalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan nasional. Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang langsung atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan, keberadaan, serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman tersebut dari dalam ataupun dari luar. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai lihur yang diyakini kebenarannya. Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terkandung juga dalam wawasan nusantara, demi terwujudnya ketahanan nasional. Dengan demikian ketahanan nasional itu disusun dan dikembangkan juga tidak boleh lepas dari wawasan nusantara. Perwujudan nilai-nilai Pancasila mencakup lima bidang kehidupan nasional, yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan landasan, yang disingkat dengan (poleksosbud Han-Kam), yang menjadi dasar pemerintahan ketahanan nasional. Dari lima bidang kehidupan nasional itu bidang ideologilah yang menjadi landasan dasar, berupa Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat bidang yang lainnya. Dasar pemikiran ketahanan nasional di samping lima bidang kehidupan nasional tersebut yang merupakan aspek sosial pancagatra didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah triagatra. Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan negar serta perjuangan mencapai tujuan nasional B. Bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan terhadap Ketahanan Nasional Tantangan adalah suatu hal/upaya yang bersifat/bertujuan menggugah kemampuan. Ancaman adalah suatu hal/upaya yang bersifat/bertujuan mengubah dan merombak kebijaksanaan yang dilandaskan secara konsepsional. Hambatan adalah suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional yang berasal dari dalam. Gangguan adalah hambatan yang berasal dari luar. Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan adadnya tekad bersama-sama menggalang kesatuan dan kecintaan bangsa. Berbagai pemberontakan PKI, RMS (Republik Maluku Selatan), PRRI Permesta dan juga gerakan sparatis di Timor- Timur yang pernah menyatakan dirinya berintegrasi dengan Indonesia, meskipun akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali daerah tersebut. Ancaman sparatis dewasa ini ditunjukan dengan banyaknya wilayah atau propinsi di Indonesia yang menginginkan dirinya merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian Jaya, dan beberapa daerah lain begitu pula beberapa aksi provokasi yang mengganggu kestabilan kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang diwarnai nuansa etnis dan agama dan gangguan dari luar adalah gangguan dari negara lain yang

ingin menguasai pulau-pulau kecil yang masih berada di di dalam wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah negara lain. Bangsa Indonesia telah berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan dan keutuhan, meskipun demikian gangguan dan ancaman akan terus ada selama perjalanan bangsa, maka diperlukan kondisi dinamis bangsa yang dapat mengantisipasi keadaan apapun terjadi di negara ini. 1. Ancaman dari dalam Contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia. Meskipun tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai sesuatu yang mengada-ada, pada kenyataannya potensi ancaman yang dihadapi negara Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri, antara lain dalam bentuk: a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan massa c. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang ekstrim atau yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia d. potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA e. akar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional 2. Ancama dari luar negeri Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri. Tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam bentuk penjarahan sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannya dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik yang dilakukan secara legal maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait sehingga meyebabkan kerugian bagi negara. Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan Ketahanan Nasional melalui berbagai cara, antara lain: a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan bangsa. c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional serta terciptanya suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimate, bebas KKN, dan konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang). d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan Panca Sila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara. e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu saja dapat menggunakan unsur Rakyat Terlatih (Ratih) sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta. Dengan doktrin Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengidentifikasi

berbagai masalah nasional termasuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap keamanan negara guna menentukan langkah atau tindakan untuk menghadapinya. Sedangkan Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) : a. Ancaman di dalam negeri, Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat indonesia. b. Ancama dari luar negeri. Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri.

You might also like