You are on page 1of 19

TATA CARA BERDIRI, NIAT

& TAKBIRATUL IHRAM

PENJELASAN
TATA CARA SHALAT
Bagian 1/13

Yaa_Siin_36@yahoo.co.
id
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Segala puji bagi ALLAH Yang Maha Suci lagi Maha Agung.
Kesejahteraan semoga senantiasa kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam,
beserta para isteri dan keluarga beliau.

Ini adalah file edisi ke-3 setelah dua edisi terdahulu, yang mana pada edisi pertama
kita banyak hadis yang dipersingkat karena kita hanya mengirim 1 file. Sedangkan
edisi kedua sudah dilengkapi gambar, terbagi dalam 1 file induk dan 11 penjelasannya,
serta fatwa yang dipilihkan untuk itu.
Adapun pada edisi ke-3 ini kita memisahkan pokok-pokok ritual shalat itu kedalam 13 +
1 file terpisah. Tidak ada perubahan yang berarti, kecuali setiap slide kita tambahkan
halaman “Perbedaan pendapat” yang berisi perbedaan yang umum dalam masyarakat
kita terutama tata cara gerakan dan bacaan shalat. Hal itu kita maksudkan agar
semoga kita dapat memahami perbedaan khilafiyah yang tidak perlu diperselisihkan.
Tidaklah pantas kita mengatakan saudara-saudara kita sebagai ahli bid’ah apabila
mereka hanya belum mengetahuinya. Oleh karena itu, kita rasa perlu untuk
menyampaikan perbedaan yang paling mencolok dalam masyarakat kita. Namun
karena observasi kita hanya pada radius 500KM dari tempat tinggal, maka yang kita
utamakan dalam file ini adalah perbedaan dalam melayu saja.

Hanya kepada ALLAH kita memohon taufik dan hidayah iman yang benar.
TATA CARA BERDIRI
DAN BERNIAT
1. Berdiri tegak menghadap kiblat
2. Pandangan mata lurus memandang
tempat sujud (hal ini semata-mata
untuk konsentrasi agar khusyu)
3. Niat sudah cukup di dalam hati,
jangan diucapkan dengan lafaz
“ushalli…”
BERDIRI DAN MEMANDANG TEMPAT SUJUD
 Dari Jabir bin Samurah, katanya Rasulullah bersabda: “Hendaklah orang-orang
itu berhenti memandang ke (atas) langit ketika shalat, ataukah mereka (ingin)
akan dibutakan ALLAH?” [Muslim]
 Dari Aisyah, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang menoleh
saat shalat, maka beliau bersabda, “Ia adalah pencopetan (pencurian/maling)
yang dilakukan oleh syetan terhadap seorang hamba. [Bukhari]
 Diriwayatkan bahwa: Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam shalat,
maka beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke
tanah (tempat sujud). [Baihaqi, Ibnu Asakir & Al Hakim dan disahihkan
olehnya]
 Ketika beliau memasuki Ka’bah, maka pandangannya tidak pernah
meninggalkan tempat sujudnya, hingga beliau keluar daripadanya. [Baihaqi &
Al Hakim dan disahihkan olehnya]
 Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: Apabila kamu
sedang shalat, maka janganlah kamu menoleh, karena sesungguhnya ALLAH
menghadapkan wajah-NYA ke wajah hamba-NYA didalam shalatnya selagi ia
tidak menoleh. [Tirmizi & Al Hakim, disahihkan oleh keduanya]
TATA CARA BERDIRI & NIAT
 Berdiri dengan tegak, dengan posisi
kedua kaki tidak terlalu rapat dan tidak
pula terlalu kangkang (terbuka)
 Pandangan mata diarahkan ke bawah
atau menuju tempat sujud, hal ini
dimaksudkan agar kita dapat lebih khusyu
dalam shalat. Dan juga Rasulullah
melarang menoleh ke kanan dan ke kiri,
apalagi memandang ke atas.
 Sedangkan “niat” hanya ada dalam hati
dan jangan dilafadzkan. Ucapan “ushalli…
“ tidak pernah ada dalam sunnah
Rasulullah, jadi hendaklah kita tinggalkan,
karena menambah-nambah sesuatu yang
tidak diajarkan Rasulullah berarti
perbuatan bi’dah.
BERDIRI YANG SALAH

