You are on page 1of 5

Bab 1 Tes Psikologi Pengertian tes psikologi dibagi ke dalam dua macam. Pertama adalah tes nonfisik.

Kedua adalah tes fisik. Dalam arti nonfisik, tes ini mengacu pada pengertian tes psikologi. Tes psikologi ingin mengungkap aspek-aspek psikologi dalam diri manusia. Sebagian orang menyamakan antara tes psikologi dan ujian. Ini terjadi karena pemberian konotasi yang berbeda-beda dari masing-masing orang. Konotasi ini menyebabkan reaksi yang berbeda-beda bagi masing-masing orang. Orang yang akan menghadapi ujian akan mampu mempersiapkan diri dengan lebih baik karena biasanya bahan-bahan ujian telah jelas batas-batasnya serta tahu pula bagaimana cara menempuh ujian tersebut. Sebaliknya, orang yang akan menghadapi tes psikologi akan merasakan ketidakpastian tentang apa yang akan dipersiapkannya, apa yang akan dihadapinya dan bagaimana tes itu nanti dikenakan nantinya. Sebetulnya, dari wujudnya suatu tes tidak lain merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan. Hasilnya akan memberikan informasi tentang aspek psikologi tertentu. Anne Anastasi (dalam Psychological Testing, 1982) menjelaskan bahwa tes psikologi merupakan alat ukur yang terstandar dan objektif tentang sampel perilaku individu. Karena mengukur sampel perilaku, ia melalui item-itemnya - haruslah mencerminkan perilaku yang hendak diukur. Ia objektif dan terstandar. Hal ini mengandung arti bahwa alat tes haruslah berisi hal-hal penting yang hendak diukur agar representatif. Suatu tes memiliki nilai prediktif dan nilai diagnostik. Memiliki nilai prediktif tatkala ia meramalkan perilaku yang akan datang berdasarkan hasil tes. Memiliki nilai diagnostik tatkala ia sebagai sampel dari perilaku yang dari sana akan ditarik suatu prediksi ke perilaku yang lain. Frederick G. Brown (1976) menyatakan bahwa tes merupakan suatu prosedur sistematik untuk mengukur sampel perilaku. Beberapa kesimpulan definisi tes (Azwar, 2007) adalah sebagai berikut 1. tes adalah prosedur sistematis (a. item disusun dengan cara dan aturan tertentu; b. prosedur administrasi dan scoring harus jelas dan terperinci; c. setiap orang yang dikenai tes harus mendapat item-item yang sama dan sebanding) 2. tes berisi sampel perilaku (a. sepanjang apapun tes, tes tersebut tidak dapat mencakup seluruh isi materi; b. kelayakan tes tergantung pada sejauhmana item-item mewakili seluruh kawasan perilaku yang ingin diukur) 3. tes mengukur perilaku. Item-item dalam tes menghendaki subjek menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang dipelajari dengan cara menjawab item-item atau mengerjakan tugas yang ada di sana. Dalam definisi tes ini, ada beberapa hal yang tidak tercakup dalam definisi tes, yaitu 1. definisi tes tidak memberikan spesifikasi format. Berarti tes dapat disusun dalam bentuk dan tipe apa saja yang sesuai dengan tujuan tes. 2. definisi tes tidak membatasi macam materi yang dapat dicakup. 3. subjek yang dikenai tes tidak selalu perlu tahu dan tidak selalu harus tahu kalau ia sedang dikenai tes. Sering kali pengertian pengukuran dan pengertian tes dipertukarkan. Sebagian ahli menyatakan pengukuran sebagai suatu prosedur khusus yang merupakan bagian dari pengukuran secara keseluruhan. Pengukuran mempunyai ciri pokok, yaitu adanya proses pembandingan. Yang dibandingkan adalah atribut yang diukur dengan alat ukurnya secara deskriptif.

