You are on page 1of 14

PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KIMIA

Landasan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Sains Drs. Saharudin, M.App.Sc., M.Ed., Ph.D. Ir. Bambang Hariyadi, M.Si., Ph.D. Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D. Dibimbing Oleh:

Makalah Diajukan Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah

Jul Hasratman, S.Si

Oleh

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI 2012
1

PENDAHULUAN Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK (bahasa Inggris : Information and Communication Technology, disingkat ICT) dewasa ini telah dipandang sebagai suatu kebutuhan bagi banyak manusia. Pada saat ini kita hidup di dalam masyarakat digital berbasis TIK dimana penggunaannya telah hadir di setiap waktu dan tempat. TIK memainkan peranan yang sangat signifikan baik di dalam urusan pribadi maupun urusan pekerjaan. Keadaan ini mendorong semua pihak untuk hidup bersama TIK dalam segala aspek yang menuntut pola pengelolaan yang lebih baik untuk mendapatkan manfaat positifnya. Teknologi Informasi (TI) adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai macam cara dan prosedur guna menghasilkan informasi yang berkualitas dan bernilai guna tinggi, sementara Teknologi Komunikasi (TK) adalah teknologi yang dipergunakan untuk mentransfer aneka informasi sehingga tepat guna, tepat sasaran, dan memiliki nilai. Meski dalam praktiknya, antara TI dan TK terkadang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Hal ini disebutkan Lestari (2011) bahwa TIK adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer informasi antar media. Bila ada penggunaan TI maka secara langsung akan terkait dengan penggunaan TK. Secara umum TIK adalah semua aspek yang melibatkan teknologi, rekayasa, dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya. Ada tiga komponen utama pembelajaran yang berbasis TIK yakni komputer, multimedia, dan telekomunikasi. Penggunaan TIK merupakan suatu model pembelajaran yang mendukung terwujudnya visi pendidikan global (Asyhar, 2011). Visi pendidikan global sebagai suatu kekuata baru dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan saat ini.

Pada umumnya pembelajaran dan pengejaran kimia masih diajarkan dengan metode ceramah dan/atau diskusi. Pada pola seperti ini, beberapa konsep kimia yang seharusnya penting dipahami terkadang dipelajari dengan metode hafalan oleh peserta didik. Seorang pengajar dikatakan telah berhasil hanya apabila mampu memberikan sejumlah soal-soal kimia teoritis yang mampu dijelaskan secara lugas dan jelas oleh siswanya pada tataran defenisi. Permasalahan ini hadir karena minimnya bahkan tidak ada sama sekali penggunaan modelmodel pembelajaran dan penerapan TIK yang terlupakan. Penerapan TIK menawarkan solusi terhadap permasalahan di atas. TIK dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif dalam menayangkan keadaan ini. Siswa lebih mudah memahami dan mampu membangunnya secara permanen dalam ingatan jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan TIK dalam pembelajaran dan pengajaran kimia ternyata mampu memberikan dampak positif yang signifikan. Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan secara singkat tentang beberapa penggunaan TIK yang sukses diterapkan di lembaga pendidikan di luar negeri serta beberapa dampak positif yang diperoleh dari adanya penerapan tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan praktis dan motivasi kepada para pengajar kimia bahwa penerapan TIK adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan lagi bahkan perlu didorong dengan proses perbaikan dan pengelolaan yang lebih mantap. DISKUSI Menurut Newhouse (2002), teknologi sebenarnya dikembangkan untuk memecahkan berbagai masalah atau kendala yang dihadapi oleh manusia dengan cara-cara yang produktif. Apabila tidak ada permasalahan, teknologi tidak dikembangkan dan tidak diadopsi. Dengan kata lain kehadiran teknologi tidak diperlukan jika tidak ada permasalahan yang ingin dipecahkan. Sebagai contoh permasalahan tentang jarak. Jarak yang jauh terhadap dua orang yang ingin berkomunikasi adalah sebuah kesulitan untuk melakukan hal itu. Dengan adanya teknologi

