You are on page 1of 15

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple,

Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 1.13) sebagai berikut. 1. Anak bersifat unik. 2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan. 3. Anak bersifat aktif dan enerjik. 4. Anak itu egosentris. 5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. 6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. 7. Anak umumnya kaya dengan fantasi. 8. Anak masih mudah frustrasi. 9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. 10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. 11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. 12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman. 13. Anak belajar melalui bermain. 14. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya. 15. Anak belajar secara alamiah. 16. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional. 17. Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut. 18. 1. Belajar, bermain, dan bernyanyi 19. Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya. 20. 2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan 21. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12). 22. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
1. 2. 3. 4. 5. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Strategi Pembelajaran Melalui Bermain Strategi Pembelajaran Melalui bercerita Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi Strategi Pembelajaran Terpadu

Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain : Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif. Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun. Metode Resitasi (Recitation Method) Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri. Metode Latihan Keterampilan (Drill Method) Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan ...

PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK TK Program pembelajaran di TK meliputi dua bidang pengembangan kemampuan yaitu: 1. Bidang pengembangan kemampuan pembiasaan (pengembangan diri) Bidang pengembangan kemampuan pembiasaan (pengembangan diri) merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga menjadi kebiasaan baik. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi aspek perkembangan moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional dan kemandirian. Dari aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan YME dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Aspek perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat mendorong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan pembiasaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di TK setiap hari, misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, senam bersama, menyanyi lagu-lagu yang dapat membangkitkan

patriotisme, lagu-lagu religius, menggosok gigi, berjabat tangan dan mengucapkan salam baik kepada sesama anak maupun kepada guru, dan mengembalikan mainan pada tempatnya b. Kegiatan Spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapan selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik dan menjenguk teman yang sakit. c. Pemberian Teladan, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah yang dijumpai di lingkungan TK, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, rapi dalam berpakaian, hadir di TK tepat waktu, santun dalam bertutur kata, dan tersenyum ketika bertemu dengan siapapun. d. Kegiatan terprogram, adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian) di TK. Kegiatan rutin yang dilakukan di TK, misalnya: makan bersama, menggosok gigi, menjaga kebersihan lingkungan, latihan shalat berjamaah, latihan beramal sodaqoh setiap hari jumat dan lain-lain. 2. Bidang pengembangan kemampuan dasar Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu: berbahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni. a. Berbahasa Pengembangan bahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa indonesia. b. Kognitif Pengembangan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, memilah dan mengelompokkan dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti. c. Fisik/motorik Pengembangan fisik/motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan lokomotorik, non lokomotorik, dan manipulatif dengan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga,dapat menunjang pertubuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. d. Seni Pengembangan seni bertujuan agar anak dapat menciptakan suatu karya berdasarkan hasil imajinasinya dan dapat menghargai hasil kreativitas orang lain. Pengembangan kemampuan dasar diprogramkan dalam perencanaan semester, perencanaan mingguan dalam bentuk Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan perencanaan harian dalam bentuk Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari di TK. Pada setiap akhir tema dilakukan puncak tema yaitu melakukan kegiatan yang merangkum kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tema.

Agar dapat menjalankan peranannya Program Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini didasarkan atas 9 kemampuan belajar anak yang meliputi : a. Kecerdasan linguistik (linguistic intellgence) yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis dengan buku, berdiskusi dan bercerita. b. Kecerdasan logika matematik (logoco mmathematical intelligence) yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda. c. Kecerdasan visual spasial (Visual-spatial intellgence) yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzie,menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi) d. Kecerdasan musical (musical rhytmmic intellgence) yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama berbagai bunyi. e. Kecerdasan kinestetik (bodily kinesthetic intellgence) yang dapat dirangsang melalui gerakan tarian olahraga dan terutama gerakan tubuh. f. Kecerdasan naturalis (naturalist intellgence) yaitu menciai keindahan alam. Dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocoktanam, memeihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang, malam, panas, dingin, bulan, bintang, matahari. g. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intellgence) yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konplik. h. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intellgence) yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri termasuk control diri dan disipilin. i. Kecerdasan spiritual (spiritual intellgence) yaitu kemampuan mengenal dan mencitai ciptaan Tuhan. Dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.