Bab 1 Pengertian Tes Psikologi

Na, karena tes merupakan alat ukur, makanya sering kali dipertukarkan tuh istilah antara pengetesan dan pengukuran. Dalam halnya prestasi belajar, pengertian pengukuran prestasi sama dengan pengertian pengetesan prestasi. Menurut Friedenberg (1995), berdasarkan tujuannya, tes dibagi menjadi 1. apa yang akan diukur oleh tes itu ? (domain) 2. siapa yang akan dikenai tes ? ( audiens) 3. bagaimana tes akan digunakan ? (tipe skor) 1. Domain Tes Domain membedakan isi tes dan ketepatan format item tertentu. Salah satu sistem kategori yang sederhana adalah tes yang mengukur performansi maksiman dan tes yang mengukur performansi tipikal. Tes yang mengukur performansi maksimal ingin mengungkap kemampuan apa dan seberapa baik seseorang melakukannya. Tes jenis ini didesain untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan performansi pengerjaan tugas. Dengan demikian pertanyaan yang dibuat haruslah mengarah pada jawaban yang dapat diklasifikasikan sebagai jawaban benar dan salah. Tujuan instruksi menekankan pada sebanyak mungkin jawaban benar diperoleh dari pengerjaan tugas itu. Jawaban akan dipilah menjadi jawaban benar dan jawaban salah. Petunjuk pengerjaan dibuat sederhana dan jelas. Poin yang ditekankan di sini adalah akurasi dan sifat yang diingi (desirability). Tes ini dapat berisi tes dengan tipe item pilihan ganda, item respon-bebas atau keduanya. Tes kemampuan dibagi lagi menjadi dua. Pertama, tes kecerdasan dan prestasi (achievement and aptitude test). Kedua adalah tes kekuatan dan kecepatan (speed and power test). Tes prestasi didesain untuk mengukur apa yang baru saja dipelajari. Skor yang diperoleh dalam tes ini menunjukkan tingkat kemampuan sekarang. Sedangkan tes kecerdasan didesain untuk menentukan potensi seseorang untuk mempelajari informasi atau keterampilan baru. Skor yang diperoleh menunjukkan prediksi kemampuan mendatang.Dalam banyak kasus, tes prestasi dan tes kecerdasan berhubungan. Dan sulit untuk memisahkan antara keduanya. Dalam tes kecepatan, yang menjadi penekanan adalah jumlah item yang dikerjakan oleh testi dengan benar dalam suatu periode waktu yang khusus. Item-item yang ada relatif sama dalam hal tingkat kesulitan dan batas waktu yang diberikan sangat keras. Perbedaan individu yang kompeten dan tidak kompeten tercermin dari jumlah item yang diselesaikan dengan benar. Tes prestasi dan kecerdasan

dapat berfokus pada kecepatan. Pada tes kekuatan (power tes), yang menjadi titik ketertarikan adalah jumlah dan sifat kesulitan
item yang dijawab dengan benar. Tes berisi item-item yang tingkat kesulitannya bervariasi. Mungkin pula dengan batas waktu ataupun tanpa batas waktu pengerjaan. Jika menekankan pada batas waktu, testi mempunyai waktu yang cukup untuk mengerjakan semua item. Skor pada tes kekuatan ini merefleksikan tingkat kesulitan item yang dapat dicapai oleh testi. Tes performansi tipikal biasanya digunakan untuk mengukur kecenderungan reaksi individu dalam situasi tertentu. Tes ini mengukur pikiran umum atau yang biasa, perasaan dan perilaku. Fokus pada karakteristik dan perilaku keseharian. Hasil dari tes ini ingin menunjukkan seperti apa atau bagaimana testi bertingkah laku dan berpikir dalam kesehariannya. Didesain untuk mengukur konstruk seperti karakter sifat dan kepribadian atau pola perilaku. Item-itemnya tidak didesain dengan jawaban benar salah. Hasil tes ini didiagnosis menurut norma tertentu. Biasanya tes ini menggunakan skala pengukuran interval. Stimulus yang digunakan dalam tes ini adalah stimulus yang ambigu. Yang tercakup dalam tes tipe ini misalnya adalah sebagai berikut. Tes kepribadian merupakan alat untuk mengungkap disposisi dan preferensi seseorang. Item-item yang disajikan didesain untuk mengidentifikasi karakteristik. Dengan demikian, tidak ada item dengan jawaban benar-salah. Bahkan, jawaban dikodekan menurut karakteristik yang nampak. Kadang pula dikodekan menurut derajat dimana respon ditipekan karakteristik. Format item dapat berbeda-beda. Misalnya item-item objektif (item pilihan ganda / disebut pula sebagai self-report test). Dapat pula

