You are on page 1of 2

Djenar Maesa Ayu adalah seorang penulis cerpen dan kritik sastra bahkan saat ini ia sudah menerbitkan

sebuah novel. Karya-karya Djenar, khususnya pada cerpen sering kali bernuansa ironi, sinisme, bahkan sarkasme. Bahasa yang digunakannya kasar namun tetap elegan. Bagi kami tentunya karya-karya Djaenar layak diperhitungkan dalam dunia kesusatraan Indonesia. Salah satu karyanya yang kami bahas di sini adalah kumpulan cerpen yang berjudul Jangan Main-Main dengan Kelaminmu yang banyak menuai kontroversi. Banyak kelompok terutama perempuan yang agamis, mengecam karya Djenar. Mereka bilang karya Djenar itu vulgar dan tanpa basa-basi untuk membicarakan hal yang tabu dalam karyanya. Djenar itu selalu menghasilkan karya yang berbau porno. Namun, biarlah mereka bilang porno dari kacamata mereka yang menyamakan cerpen Djenar sama seperti mereka membaca majalah Playboy Jika kita lebih bijaksana dalam menilai sesuatu tentunya kita akan menilai sebuah karya dari berbagai sudut pandang, tidak melihat dari satu sisi saja. Bukankah hidup manusia itu terdiri atas berbagai macam frame? Begitu pun karya sastra, yang tidak bisa dinilai dari satu sisi saja. Jika bahasa djenar itu vulgar, bagai saya itu hanya gaya gerak listrik gaya seseorang saja dalam menyampaikan gagasannya Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu, Djenar menggambarkan sebuah dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang sakit, dunia orang-orang yang terluka, terasingkan, dan terkhianati. Dalam kumpulan cerpen jepang ini kita dapat menyimpulkan bahwa di dunia yang jahat ini tidak ada pijakan yang kokoh untuk dijadikan pegangan hidup. Tokoh-tokoh yang dihadirkan seolah datang dari sisi gelap dunia, jahat, sinis, dan jauh dari kesan hero. Mereka yang hadir dalam kumpulan cerpen ini penuh paradoks. Orang-orang yang merindukan kebebasan dengan cara apa pun. orang-orang yang ingin mencari kebahagian di tengah yang menyakitinya.

Seperti dalam kutipan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu Sebagian orang menganggap saya munafik. Sebagian orang menganggap saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Sebagian lagi menganggap saya sakit jiwa. sebagian lagi menganggap saya murahan. Padahal saya tidak pernah merasa munafik. Padahal saya tidak pernah membual. Padahal saya tidak pernah merasa sok gagah. Padahal saya tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak merasa murahan. Dalam kalimat yang satir itu, Djenar mengungkapkan bagaimana pembelaan karakter yang dilakukan oleh tokohnya. Bahwa dia merasa benar atas apa yang dilakukannya meski pada kenyataannya dalam cerpen itu dia melakukan apa-apa yang dianggap amoral oleh masyarakat. Satu lagi cerpen Djenar yang menuai kontroversi adalah Menyusu Ayah Nama saya Nayla. Saya seorang perempuan, tapi saya tidak lebih lemah dari laki-laki. Karena saya tidak menghisap puting payudara ibu. Saya menghisap penis ayah. Dan saya tidak menyedot air susu ibu. Saya menyedot air mani ayah. Bahasa-bahasa vulgar semacam ini akan banyak Anda temukan dalam karya Djenar maesa ayu. Bahasa yang kasar, namun tetap indah untuk diperdengarkan. Karena bahasa itu mewakili emosi. Dan emosi yang dibangun oleh tokoh-tokoh Djenar adalah emosi orang-orang yang kuat meski hidupnya berantakan dan penuh cacian, tapi dia bangga menjadi dirinya. Pesan yang bisa diambil dari kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu adalah berbanggalah menjadi diri sendiri dan bersyukurlah terhadap apa yang telah kita dapati. Tetap hidup dan meneruskan perjuangan meski apa pun yang terjadi

You might also like