You are on page 1of 7

MUKADIMAH HABIB MUHAMMAD RIZIEQ SHIHAB DALAM SITUS RESMI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI): ANALISIS WACANA (HABIB

MUHAMMAD RIZIEQ SHIHABS PREAMBLE IN OFFICIAL SITE OF FRONT PEMBELA ISLAM (FPI): DISCOURSE ANALYSIS) Jatmika Nurhadi, Megaria, dan Sariah Universitas Padjadjaran Jalan Raya Jatinangor km 21 Jatinangor 45363 Pos-el: jatmikanurhadi@gmail.com Abstrak Tulisan ini menganalisis penggunaan ideologi yang ditilik melalui proses penyebarannya. Selain itu, ideologi digunakan sebagai perlawanan dominasi kekuasaan dan penarikan simpati khalayak. Analisis dilakukan terhadap mukadimah yang disampaikan Habib Muhammad Rizieq Shihab, Ketua Umum FPI, dalam situs resmi Front Pembela Islam (FPI). Hasil kajian menunjukkan bahwa Habib Rizieq menyebarkan wacana sebagai proses perlawanan dominasi kekuasaan dan penarikan rasa simpati masyarakat. Proses dan praktik wacana menggunakan strategi bahasa tertentu untuk merepresentasikan aktor sosial yang terlibat dalam wacana ini. Kata Kunci: bahasa, ideologi, analisis wacana kritis

Abstract This paper analyzes the use of an ideology that traced through the distribution process. Moreover, ideology is used as the domination of power and resistance withdrawal audience sympathy. The analysis performed on the preamble delivered Habib Muhammad Rizieq Shihab, Chairman of the FPI, the official website of the Islamic Defenders Front (FPI). The study results showed that Habib Rizieq spread the discourse as a process of resistance and withdrawal of power domination local sympathies. The process of discourse and practice using strategies specific language for representing social actors involved in this discourse. Key words: language, ideology, critical discourse analysis

1. 1.1

Pendahuluan Latar Belakang Wacana dalam kaitannya dengan ideologi dapat menggeser ide orang atau kelompok tertentu. Teks sebagai perwujudan wacana dapat dipandang sebagai sarana sekaligus media di mana suatu kelompok mengunggulkan diri sendiri dan memarginalkan orang lain. Dengan kata lain, akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan saat wacana tersebut diproduksi dan didistribusikan. Kondisi ini dapat dicapai dengan menggunakan alat ideologi. Alat ideologi digunakan oleh suatu kelompok dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain cenderung untuk terus-menerus dijadikan sebagai objek pemaknaan dan penggambaran secara buruk. Menariknya, hal semacam itu sendiri secara ideologis mengekspresikan polarisasi antara kita dan mereka. Oleh karena itu, bahasa tidak lagi dilihat semata-mata mencerminkan realitas, tetapi bisa menjadi sebagai pusat untuk menciptakan realitas. Kata-kata kita tidak pernah netral, mereka membawa kekuasaan yang mencerminkan kepentingan dari mereka yang berbicara atau menulis. Realitas tersebut seringkali diwujudkan dalam representasi-representasi yang berideologis. Tentunya perepresentasian tersebut digunakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Tujuan itu bisa dimaksudkan untuk mengubah mental seseorang agar sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis atau pembicara dalam wacananya. Dengan kata lain, ada penyaluran ideologi dalam wacana-wacana itu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan van Dijk (2008: 35) mengenai wacana dan reproduksi ideologi.