komunikasi membuat keduanya menjadi mudah dan masalah jarak dapat di atasi. Bila kendala jarak tidak ada, sebenarnya teknologi komunikasi tidak diperlukan untuk keadaan tersebut. Proses pembelajaran memiliki banyak pilihan untuk meraih capaian-capaian belajar. Penggunaan unusr teknologi di dalamnya merupaka pilihan yag sangat tepat. Dengan menggunakan teknologi maka hal ini dapat mendukung tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran, termasuk taksonomi (levelitas pembelajaran), pemahaman, dan beberapa kebutuhan-kebutuhan khusus. (Shambaugh, 2006). Ada beberapa pertimbangan positif yang dituliskan oleh Akmal (2009) terkait pemanfaatan TIK dalam pendidikan di Indonesia yakni terkait masalah geografis meliputi masalah waktu dan masalah sosial ekonomi Indonesia, Negara Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan, daerah tropis dan pegunungan hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan infrastruktur pendidikan sehingga dapat menyebabkan distribusi informasi yang tidak merata. Lebih lanjut Akmal menuliskan bahwa akselerasi pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan yang sulit diatasi dengan cara-cara konvensional, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi, TIK akan membantu kinerja pendidikan secara terpadu sehingga akan terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel. Integrasi TIK dalam proses pengajaran dan pembelajaran merupakan topik yang menarik perhatian banyak para peneliti, termasuk juga para praktisi pendidikan. Berdasarkan penggunaan TIK dapat diaplikasikan dalam tiga ruang lingkup yang berbeda yakni: kurikulum, topik, dan mata ajar. Wang dan Hoo (2007) menyebutkan bahwa integrasi TIK adalah sebuah proses yang komprehensif dalam mengaplikasikan teknologi ke dalam muatan kurikulum untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran. Kesuksesan penggunaan TIK tidak hanya bergantung pada ketersediaan teknologi, akan tetapi juga tergantung pada cara bagaimana merancang sebuah pembelajaran berbasis TIK memenuhi unsur-unsur pedagogi. Faktor
4

pendukung efektifitas penerapan TIK lain yang dikaji oleh Honey dan Carrigg pada tahun 2000 sebagaimana disebutkan di dalam Wang dan Hoo (2007) antara lain : faktor kepimimpinan, pengembangan secara profesional, waktu, dan dan cara evaluasi. Pemanfaatan TIK juga dalam hal mencari bahan belajar dari sumber-sumber yang asli dan diakui. Dalam menemukan artikel dari jurnal internasional, para peserta didik dapat memperolehnya hanya dengan duduk di depan komputer yang terhubung dengan jaringan internet. Semua informasi tentang ilmu sains dapat tersaji dalam waktu cepat hanya dengan menggunakan fasilitas internet. Bahan belajar yang sudah diperoleh kemudian disalin dan dipindahkan ke dalam USB, dapat juga dengan dicetak langsung sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran. TIK memainkan peranan yang sangat penting dalam mengelola pendidikan sains menjadi lebih relevan, memiliki daya tarik, dan mampu memberikan motivasi terhadap siswa. TIK juga menawarkan sebuah peluang untuk menghubungkan jurang pemisah antara masyarakat umum dan kalangan akademisi. Siswa melalui TIK mampu belajar bagaimana menemukan data, menginterpretasikan sebuah model, dan sumber-sumber rujukan dari internet yang mengantarkan mereka menjadi sukses baik di sekolah maupun di tempat bekerja. Salah satu keampuhan TIK dalam mengantarkan kesuksesan seorang siswa terkait dalam pelajaran sains adalah bahwa TIK mampu merangsang aspek teoritis dan praktikal dalam pengajaran dan pembelajaran sains (Mork, 2005). Menurut beberapa kesimpulan dari beberapa peneliti di dalam disertasi Mork (2005), kehadiran TIK mampu memunculkan dampak positif yakni: 1) Sistem pembelajaran yang kompleks dapat disimulasikan, 2) Kurikulum dapat dipusatkan pada permasalahan otentik, paralel dengan kehidupan nyata, 3) Pemodelan dan visualisasi dapat digunakan untuk menjembatani antara pengalaman dan abstraksi, 4) topic-topik kontroversial dapat didiskusikan dengan para ahlinya di luar ruang kelas). Lebih lanjut Mork menuliskan bahwa gagasan penggunaan TIK mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
5

