You are on page 1of 2

Filsafat Ilmu (Pemahaman Pribadi) 1.

Pokok-pokok pikiran penting yang berkaitan dengan Filsafat Ilmu dalam kaitan dengan pendidikan IPA adalah bahwasanya filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah yang menjadi ciri utama pendidikan IPA antara lain apa dan bagaimana suatu konsep, serta bagaimana suatu pernyataan dianggap dan disebut sebagai ilmiah. Pendidikan IPA adalah pendidikan yang bermuatan tentang konsep bagaimana suatu kajian tentang alam dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskannya, memperkirakan serta memanfaatkannya melalui teknologi. Seluruh kajian tentang ilmu pendidikan alam harus disertai dengan bukti-bukti yang diperoleh melalui serangkaian eksperimen kemudian diiringi dengan mekanisme penalaran. 2. Literatur yang pernah dipelajari secara mandiri: Buku Filsafat Ilmu karangan Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Gagasan penting dari buku ini adalah tentang hakikat pengetahuan sains dan strukturnya, objek dari sains dan cara memperolehnya, serta cara bagaimana menggunakannya. Di dalam buku ini juga dijelaskan tentang perbedaan mendasar antara kaidah sains, filsafat, dan mistik. Masingmasing dapat dibedakan berdasarkan paradigma, objek, metode, dan kriteria. Hal yang menarik dikupas adalah tentang perbedaan antara pernyataan logis dan pernyataan rasional. Selain buku di atas, sumber-sumber lain dari internet semisal ensiklopedia dunia maya (wikipedia) dan situs-situs yang terkait dengan fisafat. 3. Tautan antara filsafat dan ilmu dari perspektif ontologis, epistemologis, dan metodologi yaitu: a. Filsafat dan Ilmu dari Perspektif ontologis yakni tentang hakikat dan strukturnya. Filsafat secara hakikat adalah suatu pengetahuan yang menggali secara mendalam segala apa saja yang dapat dipikirka oleh manusia, demikian juga dengan ilmu yang berupaya menelaah dan meneliti apa saja yang rasional di dalam pikiran manusia. Keduanya memiliki hubungan yang sagat dekat apabila dihadapkan pada suatu objek dan kesamaan kriteria. b. Perspektif epistemologis yakni cara memperolehnya. Keduanya diperoleh berdasarkan penalaranpenalaran. Bila filsafat bersifat sebagai penalaran yang tidak memerlukan bukti empiris maka ilmu (sains) bersifat sebagai penalaran yang memerlukan bukti-bukti empiris. c. Perspektif metodologis, tentang bagaimana cara-cara dalam menggunakan kedua pengetahuan tersebut. Secara umum memiliki tautan dalam hal menjelaskan (eksplanasi) suatu keadaan atau suatu hal yang dipikirkan, kemudian digunakan dalam meramalkan suatu yang masih menjadi misteri, memprediksinya dengan diikuti oleh cara-cara berpikir yang terarah dan sistemik.

4. Tujuan dari ilmu adalah: untuk menjawab segala macam ketidak tahuan manusia dan memuaskan keinginan mereka untuk tahu. Kaitan ilmu dengan pengetahuan dan pengalaman yakni bahwasanya ilmu diciptakan oleh adanya pengetahuan tentang keadaan sesuatu, kemudian melakukan proses penemuan secara bertahap dan bertahap, selanjutnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa itu adalah ilmu. Selain itu, ilmu lahir berdasarkan pengalaman-pengalaman yang rasional. Kaitan ilmu sangat erat dengan etika sosial yang mengatur dan membatasi ruang gerak ilmuwan dalam berkreasi yakni ilmu pada hakikatnya digunakan untuk menjawab kebutuhan manusia baik secara individu maupun

secara sosial. Jawaban-jawaban yang tercipta dari adanya ilmu tersebut kemudian digunakan oleh manusia untuk kemaslahatan individu dan sosial. Ilmu menjawab pertanyaan tentang sesuatu benar atau salah, kemudian dimanfaatkan untuk mewujudkan sesuatu itu baik atau buruk. Adanya keterkaitan tadi menyebabkan bahwa etika sosial berhubunga langsung dengan ilmu. 5. Fungsi etika dan religi dalam pengembangan ilmu dan teknologi adalah: sebagai penuntun para pelaku ilmu dan teknologi dalam melakukan berbagai pengembangan terkait imu dan teknologi tersebut. Etika dan religi mengajarkan nilai-nilai yang semestinya dianut oleh para ilmuwan dan teknolog sehingga mencegah mereka dari keputusan-keputusan negatif yang dapat mengancam dan membahayakan tatanan kehidupan secara umum. Contoh kasus: Etika dan religi menerapkan pembimbingan yang kuat terhadap pengembangan IPTEK kloning. Seperti diketahui bahwa kloning dan teknologi DNA rekombinan pada dasarnya mampu melakukan pembiakan makhluk hidup di luar dari batas kebiasaan (yang lumrah) dilakukan. Etika dan religi harus difungsikan dalam menuntun para ilmuwan dan teknolog dalam bertindak. Pemahaman tentag etika dan religi akan menjadikan ilmuwan dan teknolog tersebut menjadi lebih peka terhadap nilai, misalnya membagi dua hal pembolehan/pelarangan kloning: Dibolehkan untuk tumbuhan dan hewan dengan maksud meningkatkan varietas ketersediaan pangan Dilarang untuk manusia dengan tujuan yang mengaburi silsilah manusia, atau yang memiliki akibat bercampurnya garis keturunan.

Dijawab oleh : Jul Hasratman, S.Si Mahasiswa S2 Pendidikan IPA Universitas Jambi, 12 Maret 2012

You might also like