Oleh karena itu, pengkaji bermaksud untuk melakukan analisis tekstual dalam proses sosial yang berkaitan dengan ideologi yang terdapat pada teks mukadimah Habib Muhammad Rizieq Shihab dalam situs resmi Front Pembela Islam (FPI). 1.2 Masalah Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana strategi wacana yang digunakan Habib Muhammad Rizieq Shihab dalam teks mukadimah situs resmi Front Pembela Islam (FPI), serta bagaimana proses sosial yang terkandung di dalamnya. 1.3 Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi wacana yang digunakan oleh Habib Muhammad Rizieq Shihab dalam teks mukadimah situs resmi Front Pembela Islam (FPI). 1.4 Metode Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau data lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 1993: 10). Metode ini mampu memberikan gambaran data secara sistematis dan akurat serta hubungannya dengan fenomena-fenomena yang diteliti. Fenomena dalam penelitian ini bersumber kepada pengamatan kualitatif atau naturalistik (Kirk dan Miller, 1986: 9), yakni data bahasa tulis yang terdapat Mukadimah Muhammad Habib Rizieq Shihab dalam situs resmi Front Pembela Islam (FPI). Wacana dalam kajian ini adalah teks mukadimah yang terdiri atas 36 paragraf dan 75 kalimat. Teks mukadimah ini diperoleh dari laman resmi www.fpi.or.id. Teks ini dibuat di Rumah Tahanan Salemba Sel No. 19 Blok R, Jakarta Pusat oleh Habib Rizieq sebagai Ketua FPI pada saat itu. Tahap proses analisis ini terdiri dari: (1) pengumpulan data, (2) penyeleksian data, (3) penganalisisan dimensi mikro atau tekstual, (4) penganalisisan dimensi meso atau praktik wacana, (5) penganalisisan dimensi makro atau praktik sosiobudaya, (6) penguraian hasil, dan (7) penarikan simpulan. 2. Kerangka Teori Kerangka teori yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis wacana kritis model van Leeuwen (1996; 2008) yang dikenal dengan model analisis representasi aktor sosial. Selain itu, dalam kajian mikro digunakan pula beberapa perangkat yang dipaparkan van Dijk (1997; 2006; 2008), seperti: leksikon, metafora, dan presuposisi. Dalam kajian digunakan tiga analisis yaitu: analisis mikro (tekstual) dan analisis makro (sosial, kultural, dan institusional). 3. 3.1 Hasil dan Pembahasan Analisis Mikro Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis mikro. Analisis mikro berpusat pada wujud tekstual. Untuk menganalisis wujud tekstual, kajian ini memanfaatkan beberapa perangkat, yaitu: ekslusi, inklusi, dan presuposisi. 3.1.1 Ekslusi Eklusi sudah menjadi aspek penting dari analisis wacana kritis (Leeuwen, 2008: 29). Ada beberapa strategi bagaimana suatu aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dari pembicaraan. Di antaranya dapat menggunakan pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat (Eriyanto, 2005: 173-178). Eksklusi merupakan salah satu bentuk memahami teks yang bernuansa ideologis atau ada tendensi dari seorang penulis terhadap suatu peristiwa. Eksklusi model Theo van Leeuwen meliputi pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat. Dalam wacana perangkat ekslusi yang banyak digunakan adalah pasivasi. Pasivasi Pasivasi berhubungan dengan proses bagaimana aktor atau satu kelompok tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. Pasivasi dapat juga digunakan untuk menunjukkan pihak mana yang lebih ingin ditonjolkan dalam wacana. Beberapa bentuk pasivasi di bawah ini