Ada beberapa pembuktian yang telah dilakukan bahwa pencapaian pendidikan di Eropa secara positif disebabkan oleh adanya penerapan TIK di dalam dunia pendidikannya, tetapi kesimpulan ini tidak hanya di dalam ruang lingkup penggunaan di sekolah. Hal ini juga tergantung bagaimana TIK dikelola dan digunakan di dalam institusi pendidikan. TIK digunakan sebagai alat untuk mendukung dan meningkatkan eksistensi proses pembelajaran serta mendukung administrasinya. TIK tetap dipandang bukan untuk sebuah revolusi pembelajaran dan pengajaran (Punie, 2008). Penggunaan TIK juga mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam penggunaan TIK, lingkungan belajar lebih terkesan sebagai learner-centred, dimana siswa sebagai pusat pembelajaran. Proses pembelajaran konvensional umumnya lebih mengarahkan kepada lingkungan dimana guru sebagai pusat lingkungan, disebut teacher-centred. Selain itu, pemanfaatan TIK juga mendorong sebuah lingkungan yang berpusat pada pengetahuan (knowledge-centred). Masing-masing punya akses yang sama terhadap ilmu pengetahuan sehingga tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi atau tidak diajarkan. TIK juga menawarkan sebuah lingkungan belajar yang berpusat pada penilaian dan berpusat pada komunitas, yakni adanya kerja sama dan kooperasi (Newhouse, 2002). Berkaitan dengan pendidikan sains, secara khusus Webb (2008) menyatakan bahwa lingkungan belajar sains yang diperkaya dengan TIK mampu: 1) Meningkatkan perkembangan aspek kognitif, 2) Memampukan pengalaman secara lebih luas, sehingga siswa dapat menghubungkan sains dengan pengalaman pribadi dan pengalaman nyata mereka, 3) Meningkatkan manajemen diri siswa serta memampukan mereka untuk melacak tingkat kemajuan belajar, sehingga guru leluasa memusatkan perhatian pada hal-hal yang mendukung pembelajaran untuk memampukan para siswa, dan 4) Memfasilitasi koleksi data dan presentasi data tersebut, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami dan menginterpretasikan data tersebut.

Dari hasil tinjauan literatur oleh La Velle et al (2002), disebutkan secara detail bahwa Watson et al (1993) menyatakan penelitiannya tentang dampak TIK terhadap prestasi siswa mata pelajaran sains (di antara mata pelajaran lain). Watson juga menyediakan bukti bahwa siswa dengan menggunakan TIK akan melewatkan waktu lebih banyak dalam tugas pelajaran. Ada perubahan dalam perilaku dan motivasi siswa dalam belajar serta peningkatan dalam hal ketertarikan dan kecenderungan menikmati aktivitas belajarnya. Pada tahun 1993, Morrison et al juga menunjukkan bukti adanya peningkatan prestasi bagi siswa yang menggunakan laptop selama setahun pada semua kurikulum, termasuk sains. McFarlane and Friedler (1998) juga memperlihatkan bukti yang jelas peningkatan proses pembelajaran menggunakan logging data. Adanya peningkatan penggunaan TIK telah memperkenalkan sebuah pendekatan pedagogi yang baru, termasuk di dalamnya pembelajaran Berbasis Sumber atau Resource Based Learning (RBL) dimana pembelajaran ini memerlukan aset pendukung TIK. Secara khusus, mata pelajaran sains secara ekstrim memperoleh dampak positif dari kehadiran RBL yang berkaitan dengan penggunaan TIK. Implementasi teknologi yang didukung oleh inquiry-kolaboratif mendorong guru sains untuk mendesain pendidikan sebagai suatu sistem terpadu yang menyediakan sejumlah peralatan relevan kepada siswa, mengarahkan mereka untuk berkolaborasi secara efektif, dan meningkatkan secara epistemologi tingkat dan cara bekerja dengan ilmu pengetahuan (Givannini et al, 2010). Mengajarkan kimia adalah sebuah pola pengajaran yang terdiri dari adanya input dan proses. Input berasal dari adanya kondisi permulaan yang berpengaruh pada proses pengajaran. Input dapat dibedakan atas dua kategori yakni aspek pedagogi dan fitur teknologi. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam menggunaka teknologi adalah harus memenuhi unsur-unsur pedagogi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh peneliti (2009), pengajaran kimia melalui komputer memerlukan beberapa pengembangan lebih lanjut dalam aspek fitur teknologi dan aspek pedagogi. Ketidak-adaan salah satu aspek tersebut akan memberikan pengaruh pada pencapaian tidak sempurna pengajaran kimia. Dalam kajian yang dilakukannya, fitur teknologi yang memerlukan pengembangan tersebut
7