 Kedua kaki terlalu rapat,  Kedua kaki terlalu terbuka atau


kangkang
 Posisi kaki seperti ini dapat
membuat tubuh kita mudah  Posisi kaki seperti ini terlalu
bergoyang (tidak stabil). Jika ada berlebihan, apalagi jika kita ikut
pengaruh berat tubuh, maka jamaah, maka pasti akan membuat
kemungkinan besar tubuh kita orang sebelah kanan dan kiri kita
oleng sehingga membuat gerak. akan terganggu.
DALIL TENTANG NIAT
Dari Alqamah bin Waqqash Al Laitsi bahwa ia berkata: Aku mendengar Umar bin
Khattab berkata di atas mimbar: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Tiap-tiap amal perbuatan harus disertai dengan niat,
balasan bagi setiap amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkannya.
Barangsiapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang
perempuan untuk dinikahi, maka hijrahnya sesuai apa yang diniatkan.”
[Bukhari & Muslim]

Para ulama mengambil dalil diatas sebagai syarat utama (rukun) shalat, dan
jumhur ulama pun menyetujui bahwa niat shalat sudah cukup dalam hati saja.
Adapun penyebutan ucapan “ushalli…” TIDAK PERNAH ADA dalam fatwa
Mazhab Syafii, sedangkan untuk masyarakat Melayu ucapan ini senantiasa ada.
Sehingga menjadi pertanyaan besar kita: “Siapa yang mengajarkan lafadz niat?”
Jika kita pelajari kitab-kitab hadis dan kitab fiqih ulama-ulama besar Syafi’i
seperti Imam Nawawi atau bahkan Imam Al Ghazali, mereka tidak pernah
mengajarkan adanya lafaz “ushalli…” Sehingga perkara ini kita sebut sebagai
menambah-nambah urusan agama yang berarti bahwa: lafaz “ushalli” ini
termasuk perkara bid’ah. Jadi hendaklah ditinggalkan dan dijauhi.
PERBEDAAN PENDAPAT
TENTANG NIAT
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG NIAT
Perkara niat ini senantiasa dipermasalahkan, sebagian menganggapnya hanya
khilafiyah (perbedaan penafsiran). Namun yang pasti pada semua kitab hadis
tidak pernah disebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca niat.
Berlepas dari kekuatan hujjah itu, oleh sebagian ulama pelafalan (pengucapan)
niat itu dianggap dapat menguatkan niat. Dan itulah yang banyak diajarkan oleh
orang tua dan guru-guru agama kita pada umumnya. Tetapi sayangnya, karena
pengajaran itu kurang kuat, bisa jadi karena Kyai dan Ustadz itu latar belakang
pendidikannya berbeda, terkadang ada orang yang menganggap bahwa lafaz
niat itu adalah niat itu sendiri. Padahal antara niat dengan lafaznya adalah dua
hal yang berbeda. Niat adalah di hati. Dan lafaz adalah di mulut (lidah).
Misalnya: niat tertawa tidaklah sama dengan tertawa itu sendiri. Begitupula
dengan “niat untuk mengerjakan shalat” tidak sama dengan “bacaan memulai
shalat”. Nah, bacaan inilah yang dibuat-buat, tidak berdasarkan hadis.
Karena itulah kita menganggap bacaan “ushalli fardhal …… mustaqbilal qiblati
ada an lillahi ta’ala” itu adalah termasuk perbuatan mengada-ada.
Sebaiknya tinggalkan saja lafaz niat itu, disebut dalam hati pun tentu ALLAH
sudah mengetahui apa yang kita niatkan. Wallahu a’lam.
TATA CARA
TAKBIRATUL IHRAM
1. Mengangkat kedua tangan sejajar pundak
atau sejajar telinga.
2. Jari-jari tangan dalam keadaan agak
dirapatkan (tidak direnggangkan dan tidak
terbuka) dan telapak tangan diarahkan
menghadap kiblat.
3. Ketika mengangkat tangan diiringi dengan
membaca:

Allahu Akbar
(ALLAH Maha Besar)
DALIL TENTANG TATA CARA TAKBIRATUL IHRAM
 Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW
mengangkat kedua tangan hingga sejajar pundak ketika memulai salat,
sebelum rukuk dan ketika bangun dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di
antara dua sujud. [Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ahmed bin Hanbal, Malik & Ad Darami]

 Dari Salim bin Abdullah bin Umar, katanya: Apabila Rasulullah SAW berdiri
hendak shalat, maka diangkatnya kedua tangannya hingga setentang
dengan kedua bahunya sambil membaca takbir. Apabila beliau hendak
ruku’ dilakukannya pula seperti itu, begitu pula ketika bangkit dari ruku’. Tetapi
beliau tidak melakukannya ketika mengangkat kepala dari sujud. [Muslim]