menggambarkan bagaimana FPI memandang dirinya sebagai organisasi yang sangat teraniaya. Pasivasi di antaranya terdapat pada data di bawah ini. ........Saya selaku Ketua Umum FPI ditembak orang tak dikenal, dan dengan pertolongan Allah SWT saya selamat dari usaha percobaan pembunuhan tersebut. (3.1) ....Al-Habib Sholeh Alattas, salah seorang penasihat DPP-FPI, terbunuh ditembak orang tak dikenal di depan halaman rumahnya, usai mengimami sholat Shubuh di masjid. (4.1) ....Terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI di berbagai wilayah..... (6.1) Selanjutnya, data (3.1) menggunakan bentuk pasivasi ditembak. Untuk menunjukkan kepedihan sang korban, pola pasivasi digunakan. Pelaku atau aktornya tidak diungkapkan. Korbannya adalah saya (Ketua Umum FPI). Pemakaian pasivasi juga tampak pada data (4.1). Verba yang digunakan juga ditembak. Pasivasi ditembak ini mengindikasikan korban karena korban seharusnya mendapat perhatian dan kasih sayang khalayak. Karena tembakan tersebut, korban terbunuh, sedangkan pelaku penembakan tersebut tidak dinyatakan dengan lugas, tetapi menggunakan frasa orang tak dikenal. Data (6.1) di atas juga masih berpola sama, yaitu penggunaan pasivasi untuk menonjolkan korban. Karena menganggap FPI sebagai organisasi kemasyarakatan yang teraniaya, pola pasivasi sangat tepat dipakai untuk mendeskripsikan pemahaman tersebut. Pelaku atau aktornya dilesapkan untuk menggugah semangat jihad para anggotanya atau para simpatisan FPI. 3.1.2 Inklusi Eriyanto (2005: 178-189) mengungkapkan bahwa ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks, yaitu: (1) diferensiasiindiferensiasi; (2) objektivasi-abstraksi; (3) identifikasi; (4) indeterminasi, dan (5) asimilasiindividualisasi. 1) Diferensiasi-Indiferensiasi Strategi ini dimaksudkan agar suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih baik. Dengan kata lain, strategi ini memperlihatkan wujud kontras dari aktor-aktor yang berlawanan. Strategi yang digunakan Habib Rizieq dengan perangkat ini banyak menggunakan diferensiasi, seperti terdapat pada data di bawah ini. Namun, Allah SWT menghendaki lain. Ternyata pada tanggal 3 Jumadil Ula 1422 H/24 Juli 2001 M, Sang Presiden RI ke-4 dilengserkan musuh-musuh politiknya, pemerintahan dan kekuasaannya dihancurkan oleh Sang Maha Kuasa. Sedang FPI, dengan izin Allah SWT dan pertolongan-Nya, hingga saat ini tetap ada dan diakui eksistensinya. Alhamdulillah. (12.1) .....Dimuat dalam majalah TIME, edisi 25 Sya'ban 1422 H / 12 November 2001 M, dalam Special Report, laporan Departemen Luar Negeri AS yang menyatakan bahwa FPI adalah salah satu jaringan "teroris" Usamah bin Ladin yang mendapat sokongan dana besar dalam tiap gerakannya. Sebagaimana Usamah dituduh oleh AS dan Inggris sebagai teroris yang berbahaya dan harus diperangi, maka FPI sedang digiring oleh AS dan Inggris ke arah yang sama. Padahal, semua orang tahu bahwa AS dan Inggris adalah the biggest terroris yang selalu memusuhi Islam. (13.5) Amerika Serikat selama ini selalu menuding berbagai kelompok Islam di dunia, termasuk FPI, sebagai pelanggar HAM. Ternyata Human Right Watch (HRW), sebuah Lembaga Pemantau HAM Internasional yang berkedudukan di New York - USA, lewat laporan tahunannya yang dituangkan dalam Human Right Report 2002, menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah pelanggar HAM terbesar di dunia....... (26.1) Dari pemanfaatan strategi ini, dapat dilihat pada 12.1 bahwa Habib Rizieq mengontraskan kondisi Presiden RI ke-4 dengan kondisi FPI. Terlihat pada klausa Presiden RI ke-4 dilengserkan dan

FPI tetap ada dan diakui eksistensinya. Juga terlihat konjungsi sedang sebagai konjungsi antarkalimat yang berfungsi mempertentangkan. Wujud strategi seperti ini terlihat jelas bahwa Habib Rizieq bermaksud ingin mengunggulkan FPI. Tentu di sini terdapat muatan ideologis yang disalurkan, terutama bagi anggota FPI sendiri. Selain itu, dapat dilihat juga wujud pendiferensiasian pada 26.1 yang ditunjukkan klausa Amerika Serikat menuding berbagai kelompok Islam sebagai pelanggar HAM dan Amerika Serikat adalah pelanggar HAM terbesar di dunia. Habib Rizieq ternyata memanfaatkan strategi ini untuk memperlihatkan bahwa AS menuding Islam sebagai pelanggar HAM padahal AS sendiri adalah pelanggar HAM terbesar. Tentu apabila melihat pernyataan seperti ini, pembaca akan menganggap bahwa AS adalah tukang fitnah atau sebagai kelompok yang mengambinghitamkan orang lain, padahal AS sendiri yang seharusnya disalahkan.