antara lain : situs web, laboratorium komputer, koordinator TIK, penasehat TIK, sofware pendidikan kimia, laptop, dan lain-lain. Salah satu cabang ilmu sains kimia yang memanfaatkan TIK dimana ilmu ini sedang berkembang pesat saat ini adalah ilmu kimia komputasi. Seorang peneliti kimia komputasi tidak akan bekerja dengan zat-zat kimia di laboratorium yang beberapa di antaranya berbahaya bagi tubuh apabila terpapar dalam waktu yang lama dan dengan konsentrasi paparan yang tinggi. Seorang peneliti kimia komputasi akan berkutat dengan gambar-gambar struktur menggunakan komputer dan beberapa aplikasi penunjang penelitian kimia komputasi. Kimia dapat juga berkolaborasi dengan ilmu biologi dan ilmu informatika membentuk suatu cabang ilmu yang dinamai bioinformatika. Cabang ilmu kimia ini adalah ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biokimia. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis data untuk mengelola informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment), prediksi struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder RNA, analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen (Wikipedia, 2012). Menurut Onwu dan Ngamo (2005), penerapan TIK dalam kimia meliputi beberapa hal yaitu penggunaan simulasi (animasi multimedia) dan laboratorium virtual, pelaksanaan perkuliahan menggunakan cara online (jarak jauh), penggunaan software pemodelan kimia, penggunaan sumber dan media lainnya seperti kamera digital, peralatan kimia sensor, e-mikroskop, dan sebagainya. Sementara Guliska (2005) menyebutkan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran kimia meliputi : penggunaan buku teks berbasis multimedia, penggunaan animasi yang menarik, dan aspek pengelolaan pelayanan TIK.
8

jaringan, media penyimpanan informasi dan media komunikasi, akses

intranet, pedukung online, proyektor LCD, alat pemindai (scanner), akses komputer di rumah,