Bab 1 Pengertian Tes Psikologi

berbentuk item projektif yang ditunjukkan oleh suatu seri stimulus yang ambigu dan harus direspon sesuai dengan instruksi yang diberikan. Yang lain adalah tes sikap. Tes ini berkaitan dengan kepercayaan (baca : bukan keagaaman) personal dan pendapat. Sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara positif ataupun negatif pada suatu objek, situasi ataupun orang secara khusus. Meskipun sikap dapat diklasifikan dalam bagian kepribadian, namun dalam pemeriksaannya menggunakan teknik yang berbeda. Sikap juga tidak dapat diukur secara langsung. Yang lain adalah tes minat. Tes ini didesain untuk mengidentifikasi pola kesukaan dan ketidaksukaan. Berguna untuk membuat keputusan dalam karir atau training pekerjaan. Menggunakan item-item objektif. Item-item menunjukkan area yang berbeda dari minat. Poin diperoleh dari setiap skala yang digunakan . 2. Audiens Tes Dalam penyusunan suatu alat tes, harus pula mempertimbangkan audiens tes itu, yaitu subjek yang akan dikenai tes. Tes dapat pula disusun untuk subjek dengan variasi yang luas, tapi dapat pula disusun untuk subjek terbatas. Misalnya, dibatasi dengan umur. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan pula karakteristik subjek tes tersebut. Tes untuk anak kecil usia SD tentu berbeda dengan tes untuk orang dewasa. Tes untuk anak kecil haruslah lebih simpel dan pendek daripada tes untuk orang dewasa. Kemampuan subjek juga harus dipertimbangkan. 3. Tipe skor tes Elemen akhir dari tujuan suatu tes adalah bagaimana skor tes akan digunakan. Pertama, apakah tes akan digunakan untuk membandingkan kinerja testi dari dari yang satu dengan yang lain atau mengevaluasi testi secara terpisah; kedua, apakah tes hanya akan mengukur atribut tunggal atau suatu set atribut. Skor bereferensi pada norma (norm-referenced score ) berarti bahwa skor ini mengindikasikan dimana letak testi secara relatif dalam kelompoknya. Digunakan untuk tes performansi maximal dan tipikal. Tes ini dapat digunakan untuk tes dengan domain tunggal dan beberapa domain. Skor terpisah akan dihasilkan untuk masing-masin domain. Skor bereferensi kriteria (criterion-referenced score) berarti bahwa skor ini memberitahukan letak relatif testi dalam isi tes. Dengan lain kata, skor tes yang diperoleh akan menginformasikan tingkat kemampuan subjek dalam keseluruhan domain tes itu. Utamanya digunakan untuk tes performansi maksimal. Utamanya digunakan untuk tes berdomain tunggal. Pertanyaan kedua menyangkut apakah tes hanya akan mengukur atribut tunggal atau suatu set atribut. Di sini kita akan bertemu dengan yang namanya skor normatif (normative score) dan skor ipsatif (ipsative score). Skor normatif digunakan untuk tes performansi tipikal dan tes performansi maksimal. Digunakan untuk tes domain tunggal maupun tes dengan beberapa domain. Untuk tes dengan domain beberapa, setiap karakteristik akan diperiksa secara terpisah. Hasilnya nanti adalah bisa saja seseorang memperoleh skor tinggi pada satu bagian dan memperoleh skor rendah pada bagian yang lain. Secara tipikal skor akan ditransformasikan ke skor bereferensi norma untuk setiap domain yang diukur. Skor ipsatif digunakan hanya untuk tes performansi tipikal. Digunakan untuk tes dengan beberapa domain. Sering kali ditransformasikan ke skor bereferensi norma.

Tes Berdasarkan Isi Sebelum menyusun suatu tes, kita harus mengidentifikasikan secara pasti apa saja yang akan dimasukkan dalam tes ini, misalnya pengetahuan, keterampilan dan karakteristik.

Bab 1 Pengertian Tes Psikologi

Domain pengetahuan dan keterampilan : Rencana Tes Rencana tes merupakan daftar tertulis yang berisi informasi apa saja yang ingin dicakup dalam itemitem tes dan perilaku apa saja yang disyaratkan dalam jawaban pertanyaan yang benar. Dua komponen dalam rencana tes adalah tujuan isi dan tujuan perilaku. Tujuan isi menjelaskan apa tes itu, informasi dan atau keterampilan yang akan dicakup dalam tes. Tujuan perilaku menjelaskan bagaimana tes itu. Tujuan isi itu diterjemahkan ke dalam pernyataan yang ditetapkan ke dalam tipe respon yang disyaratkan. Salah satu yang populer dalam mengidentifikasi tujuan perilaku disusun oleh Benjamin Bloom yang meliputi pengetahuan, komprehensi, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Domain perilaku : analisis tugas Tipe ini digunakan untuk mengukur atau memprediksikan pola perilaku. Na, analisis tugas digunakan untuk mencari informasi berkaitan dengan kinerja seseorang dalam mengerjakan tugas. Dalam analisis tugas ini tugas diturunkan menjadi komponen-komponen yang spesifik. Komponen-komponen ini menjadi isi tes. Setiap komponen diterjemahkan lagi ke dalam suatu set perilaku. Domain konstruk : keterangan konstruk Perlu diingat bahwa tidak semua tes mencakup domain-domain pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Beberapa tes didesain untuk mengukur konstruk. Hanya saja tidak dapat diukur secara langsung. Pengukuran konstruk harus melalui perilaku yang khusus. Dalam domain ini tes dikompilasikan dalam daftar yang spesifik, kepercayaan, dan sikap yang tidak konsisten dengan yang nampak. Penyusunan tes dengan domain konstruk kompleks dan penting. Kompleks karena konstruk adalah abstraksi teoritis, tidak nyata. Bahkan penyusun harus selalu konsultasi dengan analisis teori dan penelitian sebelumnya. Penting karena akan berpengaruh pada evaluasi validitas tes.