2)

Objektivasi-Abstraksi Strategi ini berkaitan dengan informasi bagaimana suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan secara konkret atau secara abstrak. Dalam data terdapat strategi abstraksi, di antaranya: .....berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, bahkan teror, ancaman dan intimidasi, kerap kali dialamatkan ke organisasi ini. (1.4) ....Namun ternyata, di Bandara 'Amman ibukota Yordania kami berdua ditahan dan tidak diizinkan masuk. Padahal, kami telah mendapat multiple visa untuk keluar masuk Yordania beberapa kali selama 6 bulan. Visa tersebut kami peroleh dari Kedutaan Besar Yordania di Jakarta pada tanggal 21 Maret 2003. (16.4) .....sehingga ribuan turis bule serta merta lari meninggalkan Indonesia, dan ribuan lainnya membatalkan rencananya ke Indonesia..... (25.4) .....Begitulah yang dialami FPI, puluhan aktivisnya keluar masuk penjara, tidak terkecuali saya selaku Ketua Umumnya. (27.2) Data-data di atas merupakan bentuk abstraksi dengan menggunakan frase seperti kerap kali, beberapa kali, dan puluhan. Khalayak akan mempersepsikan berbeda antara frase kerap kali dan sebelas kali. Frase sebelas kali sangat objektif, sedangkan kerap kali sangat abstrak dan tidak bisa diketahui dengan tepat jumlahnya. Hal ini tentu saja merupakan salah satu bentuk penyaluran ideologi dari Habib Rizieq terhadap pembaca mukadimahnya. Ideologi tersebut secara terselubung ada pada frase-frase seperti itu. 3) Identifikasi Suatu peristiwa dapat didefinisikan, salah satunya dengan menggunakan identifikasi. Biasanya proses identifikasi itu dilakukan dengan penambahan anak kalimat, dengan perluasan fungsi dalam kalimat. Dalam kalimat, biasanya strategi semacam ini digunakan untuk memperjelas atau memberi keterangan pada sesuatu. Namun, hal semacam ini perlu dikritisi, apakah strategi semacam ini digunakan untuk menyugestikan makna tertentu yang disebabkan penilaian seseorang, kelompok atau tindakan tertentu. Wujud identifikasi ditampilkan dalam data-data di bawah ini. Sederetan "orang cerdas" dari kalangan tokoh nasional menyatakan bahwasanya aksiaksi FPI biadab dan merusak citra Islam. Sekelompok orang yang mengatasnamakan ulama menuding FPI sebagai aliran sesat yang haram didekati. Sejumlah organisasi dan LSM yang berkolusi dengan tempat-tempat maksiat mendatangi DPR/MPR RI untuk menuntut pembubaran FPI. (10.1) Lembaga yang menyebut dirinya sebagai "Komnas HAM" pun tak ketinggalan mengusulkan pembubaran organisasi yang pada tanggal 22 Robi'ul Awwal 1421 H / 24 Juni 2000 M pernah menyerbu gedung kantornya ini..... (11.1) .....Padahal, semua orang tahu bahwa AS dan Inggris adalah the biggest terroris yang selalu memusuhi Islam. (13.8) Sekaligus untuk berbagi informasi dan pengalaman sesama ikhwan yang concern terhadap perjuangan amar ma'ruf nahi munkar. (33.3)

Anak kalimat dari kalangan tokoh nasional, yang mengatasnmakan ulama, yang berkolusi, yang menyebut dirinya sebagai Komnas HAM, yang selalu memusuhi islam, yang selalu melakukan gerakan anti AS, dan yang concern terhadap perjuangan amar maruf nahi munkar .adalah identifikasi yang diberikan oleh Habib Rizieq. Akan tetapi, identifikasi itu sering menjadi penilaian ke arah mana peristiwa tersebut harus dijelaskan. Seperti pada anak kalimat yang selalu memusuhi Islam, terdapat penilaian Habib Rizieq terhadap AS dan Inggris. Anak kalimat itu juga secara langsung menunjukkan apa ideologi Habib Rizieq. Juga, anak kalimat yang berkolusi, LSM akan digambarkan buruk, dan amoral karna berkolusi dengan tempat-tempat maksiat sehingga tidak heran mereka ingin menuntut pembubaran FPI yang disebut-sebut sangat kontra terhadap tempat-tempat seperti itu.