Dalam riset yang dilakukan Schmid, et al (2009), tim peneliti ini menentukan format yang paling efektif dalam menentukan modul pembelajaran kimia secara online untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. Studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa siswa memiliki berbagai pilihan belajar serta lebih tertantang dengan adanya animasi dan versi interaktif menggunakan modul pembelajaran kimia online yang telah dirancang oleh peneliti dibandingkan dengan modul statis yang sebelumnya digunakan. Hanya saja ada faktor yang menjadi pertimbangan dalam investigasi ini berupa latar belakang pemahaman kimia siswa yang rata-rata sudah baik. Seharusnya dilakukan terhadap berbagai tingkat pemahaman kimia untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih baik lagi. Suatu pandangan yang optimis bahwa laboratorium komputer layaknya sebagai kelas tempat belajar, sebagai tempat siswa dan guru bertemu dan saling bertukar pikiran. Interaksi sosial, diskusi, dan aktivitas praktikum merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan yang secara kuat mendukung penerapan TIK. Komputer tidak lagi berjarak dengan siswa, berada di tempat yang jauh pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung melainkan sebagai hadir sebagai penguat dan melengkapi proses pembelajaran. Ini sangat penting dilakukan untuk mengidentifikasi sisi positif dan sisi negatif dari peralatan TIK secara individu, pengawasan secara mudah dilakukan di dalam kelas belajar, juga untuk mengevaluasi kriteria dan mempertajam hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan perangkat lunak (sofware) pembelajaran (Rogers, 2004). Ada suatu hal yang menarik di dalam penelitian yang dilakukan oleh Lerman dan Morton (2009), mereka menggunakan seni tari dan animasi komputer untuk membuat pelajaran kimia menjadi mudah diterima. Metode pengajaran ini telah dibuktikan pada seluruh tingkat pembelajaran di beberapa lembaga pendidikan di Amerika Serikat. Evaluasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa diperoleh peningkatan prestasi 20 % lebih tinggi dari sebelumnya.

Laboratorium pengajaran sains di masa depan sangat menjanjikan dalam hal penyediaan akses terhadap berbagai sumber belajar secara luas. Banyak sumber bahan belajar yang sangat cocok diambil dari internet, meskipun dari sekolah juga menyediakan bahan belajar selain internet (Rogers, 2004). Pembelajaran dengan bantuan komputer dapat memvisualisasikan materimateri kimia yang umumnya dalam tataran mikroskopis. Media pembelajaran berbasis komputer dapat membantu guru mengemas pembelajaran dengan menarik, menyampaikan konsep laju reaksi secara lebih konkrit dan meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Di sini akan tercipta suatu pemahaman yang utuh yang tidak hanya sebatas penyampaian materi secara konvensional. Hal yang paling membantu dalam penggunaan TIK adalah penyajian proses kimia yang cukup berbahaya melalui laboratorium virtual. Sebelum siswa melakukan kegiatan praktikum kimia secara langsung di dunia nyata, perlu pengenalan secara virtual, seolah-seolah mereka berada di dunia nyata. Peranan TIK dalam menyediakan fasilititas belajar virtual adalah sebagai sarana untuk memperkaya pemahaman siswa. Melakukan praktikum kimia berkali-kali untuk pemantapan adalah sebagai sesuatu yang mahal, maka dengan adanya laboratorium virtual dapat membantu meringankan biaya yang dikeluarkan tanpa kehilangan materi yang ingin disajikan. Perlu diingat bahwa penggunaan laboratorium virtual sebaiknya dijadikan sebagai pengayaan, bukan satu-satunya pilihan yang meniadakan model pembelajaran kimia yang lain. Ini sesuai dengan pendapat Punie (2008) bahwa TIK tetap dipandang bukan untuk sebuah revolusi. Revolusi dapat diartikan sebagai perubahan secara total yang meniadakan cara-cara sebelumnya. Jika TIK dianggap sebagai sebuah revolusi maka beberapa fungsi positif kehadiran TIK aka kehilangan maknanya. Laboratorium nyata (non-virtual) adalah tetap menjadi sebuah keharusan disebabkan oleh ada hal-hal yang tidak diperoleh secara sempurna bila hanya memakai model virtual.

