You are on page 1of 10

BBLR Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3). Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR(3). (1) Faktor ibu a. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7). Komplikasi Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8): Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Infeksi Anemia Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (3,8): Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati)

Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Diagnosis Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 2. asfiksia neonatorum BATASAN Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO 2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis. PATOFISIOLOGI Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. GEJALA KLINIK Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan. DIAGNOSIS Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis. PENATALAKSANAAN Resusitasi Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar .

3. sindrom gangguan pernafasan . KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFENISI Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi

2. PATOFISIOLOGI Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di bentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk bernafas berikutnya di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai usaha inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis. 6. PENATALAKSANAAN Tindakan yang perlu dilakukan : 1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc) dan meletakkan bayi dalam inkubator. 2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain. 3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60125 ML/ Kg BB/ hari. 4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000 untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg BB / hari. 5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen ( surfaktan dari luar).

4. ikterus Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan

berumur lebih pendek.

Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil

transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin. Polisitemia. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir. Ibu diabetes. Asidosis. Hipoksia/asfiksia. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.

disebabkan oleh faktor/keadaan:

G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.


enterohepatik.

2. Faktor Risiko Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum: a.


Faktor Maternal Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik. ASI Faktor Perinatal Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

b.

c.

Faktor Neonatus Prematuritas Faktor genetik Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia Hipoalbuminemia

F. Tata laksana 1. Ikterus Fisiologis Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

Minum ASI dini dan sering Terapi sinar, Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan

kontrol lebih cepat (terutama bila tampak kuning).

5.pendarahan tali pusat Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

ETIOLOGI 1 Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena : a Partus precipitatus b Adanya trauma atau lilitan tali pusat c Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat persalinan

d Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau placenta sewaktu sectio secarea

2 Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena : a Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi b Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah c Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah 3 Robekan pembuluh darah abnormal Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah seperti : a Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jely wharton b Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda c Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah 4 Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan bayi. Pada kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi anoreksia. Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi baru lahir dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

PENATALAKSANAAN 1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi 2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa tali pusat. 3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan. 6. kejang Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan olehdemam. Sekitar 2-5% anak berumur enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi otak anak.

7. hypotermi Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Gejala awal hipotermi apabila suhu <36C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25C. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : 1)Jaringan lemak subkutan tipis. 2)Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar. 3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. 4)BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. 5)Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan : 1) Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin. 2) Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang dingin. 3)Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. 4)Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal cairan amnion pada BBL).

8. hypertermi kenaikan suhu tubuh diatas 410 C (rectal). Merupakan keadaan gawat darurat medik dengan angka kematian yang tinggi terutama pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-penderita penyakit jantung. Hiperpirexia terjadi karena produksi panas berlebihan, terhambatnya pengeluaran panas atau kerusakan thermoregulator. Suhu > 410 C anak bisa mengalami kejang, sedangkan suhu > 420 C dapat menyebabkan denaturasi dan kerusakan sel secara langsung. Akibat yang bisa terjadi pada hiperpirexia : 1. Renjatan / Hipovolemia 2. Gangguan fungsi jantung 3. Gangguan fungsi koagulasi 4. Gangguan fungsi ginjal 5. Nekrosis hepatosellular 6. Hiperventilasi, yang dapat menyebabkan hipokapnea, alkalosis dan tetani.

PENGOBATAN Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas. Antipiretika. Parasetamol : 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal). Metamizole ( novalgin ) : 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous. Ibuprofen : 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal. 9. hypoglikemi BATASAN Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). PATOFISIOLOGI Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka

transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas 10. TETANUS NEONATORUM Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani (kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat) Patofisiologi: spora clostridium tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum puput. Faktor risiko:

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap Pemberian tidak sesuai dengan program Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat- syarat 3 bersih Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kebersihan

Gejala klinik tetanus neonatorum: 1. Bayi yang semula dapat menetek tiba- tiba sulit menetek karena kejang

otot rahang dan faring 2. 3. 4. Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan Kejang terutama bila kena rangsang cahaya, suara, sentuhan Kadang- kadng disertai sesak nafas dan wajah membiru

Penanganan tetanus neonatorum:


Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di telinga

mengobati pnyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik Perawatan adekuat : kebutuhan O2, makanan, cairan dan elektrolit Tempatkan di ruang yang tenang dn sedikit sinar.

You might also like