4)

Indeterminasi Dalam sebuah wacana aktor dapat disebutkan secara jelas atau sebaliknya disebutkan secara tidak jelas (anonim). Bentuk anonimitas bisa disebabkan oleh belum lengkapnya informasi sebagai bahan tulisan sehingga lebih aman untuk menulis anonim. Dari data di atas sangat jelas Habib Rizieq melakukan indeterminasi pada tokoh-tokoh FPI dan kerabatnya. Wujud indeterminasi ini menunjukkan bahwa Habib Rizieq ingin menunjukkan bahwa tokoh yang disebutkan sangat dikenal olehnya. Bandingkan dengan data berikut. Sederetan "orang cerdas" dari kalangan tokoh nasional menyatakan bahwasanya aksi-aksi FPI biadab dan merusak citra Islam. Sekelompok orang yang mengatasnamakan ulama menuding FPI sebagai aliran sesat yang haram didekati. Sejumlah organisasi dan LSM yang berkolusi dengan tempat-tempat ma'siat mendatangi DPR / MPR RI untuk menuntut pembubaran FPI. (10.1) Sikap permusuhan terhadap FPI tidak hanya datang dari dalam negeri, sejumlah negara barat yang anti Islam seperti Amerika Serikat dan Inggris pun melakukan propaganda licik untuk memojokkan FPI. (13.1) Dari data di atas dapat diketahui bahwa Habib Rizieq menggunakan strategi determinasi. Terdapat efek generalisasi yang ditunjukkan dengan numeralia sederetan, sekelompok, dan sejumlah. Nampak jelas efek generalisasi ini mengaburkan siapa saja yang dimaksud dari kata sederetan, sekelompok, dan sejumlah tersebut. Penjamakan tersebut berakibat pembaca akan mengira-ngira atau bahkan menggeneralisasi apa yang disebutkan setelah numeralia tersebut. Misalnya pada sederetan orang cerdas dari kalangan tokoh nasional. Pembaca akan menggeneralisasi bahwa orang cerdas dari kalangan tokoh nasional menyatakan aksi FPI biadab dan merusak citra Islam. Hal ini disebabkan karena determinasi tersebut berwujud penjamakan dan tidak jelas siapa saja yang dimaksud. 3.1.3 Presuposisi Presuposisi digunakan untuk mendukung makna suatu teks dengan memberikan premis yang dapat dipercaya kebenarannya. Presuposisi hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi. Perhatikan data berikut ini. Jadi jelas, Amerika serikat dan sekutunya akan terus mendorong kaki tangannya untuk melakukan tekanan terhadap pihak mana pun yang tidak disukainya. (23.1) Penggunaan jadi jelas dalam data tersebut merupakan penyimpulan yang digunakan sebagai pernyataan pembenar atau penegas dari pernyataan-pernyataan sebelumnya. Frasa akan terus adalah presuposisi dari pernyataan pada paragraf-paragraf sebelumnya. 3.2 Analisis Meso Analisis meso memang tidak dipaparkan oleh van Leeuwen, tetapi dalam analisis ini digunakan analisis meso yang didasarkan pada dua aspek, yakni: proses penghasilan wacana (produksi) dan proses penyebaran wacana (distribusi).