10

Untuk

mengoptimalisasikan

penggunaan

TIK,

kadang-kadang

metode

pembelajaran

menggunakan TIK juga perlu dipadukan dengan metode tradisional (konvensional) untuk mengekspoitasi manfaat dari setiap cara yang digunakan, misalnya siswa menggunakan komputer untuk menghasilkan teks-teks yang atraktif dan diagram pada sebuah poster pembelajaran. Akan tetapi dalam penyajian ini, cara tradisional masih diperlukan berupa keterampilan untuk memilih, mengevaluasi, dan memvalidasi setiap informasi yang ditampilkan menggunakan komputer tersebut (Rogers, 2004). Dari kajian literatur yang dilakukan penulis, ada beberapa pendapat lain menyebutkan tentang dampak negatif penggunaan TIK dalam pendidikan sains. Akan tetapi menurut analisis yang dilakukan oleh penulis, suatu permasalahan memiliki dampak bila pengaruhnya secara luas dan berlangsung dalam jangka panjang. Dampak negatif itu muncul sebagai kesalahan yang terjadi akibat tidak cekatan dalam memanfaatkan sebuah peluang menjadi sebuah hal yang positif. Sebagai contoh adanya fasilitas copy and paste dalam aplikasi komputer. Ini tentu saja membuka kesempatan semakin mudahnya proses plagiat dilakukan. Akan tetapi dalam masalah ini penulis berpikir bahwa fasilitas copy paste itu sebenarnya sebagai peluang untuk dijadikan sebagai dampak positif, yakni semakin cepatnya proses pemindahan data. Dampak negatif yang diianggap berimplikasi terhadap kepercayaan diri guru, sebagaimana disebutkan Newhouse (2002) bahwa dengan penggunaan TIK, siswa mampu belajar di luar keahlian dan kemampuan guru. Dalam kondisi ini siswa dapat saja melebihi wawasan guru apabila guru tersebut tidak mampu mengimbanginya dengan hal yang serupa. Akan tetapi jika dikelola dengan baik, sebenarnya ini adalah potensi positif untuk menjadikan porses pembelajaran menjadi dinamis. Dampak negatif lain juga timbul akibat penggunaan TIK kurang terimplementasi dengan baik. Beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam hal mengimplementasikan penggunaan TIK antara lain : kurang lengkapnya hardware, infrastruktur, akses yang memadai terhadap software pendidikan, serta kelemahan guru dalam melaksanakan pendidikan berbasis TIK.
11

(Mork, 2005). Adanya beberapa dampak negatif yang diduga muncul dalam pemanfaatan TIK, maka perlu diantisipasi melalui pengelolaan penggunaan TIK secara baik. Apabila suatu dampak yang sebelumnya dipandang negatif, apabila diantisipasi dengan baik maka akan melahirkan potensi positif bahkan dapat dikategorikan sebagai dampak positif. Onwu dan Ngamo (2005) menyebutkan permasalah seperti yang dituliskan Galanouli & Gardner pada tahun 2004 bahwa tidak semua pengajar yakin bahwa penerapan TIK harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pengajaran mereka. Ini disebabkan oleh faktor resistensi terhadap perubahan pola pikir beberapa pengajar yang merupakan salah satu hambatan yang signifikan dalam mencapai efektivitas penerapan TIK. Dampak negatif yang selama ini dianggap hadir sebagai implikasi TIK adalah internet yang membuka peluang bebas bagi setiap penggunanya, atau bahkan mungkin ada opini yang menyebutkan pada masa lampau bahwa komputer hanyalah cocok digunakan anak laki-laki yang tidak menarik bagi seorang anak perempuan (Onwu dan Ngamo, 2005). Persepsi-persepsi ini layak diseminarkan atau diperdebatkan di depan publik untuk mematahkan opini negatif TIK. Perlu adanya pemaparan solusi untuk menangkal isu negatif sehingga resistensi pengajar dalam menerapkan TIK dapat terbantahkan. KESIMPULAN Pemanfaatan TIK dalam pendidikan sains dewasa ini tidak dapat dihindarkan lagi untuk mengikuti perkembangan global. Secara khusus ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti pendidikan kimia menunjukkan bahwa TIK memiliki dampak positif terhadap proses pembelajaran dan pengajaran kimia. Meskipun sebagian menyatakan ketidakyakinannya tentang dampak ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa TIK memiliki dampak negatif terhadap pendidikan yang sebenarnya dapat diarahkan menjadi dampak yang positif, tergantung pola pengelolaan pada saat penggunaannya.