Tes Berdasarkan Format Administrasi Format administrasi yang umum adalah secara individual, secara kelompok dan melalui bantuan komputer. Tes yang diadministrasikan secara individual mensyaratkan tester untuk bekerja dengan testi tunggal. Instruksi tes dibacakan menurut yang tertulis di manual tes. Kemudian tester menunjukkan item kepada testi yang kemudian memberikan respon sesuai yang disyaratkan. Item disajikan hingga testi tidak dapat mengerjakan soal dengan benar. Banyak tes individual berisi item dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Tes yang diadministrasi secara individual memberikan kesempatan bagi tester untuk mengamati perilaku testi. Hasil pengamatan tester dapat membantu untuk menjelaskan skor tes yang diperoleh. Item-item dapat diskor dalam akurasi dan kecepatan. Akhirnya, tester dapat mencatat respon testi selama testi mengerjakan tugas. Meski demikian, tes yang diadministrasikan secara individual mempunyai beberapa masalah. Pertama adalah tidak praktis dan efektif. Kedua, standardisasi administrasi cukup sulit dilakukan. Standardisasi administrasi berperan penting dalam penyusunan tes yang reliabel. Akhirnya, tes yang disajikan secara individual bersifat intim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku tester dapat mempengaruhi performansi testi. Tes yang diadministrasikan secara kelompok memberikan efisiensi dalam hal biaya. Kebanyakan tes kelompok berbentuk paper-and-pencil test, menggunakan format pilihan ganda. Tingkat kesulitan dalam tes model ini dapat bervariasi. Tes ini tidak menggunakan pendekatan basal/ ceiling. Tes yang diadministrasi dengan bantuan komputer menggunakan komputer secara individual ataupun komputer terminal untuk menyajikan item dan untuk mencatat respon testi.

Bab 1 Pengertian Tes Psikologi

Tes prestasi belajar Kawasan belajar oleh Benyamin S Bloom dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Tes prestasi belajar mencakup ketiga kawasan tersebut. Namun, dalam hal ini hanya akan dibatasi pada kawasan kognitif. Dilihat dari tujuannya, tes prestasi ingin mencari informasi keberhasilan belajar. Dengan demikian, tes prestasi selalu mengacu pada hal-hal yang telah direncanakan dalam belajar sebagaimana tertuang dalam silabus setiap materi pembelajaran. Dengan lain kata, tes ini ingin mengetahui tingkat penguasaan subjek dalam belajarnya. Dalam sistem pendidikan, tes prestasi ini melayani kebutuhan akan adanya sumber pengambilan keputusan pendidikan. Keputusan-keputusan tersebut akan nampak sekali dalam pendidikan formal. Keputusan-keputusan tersebut adalah pertama keputusan didaktik yang menyangkut pada pengajaran. Kedua, keputusan administratif yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan administratif subjek pembelajar. Ketiga adalah keputusan bimbingan dan penyuluhan. Fungsi tes prestasi belajar dalam dunia pendidikan mempunyai empat fungsi. Pertama adalah fungsi penempatan, yaitu bahwa hasil tes belajar memberikan klasifikasi terhadap individu sesuai dengan kemampuannya. Kedua adalah fungsi formatif. Berarti bahwa hasil tes menjadi alat untuk melihat perkembangan belajar individu dalam suatu program pembelajaran. Ketiga adalah fungsi diagnostik. Ini mengandung arti bahwa hasil tes menjadi sarana deteksi hambatan-hambatan yang dialami individu. Terakhir adalah fungsi sumatif. Fungsi ini memberikan informasi kepada pendidik tentang penguasaan program yang telah direncanakan. Ia merupakan pengukuran akhir dari suatu program yang memberikan informasi apakah individu lulus atau tidak lulus dalam program tersebut. Daftar Pustaka : Anastasi, A. (1982). Psychological Testing. New York : MacMillan Azwar, Saifuddin (2007). Tes Prestasi. Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka pelajar Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston : Allyn & Bacon Supratiknya, A. (1999). Reader Konstruksi Tes. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Bacaan Lanjut : http://www.cpsimoes.net/artigos/art_psycho_eng.html Psychological Testing or Psychometrics http://assets.cambridge.org/97805218/61816/excerpt/9780521861816_excerpt.pdf The Nature of Tests Aryana, Anton. (2008).Bab 2 Tes Psikologi. Madiun : Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala dalam www.antonaryana.wimamadiun.com/psikometri

Bab 1 Pengertian Tes Psikologi

You might also like