3.2.1 Proses Penghasilan Wacana Penghasilan wacana adalah proses penulisan saat wacana dihasilkan oleh sang penulis (Habib Rizieq). Wacana ditulis sendiri oleh Habib Rizieq saat ia sedang berada di sel nomor 19 blok R di dalam Rutan Salemba pada 17 Agustus 2003 yang bertepatan dengan 18 Jumadits Tsani 1424 H. Ada kemungkinan risalah tersebut ditulis tangan oleh Habib Rizieq mengingat kondisinya saat itu sedang berada di dalam sel tahanan. Risalah yang ditulis oleh Habib Rieziq merupakan curahan perasaan yang selama ini terpendam di hatinya karena menghadapi hujatan, gencaran, hinaan, cacian, makian dan sebagainya. Risalah ini juga merupakan gambaran betapa suramnya wajah FPI di mata masyarakat. Hal ini, terlihat pada daftar aksi yang FPI lakukan diantaranya seperti berikut ini. Risalah yang ditulis Habib Rieziq bukan semata-mata imajinasinya, melainkan curahan hatinya berkaitan dengan semua kasus yang telah FPI hadapi. Seperti kutipan berikut ini yang terdapat dalam tulisannya. Risalah ini bukan dialog imajiner. Semua pertanyaan yang ada dalam risalah ini bukan sekedar imajinasi penulis. Tapi merupakan pertanyaan dan pernyataan riil yang penulis dapatkan dari berbagai kalangan dalam berbagai kesempatan. (34.1). Artinya, Habib Rieziq menulis risalah tersebut dalam keadaan sangat sadar dan tidak dalam keadaan terpaksa dan dalam kondisi yang sangat sehat walafiat. Teks risalah yang ditulis mengungkapkan curahan hati mendalam dari berbagai pertanyaan dan pernyataan yang Rieziq dapatkan dari berbagai kalangan dan berbagai kesempatan. 3.2.2 Proses Penyebaran Wacana Proses penyebaran wacana melalui internet (intenational network), karena internet merupakan salah satu media komunikasi yang memungkinkan untuk dapat diakses oleh semua pihak baik dalam maupun luar negeri. Risalah ini bisa kita lihat langsung di website resmi FPI di www.fpi.or.id. Penyebaran wacana melalui internet memungkinkan dan membuka peluang untuk dinikmati dan dibaca oleh seluruh umat di penjuru dunia dan untuk semua kalangan baik tua maupun muda. 3.3 Analisis Makro Darma (2009: 189) mengungkapkan bahwa dalam tingkatan bahasa yang sangat konkret, bahasa tidak berisi kata-kata, klausa-klausa, atau kalimat-kalimat, tetapi bahasa berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna. Dalam konteks interpersonal, konteks tempat makna itu dipertahankan, sama sekali bukan tanpa nilai sosial. Hal itu pulalah yang tercermin dalam dimensi praktik sosio budaya. Dimensi praktik sosio budaya sangat erat kaitannya dengan keadaan saat wacana itu diproduksi. Situasi dan kondisi di mana wacana tersebut dihasilkan dan didistribusikan. Kemudian dibicarakan juga siapa yang memproduksi wacana, apakah posisinya sebagai penguasa atau yang dikuasai. Selain itu, dimensi ini membicarakan situasional, institusional, dan kultural di mana wacana tersebut dihasilkan. Wajah FPI dan segala macam kontroversialnya dalam pemberitaan tidak bisa dilepaskan dari sosok ketua umumnya yang bernama lengkap Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab Lc. Habib Muhammad Rizieq Shihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam (FPI) tanggal 17 Agustus 1998. Karakter kepemimpinan yang dimiliki Habib Rieziq merupakan keturunan dari ayahnya yang merupakan pemimpin pemuda Arab pada awal 1950-an. Habib Husein Shihab (ayah Habib Rieziq) telah menghimpun para pemuda Arab untuk mengabdi pada bangsa melalui bidang kepanduan. Darah kepemimpinan Habib Rieziq diturunkan dari ayahandanya Habib Husein Shihab yang sangat cekatan memimpin dan memberikan pengarahan kepada para pemuda yang tergabung dalam Pandu Arab Indonesia. Aksesnya dengan bangsa Arab juga dilatar belakangi karena ia pernah menuntut ilmu di di King Saudi University, Arab Saudi yang diselesaikan dalam waktu empat tahun dengan predikat cumlaude. Front Pembela Islam (FPI) dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 di halaman Pondok Pesantren Al Um Kampung Utan Ciputat, Tangerang Selatan. Deklarasi ini dihadiri oleh sejumlah habaib, ulama, mubalig, dan aktivis muslim serta ratusan santri yang berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek). FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun 1998, terutama yang dilakukan oleh laskar paramiliternya, yakni Laskar Pembela Islam. Rangkaian aksi penutupan klab malam, tempat pelacuran, dan tempat-tempat yang diklaim sebagai tempat maksiat,