B. Aspek-aspek Pengembangan.

1. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama. 2. Pengembangan fisik. 3. Pengembangan bahasa 4. Pengembangan kognitif 5. Pengembangan social emosional. 6. Pengembangan Seni.

Pelaksanaan Menu Pembelajaran didasarkan atas pendekatan-pendekatan : 1. Beririentasi pada Kebutuhan anak kegiatan pembelajaran pada anak usia dini harus senantiasa beroorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi dilaksanaka secara integral dan holistic. 2. Belajar melalui bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini dengan menggunakan strategi, metode, materi.bahan, dan media yang menarik agar mudah diukuti oleh anak melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi , menemukan dan memanfaatkan benda-benda disekitanya. 3. Kreatif dan inovatif proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melaui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotovasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. 4. Tempat dan Lingkungan yang kondusif. Lingkugan harus dikondisikan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. 5. Menggunakan pembelajaran terpadu , model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak Center of Intersest dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermaknna bagi anak. 6. Mengembangkan keterampilan hidup, melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong ddiri sendiri, disiplin mampu bersosialisai, dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk

kkelangsungan hidupnya. 7. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar, media dan sumber belajar dapat berasal dan lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan. 8. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkebangan anak. Ciri pembelajaran ini adalah : a. Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologi. b. Sikulus belajar anak selalu berulang dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (Eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya. c. Anak belajar melalui interaksi social dengan orang dewasa dan teman sebayanya. d. Minat anak dan keinginatahuannya yang tinggi memotivasi belajaarnya. e. Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individu. f. Anak belajar dengan cara yang paling sederhana ke cara yang rumit dan kongkrit ke abstrak, dan gerakan ke verbal dan kekuakuan ke rasa social. 9. Stimulasi terpadu pada saat anak melakukan sesuatu kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Contoh ketika anak melakukan kegiatan makan, kemampuan yang dikembangkan antara lain bahasa (mengenal kosa kata tentang jenis makanan dan peraalatan makan), motorik halus (memeggang sendok, menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membadingkan makanan sedikit dan banyak), social emosional duduk rapid an menolong diri sendiri), dan moral (berdoa sebelum dan sesudah makan)

Model-model belajar membaca untuk inspirasi 1. Belajar membaca lewat kosa kata Kosa kata adalah pembentuk kalimat. Lewat kosa kata yang makin beragam, kalimat yang kita keluarkan pun akan semakin kaya. Lewat kosa kata, anak-anak akan belajar tak hanya kemampuan membaca tetapi juga perbendaharaan dan pemahaman akan kata-kata yang akan mereka gunakan dalam berbicara. Variasi yang bisa digunakan diantaranya, kartu kata yang disajikan dengan model Glen Doman, poster kata yang ditempel di dinding, buku-buku bergambar yang kalimatnya pendek dan ukuran hurufnya cukup besar. Prinsip yang dipakai dari metode tersebut adalah belajar dengan melakukannya. BELAJAR MEMBACA dengan MEMBACA.

