You are on page 1of 19

KONSEP DASAR KESEHATAN & KEPERAWATAN JIWA

________________________________________________________________________
1.1 PENGERTIAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
:
Kesehatan jiwa meliputi
Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.


Beberapa pengertian manusia:
Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan rohani.
Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh)
Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-prinsip kepuasan), ego (kesadaran realitas-
prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip moralitas (Teori Freud)

________________________________________________________________

1.2 KRITERIA SEHAT MENTAL MENURUT YAHODA
w~ .+ +~#~ # @#
Tumbuh, berkembang dan aktualisasi
Integrasi : Masa lalu dan sekarang
Otonomi dalam pengambilan kupusan
Persepsi sesuai kenyataan
Menguasai lingkungan : mampu beradaptasi
___________________________________________________________

1.3 RENTANG SEHAT JIWA


1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif : sehat

_____________________________________________________


1.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


a. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-
sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok
komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan
individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan
personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan
tindakan.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui
perawatan yang adekuat.
Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik.

Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan
dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus
yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah
yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan
membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan
masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah,
logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan
merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien
berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis
keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum
ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat
dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran
klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien
lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai.
Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria
kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan
asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

Bagi Klien
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen
care).
c. Terhindar dari malpraktik.

Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa
terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan
perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang
menjadi landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan
selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan
fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan
merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial,
dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu
proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan
indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan
jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai
berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara
primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri
tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang
kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan
kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat
mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan
dengan orang lain.

Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan
untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai
status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan
tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya
secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan
pada kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal
seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana
kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam
diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan
menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental,
dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator
minimal dari kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap
aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus
keadaan status quo.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-
holistik yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat
maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis
(bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural
(sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan
perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci detail
dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga
aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh
sebagai satu sistem (holistik).

Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan
sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan
upaya kesehatan.

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat
dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan
bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang
sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda
dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan
masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini
penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah
membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak
berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya
terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut
berperan serta.
Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab
terhadap pelakunya.
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan
Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan
kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri
yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa
terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari
elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi
klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi
antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan
kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa.
Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori
kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka
berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.

Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa
yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis
dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di
lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian
klinis perawat.

2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health
(APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat
master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa,
membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan
keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan
dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang
keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.

3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa
masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan
praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan,
timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.

Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis
terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau
terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat
jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau
group home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat
kunjungan, unit kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan
utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan organisasi
pemeliharaan kesehatan.

Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan

Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam
domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain
dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari
asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada
semua aktivitas.

Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,
menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan
keluarga.
4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok
untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk
pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa
melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis
dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
7. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
____________________________________________________________________________


1. 5 PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan
jiwa : yang kompeten).
Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien).
Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa).
Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam
keperawatan jiwa).
Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
______________________________________________________________________________
____

1.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik

Pencegahan primer

Penanganan multidisiplin

Spesialisasi keperawatan jiwa
DULU:
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung


SEKARANG :
- Meningkatkan Iptek
- Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
______________________________________________________________________

1.7 KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA




Tabel 1

Model View of
behavioral
deviation

Therapeutic
process
Roles of a
patient &
therapist

Psychoanalytical
(freud, Erickson)
Ego tidak
mampu
mengontrol
ansietas,
konflik tidak
selesai

Asosiasi bebas &
analisa mimpi
Transferen untuk
memperbaiki
traumatic masa
lalu
Klien:
mengungkapk
an semua
pikiran &
mimpi
Terapist :
menginterpret
asi pikiran
dan mimpi
pasien

Interpersonal
(Sullivan, peplau)
Ansietas timbul
& dialami
secara
interpersonal,
basic fear is
fear of
rejection

Build feeling
security
Trusting
relationship &
interpersonal
satisfaction
Patient: share
anxieties
Therapist : use
empathy &
relationship

Social
(caplan,szasz)
Social &
environmental
factors create
stress, which
cause anxiety
&symptom

Environment
manipulation &
social support
Pasien:
menyampaika
n masalah
menggunakan
sumber yang
ada di
masyarakat
Terapist:
menggali
system social
klien

Existensial
(Ellis, Rogers)
Individu gagal
menemukan
dan menerima
diri sendiri

Experience in
relationship,
conducted in
group
Encouraged to
accept self &
control
behavior
Klien: berperan
serta dalam
pengalaman
yang berarti
untuk
mempelajari
diri
Terapist:
memperluas
kesadaran diri
klien

Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
Faktor
biopsikososia
l & respon
maladaptive
saat ini

Menguatkan
respon koping
adaptif
Klien: terlibat
dalam
identifikasi
coping
Terapist:
hubungan
yang hangta
dan empatik

Medical
(Meyer,Kreaplin)
Combination
from
physiological
, genetic,
environmenta
l & social

Pemeriksaan
diagnostic,
terapi somatic,
farmakologik
& teknik
interpersonal
Klien: menjalani
prosedur
diagnostic &
terapi jangka
panjang
Terapist :
Therapy,
Repport
effects,Diagn
ose illness,
Therapeutic
Approach

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat
dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang
apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya
(ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super
ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada
masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna,
tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan
kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada
masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa
lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan
yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan
mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran
dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau
pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang
dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua,
pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh
dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan
pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).

2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and
interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan
turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat
memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.

3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social
and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien
harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti
suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.
Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup
orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya
dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya
dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi
aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri
klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial
dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah
seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri,
perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan,
tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal
tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan
masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa
yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative
pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping
yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan
coping klien yang adaptif.

6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor
yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor
sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang,
therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi
yang digunakan.

_________________________________________________________________

1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
Merancang dan mengimplementasikan rencana
tindakan
Berperan serta dlm pengelolaan kasus
Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental,
mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan
dan konseling
Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan
yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga
staf dan pembuat kebijakan
Memberikan pedoman pelayana kesehatan
___________________________________________

1.9 ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF
CARING )

Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait,
teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling.
Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

You might also like