 Dari Malik bin Huwairits, katanya: Apabila Rasulullah SAW takbir (untuk
shalat), beliau mengangkat kedua tangannya hingga setentang dengan
kedua telinganya. Dan bila beliau hendak ruku’ diangkatnya pula kedua
tangannya setentang dengan kedua telinganya. Dan bila beliau mengangkat
kepala dari ruku’, beliau membaca “sami’allahu liman hamidah” sambil
mengangkat tangan seperti itu pula. [Muslim]
DALIL TENTANG TATA CARA TAKBIRATUL IHRAM
 Dari Wa’il bin Hujr katanya dia melihat Nabi SAW mengangkat kedua
tangan pada permulaan shalat setentang dengan kedua telinganya
sambil membaca takbir. Kemudian dilipatkannya bajunya lalu
diletakkannya tangan kanan diatas tangan kiri. Ketika beliau hendak ruku’
dikeluarkannya kedua tangannya dari lipatan bajunya, kemudian diangkatnya
sambil membaca takbir, lalu beliau ruku’. Ketika beliau membaca
“sami’Allahu liman hamidah” diangkatnya pula kedua tangannya. Ketika
sujud, beliau sujud antara kedua telapak tangannya. [Muslim]

 Dari Abu Qilaabah, bahwa ia melihat Malik bin Huwairits ketika ia shalat, ia
bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Ketika ingin rukuk, ia
mengangkat kedua tangannya. Ketika mengangkat kepala dari rukuk, ia
mengangkat kedua tangannya. Ia (Malik) bercerita bahwa Rasulullah SAW
dahulu berbuat seperti itu. [Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ahmed bin Hanbal & Ad Darami]

 Diriwayatkan bahwa: Beliau SAW mengangkat keduanya (tangannya)


sambil meluruskan jari-jemarinya, tidak merenggangkan dan tidak pula
menggenggamnya. [Abu Dawud & Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan
dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi]
CARA TAKBIR YANG BENAR

Sejajar telinga

Sejajar bahu

Takbir-1 Takbir-2
Mengangkat tangan Mengangkat tangan
setentang (sejajar) bahu. setentang (sejajar) telinga
DALIL TENTANG BACAAN TAKBIRATUL IHRAM
 Dari Hudzaifah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat
dengan kata-kata “Allahu akbar” (ALLAH Maha Besar). [Muslim & Ibnu
Majah]
 Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya tidak lah sempurna shalat salah
seorang diantara manusia, sehingga ia berwudu dan meletakkan wudhu pada
tempatnya, lalu berkata “Allahu Akbar”. [Thabrani, dengan isnad yang shahih]

 Rasulullah SAW bersabda: Kunci shalat itu adalah suci, pembukanya adalah
takbir dan penutupnya adalah salam. [Abu Dawud, Tirmizi dan dishahihkan
olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi]

 Rasulullah mengeraskan suaranya dengan takbir sehingga terdengar oleh


orang-orang yang berada di belakangnya. [Ahmad & Hakim, dishahihkan
olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi]

 Rasulullah bersabda: Apabila imam mengucapkan “Allahu akbar”, maka


ucapkanlah (pula) “Allahu akbar”. [Ahmad & Baihaqi, dengan isnad yang
shahih]
CARA TAKBIR YANG SALAH

Sejajar telinga

Sejajar bahu

 Tidak mengangkat tangan yang  Berlebihan mengangkat tangan


seharusnya minimal sejajar menyebelahi telinga, yang
bahu. seharusnya maksimal setentang
atau sejajar dengan telinga.
PERBEDAAN PENDAPAT
TENTANG TAKBIR
SALAHKAH TAKBIR INI?
Ada yang berpendapat bahwa cara takbir yang
sejajar telinga adalah mengangkat tangan kemudian
menyentuhkan ujung ibu jari ke cuping telinga.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kita
boleh mengangkat tangan dengan berbagai cara
asalkan sejajar pundak atau telinga.

?
Kita tidak dapat begitu saja menolak pendapat itu.
Perbedaan itu timbul akibat perbedaan penafsiran
tentang hadis Bukhari dan Muslim yang memang
tidak menyebut dengan jelas caranya.
Cara takbir seperti inipun dapat dianggap benar.

Namun berlepas dari pendapat itu dari hadis yang


belum lengkap itu, kita menambahkan hadis dari
Abu Dawud yang menyatakan Rasulullah SAW
mengangkat kedua tangannya sambil meluruskan
jari-jemarinya dan tidak merenggangkan. Dan inilah
menurut kita yang lebih mendekati sunnah rasul.
Wallahu a’lam.
Bersambung ke:

 Bagian 2: “Tata cara bersedekap”


Ditulis bersama:

dan

You might also like