Hal-hal khusus yang menyertai model ini adalah kemungkinan anak-anak untuk mengenal pola lebih lama. Artinya, bisa jadi untuk bisa benar-benar membaca semua kata yang diperlihatkan kepada mereka (meski belum diajarkan) membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung kecepatan anak. 2. Belajar Membaca lewat Suku Kata Model ini paling banyak digunakan, terutama di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya adalah terlebih dulu mengenali pola sebelum masuk pada fase membaca. Belajar lewat suku kata misalnya ba bi bu be bo dan seterusnya juga memiliki efek tersendiri, diantaranya kecepatan membaca yang sedikit lambat jika tidak diiringi latihan langsung lewat buku atau bacaan-bacaan. Mengapa demikian? Karena anak-anak akan terbiasa dengan membaca pola lebih dulu baru membaca. Kerja otak kiri lebih dominan dalam hal tersebut. Untuk mengimbanginya, kita harus lebih sering memotivasi anak untuk membaca kata-kata secara langsung lewat buku tanpa harus memilah suku katanya. 3. Belajar membaca dengan mengeja Model ini di awali dengan pengenalan huruf baru kemudian merangkainya menjadi gabungan huruf dan kemudian kata. Sebenarnya metode ini sudah jarang digunakan orang karena memang terbukti cukup sulit bagi anak. Kerja otak kiri akan semakin dominan jika kita memakai metode ini. Anak-anak harus melewati tiga tahapan menuju kata, yaitu huruf, suku kata, lalu kata. Memang ada anak-anak yang bisa belajar dengan metode ini, tapi lagi-lagi latihan membaca kata secara intensif harus mengiringinya agar anak-anak merasa percaya diri untuk membaca.

Metode Belajar Bagi Anak Usia Dini Written by sks Saturday, 11 June 2011 15:12

Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh. Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun menurut Penasehat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr. Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak: Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak. Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat. Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya. Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi).

dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain : Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif. Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.

Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD: 1. Model Pembelajaran Klasikal Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu. 2. Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema 3. Model pembelajaran berdasarkan sudut,

Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema. 4. Model pembelajaran berdasarkan area Model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak. 5. Model pembelajaran berdasarkan sentra Adalah pendidikan pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap PAUD Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain sensori motor / fungsional , bermain peran , bermain konstruktif (membangun pemikiran anak). Bermain sensorimotor adalah permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas bekas, menggunting, dan lainlain. Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu

menghadirkan konsep yang telah dimiliki. Bermain konstruktif : menunjukkan pemikiran, ide dan gagasan menjadi karya nyata. Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain), Bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain). 6. Model pembelajaran berdasarkan sentra Sentra bermain terdiri dari :

a. Sentra bahan alam dan sains.

Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-laian

b. Sentra balok

Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur. Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.

c. Sentra seni

Bahan-bahan yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan / gambar, sentra seni memfasilitasi anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.

d. Sentra bermain peran.

Sentra bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket meja kursi, rumahrumahan dan sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain peran tergantung dari minat anak pada saat itu, misal, tema keluarga dengan alat-alat yang dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain.

e. sentra persiapan.

Bahan yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan menulis, berhitung. Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, kordinasi mata tangan, belajar ketrampilan sosial (berbagi, bernegosiasi dan memecahkan masalah).

f. sentra agama.

Bahan-bahan yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkrit bagi anak.

g. sentra musik.

Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya : botol beling/kaca, tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain. Sentra musik memfasilitasi anak untuk memperluas pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh, bermain musik dan lagu yang dapat memperluas pengalaman, pengetahuan anak tentang irama, berirama (ketukan) dan mengenal berbagai bunyi-bunyian dengan mengguna kan alat-alat musik yang mendukung misalnya ; pianika, piano, rebana dll.

Secara teknis ada beberapa metode yang tepat untuk diterapkan pada anak usia dini, antara lain : 1. Bermain 2. Bercerita 3. Bernyanyi 4. Bercakap ( dialog dengan tanya jawab ) 5. Karya wisata 6. Praktik langsung 7. Bermain peran ( sosio-drama ) 8. Penugasan Selain metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih umum antara lain : a. Metode Global (Ganze Method) Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga

informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif. b. Metode Percobaan (Experimental method) Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu.

Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan Adapun tujuan digunakannnya metode ini adalah: a. Melatih daya tangkap anak

b. Melatih daya fikir c. Melatih daya konsentrasi

d. Membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak e. Menciptalan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas

1. Bercerita tanpa alat peraga 2. Bercerita dengan alat peraga tak langsung, yang terbagi antara lain: Bercerita dengan benda tiruan (yang sesuai/persis dengan asli)

Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar. Bercerita dengan menggunakan papan planel Stiry reading Sandiwara boneka

You might also like