12

Penerapan TIK di dalam pengajaran dan pembelajaran kimia mencakup beberapa hal seperti penggunaan animasi komputer, belajar jarak jauh, penggunaan animasi pemodelan kimia, dan sebagainya. Semua penerapan itu akan semakin efektif bila didukung dengan adanya manajemen yang profesional, ketersediaan fitur teknologi yang memadai, ketersediaan waktu, dan cara evaluasi. Penulis menyarankan kepada para pengajar sains khususnya kimia agar senantiasa melakukan proses perbaikan dan pengelolaan yang mantap di dalam menggunakan TIK sehingga dampak positifnya dapat diraih. Penyebaran opini tentang pentingnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan pengajaran kimia dipandang perlu untuk mendukung percepatan keseragaman persepsi antara para pengajar kimia, yakni dengan melakukan seminar, diskusi publik, bahkan bila memungkinkan dengan menggunakan debat ilmiah. DAFTAR PUSTAKA Akmal, Khoirul (2009). Kecenderungan Global dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan diIndonesia. http://www.scribd.com. Diakses 14 Januari 2012.
Anonim. Bioinformatika. http://www.wikipedia.com. Diakses 14 Januari 2012.

Asyhar, Rayandra (2011). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Giovannini, Maria Lucia., Hunya, Mrta., Lakkala, Minna., Moebius, Sibylle., Raymond, Cyrille., Simonnot, Brigitte., Traina, Ivan (2005). Fostering the Use of ICT in Pedagogical Practices in Science Education. (http://www.elearningpapers.eu diakses 14 Januari 2012). Guliska, H (2005). Using New Technologies in Teaching Chemistry. Lecture Notes. Gupta-Bhowon, M., et al. (2009). Chemistry Education in the ICT Age. DOI 10.1007/978-1-40209732-4_5, Springer Science + Business Media B.V. Kargiban, Zohreh Abedi., Siraj, Saedah (2009). The Utilization and Integrating of ICT in Chemistry Teaching in Iranian High Schools. World Applied Sciences Journal 6 (11): 1447-1456, IDOSI Publications. La Velle, Linda B., McFarlane, Angela., Brawn, Richard (2002). Knowledge transformation tThrough ICT in Science Education. Graduate School of Education, University of Bristol.
13

Lerman, Z. M., Morton, D. (2009). Using the Arts and Computer Animation to Make Chemistry Accessible to All in the Twenty-First Century. DOI 10.1007/978-1-4020-9732-4_5, Springer Science + Business Media B.V. Lestari, Umi (2011). Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap Aktivitas Pendidikan. Makalah Tugas Mata Kuliah ICT, Program Pascasarjana UHAMKA. (http://umilestari67.wordpress.com diakses 14 Januari 2012). Mork, Sonja M (2005). Design and Implementation of the Web-Based Viten Program Radioactivity. University of Oslo Dissertation. Newhouse, Paul (2002). A Framework to Articulate the Impact of ICT on Learning in Schools. Specialist Educational Services, Perth, Western Australia. Onwu, Gilbert Oke., Ngamo, Salomon Tchameni (2005). ICT Integration In Chemistry. African Virtual university. Punie, Yves., Zinnbauer, Dieter., Cabrera, Marcelino (2008). A Review of the Impact of ICT on Learning, Working Paper prepared for DG EAC, October 2006. Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities. Rogers, Laurence (2004). Integrating ICT into Science Education and the Future Teaching Secondary Science With Ict (New Ways of Working in Science Education, p.139-154). Open University Press, McGraw-Hill Education (www.openup.co.uk). Shambaugh, Neal., Magliaro, Susan G (2006). Instructional Design : A Systematic Approach for Reflective Practice. Pearson Education, Inc. United States of America. S. Schmid, A. Yeung, A. V. George, and M. M. King (2009). Designing Effective E-Learning Environments Should We Use Still Pictures, Animations or Interactivity? DOI 10.1007/978-14020-9732-4_5, Springer Science + Business Media B.V. Wang, Q., & Woo, H. L.. (2007). Systematic Planning for ICT Integration in Topic Learning. Educational Technology & Society, 10 (1), 148-156.

14

You might also like