ancaman terhadap warga negara tertentu, penangkapan (sweeping) terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain adalah wajah FPI yang paling sering diperlihatkan dalam media massa. FPI mulai dikenal sejak terjadi Peristiwa Ketapang di Jakarta pada 22 November 1998, sekitar dua ratus anggota massa FPI bentrok dengan ratusan preman. Bentrokan bernuansa suku, agama, ras, antargolongan ini mengakibatkan beberapa rumah warga dan rumah ibadah terbakar serta menewaskan sejumlah orang. Hingga pada 11 Agustus 2003, Majelis Hakim memvonis Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dengan hukuman tujuh bulan penjara. Pembacaan putusan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terjadi pada Senin, 11 Agustus 2003 siang hari. Majelis Hakim menyatakan, Habib Rizieq terbukti bersalah karena telah melanggar pasal yang didakwakan. 4. 4.1 Penutup Simpulan Hasil analisis secara mikro, meso dan makro menunjukkan hubungan bahwa Habib Rizieq memang melakukan penyebaran ideologi yang dimaksudkan untuk: (a) menarik simpati khalayak terhadap derita FPI; (b) melawan dominasi kekuasaan pada saat teks diproduksi, dan (c) mengajak para aktivis untuk lebih giat dalam berjihad. Hal-hal tersebut terwujud dalam strategi kebahasaan yang digunakan oleh Habib Rizieq, seperti: pasivasi, penggantian anak kalimat, nominalisasi, abstraksi, kategorisasi, indeterminasi, identifikasi, dan sebagainya. 4.2 Saran Penelitian ini hanya mengkaji teks mukadimah Habib Rizieq saja. Alangkah lebih baik apabila dikaji teks-teks lain yang diproduksi Front Pembela Islam yang mungkin disinyalir terdapat praktik penyebaran ideologi. Selain itu, dapat juga dikaji dengan pendekatan ahli wacana kritis lain untuk membandingkan hasil apakah menunjukkan hasil yang sama atau berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik. Bandung: Eresco. Eriyanto. 2005. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS. van Dijk, Teun A (Ed.). 1997. Discourse as Structure and Proccess. London: Sage. van Dijk, Teun A. 2006. Discourse and Ideology. Dalam Teun A. van Dijk (Ed.) Discourse Studies: A Multidisciplinary Introduction, hlm. 239-407. London: Sage. van Dijk, Teun A. 2008. Discourse and Power. New York: Palgrave Macmillan. van Leeuwen, Theo. 1996. The Representation of Social Actors in Discourse. In Caldas-Coulthard, C. R., & Coulthard, M. (Eds.), Texts and practices: Readings in critical discourse analysis. London: Routledge, 32-70. van Leeuwen, Theo. 2008. Discourse and Practice. Oxford: Oxford University Press.

Internet: http://nasional.kompas.com/read/2008/06/04/1024579/profil.singkat.fpi.dan.habib.rizieq diakses pada tanggal 4 November 2011 http://nasional.kompas.com/read/2008/06/04/0826052/anggota.fpi.yang.diamankan.menjadi.56.orang diakses pada tanggal 4 November 2011 http://nasional.kompas.com/read/2008/06/04/08201564/munarman.tidak.ada.di.markas.fpi diakses pada tanggal 4 November 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/daftar_aksi_front_pembela_islam diakses pada tanggal 4 November 2011 http://arsip.gatra.com/2006-06-20/versi_cetak.php?id=95557 diakses pada tanggal 4 November 2011

You might also like